Mari Kirimkan Tulisan Anda!

Shalom,
Redaksi mengajak para pengunjung untuk mengirimkan hasil tulisan Anda berwujud artikel, cerita, tip, dan sebagainya.

Caranya mudah, klik saja Kirim Artikel dan ikuti prosedur selanjutnya. Artikel kiriman Anda harus bernafaskan Kristiani. Mohon kesabaran Anda karena hasil tulisan masih menunggu moderasi dari redaksi untuk kemudian ditampilkan di situs e-Artikel.

Redaksi juga mengucapkan terima kasih untuk para pengunjung yang telah bersedia menuangkan hasil tulisannya pada situs kami. Semoga tulisan yang kita buat dapat menjadi berkat bagi sesama.

Tuhan memberkati. 

Baca selengkapnya ... about Mari Kirimkan Tulisan Anda!

Subscribe to Front page feed

Kehidupan Adalah Suatu Penugasan Sementara

Oleh: SMT Gultom

Kehidupan di bumi adalah suatu penugasan sementara. Alkitab penuh dengan metafora yang mengajarkan tentang sifat kehidupan di muka bumi, yaitu bersifat singkat, sementara, dan fana. Kehidupan digambarkan seperti kabut, pelari cepat, nafas, dan segumpal asap. Alkitab berkata,:"Sebab kita anak-anak kemarin ..... hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi" (Ayub 8:9).Untuk memanfaatkan kehidupan kita secara maksimal, anda jangan pernah melupakan 2(dua) kebenaran: Pertama, dibandingkan dengan kekekalan, kehidupan amatlah singkat. Kedua, bumi hanyalah tempat kediaman sementara. Anda tidak akan lama berada disini, jadi jangan terlalu terikat pada bumi. Mintalah agar Tuhan membantu kita melihat kehidupan di bumi sebagaimana Dia melihatnya. Daud berdoa, "TUHAN, tolong aku untuk menyadari betapa singkatnya hidupku di dunia ini. Tolong aku untuk mengetahui bahwa waktu di sini hampir habis"!"(Mazmur 39:4). Baca selengkapnya ... about Kehidupan Adalah Suatu Penugasan Sementara

Haruskah Yesus Menangis (Lagi)?

Oleh : Josep Hutapea

“Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,” Lukas 19:41
“Maka menangislah Yesus.” Yoh 11:35

Sebagai manusia tentunya Yesus juga mengalami emosi dalam hidupnya. Marah dan menangis adalah luapan emosi yang pernah dilakukan Yesus. Perbedaannya dengan manusia yang lain adalah motif kemarahan dan substansi yang ditangisi. Baca selengkapnya ... about Haruskah Yesus Menangis (Lagi)?

Mengikis Karakter

Oleh : Ev. Sudiana

Suatu hari ada pertandingan memahat di sebuah batu marmer yang keras dan ukurannya yang lonjong. Semua pemahat gagal, cuma Michael Angelo yang menyatakan ia sanggup memahat batu marmer tersebut. Siang dan malam Michael Angelo memahat dan mengerjakan batu marmer tersebut dan jadilah sebuah patung Raja Daud yang indah sekali. Dan waktu seorang wartawan mewawancarainya , "Bagaimana Anda dapat memahat seindah ini?" Jawab Michael angelo ; "Saya tidak membuat patung Raja Daud, tapi dari semula patung Raja Daud yang indah itu sudah ada, saya cuma membersihkan sisa-sisa batu yang menutupi patung itu untuk mengeluarkan sosok Raja Daud dari batu marmer tersebut. Baca selengkapnya ... about Mengikis Karakter

Kebodohan vs Kebijaksanaan (Bagian 2)

Oleh : Ev. Sudiana

Sejarah pekerjaan badut sudah ada sejak lama, khususnya pada masa kerajaan-kerajaan di Eropa di mana raja-rajanya menderita stress seperti yang dialami oleh orang-orang modern. Mereka membutuhkan pertunjukan badut saat mengakhiri atau mengawali hari-hari mereka, atau sewaktu-waktu jika stress yg dihadapi begitu berat, dan para badut akan membuat lawakan untuk melonggarkan stress raja mereka. Baca selengkapnya ... about Kebodohan vs Kebijaksanaan (Bagian 2)

Memaknai Hari Pentakosta -- Hidup yang Diubahkan

Oleh : Amun Saputra

Tujuannya: Memaknai hari pentakosta dengan belajar peristiwa pentaskosta di Yerusalem
Nats : Kis 2: 1-13
Ayat Mas : Kis 1:8
Bac. Alkitab : Kis 2: 37-47

Hari pentakosta sama dengan hari raya pengucapan syukur yang dilakukan oleh orang Israel ketika mereka memulai untuk menyabit gandum, sebagai ucapan syukur atas hasil panen gandum. Dalam bahasa Yunani Pentakosta itu berarti kelima puluh. Karena itu dikenal dengan nama “hari raya tujuh minggu” (Ulangan 16:10). Di Israel dikenal tiga hari raya utama:

Baca selengkapnya ... about Memaknai Hari Pentakosta -- Hidup yang Diubahkan

Pages

Subscribe to Front page feed

Anak

(Metode Glenn Doman)

Penulis : Drajat, (Penulis buku Bersahabat dengan Matematika)

Bahan yang digunakan : Pertama, Seratus potong kertas manila putih berukuran 28 x 28 cm, masing-masing pada salah satu mukanya ada DOTS atau bola merah dengan garis tengah 2 cm.

Doa

Penulis : Ludi Hasibuan

Siang hari ini terasa panas sekali. Duduk sendirian di dalam bus kota PPD Patas 2 jurusan Cililitan Kota. Walaupun penumpangnya bisa dihitung dengan jari dan hampir semua jendela yang ada di bis ini terbuka tetap saja udara panas di dalam bis tidak berkurang.Terlebih lagi kemacetan yang menggila di jalan Hayam Wuruk semakin membuatku pusing dan berkeringat.

Penulis : Herlianto

Dalam dua dasawarsa terakhir, ada kegerakan baru di kalangan kekristenan di benua Amerika yang berimbas juga ke Indonesia.

Penulis : Rev. DR.David Yonggi Cho

Kutipan Injil: Lukas 18: 1-8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. KataNya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku. Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Doktrin

Penulis : Andar Ismail

KUNG Fu Tse (551 - 479 SM), pendiri agama Khonghucu, pada suatu hari ditanya oleh para muridnya, "Guru, Pangeran Wei sedang menantikan Anda, apakah yang akan Anda lakukan pertama-tama di tempat pangeran itu?" Kung menjawab, "Memperbaiki nama-nama." Para murid heran, "Apa perlunya?" Kung menjelaskan, "Kalau nama keliru, segala sesuatu menjadi keliru dan kacau, sehingga nanti orang tidak bisa membedakan di mana sepatutnya meletakkan kaki dan di mana meletakkan tangan." Demikian sebuah cuplikan dari kitab Lun Yu (Inggris: Analects) dari abad ke-4 SM.

Penulis : Eka Darmaputera

Di kantor saya, salah seorang rekan-sekerja yang saya kagumi adalah Setiawati. Alasan saya, ia selalu siap, sigap dan cepat dalam mengambil keputusan. Prinsipnya, "Lebih baik melakukan sesuatu walau salah, ketimbang takut salah lalu tidak berbuat apa-apa". Siap, sigap, dan cepat mengambil keputusanmemang benartidak otomatis menghasilkan keputusan yang benar. Tapi, seperti saya saksikan pada Setiawati, lebih sering tepatnya ketimbang tidak.. Sebabseperti pada seorang penembak jitubanyak mengambil keputusan itu adalah ibarat terus berlatih. dengan teratur. Tentu meleset juga sih, kadang-kadang. Namun demikian, "kadang- kadang meleset" itu tidak membuat Setiawati "kapok", lalu tak berani lagi mengambil keputusan. Katanya, suatu ketika, "Yang penting bagi saya adalah berusaha mengambil keputusan dengan sebaik-baiknya. Bahwa kemudian yang sebaik-baiknya itu toh masih belum cukup baik juga, biarlah itu saya hadapi pada waktunya. Tapi itu nanti, tidak sekarang".

Penulis : Mangapul Sagala

Kelihatannya, kisah kenaikan Yesus Kristus tidak dilihat begitu penting sebagaimana kisah kematian dan kebangkitanNya. Hal itu bisa dilihat dari sikap umat untuk menyikapinya. Kelihatannya, sepi saja. Syukur di berbagai negara, seperti Indonesia hal itu masih diperingati dan dijadikan hari libur nasional. Lain halnya di Singapura. Hari kenaikan tersebut bukan hari libur. Itulah sebabnya, kantor-kantor dibuka seperti biasanya. Sebagian theolog memang melihat hari kenaikan tersebut tidak begitu penting. Bahkan ada yang meragukan dan menolak peristiwa tsb dan menganggapnya hanya sebagai karangan dan dongeng dari Gereja mula-mula. Apa alasan mereka? Tentu ada, dan mungkin banyak; antara lain, mereka mengatakan bahwa hal itu tidak ditemukan secara jelas tertulis dalam keempat Injil.

Keluarga

Penulis : Saumiman Saud

Ayah kita itu bukan pilihan, ia juga tidak dapat dibeli dengan uang, ia juga tidak dapat diganti yang baru, nah kalaupun terpaksa maka ia akan menjadi ayah tiri, ayah tiri itu bukan yang asli. Itu sebabnya apa yang sudah ditetapkan oleh Tuhan ya terima saja, jangan iri karena ayah kita lebih miskin, jangan membanding-banding ayah kita dengan ayah orang lain. Ayah kita juga tidak dapat disangkal, baik atau brengseknya ia tetap adalah ayah kita. Dalam rangka memperingati hari Ayah, sering kita mendengar orang-orang bersaksi bagaimana kebaikan hati ayahnya, namun pada saat yang sama ada teman-teman yang begitu tersayat hati sebab mereka tidak pernah merasakan sisi-sisi baik dari sang ayah, sehingga tatkala memperingati hari Ayah, mereka merasa tidak ada sesuatu yang istimewa darinya.

Setiap ayah itu memiliki kelemahan, kadang kita merasa ia begitu sayang pada kita, ada canda, ada tertawa, ada suka-cita, namun kadang kita melihat ia lagi cembuut, ia lagi sedih, ia lagi marah. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan ayah kita? Mungkin ia merasa tertekan dengan perjuangan hidupnya, usahanya mulai bermasalah, mungkin Mama lagi ngambek padanya, atau ada orang yang menyakiti hatinya? Namun , bagaimanapun keadaannya, ia tetap adalah ayah kita, pernahkah kita coba memahami keadaannya?

"Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." [ Kejadian 2:18].

Janji Firman Tuhan ini tidak hanya diuntukkan bagi Adam saja. Artinya, Tuhan tidak hanya menjadikan seorang penolong bagi Adam, tetapi juga bagi setiap laki-laki yang melayaniNya, sebagaimana Adam melayaniNya. Kecuali bagi laki-laki yang mendapat karunia tidak menikah. Jadi, janji Tuhan ini perlu direnungkan oleh setiap laki-laki yang melayaniNya, baik ia sudah menikah maupun belum.

Kesaksian

Dalam Perjanjian Lama kata Ibrani "malak" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan" (messenger). Sama juga halnya dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "aggelos" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan". Ketika kita memperhatikan dengan teliti ayat-ayat yang menggunakan ungkapan ini, kita menemukan bahwa Tuhan bisa menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri, bisa menunjuk kepada malaikat dan bisa juga menunjuk kepada manusia yang mempunyai pesan untuk dikabarkan. Kita harus memperhatikan konteks dari ayatnya dengan teliti untuk menentukan terjemahan yang benar dari ungkapan ini. Misalnya di Maleakhi 3:1 dimana kita baca:

Dalam Perjanjian Lama kata Ibrani "malak" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan" (messenger). Sama juga halnya dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "aggelos" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan". Ketika kita memperhatikan dengan teliti ayat-ayat yang menggunakan ungkapan ini, kita menemukan bahwa Tuhan bisa menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri, bisa menunjuk kepada malaikat dan bisa juga menunjuk kepada manusia yang mempunyai pesan untuk dikabarkan. Kita harus memperhatikan konteks dari ayatnya dengan teliti untuk menentukan terjemahan yang benar dari ungkapan ini. Misalnya di Maleakhi 3:1 dimana kita baca:

Dalam Perjanjian Lama kata Ibrani "malak" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan" (messenger). Sama juga halnya dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "aggelos" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan". Ketika kita memperhatikan dengan teliti ayat-ayat yang menggunakan ungkapan ini, kita menemukan bahwa Tuhan bisa menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri, bisa menunjuk kepada malaikat dan bisa juga menunjuk kepada manusia yang mempunyai pesan untuk dikabarkan. Kita harus memperhatikan konteks dari ayatnya dengan teliti untuk menentukan terjemahan yang benar dari ungkapan ini. Misalnya di Maleakhi 3:1 dimana kita baca: