Kemurnian Suami dan Isteri
"Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu" [ Kejadian 2:25 ].
Alkitab menceritakan bahwa manusia dan istrinya itu dalam kondisi telanjang. Ketelanjangan didalam Alkitab selalu menunjukkan sesuatu yang memalukan dan suatu kondisi seseorang yang menyedihkan. Namun kita lihat disini bahwa manusia dan istrinya itu tidak merasa malu dengan kondisi mereka. Mengapa ketelanjangan manusia dan istrinya itu tidak menimbulkan rasa malu diantara keduanya ? Hal ini disebabkan mereka "diselimuti" oleh kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah telah membuat mereka saling memandang dengan "mata" yang berbeda dan mereka tidak tahu bahwa mereka telanjang. Mereka dapat menerima keadaan diri mereka sendiri dan juga keadaan pasangan mereka. Ketelanjangan mereka malah merupakan sesuatu hal yang positif dimana ini berarti diantara mereka ada keterbukaan dan kesatuan, yang memang mutlak diperlukan dalam hubungan suami-istri.
Tetapi setelah dosa masuk, maka manusia kehilangan kemuliaan Allah [ Roma 3:23 ]. Hilangnya kemuliaan Allah ini membuat manusia memiliki mata jasmani yang memandang ketelanjangan sebagai sesuatu yang memalukan, dan ketelanjangan memang merupakan sesuatu yang memalukan. Manusia telah sadar dan tahu bahwa dirinya telanjang. Selama manusia diselimuti kemuliaan Allah, ia tidak tahu bahwa dirinya telanjang. Kemuliaan Allah membuat manusia hanya memandang Allah dan tidak memandang dirinya sendiri.
Sekarang, bagaimana hubungan suami-istri ini setelah mereka melihat ketelanjangan mereka ? Alkitab menyatakan bahwa, "mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat". Manusia dan istrinya itu sekarang sibuk menutupi rasa malu yang diakibatkan kondisi mereka. Tidak ada lagi keterbukaan dan kesatuan diantara mereka. Tidak ada lagi saling menerima keadaan masing-masing. Tidak ada lagi kemurnian diantara mereka. Masing-masing telah menjadi egois dan memikirkan diri mereka sendiri. Dosa dan hilangnya kemuliaan Allah telah membuat hubungan suami-istri rusak berat.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari ayat diatas ? Pertama, "ketelanjangan yang diselimuti kemuliaan Allah" merupakan suatu hal yang mutlak didalam hubungan suami-istri. Adanya keterbukaan total dan saling menerima diantara suami istri, merupakan syarat mutlak menuju kesatuan yang direncanakan Allah. Suami dan istri tidak memiliki "simpanan" apapun yang tidak diketahui pasangannya. Kedua, dosa dan hilangnya kemuliaan Allah perlu diselesaikan dengan tuntas diantara suami-istri. Perlu adanya saling mengaku dosa dan saling mengampuni diantara suami-istri. Suami-istri harus belajar bagaimana membiarkan Allah bekerja menempa kemuliaanNya sedikit demi sedikit didalam kehidupan mereka. Suami-istri perlu belajar memandang Allah saja didalam kehidupan rumah tangga mereka. Melalui ketekunan suami-istri, maka kemurnian hubungan itu akan tercapai. Amin.
Sumber: Gema Sion Ministry