Trilogi

Penulis : Irnawan Silitonga

Tulisan ini mengungkapkan bahwa Allah telah berbicara tiga kali kepada gerejaNya, yaitu melalui pelayanan Petrus, Paulus, dan Yohanes. Untuk menjelaskan ketiga pelayanan ini, akan dipakai suatu istilah yaitu trilogi. Trilogi adalah suatu kelompok pelayanan, yang terdiri dari tiga, yaitu pelayanan Petrus, pelayanan Paulus dan pelayanan Yohanes, dimana pelayanan ini terjadi secara berturut-turut, mulai dari pelayanan Petrus, selanjutnya Paulus, dan akhirnya Yohanes. Masing- masing dari ketiga pelayanan ini sempurna adanya, namun semua pelayanan ini mempunyai tema atau pokok bersama. Tema atau pokok bersama dari ketiga pelayanan mereka adalah KERAJAAN SORGA atau KERAJAAN ALLAH, dimana Yesus Kristus sebagai Raja diatas segala raja, dan umat pilihanNya adalah raja-raja

[block:views=similarterms-block_1]

Pelayanan Petrus adalah suatu pelayanan yang ditujukan terutama kepada bangsa Yahudi. Perjanjian Baru, yang disahkan oleh darah Yesus, ditawarkan pada bangsa Israel melalui pelayanan Petrus. Pelayanan Petrus meneruskan zaman sebelumnya, yaitu zaman Hukum Taurat.

Pelayanan Paulus, yang terutama ditujukan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, memulai dispensasi baru, yaitu dispensasi misteri. Misteri adalah suatu kebenaran tersembunyi, namun telah diwahyukan kepada hamba-hambaNya. Ada beberapa misteri yang disampaikan kepada gerejaNya melalui pelayanan Paulus, diantaranya misteri kehendakNya, misteri Kristus, misteri besar, dan misteri Injil.

Pelayanan Yohanes termasuk dalam dispensasi misteri. Melalui pelayanan Yohanes, Allah mewahyukan kepada Umat pilihanNya tiga misteri, yaitu misteri babel, misteri ketujuh kaki dian emas dan ketujuh bintang, serta berakhirnya misteri Allah. Pelayanan Yohanes adalah suatu pewahyuan kepada Umat pilihanNya yang berada "di luar perkemahan" kekristenan yang telah jatuh.

Kesimpulan umum dari tulisan ini menegaskan bahwa seseorang perlu mendengarkan FirmanNya melalui ketiga pelayanan yang telah disebut diatas, sebelum ia dapat berjalan bersama Allah untuk menggenapi rencanaNya.

I. PENDAHULUAN

Tulisan ini akan mengungkapkan bahwa Allah telah berbicara tiga kali kepada kita gerejaNya, yaitu melalui pelayanan Petrus, pelayanan Paulus, dan pelayanan Yohanes. Kitab-kitab dalam Perjanjian Baru, dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis pelayanan mereka. Yang dimaksud dengan pelayanan Petrus adalah suatu jenis pelayanan yang dipimpin oleh Petrus. Jenis pelayanan Petrus adalah suatu pelayanan kepada orang-orang Yahudi, sebagaimana kelak akan diuraikan dalam tulisan ini. Jadi, kitab-kitab yang termasuk dalam pelayanan Petrus, selain tulisan-tulisan Petrus, adalah Injil Matius, Ibrani (sekalipun kitab ini ditulis oleh Paulus, tetapi kitab ini ditujukan kepada orang-orang Ibrani), surat Yakobus, surat Yudas, dan kitab Kisah Para Rasul pasal 1 sampai 12, yang membicarakan pelayanan Petrus.

Kitab-kitab yang termasuk dalam pelayanan Paulus adalah semua surat-surat Paulus, Injil Lukas, dan kitab Kisah Para Rasul pasal 13 sampai 28. Sedangkan kitab-kitab yang termasuk dalam pelayanan Yohanes adalah semua tulisan Yohanes, yaitu Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan kitab Wahyu. Injil Markus, dapat dikelompokkan kedalam pelayanan Petrus, karena pengaruhnya atas Markus, maupun Paulus, karena Injil ini ditujukan kepada pembaca non Yahudi. Tetapi, mungkin lebih tepat kalau kitab ini dikelompokkan kedalam pelayanan Paulus, karena Markus ikut dalam tim misi Paulus.

Sebelum kita membicarakan lebih jauh mengenai trilogi ini, perlu ditegaskan disini bahwa kami sangat percaya akan ketidakbersalahan Alkitab. Kami percaya sepenuhnya bahwa Alkitab adalah tulisan yang diilhamkan Allah dan tidak bersalah. Terjemahan-terjemahan dari bahasa aslinya, tentu memiliki kesalahan-kesalahan, karena masalah bahasa dan faktor-faktor manusiawi lainnya. Tetapi Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah benar-benar tulisan yang diilhamkan Allah, sehingga tidak ada kesalahan didalamnya.

Mari kita bahas lebih dahulu istilah trilogi. Didalam kamus, trilogi (Inggris, trilogy) bermakna group of three plays, novels, operas, etc, to be performed, read, etc, in succession, each complete in itself but having a common subject. Jadi, trilogi berarti suatu kelompok dari suatu permainan, cerita-cerita, sandiwara-sandiwara, dan sebagainya, yang dimainkan, atau dibaca, dan sebagainya, secara berturut-turut, namun masing-masingnya telah sempurna, tetapi mempunyai tema / pokok bersama. Kalau istilah ini kita terapkan pada pokok bahasan kita mengenai pelayanan Petrus, Paulus, dan Yohanes, maka pengertian trilogi adalah suatu kelompok pelayanan, yang terdiri dari tiga, yaitu pelayanan Petrus, pelayanan Paulus dan pelayanan Yohanes, dimana pelayanan ini terjadi secara berturut-turut, mulai dari pelayanan Petrus, selanjutnya Paulus, dan akhirnya Yohanes. Masing-masing dari ketiga pelayanan ini sempurna adanya, namun semua pelayanan ini mempunyai tema atau pokok bersama. Apakah tema atau pokok bersama dari ketiga pelayanan mereka? Seperti yang akan kita lihat nanti, tema pelayanan ketiganya adalah KERAJAAN SORGA atau KERAJAAN ALLAH, dimana Yesus Kristus sebagai Raja diatas segala raja, dan umat pilihanNya adalah raja-raja.

Apakah konsep trilogi ada didalam Alkitab? Sekalipun istilah trilogi, tidak tertulis didalam Alkitab, namun konsep trilogi sangat banyak terdapat didalam Alkitab. Mari kita lihat dahulu Amsal 22:20, demikian tertulis, "Bukankah aku telah menulisnya kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan". Kita akan bandingkan terjemahan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dari King James Version tertulis, "Have not I written to thee excellent things in counsel and knowledge". Dari Young´s Literal Translation tertulis, "Have I not written to thee three times". Dari The Jerusalem Bible tertulis, "Have I not written for you thirty chapter". Kata excellent things, dalam Amsal 22:20, berasal dari kata Ibrani shalosh, yang artinya, menurut kamus Ibrani Strong´s Exhaustive Concordance of the Bible (# 7991, 7969), adalah a triple, atau a triangle, atau a three-fold, atau the third rank atau three. Sebenarnya, akar kata shalosh berarti tiga. Perubahan huruf hidup sedikit dari kata Ibrani ini, membuatnya berarti tiga puluh, seperti terjemahan The Jerusalem Bible. Tetapi terjemahan Young´s Literal Translation, lebih tepat sesuai dengan pengertian akar kata Ibrani ini. Dan kalau kita gabungkan terjemahan versi Young dan versi King James, maka berarti bahwa perihal berbicara tiga kali dalam nasihat dan pengetahuan, adalah perkara yang baik sekali (Excellent). Jadi, konsep trilogi, terungkap secara langsung dalam Amsal 22:20.

Kami akan kutip konsep trilogi ini dalam bahasa Inggris dari seorang teman, sebagai berikut :

  • Jesus ­ Christ ­ The Lord.
  • Son ­ Spirit ­ Father.
  • Passover ­ Pentecost ­ Tabernacles.
  • Outer Court ­ Holy Place ­ Most Holy Place.
  • Body ­ Soul ­ Spirit.
  • The Way ­ The Life ­ The Truth.
  • Faith ­ Hope ­ Love.
  • Children ­ Youth ­ Father.
  • Babes ­ Carnal ­ Spiritual.
  • Milk ­ Bread ­ Meat.
  • Blood ­ Oil ­ Wine.
  • Water Baptism ­ Spirit Baptism ­ Fire Baptism.
  • Baptized in Sea ­ Baptized in Cloud ­ Baptized in Jordan.
  • Out of Egypt ­ Wilderness ­ Promise Land.
  • The Land ­ The City ­ The Temple.
  • Israel ­ Jerusalem ­ Zion.
  • Justification ­ Sanctification ­ Glorification.
  • 30 Fold ­ 60 Fold ­ 100 Fold.
  • Ask ­ Seek ­ Knock.
  • Good ­ Acceptable ­ Perfect.
  • Good ­ Better ­ Best.
  • Gift ­ Reward ­ Inheritance.
  • First Heaven ­ Second Heaven ­ Third Heaven.
  • First Day ­ Second Day ­ Third Day.
  • First Anointing ­ Second Anointing ­ Third Anointing.
  • Silver ­ Precious Stone ­ Gold.
  • Command ­ Will ­ Mystery.
  • Call ­ Chosen ­ Faithful.
  • The Word ­ The Letter ­ The Book of Life.
  • Priest ­ Prophet ­ King.
  • Servant ­ Disciple ­ Friend.
  • Gnosis ­ Epignosis ­ Oida.
  • Knowledge ­ Revelation ­ Perfect Knowledge.
  • Star ­ Moon ­ Sun
  • Red ­ Yellow ­ Blue.
  • El Shaday ­ Yehovah ­ El Elyon.
  • Yesterday ­ Today ­ Forever.
  • Outer Circle ­ Inner Circle ­ Innermost Circle.
  • Salvation ­ Anointing ­ Adoption.
  • Deliverance ­ Training ­ Overcomer.

Trilogi, bukan hanya berarti Tuhan berbicara tiga kali atau Tuhan mewahyukan firmanNya tiga kali. Tetapi, karena pewahyuan Allah bersifat progresif, maka trilogi berarti bahwa pewahyuan Tuhan berikutnya, lebih dalam dan menyeluruh. Jadi, perkataan Tuhan yang kedua dan ketiga, semakin dalam dan semakin menyeluruh, dibanding yang pertama. Ini berarti pewahyuan yang tertuang dalam pelayanan Yohanes, lebih dalam dan menyeluruh dibanding pewahyuan yang tertuang dalam pelayanan Paulus maupun Petrus. Sekali lagi, ini bukan berarti pewahyuan yang tertuang dalam pelayanan Petrus, tidak sempurna atau bercacat cela. Tetapi, pewahyuan yang diterima Petrus tentang gerejaNya, memang belum lengkap dan menyeluruh. Itu sebabnya Paulus, ketika berbicara mengenai pelayanannya, berkata dalam Kolose 1:25 sebagai berikut, " to complete (melengkapkan) the word of God".

Ketika Tuhan berbicara dan mewahyukan firmanNya kepada para hambaNya, maka otomatis semua ini akan menghasilkan pengalaman tertentu. Kami tidak berbicara pengalaman rohani yang tanpa dasar firman Tuhan. Artinya, jika seseorang mengalami pengalaman rohani yang sejati, pastilah ini disebabkan adanya pewahyuan firman Tuhan tertentu, yang terjadi dalam hidupnya. Kalau kita menghubungkan pengalaman rohani dengan konsep trilogi yang sedang kita bicarakan, maka ini berarti seseorang akan mengalami pengalaman rohani pertama, kedua dan ketiga di dalam hidupnya, sepanjang ia bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan rencanaNya.

Hal yang sangat perlu dipahami mengenai konsep trilogi ini yaitu bahwa pewahyuan yang diterima oleh Petrus, Paulus maupun Yohanes, sama sekali tidak bertentangan. Karena sesungguhnya semua ini adalah satu, yaitu pewahyuan Yesus Kristus kepada gerejaNya. Tetapi Yesus Kristus berbicara kepada gerejaNya, melalui Petrus, Paulus dan Yohanes. Maksudnya, jika seseorang telah hidup di "alam pewahyuan Yohanes", bukan berarti pewahyuan Petrus maupun Paulus sudah tidak berlaku lagi didalam hidupnya. Sama seperti seseorang yang sudah ada di tingkat SLTP, bukan berarti pelajaran-pelajaran di tingkat SD tidak berlaku baginya, atau salah. Jadi, pewahyuan Tuhan adalah satu, dan tidak terbagi-bagi. Tetapi kita harus mengakui bahwa Tuhan berbicara tiga kali melalui hamba-hambaNya, yaitu Petrus, Paulus dan Yohanes. Karenanya, seseorang yang telah hidup di "alam pewahyuan Yohanes", maka ia juga hidup di "alam pewahyuan Petrus maupun Paulus". Tetapi, seseorang yang hidup di "alam pewahyuan Paulus", maka tentu saja ia belum hidup di "alam pewahyuan Yohanes". Perkara ini diharapkan akan semakin jelas seturut dengan pembahasan kita selanjutnya.

Sebelum kita membahas pelayanan Petrus, akan dijelaskan secara singkat mengenai dispensasi dalam kaitannya dengan trilogi. Kata dispensasi (Inggris : Dispensation), berasal dari bahasa Latin, yang mana merupakan terjemahan kata Yunani Perjanjian Baru oikonomia. Kata oikonomia adalah gabungan dari kata oikos (rumah), dan kata nemo (menyalurkan atau memberikan makanan atau aturan-aturan / hukum-hukum). Jadi, arti kata dispensation adalah pengelolaan (management) dari suatu rumah tangga atau keluarga.

Jika kata ini dikaitkan dengan rencana Allah yang berzaman-zaman, maka dispensasi berarti cara Allah mengelola atau memperlakukan manusia pada suatu zaman (periode) tertentu. Jadi, dalam suatu periode tertentu, Allah mewahyukan hukum-hukum dan jalan-jalanNya kepada manusia agar manusia mengungkapkan imannya sesuai dengan hukum-hukum dan jalan-jalan yang telah dinyatakan. Ini tidak berarti bahwa perlakuan Allah kepada manusia selalu berubah-ubah pada setiap zaman. Allah tetap sama dan tidak berubah, sesuai firmanNya. Tetapi, dalam pengelolaanNya dan dalam rencanaNya yang berzaman-zaman, Allah menghendaki manusia mengungkapkan imannya sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan tertentu yang telah dinyatakan.

Yang harus kita ingat disini adalah bahwa dalam setiap zaman, Allah selalu menuntut iman dari manusia. Tetapi cara manusia mengungkapkan imannya kepada Allah akan berbeda-beda pada setiap zaman, tergantung dari hukum-hukum Allah yang dinyatakan pada zaman itu. Pada zaman Musa, sebagai contoh, orang-orang beriman mengungkapkan imannya dengan menuruti hukum Musa, dan melakukan berbagai macam ritual sesuai dengan peraturan yang ada. Tetapi di zaman setelah Yesus disalibkan, orang beriman mengungkapkan imannya dengan cara yang lain lagi. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa Allah selalu menuntut iman dari pihak manusia, pada setiap zaman

Banyak pelayan Tuhan yang telah mencoba membagi zaman-zaman yang tertulis dalam Alkitab. Sebagian membaginya menjadi 7 zaman, sebagian lagi 4 zaman. Tetapi nampaknya, semua pembagian ini tidak mempertimbangkan perihal trilogi. Dalam tulisan ini, akan diuraikan zaman-zaman yang diungkapkan dalam Alkitab, dengan mempertimbangkan perihal trilogi.

Pertama, apa yang kita sebut sebagai zaman Adam-Musa (Roma 5:14). Pada zaman ini, Allah memperlakukan manusia secara keluarga demi keluarga, dimana fungsi bapa dalam suatu keluarga adalah sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai contoh, kita lihat kehidupan Ayub yang hidup sebelum Abraham. Ayub berfungsi sebagai imam, nabi dan raja bagi anak- anaknya. Fungsi keimaman Ayub bagi anak-anaknya sangat jelas terlihat ketika ia mempersembahkan korban bakaran setiap kali anak-anaknya selesai berpesta (Ayub 1:5). Sementara itu, kita lihat fungsi kenabian seorang bapa, terlihat jelas dalam kehidupan Yakub. Ketika Yakub hampir meninggal, ia memanggil anak-anaknya serta berkata, "Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami dikemudian hari" [ Kejadian 49:1 ]. Jadi, pada zaman Adam- Musa, Allah berurusan dan memberkati manusia, keluarga demi keluarga melalui bapa sebagai kepala keluarga.

Kedua, apa yang kita sebut sebagai zaman hukum Taurat. Dalam zaman ini, Allah memilih suatu bangsa yaitu Israel, serta mengadakan perjanjian dengannya, yang kita kenal sebagai Perjanjian Lama. Maksud Allah dalam memilih bangsa Israel terungkap dalam Keluaran 19:6 sebagai berikut, "Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus". Artinya, sepanjang bangsa Israel menguduskan dirinya, maka Allah akan memakai Israel sebagai imam-imam bagi bangsa-bangsa lainnya untuk memberkati. Jadi, dalam zaman hukum Taurat, Allah memberkati dan berurusan dengan seluruh manusia melalui Umat pilihanNya yaitu Israel. Allah akan memakai bangsa Israel sebagai terang bagi bangsa-bangsa lain.

Tetapi, sebagaimana kita ketahui, bangsa Israel tidak setia memegang Perjanjian Lama, yaitu Perjanjian yang Allah buat dengan Israel ketika Ia memimpin Bangsa ini keluar dari perbudakan Mesir. Ketidaksetiaan Israel memegang Perjanjian Lama ini tertulis dalam Ibrani 8:8-10 sebagai berikut, "Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, ´Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir, sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak mereka, maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu´, demikianlah firman Tuhan. ´Aku akan menaruh hukumKu dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka".

Dan Perjanjian Baru ini disahkan ketika Yesus mencurahkan darahNya di kayu salib, sebagaimana tertulis dalam Matius 26:28, "Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa". Tetapi kita harus ingat bahwa Perjanjian Baru ini, terutama adalah suatu Perjanjian yang diadakan Allah dengan kaum Israel, karena Perjanjian yang pertama (Perjanjian Lama) telah dilanggar.

Pelayanan Perjanjian Baru, yang Allah adakan dengan kaum Israel ini, dijalankan oleh Petrus dan timnya, yang dalam trilogi ini kita sebut sebagai Pelayanan Petrus. Sekalipun Petrus juga melayani bangsa-bangsa lain, tetapi Pelayanan Petrus adalah suatu pelayanan kepada bangsa Yahudi, yaitu suatu pelayanan yang menawarkan Perjanjian Baru kepada kaum Israel. Jadi, Pelayanan Petrus tidak memulai zaman baru atau dispensasi baru, sebab Pelayanan Petrus sebenarnya adalah meneruskan atau lebih tepat kita sebut memulihkan Perjanjian Lama yang telah dilanggar oleh bangsa Israel. Pelayanan Petrus adalah pelayanan pemulihan Perjanjian, yaitu Perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel. Oleh karena itu, Pelayanan Petrus termasuk dalam zaman hukum Taurat, karena zaman hukum Taurat adalah zaman dimana Allah mengadakan Perjanjian dengan bangsa Israel.

Hal ini berbeda dengan Pelayanan Paulus, dimana Paulus membuka suatu zaman baru, yaitu suatu zaman dimana Allah memberkati seluruh manusia melalui Tubuh Kristus, yaitu suatu Umat (jemaat) dimana tidak ada perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi. Alkitab menyebut zaman dimana Pelayanan Paulus berada, adalah dispensasi misteri. Ada beberapa misteri yang Allah ungkapkan melalui pelayanan Paulus, diantaranya adalah misteri Kristus, misteri Allah, misteri kehendakNya dan seterusnya. Jadi, sejauh ini, telah kita lihat tiga zaman atau dispensasi, yaitu pertama, zaman Adam-Musa, kedua, zaman Hukum Taurat dimana Pelayanan Petrus termasuk kedalamnya, dan ketiga, dispensasi misteri dimana Pelayanan Paulus berada.

Sementara itu, Pelayanan Yohanes adalah suatu pelayanan yang termasuk dalam dispensasi misteri, tetapi mengungkapkannya lebih jauh lagi. Pelayanan Yohanes mengungkapkan misteri Babel, misteri ketujuh kaki dian emas dan ketujuh bintang, serta berakhirnya misteri Allah. Selanjutnya, kita akan lihat lebih jelas lagi perihal trilogi ini, dengan memulai uraian tentang Pelayanan Petrus.

II. PELAYANAN PETRUS

Pelayanan Petrus adalah suatu pelayanan yang ditujukan kepada bangsa Yahudi. Untuk dapat memahami pelayanan Petrus dengan baik, kita perlu mengetahui dengan pasti janji Allah kepada Israel. Apakah sebenarnya isi dari Perjanjian antara Allah dengan Israel, yang telah kita ketahui sebagai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu ?

Perjanjian Lama adalah Perjanjian antara Allah dengan Israel yang terjadi, "pada waktu Aku (Allah) memegang tangan mereka (Israel) untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir" [ Ibrani 8:9 ]. Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, maka Tuhan sendiri menampakkan diri di gunung Sinai serta mengucapkan firmanNya sebagai berikut, "Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus" [ Keluaran 19:5-6 ]. Selanjutnya di gunung Sinai inilah Tuhan mengucapkan kesepuluh firman, serta berbagai peraturan, dan juga memberi perintah untuk mendirikan kemah suci.

Pada intinya, Perjanjian antara Allah dengan Israel yang terjadi di gunung Sinai adalah suatu perjanjian bahwa Allah akan menguduskan Israel sebagai suatu bangsa dan menjadikannya imam ditengah bangsa- bangsa lain, agar melalui Israel sebagai Imam, Allah dapat memberkati bangsa-bangsa lainnya juga. Tetapi, agar Israel dapat menjadi bangsa yang kudus serta berfungsi sebagai Imam bagi bangsa-bangsa lain, maka Israel harus memelihara perintah Tuhan sebagaimana yang diucapkanNya di gunung Sinai.

Tetapi, sebagaimana kita ketahui, bangsa Israel telah gagal mentaati Hukum Tuhan di gunung Sinai. Karena, ketika bangsa itu melihat bahwa Musa berlambat-lambat untuk turun dari gunung Sinai, maka mereka meminta Harun untuk membuat anak lembu emas sebagai allah yang mereka akui telah menuntun mereka keluar dari tanah Mesir [ Kel. 32:1-6 ]. Perbuatan mereka ini merupakan dosa besar dihadapan Allah. Dan Musa berkata kepada bangsa itu, "Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku !". Dan ternyata seluruh bani Lewi datang berkumpul kepada Musa [ Kel. 32:26 ]. Oleh sebab itu, untuk selanjutnya fungsi keimaman bangsa Israel dijalankan oleh suku Lewi. Pada mulanya, seluruh bangsa diharapkan berfungsi sebagai imam dihadapan Allah bagi bangsa-bangsa lainnya, tetapi sejak peristiwa anak lembu emas, bangsa Israel sendiri memerlukan imam bagi diri mereka. Ini merupakan kegagalan awal mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kegagalan Israel sebagai Umat Pilihan Tuhan terus berlanjut. Setelah peristiwa anak lembu emas, Israel terus bersungut-sungut selama dalam perjalanan di padang gurun, dan tidak sepenuhnya mempercayai Tuhan. Puncaknya terjadi di Kadesy, ketika bangsa itu telah dekat tanah Kanaan dan mengirimkan 12 pengintai untuk mengamat-amati negeri yang dijanjikan Tuhan kepada mereka [ Bilangan 13-14 ]. Pada waktu Israel melihat tantangan yang harus mereka hadapi, maka mereka menjadi takut dan tidak mempercayai Tuhan serta memutuskan untuk kembali ke Mesir. Sikap tidak percaya dan pemberontakan Israel ini membuat Tuhan memberikan disiplinNya, sehingga seluruh generasi pertama bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir, mati di padang gurun.

Selanjutnya, setelah generasi-generasi yang berikut diam di tanah Kanaan, kembali mereka tidak setia kepada Tuhan dan melakukan penyembahan berhala dengan mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa kafir yang tinggal disitu. Bahkan Israel meminta seorang raja sama seperti yang terdapat pada bangsa-bangsa lain disekitarnya [ I Samuel 8 ]. Permintaan Israel akan seorang raja manusia untuk memerintahnya, secara tidak langsung telah menolak Allah menjadi Raja atas mereka. Kedua dosa Israel ini, yaitu penyembahan berhala dan penolakan Allah sebagai satu-satunya Raja mereka, membuat Allah menilai bahwa Israel tidak memelihara perjanjian yang diikatNya ketika di gunung Sinai. Maka, sesuai dengan Ibrani 8:8-10 yang telah kita kutip diatas, Allah menolak Israel namun berjanji akan membuat suatu Perjanjian yang baru dengan Israel. Perjanjian Baru ini disahkan melalui darah Yesus, dan ditawarkan kepada Israel melalui Pelayanan Petrus. Demikianlah beberapa hal yang perlu diketahui untuk dapat memahami Pelayanan Petrus.

Jadi, Pelayanan Petrus adalah suatu pelayanan yang menawarkan Perjanjian Baru kepada Israel, dimana Perjanjian ini disahkan oleh darah Yesus. Didalam Perjanjian Baru yang Allah tawarkan kepada Israel, sudah tercakup seluruh janji-janji Allah yang diucapkanNya melalui nabi-nabiNya pada masa Perjanjian Lama. Hanya, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana dan kapan penggenapan janji-janji Allah kepada kepada Israel ini akan terjadi.

Pada prinsipnya, Perjanjian Baru yang Allah tawarkan pada Israel ini bersifat spiritual. Perjanjian yang pertama (Lama), penuh dengan hal-hal yang bersifat jasmani dan lahiriah serta merupakan perlambang / gambaran saja, tetapi Perjanjian Baru merupakan penggenapan perlambang tersebut, dan terjadi didalam hati orang yang percaya. Sebagai contoh, Perjanjian yang pertama tertulis pada loh batu, tetapi Perjanjian Baru tertulis pada hati orang Israel yang percaya [ Ibrani 8:10 ]. Kerajaan Israel pada masa Perjanjian Lama adalah kerajaan jasmani yang dipimpin oleh seorang raja manusia, tetapi Perjanjian Baru menawarkan kerajaan sorga kepada Israel, dimana kerajaan sorga ini akan berdiam dan berkuasa didalam hati orang yang percaya. Penyembahan pada masa Perjanjian Lama haruslah di Yerusalem atau suatu tempat jasmani tertentu, tetapi pada masa Perjanjian Baru, penyembahan haruslah didalam roh. Ini hanya beberapa contoh saja untuk menjelaskan adanya pergeseran pengertian antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama bersifat jasmani, Perjanjian Baru bersifat spiritual. Prinsip spiritual ini perlu dipahami dan dipegang dengan sungguh-sungguh.

Tetapi, prinsip spiritual ini bukan berarti meniadakan sama sekali bentuk atau manifestasi jasmani dari penggenapan janji-janji Allah kepada Israel. Kita ambil contoh janji Allah kepada Israel untuk menghadirkan Kerajaan Mesias. Apakah Kerajaan Mesias ini akan sama persis dengan Kerajaan Daud, dimana, sebagaimana Daud duduk diatas takhta jasmani, demikian juga Mesias akan duduk diatas takhta jasmani ? Seandainya, Mesias hanya keturunan jasmani dari Daud, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa Kerajaan Mesias akan sama persis dengan Kerajaan Daud, sebagaimana Kerajaan Salomo sama persis secara jasmani dengan Kerajaan Daud. Tetapi, Mesias bukan hanya keturunan jasmani dari Daud, tetapi Mesias juga adalah tuannya Daud [ Matius 22:43 ]. Itu sebabnya kita percaya bahwa Kerajaan Mesias tidak sama persis dengan Kerajaan jasmani Daud. Sesungguhnya, Kerajaan Mesias adalah Kerajaan Sorga, sebagaimana yang Yesus tawarkan kepada orang-orang Yahudi. Tetapi harus kita ingat bahwa Kerajaan Sorga juga termanifestasi secara jasmani, hanya saja manifestasi jasmani dari Kerajaan Sorga tidak sama persis dengan Kerajaan jasmani Daud. Jadi, kita percaya bahwa penggenapan janji-janji Allah kepada Israel yang diucapkanNya pada masa Perjanjian Lama, contohnya Kerajaan Mesias, akan termanifestasi secara jasmani juga namun tidak sama persis dengan Kerajaan Daud, sebagaimana yang dipercayai banyak orang. Sesungguhnya, manifestasi awal Kerajaan Mesias terjadi pada gereja mula-mula yaitu komunitas orang-orang Yahudi yang percaya pada pemberitaan Petrus dan timnya.

Selanjutnya, kita akan menjelaskan Pelayanan Petrus ini dengan menguraikan kitab-kitab yang termasuk kedalam Pelayanan Petrus. Seperti telah disebutkan terdahulu, kitab-kitab yang termasuk kedalam Pelayanan Petrus ini adalah surat I dan II Petrus, Injil Matius, Ibrani, Yakobus, Yudas, dan kitab Kisah Para Rasul pasal 1 sampai 12 yang menceritakan pelayanan yang dipimpin Petrus. Kita akan mulai menjelaskan Pelayanan Petrus ini dengan menguraikan kitab Kisah Para Rasul pasal 1-12.

Kisah Para Rasul 1-12

Didalam kitab ini, dijelaskan bahwa pelayanan Petrus dan timnya adalah menjadi saksi bagi Yesus di Yerusalem, Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi [ Kis. 1:8 ]. Petrus dan timnya menjalankan pelayanan ini dengan baik. Mula-mula mereka menjadi saksi tentang kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga di Yerusalem. Sebagian Umat Israel menerima kesaksian mereka, walaupun Mahkamah Agama (Sanhedrin) menolaknya. Petrus dan kawan-kawannya bersaksi dua kali kepada Mahkamah Agama (Kis. 4:8-12 dan 5:29-32), dan kesaksian ketiga adalah melalui Stefanus (Kis. 7). Tiga kali Petrus dan timnya bersaksi kepada Mahkamah Agama, namun mereka tetap menolaknya. Bahkan pada kesaksian ketiga melalui Stefanus, Mahkamah Agama bukan saja menolak kesaksian Stefanus namun juga membunuhnya.

Setelah Mahkamah Agama menolak kesaksian Petrus dan timnya, maka mulailah terjadi penganiayaan terhadap orang-orang yang menerima kesaksian Petrus dan timnya yaitu gereja di Yerusalem (Kis. 8:1). Tuhan memakai penganiayaan ini sehingga Petrus dan timnya menjadi saksi di Yudea dan Samaria (Kis. 8:1 sampai 12:17). Pada waktu ini, Petrus menggunakan kunci Kerajaan Sorga dan membukanya bagi bangsa- bangsa lain (Kornelius dan seisi rumahnya).

Setelah Herodes membunuh Yakobus, maka ia juga menahan Petrus dan merencanakan untuk membunuhnya. Tetapi Jemaat dengan tekun mendoakannya, sehingga Petrus dilepaskan secara mujizat. Setelah Petrus dilepaskan secara mujizat, maka ia berkata, "Beritahukanlah hal ini kepada Yakobus dan saudara-saudara kita. Lalu ia keluar dan pergi ke tempat lain" [ Kis. 12:17 ]. Perkataan Petrus ini penuh arti. Apabila kita baca pasal-pasal selanjutnya, dapatlah kita ketahui bahwa Petrus pergi ke tempat lain dan menjadi saksi bagi Yesus sampai ke ujung bumi, sementara itu kepemimpinan gereja di Yerusalem diteruskan oleh Yakobus. Di akhir pelayanannya, Petrus menulis suratnya dari Roma, yang dapat kita artikan sebagai "ujung bumi". Demikianlah Petrus dan timnya menggenapkan perkataan Yesus bahwa mereka akan menjadi saksi bagiNya mulai dari Yerusalem, Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi.

Apakah pesan-pesan yang disampaikan Petrus dan timnya, yang tertulis dalam kitab ini ? Pada intinya, Petrus dan timnya mengkhotbahkan bahwa Yesus yang telah mati itu, dibangkitkan Allah kembali serta menjadi Tuhan dan Kristus [ Kis. 2:36 ]. Dan barangsiapa yang bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus, akan menerima pengampunan dosa serta menerima Roh Kudus [ Kis. 2:38 ]. Petrus juga mengingatkan bahwa berkat ini terutama diuntukkan bagi bangsa Israel berdasarkan perjanjianNya dengan Abraham [ Kis. 2:39 ; 3:25-26 ]. Tetapi ini bukan berarti bahwa bangsa-bangsa lain diabaikan, karena sebagaimana telah kita lihat bahwa pelayanan Petrus juga menjangkau bangsa-bangsa lain. Hanya, memang pelayanan Petrus terutama adalah bagi bangsa Yahudi.

Orang-orang yang menerima perkataan Petrus dan timnya, disebut gereja (2:47) atau murid (6:1). Murid-murid ini dipimpin oleh ke 12 rasul, yang kemudian juga dibantu oleh tujuh orang yang melayani meja, namun satu hal yang pasti adalah mereka semua dipimpin oleh Roh Kudus. Kepemimpinan Roh Kudus sangat nyata dalam kehidupan komunitas ini. Mereka berdoa dengan spontan sesuai pimpinan Roh (4:24-31), dan bersaksi sesuai pimpinan Roh.

Surat I dan II Petrus

Petrus menulis kedua suratnya dari Roma kira-kira tahun 63-64, sebelum penganiayaan atas orang-orang Kristen oleh Kaisar Nero pada tahun 64. Dan menurut tradisi, Petrus mati disalib dengan kepala dibawah, sebelum kematian Kaisar Nero pada tahun 68.

Petrus menulis suratnya kepada orang-orang Kristen yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil, dan Bitinia. Nampaknya, setelah kepemimpinan gereja di Yerusalem diteruskan oleh Yakobus, maka Petrus berjalan keliling beserta isterinya ke daerah-daerah dimana kedua suratnya dialamatkan. Pelayanan Petrus ini menggenapi panggilan Tuhan agar menjadi saksi bagi Yesus sampai ke ujung bumi. Kedua surat Petrus ini ditujukan terutama untuk orang-orang percaya dari bangsa Yahudi.

Isi dari Perjanjian Baru, yaitu suatu Perjanjian yang disahkan oleh darah Yesus yang Allah tawarkan bagi bangsa Yahudi, didalam kedua surat Petrus ini adalah sebagai berikut. Pertama, perihal dilahirkan kembali (I Petrus 1:3,23). Tujuan dari berkat dilahirkan kembali adalah agar orang-orang percaya mendapat warisan atau suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tersimpan di sorga (I Petrus 1:4). Selanjutnya juga, agar melalui pertumbuhan iman yang terus menerus, maka orang-orang percaya akan menerima berkat keselamatan jiwa di dunia ini (I Petrus 1:9).

Kedua, perihal menerima Kuasa Ilahi (II Petrus 1:3). Apabila orang- orang percaya menerima Kuasa IlahiNya, maka mereka akan diperlengkapi dengan segala sesuatu yang berguna untuk dapat hidup saleh. Berkat ini luar biasa, karena tidak mungkin orang dapat hidup kudus jika tidak menerima Kuasa Ilahi. Ketiga, perihal hak penuh untuk memasuki Kerajaan Yesus Kristus (II Petrus 1:11). Apabila orang percaya telah sungguh-sungguh memasuki Kerajaan Yesus Kristus, maka hidupnya di dunia ini diperintah oleh Yesus Kristus, dan sebagai akibatnya ia mengalami damai sejahtera terus menerus karena Yesus adalah Raja damai.

Selain Petrus menjelaskan berkat-berkat Perjanjian Baru kepada orang- orang percaya, ia juga memperingati akan datangnya penganiayaan karena mengikut Tuhan. Petrus juga mengingatkan bahwa penganiayaan ini adalah sesuatu hal yang biasa, dan orang-orang percaya tidak perlu merasa heran (I Petrus 4:12). Juga Petrus mengingatkan akan bahaya guru- guru palsu (II Petrus 2:1). Demikianlah pesan-pesan yang disampaikan melalui pelayanan Petrus, yang tertulis didalam kedua suratnya ini.

Injil Matius

Sebelum menguraikan pelayanan Petrus yang terungkap di dalam Injil Matius, kita akan menjelaskan apa sebenarnya yang disampaikan dan ditawarkan Yesus kepada bangsa Yahudi dan mengapa mereka menolaknya.

Ketika Yesus memulai pelayananNya di Galilea, Ia mulai memberitakan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat" [Mat. 4:17 ]. Kerajaan Sorga adalah sesuatu yang Yesus khotbahkan dan tawarkan kepada bangsa Yahudi. Kerajaan Sorga yang dimaksud disini adalah suatu Kerajaan di Sorga dimana Yesus adalah Raja diatas segala raja. Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Mesias yang dinantikan bangsa Yahudi, sesungguhnya adalah Kerajaan Sorga yang Yesus tawarkan. Dengan kata lain, Yesus menegaskan bahwa DiriNyalah Mesias, Anak Allah dan Raja yang dinantikan oleh bangsa Yahudi.

Tetapi Yesus menegaskan bahwa untuk dapat memahami dan menerima Kerajaan Sorga, maka seseorang haruslah mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh. Pertobatan disini bukan hanya berarti meninggalkan kehidupan penuh dosa, tetapi adalah suatu perubahan pikiran secara radikal. Agar dapat menerima Kerajaan Sorga dan juga menerima Yesus sebagai Raja, maka bangsa Yahudi harus berubah pikiran secara radikal. Mengapa demikian ?

Bangsa Yahudi mempunyai pengertian bahwa Mesias adalah anak Daud [ Mat. 22:42 ]. Oleh sebab itu, dalam pikiran bangsa Yahudi, Kerajaan Mesias akan sama dengan kerajaan Daud. Bangsa Yahudi menantikan seorang Mesias, yang walaupun manusia biasa namun disertai Allah, sebagaimana Daud, sehingga dapat memimpin bangsa Yahudi, baik dalam perang maupun perkara-perkara lainnya. Tetapi, ketika Yesus datang dan menyatakan bahwa DiriNya adalah Mesias dan Anak Allah, maka bukan saja bangsa Yahudi menolakNya tetapi juga menyatakan bahwa Ia menghujat Allah [ Mat. 26:63-65].

Bangsa Yahudi tidak bertobat dan berubah pikirannya tentang Mesias. Mereka membayangkan Kerajaan Mesias sama dengan kerajaan jasmani Daud. Itu sebabnya mereka tidak dapat menerima Yesus sebagai Mesias dan Raja, ataupun Yesus sebagai Anak Allah. Sebenarnya Yesus telah mencoba merubah pengertian mereka tentang Mesias, ketika Ia bertanya pada orang-orang Farisi, "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" [ Mat. 22:42 ]. Ketika orang Farisi menjawab bahwa Mesias adalah anak Daud, maka Yesus menegaskan bahwa Mesias sesungguhnya adalah tuannya Daud. Itu sebabnya Kerajaan Mesias tidak sama dengan kerajaan jasmani Daud. Kerajaan Daud hanyalah perlambang saja, sedangkan Kerajaan Mesias adalah realitanya. Tetapi para pemimpin Yahudi tidak memahami hal seperti ini, dan mereka menolak Yesus.

Setelah pelayananNya selama kurang lebih tiga setengah tahun, akhirnya Yesus ditolak oleh para pemimpin bangsa Yahudi dan diserahkan kepada bangsa Roma untuk disalibkan. Pada malam terakhir sebelum Yesus disalibkan, Ia mengadakan perjamuan Paskah bersama murid-muridNya. Ketika mereka sedang merayakan Paskah, Yesus mengambil roti, memecah- mecahkannya dan berkata, "Ambillah, makanlah, inilah tubuhKu. Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa" [ Matius 26:26-28 ]. Pada malam terakhir sebelum Yesus disalibkan, Ia membuat suatu Perjanjian yang disahkan oleh darahNya. Perjanjian ini terutama diuntukkan bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi banyak orang, yaitu sebanyak yang akan dipanggil Tuhan sesuai kasih karuniaNya.

Perjanjian yang dibuat Yesus pada malam sebelum Ia disalibkan, kita kenal sebagai Perjanjian Baru. Perjanjian ini disebut Perjanjian Baru, karena menggantikan yang lama yang telah dilanggar oleh bangsa Yahudi. Jadi, Perjanjian Baru adalah suatu Perjanjian yang Allah adakan dengan bangsa Yahudi, sesuai dengan firman yang telah diucapkan para nabi. Perjanjian Baru inilah yang ditawarkan oleh Petrus dan timnya kepada bangsa Yahudi. Tetapi, kembali para pemimpin bangsa Yahudi menolak pelayanan Petrus. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Petrus dan timnya bersaksi tiga kali kepada Mahkamah Agama Yahudi, namun mereka menolak kesaksian Petrus dan timnya. Maka, 40 tahun setelah Yesus disalibkan, Allah memakai bangsa Roma untuk menghancurkan Bait Allah dan kota Yerusalem. Peristiwa ini terjadi sebagai disiplin Allah bagi Umat PilihanNya, karena mereka menolak PerjanjianNya.

Sebenarnya, pelayanan Petrus dan timnya memberi kesempatan sekali lagi kepada bangsa Yahudi untuk menerima Yesus, yang adalah Tuhan dan Kristus. Tetapi ketika Mahkamah Agama Yahudi menolak kesaksian Petrus dan timnya sampai tiga kali, maka penghakiman Allah jatuh atas bangsa Yahudi. Pada tahun 70 M, empat puluh tahun setelah Yesus disalib, Bait Allah dan Yerusalem dihancurkan.

Apakah pelayanan Petrus terhenti karena bangsa Yahudi menolak Yesus? Pelayanan Petrus terus berlangsung, karena sekalipun pelayanan Petrus terutama ditujukan bagi bangsa Yahudi, tetapi Petrus dan timnya juga harus menjadikan semua bangsa muridNya [ Matius 28:18-20 ]. Selain itu, seluruh Israel akan menerima Yesus dan diselamatkan pada waktunya, sebagaimana tertulis dalam Roma 11:26, "Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis ´Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub".

Surat Yakobus

Setelah Petrus dilepaskan secara mujizat dari tangan Herodes, maka Petrus mengatakan supaya perkara ini disampaikan kepada Yakobus dan kemudian ia pergi ke tempat lain [Kis. 12:7 ]. Dengan perkataan Petrus ini, maka berarti kepemimpinan jemaat di Yerusalem diteruskan oleh Yakobus sementara Petrus menggenapkan panggilan Tuhan untuk menjadi saksi bagi Yesus sampai ke-ujung bumi. Yakobus inilah, sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, menulis surat kepada kedua belas suku di perantauan, yaitu kepada bangsa Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang tersebar di daerah-daerah diluar Yerusalem. [ Yakobus 1:1 ]. Apa yang ditulis Yakobus termasuk kedalam pelayanan Petrus, karena surat Yakobus ditujukan bagi bangsa Yahudi.

Pada intinya, surat Yakobus menguraikan iman, dan ekspresinya. Karena bangsa Yahudi terikat oleh suatu Perjanjian dengan Allah, yang kita kenal sebagai Perjanjian Lama, dimana melaluinya Allah memberikan Hukum Taurat dengan segala peraturannya, maka bagi bangsa Yahudi yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus haruslah mengungkapkan imannya dengan mentaati Hukum Taurat dan segala peraturannya. Hanya saja, karena Tuhan Yesus telah menggenapi Hukum Taurat, maka upacara-upacara korban hewan yang merupakan perlambang, tidak dijalankan lagi.

Didalam surat ini, Yakobus mengingatkan orang percaya dari bangsa Yahudi agar mengekspresikan imannya dengan menuruti Hukum. Sebab, jika iman tidak diekspresikan dengan perbuatan menuruti Hukum, maka iman sedemikian ini adalah iman yang mati.

Selanjutnya, Yakobus juga mengatakan bahwa iman kepada Tuhan Yesus, harus diungkapkan melalui perbuatan yang tidak memandang muka (Yak. 2:1), pengendalian lidah (3:1-12), membuang segala sesuatu yang kotor (1:21), pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (1:22), mengunjungi yatim piatu dan janda-janda (1:27), dikuasai hikmat yang dari atas (3:13-18), tunduk kepada Allah dan tidak bersahabat dengan dunia (4:4-10), tidak memfitnah dan menghakimi (4:11-12), berdoa dengan sungguh-sungguh serta bersabar sampai kedatangan Tuhan (Yak. 5).

Jadi, Yakobus mengingatkan bangsa Yahudi yang percaya Tuhan Yesus, agar mengekspresikan imannya dalam ibadah yang benar dan sesuai Hukum. Surat Yakobus tidak bertentangan dengan surat-surat Paulus yang menekankan kebenaran karena iman, melainkan saling melengkapi. Demikianlah pelayanan Petrus yang terungkap melalui surat Yakobus.

Surat Ibrani

Berdasarkan kesaksian Petrus dalam II Petrus 3:15, bahwa Paulus telah menulis surat kepada bangsa Yahudi yang percaya, maka kita dapat meyakini bahwa surat Ibrani ditulis oleh Rasul Paulus. Tetapi mengapa Paulus tidak menyebutkan namanya, sebagaimana yang biasa ia lakukan dalam semua suratnya? Ini disebabkan Surat Ibrani termasuk kedalam Pelayanan Petrus, karena surat Ibrani ditujukan kepada bangsa Yahudi yang telah percaya kepada Tuhan Yesus. Sekalipun Paulus juga melayani dan bersaksi kepada bangsa Yahudi, tetapi karena pelayanannya terutama kepada orang-orang yang tidak bersunat (Gal. 2:9), maka Surat Ibrani dapat dipandang sebagai bantuan Paulus terhadap Pelayanan Petrus. Karena itu, Paulus tidak menyebutkan namanya didalam surat Ibrani, agar apa yang kita sebut Pelayanan Paulus tidak bercampur-aduk dengan apa yang kita sebut Pelayanan Petrus.

Surat Ibrani bertujuan agar bangsa Yahudi yang telah percaya kepada Tuhan Yesus, bergerak maju menuju, " perkembangannya yang penuh" (6:1). Juga, surat ini menegaskan agar bangsa Yahudi yang telah percaya, tidak melepaskan kepercayaannya karena besar upah yang menantinya, sekalipun pada masa yang lalu mereka banyak mengalami penderitaan (10:32-35). Surat Ibrani mendorong agar bangsa Yahudi yang telah percaya, tidak mengundurkan diri dan kembali kepada Yudaisme.

Surat ini mulai dengan menjelaskan bagaimana Allah pada waktu yang lampau berfirman melalui nabi-nabi dan saat ini berfirman melalui AnakNya. Ditegaskan juga bahwa AnakNya, Yesus, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, yang melaluinya Allah juga pernah berfirman.

Selanjutnya, Ibrani 2:5-18 menguraikan bahwa dunia atau zaman yang akan datang ditaklukkan bukan kepada malaikat tetapi kepada manusia, atau secara khusus kepada keturunan Abraham. Tetapi karena manusia telah jatuh kedalam dosa, maka Yesus sebagai Imam Besar, memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Dengan jalan ini maka Allah membawa banyak orang kepada kemuliaan (2:10).

Pasal-pasal selanjutnya menguraikan bagaimana Yesus, sebagai Rasul, melampaui Musa, dan sebagai Imam besar melampaui Harun. Demikian juga, Perjanjian Baru yang disahkan oleh darah Yesus, melampaui Perjanjian pertama yang bercacat karena pelanggaran-pelanggaran. Kata kunci dalam pasal 3 sampai pasal 10 adalah lebih baik, karena didalam pasal-pasal ini Keimaman Yesus yang menurut peraturan Melkisedek, dibandingkan dengan keimaman Lewi yang menurut peraturan Harun.

Kemudian, karena surat Ibrani menjelaskan bagaimana Allah telah berfirman melalui nabi-nabi, malaikat-malaikat, dan melalui AnakNya, dan bahwa iman timbul karena pendengaran akan firman Allah, maka pasal 11 menguraikan apakah iman itu dan bagaimana iman bekerja didalam orang-orang yang percaya. Selanjutnya surat ini ditutup dengan nasihat-nasihat praktis pada pasal 13.

Demikianlah surat Ibrani, yang termasuk kedalam Pelayanan Petrus ini, mengingatkan bangsa Yahudi yang telah percaya kepada Tuhan Yesus agar bertumbuh menuju kesempurnaan serta meninggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus.

Surat Yudas

Surat ini ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus, yang adalah pemimpin kunci gereja di Yerusalem. Jadi, Yudas adalah saudara Tuhan Yesus secara jasmani, dan surat ini terutama ditujukan kepada orang percaya dari bangsa Yahudi.

Karena surat ini tidak dialamatkan dengan jelas ke suatu daerah tertentu, maka kemungkinan surat Yudas ditujukan kepada bangsa Yahudi yang tersebar di propinsi-propinsi dimana surat Petrus dialamatkan. Alasannya adalah karena surat Yudas memiliki kesamaan dengan surat Petrus, terutama uraiannya mengenai guru-guru palsu (II Petrus 2).

Surat Yudas mengajak orang percaya dari bangsa Yahudi untuk, "mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus " [ ay. 3 ]. Iman ini perlu dipertahankan karena ada guru-guru palsu yang menyusup kedalam, dan menyebarkan pengajaran yang menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka dan menyangkal satu-satunya Penguasa yaitu Tuhan Yesus Kristus [ ay. 4 ].

Setelah Yudas mengingatkan bahwa penghakiman Allah akan jatuh atas guru-guru palsu ini, maka Yudas mendorong orang percaya agar membangun diri sendiri diatas dasar iman yang paling suci dan berdoa dalam Roh Kudus.

Surat Yudas ini termasuk kedalam Pelayanan Petrus, selain karena isinya yang mirip dengan surat Petrus namun juga surat ini terutama ditujukan kepada orang Yahudi yang percaya Tuhan Yesus.

III. PELAYANAN PAULUS

Sebagaimana telah kita lihat bahwa pelayanan Petrus meneruskan zaman sebelumnya yaitu zaman Hukum Taurat, tetapi Pelayanan Paulus memulai suatu zaman atau dispensasi baru, yaitu dispensasi misteri (Efesus 3:9). Kata misteri (Yunani : mysterion), didalam Perjanjian Baru terdapat sebanyak 27 kali, dan 20 diantaranya ada didalam surat-surat Paulus. Didalam kitab Injil ada 3 kata misteri digunakan sehubungan dengan perumpamaan mengenai kerajaan sorga, dan selebihnya didalam kitab Wahyu, karena pelayanan Yohanes juga berada didalam dispensasi misteri sebagaimana akan kita lihat kelak.

Ketika Paulus menggunakan kata misteri, maka yang dimaksudkannya adalah suatu kebenaran yang tersembunyi pada zaman-zaman yang lalu, namun yang saat ini dinyatakan Allah melalui pewahyuan kepada hamba- hambaNya. Perlu diperhatikan disini kata pewahyuan, sebab tanpa pewahyuan seseorang tidak dapat memahami kebenaran tersembunyi yang dimaksud Paulus. Misteri, yang dimaksud Paulus, bukanlah suatu kebenaran tersembunyi yang belum diungkapkan. Tetapi suatu kebenaran tersembunyi yang telah Allah nyatakan kepada hamba-hambaNya melalui pewahyuan. Namun bagi mereka yang belum menerima pewahyuan Allah, maka misteri adalah suatu kebenaran yang tetap tersembunyi.

Misteri yang dimaksudkan Paulus diantaranya adalah misteri Kristus, misteri kehendakNya, misteri Injil dan sebagainya. Kita akan mempelajari pelayanan Paulus ini dengan melihat semua tulisan-tulisan yang termasuk kedalam pelayanan Paulus.

Surat Efesus

Didalam surat Efesus, ada 5 hal yang berkaitan dengan kata misteri, yaitu misteri (rahasia) kehendakNya [ 1:9 ], misteri Kristus [ 3:4 ], dispensasi misteri [ 3:9, "tugas penyelenggaraan rahasia = fellowship / stewardship / dispensation of the mystery ], rahasia (misteri) besar [ 5:30-32 ], misteri Injil [ 6:19 ]. Masing-masing dari kelima hal tersebut diatas memiliki makna penting yang harus dipahami, jika kita ingin mengetahui pelayanan Paulus.

Kita akan menguraikan dengan singkat kelima hal diatas berikut ini, sebagaimana yang diungkapkan dalam surat Efesus. Pertama, misteri kehendakNya. Disini Paulus mengungkapkan bahwa Allah yang adalah keluarga, mengadopsi kita sebagai anak-anakNya melalui Tuhan Yesus [ 1:5 ]. Mengadopsi disini bukan berarti kita adalah anak-anak angkat, sebagaimana orang tua asuh mengangkat anak. Tetapi kita benar-benar dilahirkan oleh Roh, atau lahir dari atas, dan dengan demikian kita sesungguhnya adalah anak-anak Allah. Agar rencana Bapa mengadopsi kita sebagai anak-anakNya ini tercapai, maka Tuhan Yesus perlu mengalami kematian dikayu salib dan dibangkitkan serta didudukkan disebelah kanan Allah. Maka setelah Tuhan Yesus dipermuliakan, Roh Kudus dapat melahirkan kita kembali sebagai anak-anak Allah.

Bukan saja kita dilahirkan oleh Roh, tetapi Roh itu sendiri adalah jaminan atau garansi / panjar bagi kita, sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu menjadi anak-anak Allah yang termanifestasi. Semua ini terjadi agar pada dispensasi kegenapan waktu (the dispensation of the fullness of the times, 1:10, Young´s Literal), Ia dapat mempersatukan segala sesuatu didalam Kristus, baik yang ada disorga maupun yang di bumi. Inilah misteri kehendakNya.

Kedua, misteri Kristus. Efesus 3:3-4, "seperti yang telah kutulis diatas dengan singkatpengertianku akan rahasia Kristus ". Apa yang Paulus tulis dengan singkat pada pasal sebelumnya adalah mengenai diciptakanNya satu manusia baru didalam Dia, yang berasal dari orang- orang percaya bangsa Yahudi dan orang-orang percaya dari bangsa-bangsa lain. Semua ini dapat terjadi melalui kematian Yesus Kristus diatas kayu salib, yang mana telah merubuhkan tembok pemisah yaitu Hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya [ 2:15 ].

Pada bagian sebelumnya, Paulus juga menguraikan bagaimana kondisi kita sebelum dihidupkan bersama-sama dengan Kristus [ 2:1-3 ]. Tetapi, oleh karena kasihNya, kita telah dibangkitkan, bahkan didudukkan bersama- sama dengan Kristus Yesus di sorga [2:6 ]. Karenanya, posisi orang percaya didalam Kristus adalah, "jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut" [ 1:21 ]. Bahkan, Kristus Yesus sebagai Kepala atas segala sesuatu, telah diberikanNya kepada kita, yang adalah tubuhNya [ 1:22-23 ]. Inilah misteri Kristus itu.

Ketiga, dispensasi misteri. Efesus 3:2 menegaskan, "tugas penyelenggaraan (dispensasi) kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu". Disini Paulus menyatakan bahwa ia dipercayakan Allah untuk menjalankan dispensasi kasih karunia Allah, demi bangsa- bangsa bukan Yahudi. Didalam dispensasi kasih karunia Allah ini, Paulus menerima pewahyuan yang berupa suatu misteri (3:3). Karena didalam dispensasi kasih karunia Allah ini, Paulus menerima pewahyuan berupa suatu misteri, maka dispensasi kasih karunia Allah ini selanjutnya disebut dispensasi misteri (3:9). Jadi, pelayanan Paulus ada didalam dispensasi misteri, karena ada banyak misteri yang diwahyukan Allah kepada Paulus.

Keempat, rahasia (misteri) besar. Yang dimaksud misteri besar disini adalah hubungan antara Kristus dan gerejaNya (5:30-32). Kita adalah anggota dari tubuhNya, dagingNya, dan tulangNya (5:30). Maka sebagaimana seorang laki-laki meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, demikian juga Kristus. Kesatuan antara Kristus dan gerejaNya adalah suatu misteri.

Kelima, misteri Injil (6:19). Injil, bukan hanya kabar baik, tetapi injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya. Injil adalah suatu misteri. Seseorang perlu menerima pewahyuan Allah agar dapat menerima Injil dan diselamatkan.

Demikianlah kelima hal yang berkaitan dengan kata misteri didalam surat Efesus. Selanjutnya Paulus menguraikan didalam surat ini hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari orang percaya. Juga Paulus menjelaskan bahwa Allah memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita- pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi suatu pembangunan tubuh Kristus, yang adalah bagian dari misteri Kristus. Surat ini ditutup dengan uraian tentang peperangan rohani.

Kisah Para Rasul 13-28.

Pelayanan Paulus yang khusus didalam Kitab Kisah Para Rasul dimulai pada pasal 13 ayat 2, ketika Roh Kudus berkata, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka ". Tugas khusus yang dijalankan oleh Paulus dan Barnabas pada pasal-pasal berikutnya adalah mendirikan gereja-gereja serta menetapkan para penatua disetiap kota, dimana gereja itu berada. Karena Paulus dan Barnabas diutus oleh Roh Kudus, maka mereka disebut rasul-rasul, sebab rasul artinya adalah orang yang diutus.

Firman Allah yang dipercayakan Tuhan kepada Paulus, haruslah lebih dahulu diberitakan kepada orang-orang Yahudi (13:46). Itu sebabnya dalam perjalanan Paulus, ia selalu memberitakan firman di sinagoge- sinagoge tempat orang-orang Yahudi berkumpul serta menjalankan ibadahnya. Tetapi jika orang-orang Yahudi menolak berita yang disampaikan Paulus, maka ia berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Ini bukan berarti Paulus diutus hanya kepada bangsa Yahudi saja, melainkan Paulus diutus kepada bangsa Yahudi dan juga non Yahudi.

Berita yang disampaikan Paulus, yang tercatat didalam kitab ini, pada intinya adalah mengenai pertobatan dan pengampunan dosa (13:38), Yesus adalah Kristus dan bahwa Kristus harus menderita serta bangkit kembali (17:3), dan Kerajaan Sorga (19:8, 20:25, 28:31).

Didalam pelayanannya, Paulus banyak mengalami tantangan dari orang- orang Yahudi yang menolak beritanya. Hal ini disebabkan mereka iri hati karena bangsa-bangsa lain mengikuti Paulus. Diakhir pelayanannya, sebagaimana tercatat dalam Kitab ini, kita lihat bagaimana Mahkamah Agama (Sanhedrin), yang juga telah menyerahkan Yesus kepada bangsa Roma untuk disalibkan, juga menentang Paulus serta berusaha membunuhnya. Sebaliknya, disepanjang Kitab ini, tercatat bagaimana Allah telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain, sehingga bangsa- bangsa lain menerima berita yang disampaikan Paulus.

Pasal 15 mencatat diskusi yang terjadi antara orang Yahudi yang ada dibawah pelayanan Petrus, dan bangsa-bangsa lain yang berada dibawah pelayanan Paulus, berkenaan dengan penerapan Hukum Taurat. Sebagian orang Yahudi yang telah percaya mengatakan bahwa bangsa-bangsa lain wajib disunat dan mentaati Hukum Musa. Petrus sendiri mengatakan bahwa bangsa-bangsa lain yang telah percaya, tidak diwajibkan menuruti Hukum Musa (ayat 10). Tetapi akhirnya Yakobus mengambil "jalan tengah", dengan mengatakan bahwa bangsa-bangsa lain diharuskan menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik, dan dari darah (ayat 20). Mengapa kita katakan "jalan tengah" ? Karena keputusan yang diambil adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami (ayat 28). Selanjutnya, sebagaimana akan kita lihat kelak didalam surat-surat Paulus, ada prinsip lainnya berkenaan dengan soal makanan. Demikianlah pelayanan Paulus yang terungkap dalam Kitab ini.

Surat Roma

Didalam surat ini Paulus menjelaskan Kebenaran Allah yang dinyatakan melalui iman dalam Yesus Kristus. Inilah yang menjadi inti surat Roma. Inilah juga Injil yang Paulus beritakan. Inti dari berita yang disampaikan Paulus tertulis dalam Roma 1:16-17 sebagai berikut, "Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama- tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab didalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : ´Orang benar akan hidup oleh iman´ ".

Sebelum kita melihat lebih jauh bagaimana Paulus menguraikan Kebenaran Allah yang dinyatakan melalui iman ini, perlu kita pahami apa yang dimaksud dengan Kebenaran Allah. Kata Ibrani sedeq dan kata Yunani dikaiosyne yang diterjemahkan sebagai kebenaran (Righteousness), memiliki makna yang sama, yaitu kesesuaian dengan suatu norma yang berlaku. Orang disebut benar, jika ia berkelakuan sesuai dengan norma yang ada. Kata sedeq dan dikaiosyne, juga mengandung makna relationship (suatu hubungan). Jadi, seseorang disebut orang benar, jika ia mempunyai hubungan yang benar dengan Allah.

Allah disebut sebagai Allah yang benar, karena Ia sendiri adalah standard kebenaran itu. Segala tindakan Allah adalah benar, karena segala tindakan Allah bersesuaian dengan karakter Allah yang merupakan standard kebenaran. Tindakan Allah yang menyelamatkan oang berdosa karena iman, juga adalah tindakan yang benar. Sesungguhnya, kebenaran Allah adalah Allah itu sendiri. Kebenaran Allah bukan saja suatu norma, tetapi juga pribadi Allah sendiri.

Didalam Perjanjian Lama, standard atau norma yang ditetapkan Allah tercermin melalui Hukum Taurat dengan segala peraturannya. Tetapi harus diingat bahwa kebenaran Allah bukan saja berkaitan dengan norma dan aturan-aturan yang ada, tetapi juga berkaitan dengan hubungan antara Allah dan manusia (relationship). Dan hubungan antara Allah dan manusia adalah hubungan melalui iman. Itu sebabnya, orang-orang benar didalam PL, bukan saja orang yang berkelakuan sesuai Hukum, tetapi juga mereka yang mempunyai iman kepada Allah.

Para pengajar bangsa Yahudi di zaman Tuhan Yesus, selalu menekankan kelakuan yang sesuai dengan Hukum saja, tanpa melihat hubungan antara Allah dan manusia yang dibangun berdasarkan iman. Penekanan yang hanya terpusat pada kelakuan yang sesuai Hukum saja, menghasilkan "kebenaran" orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, dan bukan kebenaran Allah. Itu sebabnya Yesus berkata dalam Matius 5:20 sebagai berikut, "Jika hidup keagamaanmu (kebenaranmu) tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk kedalam Kerajaan Sorga". Artinya, jika kita hanya menekankan kelakuan lahiriah saja dan mengabaikan hubungan dengan Allah atas dasar iman, maka kita tidak dapat masuk kedalam Kerajaan Sorga. Alasan ini jugalah yang menyebabkan ajaran Yesus dalam khotbah di Bukit (Matius 5-7) selalu menekankan kondisi hati seseorang yang didalam.

Demikianlah makna Kebenaran Allah, yang mana merupakan tema utama dalam surat Roma ini. Selanjutnya, dari pasal 1 sampai 3, Paulus menguraikan bahwa semua manusia telah jatuh kedalam dosa, dan bahwa murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman (1:18). Tidak ada seorangpun yang benar, baik Yahudi maupun bukan Yahudi. Ditegaskan juga bahwa tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan Hukum Taurat (3:20).

Jadi, jika semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, telah berada dibawah kuasa dosa, dan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan Hukum Taurat, maka bagaimanakah seseorang dapat dibenarkan dihadapan Allah ? Disinilah Paulus mengungkapkan Injil, yang adalah khabar baik itu, bahwa kebenaran Allah dapat diterima dan dialami oleh semua orang yang percaya pada penebusan Kristus.

Kebenaran Allah yang diterima berdasarkan iman ini adalah merupakan kasih karunia (4:16). Berbeda dengan Kebenaran Allah yang dinyatakan melalui Hukum Taurat. Seandainya ada orang yang oleh kekuatannya sendiri, dapat menuruti Hukum Taurat dengan sempurna, maka kebenaran Allah yang diterimanya adalah berdasarkan perbuatannya, dan itu bukan merupakan kasih karunia, melainkan memang haknya. Tetapi Paulus menjelaskan bahwa melalui pekerjaan-pekerjaan Hukum Taurat, orang tidak dapat dibenarkan Allah, bahkan melalui Hukum Taurat, orang mengenal dosa. Ini bukan berarti Hukum Taurat mempunyai cacat cela, tetapi karena manusia telah berada dibawah kuasa dosa. Jadi, Hukum Taurat diberikan bukan supaya manusia dibenarkan oleh pekerjaan- pekerjaan Hukum Taurat, melainkan agar melalui Hukum Taurat, manusia dapat mengenal keadaannya yang dibawah kuasa dosa, dan dengan demikian datang kepada Allah untuk dibenarkan berdasarkan iman. Demikianlah manusia diselamatkan oleh kasih karunia, karena kebenaran berdasarkan iman adalah merupakan kasih karunia.

Selanjutnya, Paulus menegaskan bahwa baik Abraham maupun Daud, keduanya menegaskan bahwa manusia dibenarkan bukan berdasarkan perbuatannya, melainkan berdasarkan iman.

Pasal 5:1-11, menguraikan akibat-akibat karena dibenarkan berdasarkan iman. Pertama, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (5:1). Kedua, kita beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini (5:2). Ketiga, kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Keempat, kita bahkan bermegah dalam kesengsaraan karena kesengsaraan menghasilkan ketekunan, tahan uji, dan pengharapan. Kelima, kepastian diselamatkan dari murka Allah (5:9). Setelah Paulus menjelaskan akibat-akibat dibenarkan Allah berdasarkan iman, maka ia masuk kepada suatu uraian mengenai kondisi batiniah dari orang yang dibenarkan berdasarkan iman. Pada bagian ini, yaitu dari pasal 5:12 sampai 8:13, Paulus menjelaskan bagaimana seseorang yang berada dibawah hukum dosa dan maut, dapat dilepaskan oleh hukum Roh yang memberi hidup.

Pada bagian pertama uraiannya, yaitu mengenai dibenarkan Allah berdasarkan iman, Paulus menegaskan bahwa Kristus telah mati untuk kita (5:8). Pada bagian kedua uraiannya, yaitu mengenai kelepasan dari hukum dosa dan maut, Paulus menyatakan bahwa kita mati bersama- sama dengan Kristus (6:8). Perbedaan ini sangat perlu kita perhatikan. Dan kita perlu meresponi dengan iman atas kedua fakta firman Tuhan ini, yaitu KRISTUS TELAH MATI UNTUK KITA dan KITA MATI BERSAMA-SAMA DENGAN KRISTUS.

Agar dapat memahami penjelasan Paulus pada bagian kedua ini (5:12 ­ 8:13), kita perlu memahami kondisi manusia sebagaimana dinyatakannya. Manusia didalam Adam, yaitu manusia lama yang telah jatuh, berada dibawah kuasa dosa. Dosa yang dimaksud disini bukanlah perbuatan- perbuatan, melainkan suatu kuasa yang bekerja didalam anggota-anggota tubuh. Jika seseorang belum mengimani fakta bahwa kita telah mati bersama-sama dengan Kristus, sekalipun ia telah mengalami pembenaran oleh iman, maka ia akan menggunakan kekuatannya sendiri untuk mengikuti perintah-perintah Tuhan. Dan semua ini akan berakhir dengan kegagalan, karena ada kuasa dosa didalam anggota-anggota tubuhnya yang menarik dia kearah yang berlawanan.

Tetapi jika seseorang mengimani fakta bahwa kita telah mati bersama- sama dengan Kristus, maka akan ada kelepasan dari kuasa dosa yang bekerja didalam anggota-anggota tubuh kita. Roma 6:6 menegaskan, "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa".

Kelepasan dari kuasa dosa, juga sejalan dengan kelepasan dari Hukum Taurat. Orang yang berada dibawah Hukum Taurat, harus melakukan tuntutan-tuntutan Hukum Taurat. Tetapi disinilah masalahnya. Karena seseorang berada dibawah kuasa dosa, maka ketika datang Hukum Taurat yang kudus dan suci itu, dosa mendapat kesempatan untuk menampilkan diri serta membunuh orang yang berada dibawah Hukum Taurat itu. Jadi, Hukum Taurat tidak dapat melepaskan seseorang dari kuasa dosa, melainkan hanya Kristus saja. Bagaimana caranya ? Dengan mengimani bahwa kita telah mati bersama-sama dengan Kristus, maka kita dilepaskan dari kondisi dibawah Hukum Taurat, dan kita ditaruh dalam kondisi dibawah kasih karunia. Karena Hukum Taurat hanya berkuasa atas seseorang, selama orang itu hidup. Jika orang itu telah mati bersama- sama dengan Kristus, maka ia telah bebas darinya.

Jadi, jika seseorang telah benar-benar percaya bahwa ia telah mati bersama-sama dengan Kristus, maka ia dibebaskan dari kondisi hamba dosa, serta menjadi hamba Kebenaran. Karena ia hamba Kebenaran, maka ia dipimpin Roh agar menjadi anak-anak Allah.

Pada waktunya, anak-anak Allah ini akan dinyatakan (8:19). Inilah kemuliaan kita sebagai ahli warisNya. Kita akan dibebaskan dari tubuh yang fana ini. Kita akan menjadi serupa dengan Dia, dan Dia menjadi yang sulung diantara banyak anak-anak Allah (8:29).

Selanjutnya, Paulus mengungkapkan kesedihannya mengenai bangsa Israel, karena sekalipun mereka Umat pilihan Tuhan, tetapi mereka tidak mengenal Kebenaran Allah. Mereka memang sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tidak memiliki pengertian yang benar (10:2). Sekalipun mereka mengejar Hukum yang akan mendatangkan Kebenaran, mereka tidak mendapatinya. Ini disebabkan karena mereka mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan (9:31-32).

Yang menyebabkan Paulus bersedih hati, bahkan sampai mau terkutuk dan terpisah dari Kristus adalah karena kepada mereka telah dipercayakan firman Allah, Hukum Taurat, Ibadah, janji-janji, bahkan telah diangkat menjadi anak dan menerima kemuliaan (9:1-5), tetapi ketika Kebenaran Allah yang berdasarkan iman diberitakan, mereka tidak menerimanya.

Tetapi, penyebab semua ini adalah karena tidak semua orang Israel adalah orang Israel. Yang disebut Israel adalah mereka yang dipilih Tuhan berdasarkan kasih karunia, kedaulatan, dan kehendak Tuhan. Paulus menguraikan semua ini dalam pasal 9-11. Tetapi ia menegaskan juga bahwa pada akhirnya seluruh Israel akan diselamatkan (11:26). Inilah suatu misteri (rahasia) yang diwahyukan Tuhan kepada Paulus (11:25).

Didalam surat ini, Paulus menyatakan dirinya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Pelayanan Paulus dimaksudkan agar bangsa- bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya (15:16). Paulus menutup surat ini dengan nasihat- nasihat praktis agar dapat hidup bersama dalam damai sejahtera Kristus.

Surat I Korintus

Didalam surat ini Paulus mengungkapkan beberapa hal yang menjadi masalah didalam jemaat di Korintus. Setidaknya ada 11 perkara didalam jemaat ini yang harus diselesaikan. Walaupun jemaat ini memiliki cukup banyak masalah, tetapi Paulus menegaskan bahwa kesaksian Kristus telah diteguhkan didalam jemaat ini (1:6). Kesaksian Kristus disini bukan hanya merupakan ajaran-ajaran tentang Kristus. Tetapi, karena Paulus memberitakan Kristus yang disalib, yang adalah hikmat dan kuasa Allah, maka kesaksian Kristus disini adalah suatu pengalaman rohani sejati yang dialami jemaat ini didalam Kristus. Sekalipun jemaat ini belum dewasa didalam Kristus, tetapi Paulus bersyukur atas kasih karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada jemaat ini (1:4). Bahkan Paulus menyatakan keyakinannya bahwa Allah akan meneguhkan jemaat ini sampai kesudahannya sehingga tak bercacat pada hari Tuhan Yesus Kristus (1:8).

Selanjutnya, kita akan melihat satu per satu masalah yang dihadapi jemaat ini dan bagaimana Paulus menyelesaikannya. Pertama, mengenai masalah perpecahan didalam jemaat. Perpecahan yang dimaksud disini adalah bahwa masing-masing dari anggota jemaat berkata, "Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus " [ 1:12 ]. Penyebab dari perpecahan ini adalah sikap bermegah dalam manusia (3:21). Artinya, beberapa anggota jemaat mungkin memegahkan diri atas pengetahuan dan kefasihan berbicara yang mereka miliki, dan mereka memanfaatkan Apolos untuk memegahkan diri, karena Apolos seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal kitab suc

Sumber: Gema Sion Ministry