Aku Harus Pergi

Oleh:Walsinur Silalahi

Waktu umur pernikahan kami menjelang lima tahun dan anak-anak sudah mulai sekolah,isteri saya banyak memberikan waktunya hanya kepada anak-anak.Kami tdk mempunyai pembantu,sehingga isteri saya sendiri bekerja ngepel lantai rumah,mencuci,seterika dll. Seringkali dia bekerja hingga larut malam. Badannya mulai kurus,tdk secantik dulu lagi dan setiap hari kelihatan capek. Suatu hari saya melihatnya sedang membersihkan tumpukan pakaian kotordi kamar mandi.Dahinya basah oleh cucuran keringat. Lalu aku pelan2 menghampirinya dan tiba2 aku peluk tubuhnya dan berkata:"Ma,biarkan aku membersihkan pakaian2 kotor ini".Dia tersenyum,dan mempersilahkan saya meneruskan pekerjaan mencuci.

[block:views=similarterms-block_1]

Begitulah saya membantunya pada saat2 libur.Setiap saya membantunya senyumnya selalu menghiasi wajahnya.Aku turut senang dan bahagia. Tetapi suatu ketika saya kecewa berat dibuatnya.Kejadiannya pada suatu Minggu,setelah mencuci pakaian dan menjemurnya sampai kering. Karena saya merasa lelah,saya tiduran di sofa,dan dia langsung melihat hasil cucian saya.Tiba2 dia berteriak keras dan marah:"Pa,koq cuciannya masih kotor?",coba lihat nih,katanya sembari menunjukkan saku celana anakku.Ternyata memang masih ada ditemukan kotoran berupa pasir. Kesalahan saya saat itu,tdk mebuka saku celananya. Ya, deh..aku ngaku salah,,jawabku kepada sang isteri.Dia mengambil semua pakaian yg sdh kering itu dan memasukkannya lagi ke ember untuk dicuci."Mengapa semua mama ambil?"tanyaku !,Dia diam,dan sambil berjalan dia berkata:"kalau papa tdk dari hati mengerjakannya,biarlah mulai saat ini,papa tdk usah membantuku."Biarkan saja saya yg mengerjakannya"

Mulai saat itu hubungan kami sebagai suami/isteri terganggu.Dalam hatiku,aku berkata:"Biar saja,aku bantu koq,gak diterima. Karena kesibukannya terus-menerus,sehingga perhatiannya terhadapku juga berkurang.Tadinya,kami biasa bersenda gurau,sdh tidak ada lagi canda..Mukanya yang tdk ceria membuatku tdk betah dirumah.Saya sengaja pulang dari kantor malam hari,agar langsung istirahat tidur. Setelah jam kerja usai,saya biasa dating atau curhat kepada teman satu kelasku dulu di Sumut.Dia seorang wanita yg butuh perhatian dari seorang pria.Wanita tsb belum menikah karena tdk ada pria yang menaksirnya berhubung sebelah kakinya lumpuh sejak kecil.Keluarganya termasuk orang berada.She is chinese girl.Aku pernah minta tolong kepadanya untuk mengirimkan kue putu medan dan mika ambon ke rumahku. Alamat dan nomor telepon rumah juga kuberikan kepadanya.Nama temanku itu si " Ong Lie".Kami saling curhat ttg suka maupun duka.Dia benar2 sahabat yang baik,dan selalu memberi solusi bila aku kesukaran.

"Bang",aku tadi sdh mengirimkan pesananmu ke alamatmu,katanya dalam teleponnya.Aku senang,dan hari itu aku bergegas pulang ke rumah Sampai dirumah,aku melihat isteriku menangis diatas korsi."Mengapa mama menangis?"tanyaku.Dia langsung berdiri,dan memarahiku:"Ternyata kamu punya simpanan isteri ya..dia menuduhku.Mika ambon dan putu medan terletak diatas meja.Itu buktinya,kiriman dari isterimu yang di Medan..dia menunjuk kearah kiriman itu...Oh..itu yang bikin kamu marah toh? Mengapa isteriku menuduh demikian?Ternyata sebelum aku tiba Ong lie bertelepon ke rumah menanyakan kiriman tsb apakah sdh sampai.Yang angkat telepon isteriku sendiri yang mengaku sebagai adikku. Pengakuan Ong lie sendiri kepada isteriku bahwa dia hanya sahabat.tetapi isteriku tdk percaya. "Saya harus pergi menemuinya,kata isteriku" Besoknya, pagi2 sekali,isteriku pergi ke Medan menemui Ong lie dengan pesawat Adam Air.Buru2 aku hubungi Onglie,agar tdk kaget menghadapi isteriku nanti.Katakan saja apa adanya tentang hubungan kita sebagai sahabat ,kataku kepada Ong lie.

Isteriku sampai di Medan,dan langsung menuju alamat sebuah bangunan mewah,isteriku mengetok pintunya.Seorang gadis cacat mempersilahkan masuk.Isteriku mengira dia adalah pembantu di rumah mewah itu.Aku ingin bertemu dengan Ong lie,kata isteriku. Ibu siapa?,tanya Ong lie. Oh..Saya datang dari Jakarta,saya ingin bertemu dengan Ong lie,kata isteriku mendesak. Sayalah yang bernama Ong lie,kata sahabatku itu.Isteriku tdk percaya mendengar jawabannnya.Setelah berkali-kali dikatakan,isteriku baru percaya dan menanyakan ttg hubungan kami.Bu,kami hanya sahabat biasa,kata onglie.Isteriku baru yakin bahwa kami hanya sahabat biasa,dia bukan isteri gelapku.Begitulah seorang isteri,bila tdk mempercaya suaminya,akhirnya mengeluarkan biaya yg tdk sedikit untuk mencari kepastian. Seorang isteri bila tdk memperhatikan suaminya,maka suami bisa mencari teman yang dapat memperhatikannya.Untung suami pergi ke sahabatnya,bukan mencari jalan yang salah atau meninggalkan isterinya. Mulai saat itu isteri mulai memperhatikan suami dan kebahagiaan yang hilang spt canda,senda gurau,pelukan..kami raih kembali.