Kebodohan vs Kebijaksanaan (Bagian 1)

Oleh Ev. Sudiana

Saya membaca koran, yaitu koran minggu pagi, dikolom yang berjudul, "Believe It Or Not (Percaya atau Tidak)". Kolom yang berjudul "Believe It Or Not" ini berisi tentang hal-hal yang aneh dan luar biasa.

Salah satu bagiannya bercerita tentang Charles Boaz yg bekerja sebagai badut.


Apa sih yg luar biasa jd seorg badut?

Seorg badut hadir hanya untuk memberikan hiburan, membuat kelucuan, melawak, setidaknya untuk membantu melonggarkan stress dlm hidup org lain. Karena belum tentu Si Badut sendiri bahagia "ada kesaksian seorang pelawak - dia menghibur, tapi dirinya sendirinya kesepian." Sepertinya Si Badut bukanlah orang yang bijak - tapi melakukan kebodohan.

Kita pasti memandang Si Badut sebagai orang bodoh; faktanya badut yang satu ini, Charles Boaz, adalah seorang Doktor. Umumnya, orang menilai mereka yang bergelar Doktor sebagai orang yg memiliki tingkat kecerdasan yg sangat tinggi. Dan lebih dari itu, bahwa Dr. Boaz ini adalah seorang asisten profesor bidang ekonomi di State University of Michigan, dan bahwa dia telah mengundurkan diri dari pekerjaannya itu untuk bekerja sebagai badut. Aneh bukan!

Jika Anda berhenti sejenak dan merenungkannya, di sini ada begitu banyak orang muda yang masih pelajar, dan mereka semua berjuang keras untuk bisa memperoleh ijazah sekolah SMA, lalu melanjutkan ke perguruan tinggi - agar bisa berhasil mencapai gelar sarjana S1, tidak cukup, melanjutkan lagi S2,

Setelah anda dapatkan semua , anda akan berpikir bahwa anda adalah orang yg cukup penting di dunia ini. Akan tetapi, kalau anda sampai di tingkatan S3 (Doktor), Anda akan berpikir bahwa Anda telah mencapai puncak! Namun di koran ini ada seseorang yg telah mencapai semua itu, dan memutuskan untuk menanggalkan semuanya untuk menjadi badut!

Mungkin kita akan berpikir - sungguh sangat tidak bijaksana.

Bersambung....


Sumber:
renungan komsel

Situs Anda:
www.menatarohani.blogspot.com