Kebodohan vs Kebijaksanaan (Bagian 2)

Oleh : Ev. Sudiana

Sejarah pekerjaan badut sudah ada sejak lama, khususnya pada masa kerajaan-kerajaan di Eropa di mana raja-rajanya menderita stress seperti yang dialami oleh orang-orang modern. Mereka membutuhkan pertunjukan badut saat mengakhiri atau mengawali hari-hari mereka, atau sewaktu-waktu jika stress yg dihadapi begitu berat, dan para badut akan membuat lawakan untuk melonggarkan stress raja mereka.



Pada zaman itu tidak ada TV atau telenovela, jadi yg Anda butuhkan adalah pertunjukan badut. Jadi sebenarnya, seorang badut menjalankan peranan yg penting. Akan tetapi hal itu semua sudah berlalu. Di zaman sekarang ini, para badut menghibur anak2 supaya orang tua mereka bisa berkurang stress-nya, n para orang tua ini bisa keluyuran secara leluasa sambil menikmati es krimnya- saat acara pesta.

Tapi mari kita kembali ke pertanyaan ini, hal apa yg membuat seorang bijak - seorang bergelar Doktor, yang menurut ukuran dunia adalah seorang bijak - ingin menjadi orang bodoh? Dapatkah Anda menempatkan diri Anda pada posisi org ini n membayangkan dalam keadaan seperti apa Anda akan bersedia untuk mengesampingkan prestasi akademik Anda?

Tidaklah mudah menjadi seorang profesor atau asisten profesor lalu beralih berkelana ikut sirkus n melawak seperti layaknya org bodoh dgn kuda n monyet2. Mungkinkah karena dia merasa bahwa hidup ini ternyata hanya sekadar sandiwara atau lawakan belaka, dan dia merasa bahwa lebih baik menjalaninya sebagai seorang badut sekalian?

Atau Bisa jadi dia, sebagai seorang manusia, adalah org yg cukup cerdas untuk bisa memahami bahwa hidup ini adalah lawakan, jadi, jalani saja dengan bercanda. Mungkin yg menjadi masalah utama bagi umat manusia adalah lantaran kita ini tidak cukup cerdas untuk bisa memahami persoalan yang sebenarnya, tetapi juga tidak terlalu bodoh sehingga bisa mencapai akar permasalahannya.

Apa pemahaman anda dgn hidup ini?

Banyak diantara kita terjebak di dlm lingkaran kebodohan, lingkaran kesia-siaan, lingkaran tanpa tujuan. sehingga kita memandang hidup ini dgn main2 saja - bercanda2 - asal2 an,

Karena apa? ketidak mengerti arti hidup n tujuan Tuhan menciptakan saudara. "Marilah kita makan n minum, sebab besok kita mati." Dr. Boaz memakainya utk mencapai pemecahan masalah tersebut.

Begitulah mentalitas banyak prajurit yg sedang berada di lubang2 pertahanan; mereka melakukan hal2 yg bodoh. Marilah kita makan, minum, kawin n bersenang2, sebab besok kita mati. Jadi mengapa kita tidak bercanda-ria malam ini?Bersenang-senanglah, untuk satu malam saja, mari kita tertawa, sebab besok kita mati. Begitulah mentalitas banyak prajurit sebelum menghadapi peperangan besar, mereka tahu bahwa di saat yg sama pada esok hari nanti, sebagian besar dari mrk akan mati; atau mereka semua akan mati.

Ini adalah malam terakhir mereka, jadi bukalah botol bir atau minuman apapun itu, makanlah coklat terakhirmu, nikmatilah saat-saat ini, tertawalah, nikmatilah saat-saat terakhir ini, sebab besok kita semua mati.

Tetapi kenyataan tidak selalu seperti pemikiran prajurit-prajurit bodoh itu; ada banyak negara-negara yang akhirnya berdamai, tidak terjadi perang lagi. Ada banyak yang hidup , punya pengharapan bertemu keluarga. Ada banyak perajurit keluar dari kamp musuh dan menjadi orang-orang yang hebat akhirnya.

Artinya hidup ini tidak harus kita akhiri dengan cara yg sia-sia atau yang di sebut kebodohan, karena dalam hidup kita ada Tuhan yang selalu merancangkan hidup kita dengan banyak kebaikan-kebaikan. Seorang rasul besar - Paulus mengatakan efs 5 "jangan kita melakukan hal-hal yang kelihatan sepele yang akhirnya menjerumuskan kita pada kebodohan-kebodohan"

Perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, jaganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif-bijaksana. Dan pergunakanlah waktu yg ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Sumber:
komsel

Situs Anda:
www.menatarohani.blogspot.com