Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan

Penulis : Herlianto Bila dalam beberapa puluh tahun umat Kristen semua aliran di Indonesia menggunakan Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang juga diakui oleh gereja Roma Katolik, dalam lima tahun terakhir ini di Indonesia terbit tiga versi Kitab Suci baru dalam bahasa Indonesia, yaitu: (1) "Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru" (KS-TDB) yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa (1999); (2) "Kitab Suci Taurat dan Injil" (KS-2000) yang diterbitkan oleh Bet Yesua Hamasiah (2000); dan (3) "Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan" (KS-UPT) yang diterbitkan oleh Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh (2002). Ketiganya ingin mengembalikan nama Yehuwa/Yahwe/Yahweh dalam Kitab Suci, nama Tuhan yang dianggap harus dimuliakan dan tidak boleh diterjemahkan.

[block:views=similarterms-block_1]

"Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan" (KS-UPT) diterbitkan oleh "Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh" (Jakarta, 2002) dan disebutkan bahwa penerjemahan ini bagian dari gerakan Roh Kudus, dan diilhami "The Scriptures" (The Institute of Scripture Research, Afrika Selatan). Sumber lain adalah "The Word of Yahweh" (Assembly of Jahweh, Eaton Rapids, USA). Keduanya memunculkan kembali nama "YAHWEH," dan tujuannya untuk menopang "Gerakan Penganggungan Kembali Nama Yahweh," dengan maksud agar umat perjanjian Tuhan mengingat, menyebut dan mengagunggkan nama diri Tuhan itu seperti yang dikehendaki untuk disebutkan dan diagungkan turun temurun (Kel.3:13-15). KS-UPT dan sumbernya menyalahkan tradisi yang sudah melencengkan kaidah yang ditetapkan Firman Tuhan, yaitu: (1) Yudaisme Orthodox, yang mengganti nama YHWH (tatragrammaton) dengan Adonai (Tuan atau Majikan); (2) Septuaginta, yang mengganti nama YHWH dengan Kurios (dianggap sama dengan Adonai); dan (3) Perjanjian Baru yang juga menulis nama YHWH dengan Kurios dan dalam bahasa Aram menjadi Mariah. Disebutkan kemudian bahwa tujuan menyebut dan mengagungkan kembali nama "Yahweh" sebagai usaha "back to the Bible." Alasan teologis yang dikemukakan adalah: (1) Tuhan memperkenalkan nama dirinya sebagai "Yahweh" (Kel.3:13-15); (2) Nama diri Yahweh ditulis 7000 kali dalam Kitab Suci; (3) Keselamatan hanya karena nama Yahweh (Yl.2:32;Rm.10:13); dan (4) Sangat mungkin nama Yahweh muncul dalam Perjanjian Baru. KS-UPT menggunakan nama Yahweh dan bukan Yehuwa untuk membedakan diri dengan aliran sesat Saksi-Saksi Yehuwa, dan tidak digunakannya YHWH (Ibrani) agar tidak sulit membaca nama itu, dan pengucapan nama Yahweh tidak terlalu jauh dari aslinya. Bagaimana sikap kita memandang versi baru yang kembali membingungkan sebagian umat Kristen itu? Ada dua pertimbangan, yaitu secara "etis" dan "teologis". Secara "etis", KS-UPT adalah pekerjaan plagiat yang menggunakan Alkitab LAI sebagai dasar dengan mengganti nama TUHAN (YHWH) dengan Yahweh dan nama Allah diganti Tuhan. Sungguh tidak nyambung bahwa gerakan yang mengaku berasal dari Roh Kudus dan ingin mengagungkan nama Yahweh itu bisa melakukan tindakan yang begitu rendah dengan menjiplak terjemahan LAI yang sudah menghabiskan biaya begitu besar dan melibatkan banyak ahli theologi itu tanpa meminta izin. Di tengah penggalakan UU Hak Cipta di Indonesia, para pengikut Yahweh justru melakukan tindakan tidak terpuji sehingga menimbulkan pertanyaan, layakkah para pengagung ini meng"atasnama"kan Yahweh? Perilaku demikian itu "mengagungkan" atau "mempermalukan" nama Yahweh? Secara "teologis" sifat bidaah ditunjukkan para pengagung nama Yahweh itu dengan menganggap diri mereka paling benar dan menyalahkan semua aliran yang tidak sependapat darinya. Baik Yahudi orthodox, Septuaginta, sampai PB dianggap melenceng (tapi yang dianggap melenceng seperti terbitan LAI dijiplak begitu saja). Memang ada kelompok Yahudi yang karena rasa takut salah menyebut nama YHWH kemudian menyebutnya sebagai Adonai tetapi dalam Alkitab hal itu tidak disalahkan Tuhan kecuali jika mereka menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia, jadi bukan pengucapan namanya, tetapi pengejawantahan esensi nama itu yang disalahkan! Ingat, nama diri YHWH bukan nama diri satu-satunya, sebab ada nama diri lain yaitu "El" dan sekalipun sudah diperkenalkan kepada Musa, nama diri El masih juga digunakan bahkan oleh Yesaya (Yes.43:10-12). Bandingkan "El, elohe Yisrael" (Kej.31:13;33:20;46:3) dengan "YHWH, elohe Yisrael" (Kel.20:2;32:27;Yos.8:30) di mana kedua nama diri "El" dan "YHWH" itu disejajarkan. Perlu disadari bahwa "nama diri YHWH" baru diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Kel.6:1-2) dan sebelumnya nama diri yang digunakan adalah "El" (Kej.17:1, termasuk Kel.3:13-15). Bila KS-UPT jujur, harus menyadari bahwa adanya tetragrammaton sebelum Kel.6:1-2, sebenarnya adalah perubahan yang dilakukan para pengagung nama Yahweh waktu itu yang tidak merasa enak kalau Yahweh hanya menjadi "Tuhan Israel yang mengeluarkan mereka dari Mesir", maka kemudian nama itu digunakan juga untuk menyebutnya Tuhan umat manusia (Kej.4:26, Enos artinya "manusia"), dan lebih jauh lagi nama itu diklaim sebagai nama Tuhannya langit dan bumi (Kej.2:4). Nama diri Tuhan dalam PL disebutkan sebagai "El" dan "Yahweh" dan sekalipun Elohim & Eloah adalah sebutan untuk Tuhan, namun sesekali juga digunakan sebagai nama diri Tuhan. Demikian juga Adonai bisa berarti "nama diri Tuhan" (untuk menghindari sebutan YHWH), "sebutan Tuhan", atau secara terbatas sebutan untuk "Tuan." Kesalahan KS-UPT adalah mencampur adukkan nama "El" dengan "YHWH" dan El/Elohim/Eloah (Allah) diterjemahkan menjadi "Tuhan." Akibatnya para pengagung nama Yahweh ini tidak mentaati nama Tuhan yang lain karena mereka tidak mau memanggil Tuhan dengan nama "El" padahal nama inilah aslinya yang digunakan Tuhan dalam Kel.3:13-15 (band.Kel.6:1-2) dan disejajarkan dengan nama Yahweh (El elohe Yisrael = Yahweh Elohe Yisrael). Sikap "anti nama El" menyebabkan KS-UPT janggal dalam terjemahan. Contohnya ucapan Thomas: "Ya Tuhanku (Kurios) dan Allahku (Theos)!" (Yoh.20:28, LAI), KS-UPT menerjemahkan: "Ya Tuhanku dan Sembahanku!". Lihatlah pengakuan ini dalam terang PL: "Ya Allahku (Elohim) dan Tuhanku (Adonai)! ... Ya TUHAN (YHWH) Allahku (Elohim)" (Mzm.35:23-24, LAI), ini diterjemahkan KS-UPT menjadi: "Ya Sembahanku dan Tuhanku! ... Ya Yahweh Tuhanku." Kasus Thomas menunjukkan bahwa kalau dalam Septuaginta dan PB-yunani dibedakan antara "Kurios" (YHWH & Adonai) dengan "Theos" (El/Elohim/Eloah) yang disepakati dalam bahasa Indonesia oleh LAI menjadi "TUHAN" (YHWH) & "Tuhan" (Adonai), dan "Allah" (El/Elohim/Eloah), demikian juga pengakuan Thomas dan Mazmur membedakannya, KS-UPT menerjemahkannya secara kacau. Dalam Yoh.20:28, Kurios diterjemahkan "Tuhan" dan "Theos diterjemahkan "Sembahan", tetapi dalam Mzm.35:23 Elohim diterjemahkan "Sembahan" dan dalam ayat 24 Elohim diterjemahkan "Tuhan"! El Shadai (Kej.17:1;Kel.6:2, Allah yang mahakuasa, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang Mahakuasa", El Elyon (Bil.24:16, Allah yang Mahatinggi) diterjemahkan "Tuhan yang Mahatinggi", El Olam (Kej.21:33, Allah yang Kekal, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang Kekal", dan El Bethel (Kej.16:33, Allah yang di Bethel, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang di Bethel", tetapi "El Elohe Yisrael (Kej.33:20, Allah Israel adalah Allah, LAI) diterjemahkan "Yang Maha Tinggi Tuhannya Israel" (di sini El diterjemahkan Yang Maha Tinggi dan Elohim diterjemahkan Tuhan). Untuk menghindari nama El/Elohim/Eloah yang kata Arabnya "Allah", KS-UPT menerjemahkan Allah (El/Elohim/Eloah dalam PL dan Theos dalam PB) menjadi Tuhan tetapi tidak terhindarkan bahwa nama "Betel" (beth el, rumah El) terpaksa tidak diterjemahkan dan diterima sebagai "betel" juga, demikian juga "El Roi" (Kej.16:13, Allah yang melihat, LAI) tetap ditulis sebagai "El Roi." Jadi nama El diterima juga, sama halnya nama "Imanuel" (Mat.1:23;Yes.7:14;8:8, Allah menyertai kita, LAI) tetapi artinya diterjemahkan "Tuhan menyertai kita" (El diterjemahkan Tuhan). Sekalipun ada kelompok Yahudi Orthodox yang mengganti "nama Yahweh menjadi Adonai" perlu disadari ada juga kelompok Yahudi orthodox yang mengganti nama El/Elohim/Eloah/Adonai menjadi Yahweh! KS-UPT mengganti beberapa nama "Adonai" yang disangka Yahweh menjadi Yahweh (Kel.15:17), dengan demikian terbuka kemungkinan bahwa ada sebagian nama "Adonai" yang diubah oleh Orthodox Yahudi dari kata Yahweh tidak dipulihkan (Yes.6:1,8), berarti KS-UPT dalam usahanya mengagungkan nama Yahweh juga beberapa kali tidak menerjemahkan Yahweh sebagai Yahweh. Contoh jelas bisa di baca dalam nama "Yah Yahweh" yang diterjemahkan "Tuhan YAHWEH" (Yes.12:2;26:4), "Yah" nama diri Tuhan diterjemahkan sebagai Tuhan. Kasus demikian akan makin jelas terlihat dalam penggunaan nama Yahweh dalam PB. Seperti diketahui bahwa dalam naskah asli (Yunani) PB, hanya ditemui satu nama Yahweh yang ada dalam kalimat Haleluya (Why.19:1,3,4) Yang artinya "pujilah Yah" (kalau konsekwen, "pujilah Tuhan" dalam ayat:5 mestinya diganti "pujilah Yah" juga), tetapi KS-UPT menerjemahkan banyak kata Kurios menjadi Yahweh, padahal Kurios itu dalam konteks Septuaginta bisa berarti "Yahweh" (TUHAN) atau 263237onai" (Nama Diri Tuhan, sebutan Tuhan, atau Tuan). Saksi-Saksi Yehuwa yang tergolong pengagung utama nama Yahweh menerjemahkan 237 nama Yahweh dalam PB, banyak diantaranya diikuti KS-UPT, tetapi sebagian tidak diikuti (a.l. Mrk.5:19;13:20;Luk.1:9,28;2:15). Ini berarti terbuka kemungkinan ada Kurios yang sebenarnya artinya Yahweh hanya diterjemahkan sebagai Tuhan dalam KS-UPT. Bahwa KS-UPT juga tidak mengembalikan beberapa kata Yahweh berarti para pengagung nama Yahweh ini juga tidak selamat menurut kriteria yang mereka buat sendiri. Bagaimana dengan Septuaginta dan PB? Septuaginta diterjemahkan oleh 70 tua-tua (LXX) yang dikirim oleh Imam Besar Yahudi Eliezer, dan hasilnya direstui pimpinan Yahudi sehingga LXX digunakan umat Yahudi di Sinagoge (kecuali di Bait Allah dimana digunakan bahasa Ibrani untuk tulisan suci karena bahasa Ibrani hanya berbentuk huruf mati (konsonan) tanpa vokal sehingga tidak digunakan sebagai bahasa percakapan) maupun digunakan oleh jemaat Kristen pertama. Dalam PB tidak ada kesan bahwa "Allah yang bersuara dari langit" menyalahkan penggunaan "Kurios" tetapi yang disalahkan adalah "tidak melakukan kehendak-Nya" (Mat.7:21). Yesus sendiri membaca terjemahan Septuaginta dalam Luk.4:18-19 dan bukan terjemahan Massoret, bandingkanlah hal ini dengan terjemahan Yes.61:1-2 dalam PL-LAI yang berupa salinan naskah Masoret. Jadi penggunaan terjemahan Kurios untuk "nama diri" Tuhan direstui oleh Allah bapa, Anak maupun Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memenuhi para Rasul sehingga mereka dapat menyampaikan firman Tuhan (termasuk nama diri Tuhan) ke bahasa-bahasa lain termasuk bahasa Arab (Kis.2:4). KS-UPT menyebut bahwa keselamatan itu datang dari penyebutan "nama diri Tuhan tetragrammaton dengan benar". Nama Tuhan yang mana dan haruskah nama itu YHWH? Yang mana sebutan yang paling tepat untuk tetragrammaton? YHWH, Yahwe, Yahweh, Jehovah, atau Yehuwa? Semuanya tidak sama. Memang Roma 10:13 berbunyi: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan (Yunani: Kurios), akan diselamatkan," tetapi Matius 7:21 berbunyi: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! (Yunani: Kurios) akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga." Apakah dapat disebut melakukan kehendak Bapa kalau KS-UPT adalah naskah bajakan (sekalipun menyebut Yahweh)? Di luar sepengetahuan dan seizin pemilik hak ciptanya? (LAI). Memang sifat bidaah memiliki pandangan fanatisme yang sempit yang beranggapan bahwa kelompok sendiri yang kecil itu selamat dan kelompok Kristen yang mayoritas (para Rasul, Bapa-Bapa Gereja, para pendeta, penginjil dan umat Kristen di seluruh dunia, yang jumlahnya sekitar satu milyar sejak abad pertama), semuanya tidak selamat karena tidak menggunakan nama tetragrammaton. Yesus sendiri dalam hidupnya tidak menyebut nama Allah Bapa dengan tetragrammaton melainkan dengan nama diri "El" (ketika di kayu salib) dan diberi nama oleh Allah Bapa dengan nama "El yang menyertai kita."