Doa di Dalam Nama Yesus

Oleh: Yon Maryono

Bila kita mendengar akhir sebuah doa, sering kita dengar ucapan “Di dalam nama Tuhan Yesus”. Kalimat ini, kadang ducapkan dengan sungguh-sungguh, kadang diucapkan dengan cepat. Kesannya akhir doa itu sebuah formula yang ditiru oleh generasi ke generasi. Di sisi lain, kita juga mendengar pendoa menghilangkan kalimat itu. Apapun ungkapannya, yang mengkuatirkan adalah mereka mengucapkan atau menghilangkan kalimat itu karena kurang memahami maknanya.

Dalam lingkaran organisasi sekuler, seorang pejabat, katakanlah Direktur yang menandatangani sebuah dokumen atas nama Direktur Utamanya, diartikan kekuasaan dan kewenangan Direktur itu seperti kekuasaan dan kewenangan Direktur utamanya. Dia telah dipercaya penuh, sehati dan sepikir antara pemberi kuasa dan yang dikuasakan.

Ilustrasi sekuler ini dapat membantu memahami bahwa makna dalam nama-Ku menunjukan sejiwa, sekarakter antara Bapa dan Anak dalam hal wewenang dan kuasa. Oleh karena itu, berdoa di dalam nama Yesus, artinya Yesus sebagai Mediator atau penghubung antara manusia dan Allah Bapa yang Maha Kudus. Mengapa perlu penghubung? Karena manusia yang penuh dosa tidak dapat datang di hadirat Tuhan yang Maha Kudus. There is one God, and there is one mediator between God and men, the man Christ Jesus (1 Tim 2:5). Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup, tak sorang pun datang kepada Allah Bapa tanpa melalui Dia. (bdk. Yoh 14:6)

Bila Yesus satu-satunya jalan, pertanyaanya adalah bagaimana doa orang tidak percaya atau orang-orang yang hidup dalam perjanjian Lama?

Anugerah Tuhan diberikan kepada semua orang, baik orang percaya maupun tidak percaya. Bahkan Matahari bagi yang jahat dan yang baik (Mat 5:45). Maksud kemurahan Allah menurut Paulus semata-mata menuntun manusia dalam pertobatan (Roma 2:4b). Dengan pemahaman ini, Allah pasti mendengar doa orang tidak percaya oleh karena kasih-Nya, tetapi jawaban atas doa itu semata-mata menuntun orang tidak percaya untuk berbailk kepada Yesus.

Sedangkan orang-orang yang hidup dalam Perjanjian Lama, kita mengenal semangat sacrifice, persembahan korban di lingkungan Bait Allah dengan berbagai tujuan seperti penghapusan dosa, korban paskah (Kel 24:1-8), korban perjanjian (Ul 27:1; Yos 8:30). Persembahan dalam PL bersifat simbolik tetapi ritus itu juga harus ditindak lanjuti niat dan pengabdian si penyembah untuk bertobat kepada Allah Abraham. Para Nabi dalam jaman itu menyaksikan ritual dan perubahan umat setelah bertobat (Rowly, Worship in Ancient Israel). Benang merah antara PL-PB sangat jelas. Di Gereja PB tidak ada lagi korban binatang karena Kristus sebagai domba Allah, telah dipersembahkan sebagai korban. Darahnya yang suci meniadakan dosa dunia (Yoh 1:29; 1Pet1: 18, dsb). Dan semangat sacrificenya antara PL dan PB sama yaitu sikap rohani yang bercirikan penyerahan diri kepada Tuhan melalui korban hewan seperti domba (PL) dan Kristus (PB). Jadi melalui siapa kita berserah diri kepada Allah Bapa, kalau tidak melalui perantara Kristus ? Dengan demikian pengucapan syukur dengan iman kepada Yesus sebagai korban persembahan hidup adalah korban yang syah (bdk. Ibr 13:15)

Jadi, berdoa di dalam nama Yesus tidak hanya berdoa didalam kuasa-Nya, yang merefleksikan kekuasaan Allah Bapa, tetapi juga berdoa didasarkan kehendak-Nya. Contoh narasi dalam Alkitab, Petrus berkata kepada orang lumpuh dalam nama Yesus Kristus untuk berjalan (Kis 3:6); ketika Petrus dan Yohanes di hadapan Mahkamah Agama ditanya di dalam nama siapa mereka bertindak (Kis 4:10). Ketika Paulus mengusir roh jahat dalam nama Yesus Kristus (Kis 16:18). Berdoa dalam nama Yesus bermakna: berdoa dengan mempergunakan kekuasaan Kristus artinya berdoa dengan penuh kepercayaan kepada-Nya bahwa Ia adalah satu-satunya Mediator kepada Allah Bapa (bdg. Mat.28:19; Kis.3:6) dan berdoa dalam kesatuan dengan Dia, artinya selaras dengan kehendak, kepribadian dan tabiat-Nya sehingga orang tidak berdoa di luar kehendak-Nya.
 
Penambahan formula doa dengan kalimat “di dalam nama Yesus” akan tidak bermakna apabila kalimat doa itu diucapkan dengan kurang, bahkan tidak memahami maksudnya. Sesungguhnya, penempatan kalimat itu bukan karena tempatnya yang seolah diformalkan atau dibakukan tetapi pemahaman maknanya. Bagi pendoa yang mengetahui dengan benar makna berdoa “di dalam nama Yesus” akan terucap dengan benar dalam doa sesuai sikap hati dan kedewasaan rohani pendoa walaupun tidak tertata secara formal.

Tuhan memberkati.

Tags: