Mengucap Syukur
Oleh: Agung
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.†(1 Tesalonika 5:18)
Apakah saudara pernah belajar matematika? Jawabannya pasti pernah. Tetapi, bagaimana dengan matematika â€spiritualâ€? Pasti belum pernah! Nah, sebelum masuk lebih jauh tentang hal tersebut, mari kita berandai-andai dahulu. Apa yang saudara lakukan bila menerima undian uang sebesar satu miliar. Apakah saudara akan menghabiskannya seketika itu juga, atau menyimpan, atau malah menginvestasikannya? Jawaban-jawaban itu tidak ada yang salah. Namun, apa yang terjadi jika ternyata seorang tukang becak yang dapat undian itu... pernah dengarkah saudara? Waktu dia mengambil uang itu dan melihatnya, malahan dia pingsan dan meninggal seketika itu juga. Itu suatu kejadian lucu dan tidak masuk akal! Setelah membaca ilustrasi diatas kita tahu bahwa ternyata kita tidak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap orang yang mendapat hadiah, karena responnya yang berbeda-beda.
Ya... itulah respon. Respon orang-orang acap kali berbeda-beda karena segala sesuatunya tergantung pada apa yang menjadi latar belakang orang tersebut. Jika orang kaya mendapat hadiah uang seratus ribu mungkin tidak seberapa senang bila dibandingkan orang miskin yang mendapat hadiah tersebut. Tapi, bisa jadi jika orang kaya mendapatkan cokelat dari pacarnya, itu malah jauh lebih menyenangkan dibandingkan mendapatkan uang seratus ribu. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Padahal nilai nominal coklat tidak sebesar uang seratus ribu, bukan? Jadi banyak sedikitnya hadiah bisa dikatakan menyenangkan, bukan karena pemberian nominalnya yang banyak. Tetapi tergantung siapa yang memberi dan untuk apa pemberian itu. Hal inilah yang saya maksud matematik “spiritualâ€. Apa sebutan yang paling cocok untuk menggambarkan hal tersebut saya tidak tahu pasti. Namun, yang penting saudara tahu maksudnya. Dari gambaran tersebut diatas kita bisa mengambil suatu perenungan tentang kehidupan ini, baik hubungan kita dengan sesama maupun dengan Tuhan.
Pemberian manusia walaupun sedikit nominalnya tapi jika diberikan dengan hati yang tulus dan ikhlas tanpa menuntut balasan pastilah akan menjadi bermakna. Biarpun dalam proses pemberian itu kadang kita disalahartikan. Tuhan sudah memberi contoh untuk memberi tanpa menuntut balasan, mengasihi tanpa meminta imbalan, dan masih banyak teladan Tuhan yang lain yang bisa kita. Kita sebagai ciptaanya tidak semestinya menuntut sang pencipta ini dan itu, (sebaiknya Tuhan memberi ini, sebaiknya Tuhan memberi itu, dst.)
Nikmatilah pemberian Tuhan yang ada dengan ucapan syukur, karena Tuhan lebih tahu apa yang menjadi kebutuhan kita saat ini. Mari minta kepada Tuhan supaya kita dapat memberi dengan hati yang tulus, dan mengucap syukur untuk apa yang diberikan Tuhan kepada kita hari lepas hari, karena itulah yang dikehendaki Tuhan. Amin.
Situs penulis: www.wihardoanakpati.blogspot.com