Memberikan Pujian

Oleh: Marinus Waruwu

Seorang pengemis duduk mengulurkan tangannya di sudut jalan. Tolstoy, penulis besar Rusia yang kebetulan lewat di depannya, langsung berhenti dan mencoba mencari uang logam di sakunya. Ternyata tak ada. Dengan amat sedih ia berkata, "Janganlah marah kepadaku, hai Saudaraku. Aku tidak bawa uang."

Mendengar kata-kata itu, wajah pengemis berbinar-binar, dan ia menjawab, "Tak apa-apa Tuan. Saya gembira sekali, karena Anda menyebut saya saudara. Ini pemberian yang sangat besar bagi saya."

Setiap manusia, apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar: ingin dipuji, diakui, didengarkan dan dihormati. Baca selengkapnya ... about Memberikan Pujian

Baptisan

Oleh: Arenar

Baptisan air merupakan hal yang sering diperdebatkan. Sampai saat ini banyak gerakan-gerakan yang begitu ngotot membenarkan model pembaptisan mereka. Apakah ada cara baptisan yang lebih tepat?

Memahami baptisan secara praktis memerlukan peninjauan secara praktis mengenai pengalaman-pengalaman tertentu di dalam Alkitab tentang pernyataan-pernyataan Firman Tuhan mengenai fungsi baptisan. Jika tidak maka pemahaman kita tentang baptisan akan menjadi kacau balau dan semakin membuat orang lain bingung, juga malah semakin membenarkan cara pembaptisan yang kita pakai.

Mari kita perhatikan terlebih dahulu apa istilah/pengertian baptisan. Baca selengkapnya ... about Baptisan

Menjaga Kekudusan

Oleh: Daniel

1 Tesalonika 4:1-8

Nasihat supaya hidup kudus

4:1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 4:2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. 4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, 4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, 4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. 4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu. Baca selengkapnya ... about Menjaga Kekudusan

Kerajaan yang di Dalam

Oleh: Irnawan Silitonga

“…Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Lukas 17:21)

Banyak orang mengira bahwa penyebab timbulnya penderitaan dalam kehidupannya adalah sesuatu yang berada di luar dirinya, apakah itu kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan, orang-orang yang menimbulkan kesulitan, kondisi sekitar yang tidak mendukung, atau sesuatu dari luar yang mengancam kehidupannya. Karenanya, banyak orang terfokus pada hal-hal di luar dirinya, dan mencoba menyelesaikan persoalan-persoalan di luar dirinya dengan berbagai cara.

Hal yang telah kita sebutkan di atas juga terjadi pada orang-orang Yahudi di zaman Tuhan Yesus. Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa penderitaan mereka disebabkan mereka dikuasai dan ditekan oleh bangsa Roma. Oleh sebab itu, mereka berharap datangnya seorang juruselamat yang akan melepaskan mereka dari perbudakan bangsa Roma. Ketika Tuhan Yesus datang dan memberitakan pada mereka kerajaan sorga, yaitu suatu kerajaan yang bukan "dari dunia ini", maka mereka menolak-Nya. Mereka berharap suatu kerajaan jasmani, seperti kerajaan Daud, yang akan mengusir semua musuh-musuh mereka, terutama bangsa Roma yang saat itu berkuasa.

Oleh: Irnawan Silitonga

“…Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Lukas 17:21)

Banyak orang mengira bahwa penyebab timbulnya penderitaan dalam kehidupannya adalah sesuatu yang berada di luar dirinya, apakah itu kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan, orang-orang yang menimbulkan kesulitan, kondisi sekitar yang tidak mendukung, atau sesuatu dari luar yang mengancam kehidupannya. Karenanya, banyak orang terfokus pada hal-hal di luar dirinya, dan mencoba menyelesaikan persoalan-persoalan di luar dirinya dengan berbagai cara.

Hal yang telah kita sebutkan di atas juga terjadi pada orang-orang Yahudi di zaman Tuhan Yesus. Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa penderitaan mereka disebabkan mereka dikuasai dan ditekan oleh bangsa Roma. Oleh sebab itu, mereka berharap datangnya seorang juruselamat yang akan melepaskan mereka dari perbudakan bangsa Roma. Ketika Tuhan Yesus datang dan memberitakan pada mereka kerajaan sorga, yaitu suatu kerajaan yang bukan "dari dunia ini", maka mereka menolak-Nya. Mereka berharap suatu kerajaan jasmani, seperti kerajaan Daud, yang akan mengusir semua musuh-musuh mereka, terutama bangsa Roma yang saat itu berkuasa.

Baca selengkapnya ... about Kerajaan yang di Dalam

Upah Kesetiaan

Oleh: Ev. Sudiana

Tuhan adalah pengatur administrasi hidup kita yang paling baik. Mungkin saudara bertanya kepada saya: Kenapa?

Karena saya percaya Allah tidak pernah lupa dan tidak pernah gagal mengetahui segala sesuatu; dia tahu persis kapan saudara berjuang dan apa yang saudara perbuat; karena setiap tetes air matamu pun karena berjuang di dalam iman -- Tuhan perhitungkan.

Mazmur Daud mengatakan:

Maz. 56:9 "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kau daftarkan?" Semua itu akan Tuhan perhitungkan sebagai upah.

Hanya persoalannya pemahaman kita upah itu akan kita terima nanti di surga; sehingga ada nyanyian:

Sekolah Minggu: di surga nanti pake baju putih atas kepala mahkota emas Baca selengkapnya ... about Upah Kesetiaan

Mengasihi Allah dengan Segenap Hati

Oleh: Ev. Sudiana

Matius 22:37-40 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu..” Hukum pertama dan terutama ini bukan saja disampaikan oleh Yesus, tetapi pesan ini sudah dituliskan dalam Perjanjian Lama.

Ulangan 6:4-5 “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Bahkan dalam kitab Ulangan lebih ditekankan lagi “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” (Ulangan 6:7-9). Baca selengkapnya ... about Mengasihi Allah dengan Segenap Hati

Diakonia Gereja: Kepedulian kepada Umat-Nya yang Terkena Bencana

Oleh: Pdt Midian KH Sirait, M.Th. (Pendeta HKBP Resort Kalimantan Timur)

Bencana berupa gempa, tanah longsor, banjir, dan kekeringan bertubi-tubi melanda berbagai daerah di Tanah Air. Wujud perilaku peduli seseorang terhadap orang lain membutuhkan perhatian konkrit dalam bentuk biaya dan pertolongan lainnya. Banyak korban gempa yang meminta layanan pengobatan dan memanfaatkan fasilitas layanan medis. Penanganan pos pengungsian, yang tetap memprioritaskan keselamatan dan kesehatan menuju kehidupan yang baik dan harmoni.

Di tengah keadaan yang seperti itu, kita, sebagai gereja yang Tuhan tempatkan di bumi Indonesia, terpanggil untuk bersama-sama mengulurkan tangan mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut. Yaitu, membantu terbentuknya komunitas baru dan membantu menuju kemandirian masyarakat pengungsi sehingga dapat menjadi masyarakat pengungsi mandiri. Kita harus berupaya untuk menguatkan mereka untuk melihat masa depan bersama Kristus. Baca selengkapnya ... about Diakonia Gereja: Kepedulian kepada Umat-Nya yang Terkena Bencana

Kepedulian

Oleh: Yon Maryono

Ada dua narasi Alkitab tentang perilaku orang kaya terhadap sesamanya. Pertama, Lukas 16:19-31 yang melukiskan tingkah-laku orang kaya dengan gaya hidup yang ditandai oleh suasana pesta pora dan kemewahan setiap hari. Sementara di pintu gerbang rumahnya duduk seorang pengemis yang sangat miskin dan kelaparan bernama Lazarus. Lazarus hanya makan dari sisa-sisa roti yang dibuang di lantai. sebagai alat pembersih tangan bagi para tamu setelah acara pesta selesai. Apa orang kaya itu tidak pernah melihat dan mengenal Lazarus? Ia melihat dan mengenalnya, karena selalu duduk di depan rumahnya. Tetapi ia telah mengeraskan hatinya. Pesan utama dari kisah perumpamaan Tuhan Yesus ini, sebenarnya bukan menyalahkan seseorang sukses dan menjadi kaya. Sebab para bapa leluhur Israel juga merupakan orang-orang kaya seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Tetapi yang menjadi persoalan utama dalam perumpamaan Tuhan Yesus tersebut adalah bagaimana seseorang menyikapi kekayaannya; dan bagaimana pula seseorang memperlakukan sesamanya yang sedang menderita. Baca selengkapnya ... about Kepedulian

Yesus dan Paulus Tidak Pernah Menghapus Taurat

Oleh: Rudy Lee

Apakah benar Taurat itu sudah tidak berlaku lagi? Siapa yang berkata bahwa Taurat itu tidak berlaku? Bagaimana dengan ucapan Paulus yang terdapat dalam Efesus 2:13-16 khususnya dalam ayat 15:

"Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah MEMBATALKAN HUKUM TAURAT dengan segala perintah dan ketentuannya......"

Benarkah Yesus mati untuk membatalkan Taurat? Coba perhatikan konteks ayat ini, apa yang sedang dibicarakan oleh Paulus sebenarnya? Dia tidak sedang membicarakan tentang Taurat tetapi perseteruan antara orang-orang Yahudi asli dan bangsa-bangsa lain gara-gara makanan, Baca selengkapnya ... about Yesus dan Paulus Tidak Pernah Menghapus Taurat

Perjamuan Kudus

Oleh: Rudy Lee

Perjamuan Kudus tidak pernah dilakukan sebulan sekali oleh jemaat mula-mula. Perjamuan Kudus juga tidak pernah dilakukan seminggu sekali tetapi setahun sekali.

Memecah roti dalam pemahaman Ibrani (Maaseh Schlihim/ Kisah Rasul 2:42-46)

Saat sebuah keluarga Ibrani hendak memulai makan, ucapan syukur di atas dipanjatkan dan kepala keluarga memecah roti. Ucapan syukur di atas disebut dengan “memecah roti”. Kebiasaan “memecah roti” ini merupakan salah satu ciri khas kehidupan dari sebuah keluarga atau komunitas Ibrani. Baca selengkapnya ... about Perjamuan Kudus

Pages