Kepedulian
Oleh: Yon Maryono
Ada dua narasi Alkitab tentang perilaku orang kaya terhadap sesamanya. Pertama, Lukas 16:19-31 yang melukiskan tingkah-laku orang kaya dengan gaya hidup yang ditandai oleh suasana pesta pora dan kemewahan setiap hari. Sementara di pintu gerbang rumahnya duduk seorang pengemis yang sangat miskin dan kelaparan bernama Lazarus. Lazarus hanya makan dari sisa-sisa roti yang dibuang di lantai. sebagai alat pembersih tangan bagi para tamu setelah acara pesta selesai. Apa orang kaya itu tidak pernah melihat dan mengenal Lazarus? Ia melihat dan mengenalnya, karena selalu duduk di depan rumahnya. Tetapi ia telah mengeraskan hatinya. Pesan utama dari kisah perumpamaan Tuhan Yesus ini, sebenarnya bukan menyalahkan seseorang sukses dan menjadi kaya. Sebab para bapa leluhur Israel juga merupakan orang-orang kaya seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Tetapi yang menjadi persoalan utama dalam perumpamaan Tuhan Yesus tersebut adalah bagaimana seseorang menyikapi kekayaannya; dan bagaimana pula seseorang memperlakukan sesamanya yang sedang menderita.
Kedua, Markus: 10:17-31, ketika Yesus dalam hikmat-Nya memberikan ujian, yang memaksa pemuda kaya untuk memilih antara kekayaan dunia dan kekayaan sorgawi. "Juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Markus 10: 21). Ternyata pemuda itu gagal menghadapi kemelut ini, membalikkan punggungnya dari Sang Guru, dan pergi dengan sedih. Pemimpin muda yang kaya ini sudah mendekati kerajaan, tetapi gagal memasukinya, karena dia tidak menempatkan Allah sebagai yang terutama, walupun harus menyerahkan harta benda yang mahal harganya. Pesan yang hendak disampaikan dalam ayat ini adalah: manusia diharapkan tidak diperhamba harta atau kekayaannya. Manusia seharusnya menghindarkan diri dari ketamakan dalam mencari harta dunia, tapi secara lebih serius harus lebih mementingkan pencarian harta sorgawi.
Firman Tuhan adalah pedang bermata dua. Saudaraku, mungkin ada orang Kristen yang mengaku "percaya" pada Yesus Kristus, menerima ajaran-Nya, penyembahan dan pujian di gereja, budaya spiritual, kelimpahan berkat dan urapan. Tetapi saudaraku, begitu bicara wawasan hidup sesuai ajaran Yesus Kristus yang meletakkan semua isu duniawi di dalam konteks kekekalan, "Juallah hartamu untuk orang miskin atau bantulah orang menderita" yakni perlakuan kasih kepada sesama sesuai ajaran Yesus... ya, saudaraku, mereka mengacuhkannya atau menolaknya. Pada saat ada bencana di mana-mana, kita melihat tayangannya, melihat penderitaanya, hati kita tersentuh. Cukupkah? Tuhan berfirman: "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi sedang yang diminta ada padamu." (Amsal 3:28)
Winston Churchill merumuskan ajaran tersebut dengan pernyataan: "We make a living by what we get, but we make a life by what we give." Kita hidup dengan apa yang kita dapatkan, tetapi kita menciptakan kehidupan dengan apa yang kita berikan (kepada orang lain).
Tuhan memberkati.