Kesaksian Luput Dari Gempa Di Jogja

Oleh : Yogi Triyuniardi

Seorang penginjil bernama Daud menceritakan sebuah kesaksian dalam kebaktian yang di pimpin olehnya.

"Saudara-saudara, saya adalah salah satu orang yang paling beruntung, yang bisa luput dari gempa di jogja. ceritanya begini. Saya dan isteri sebenarnya berdomisili di kota solo. ketika isteri saya hamil tua, ia menyarankan agar kami pindah ke kota jogja, karena disana masih ada orang tua isteri saya dan saudara-saudaranya, sehingga ketika bayi kami lahir, ada yang momong (mengurusi, red)." Lalu kami kontrak selama setahun di kota jogja. hal itu berlangsung dari awal januari 2005 sampai akhir desember 2005. anak saya lahir bulan november 2005. ketika kontraknya mau habis, oleh teman saya, disarankan agar kami memperpanjang selama setengah tahun lagi, dengan pertimbangan bahwa anak saya sudah cukup besar dan tidak terlalu repot ketika nanti kami pulang ke solo. Pada bulan Februari, Tuhan berbicara pada saya. Daud. Ada apa, Tuhan? Pergilah dari jogja. Kenapa, Tuhan? Jangan banyak tanya, lakukan saja perintahKu.

Saya bertanya-tanya dalam hati, apa yang hendak diperbuat oleh Tuhan. kemudian saya mengajak isteri saya untuk pergi dari jogja, kembali ke rumah kami di solo. Isteri saya tidak setuju. anak kami masih kecil, dan di solo tidak ada yang mengurusi. Bulan April, Tuhan kembali berbicara pada saya. Daud, pergilah dari jogja, karena Aku akan menginjakkan kakiKu di laut. Akan ada gempa. Kapan itu terjadi, Tuhan?

Tidak ada jawaban. Tapi, Tuhan telah berencana. pasti akan terjadi. Saya harus memaksa isteri saya, pikir saya dalam hati. Lalu saya berkata pada isteri saya, kita harus pergi tinggalkan jogja, secepatnya. kenapa? tanyanya. Saya berkata, akan terjadi sesuatu. Isteri saya balik tanya, sesuatu apa? saya menjawab, pokoknya terjadi sesuatu. saya berusaha tidak menyebut gempa, karena takut orang sekeluarga geger. selain itu, Tuhan belum tetapkan waktunya.

Isteri saya tetap menolak. Sebab yang dipikirannya adalah kerepotan yang akan timbul, kalau sampai kita pindah rumah. Saya mulai memaksa. Okey kalau begitu, kamu pilih, mau ikut suamimu atau ikut orang tuamu? saya sedikit menggertak. maklum, bekas dukun sakti, biasa menggertak orang. Akhirnya isteri saya menjawab, ikut suami. Tapi ia bertanya, siapa yang ngurusi pindahan? Saya, karena tahu waktunya begitu mendesak, spontan berkata: Saya sendiri! Lalu, setelah selesai pindah2an, dan menata kembali barang2 perabotan di rumah kami di solo, pada awal bulan mei, Tuhan menyatakan FirmanNya pada saya.

Dengan kudaMu, Engkau menginjak laut, timbunan air yang membuih. Ketika aku mendengarnya, gemeterlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dam aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. (Habakuk 3:15-16)

Saya kembali bertanya, kapan, Tuhan? Tuhan tidak menjawab. Tetapi saya tahu bahwa waktunya semakin dekat. Saya berusaha memperingatkan keluarga isteri saya, dan berusaha untuk membatalkan rencana perkawinan saudara isteri saya yang akan dilaksanakan pada bulan juni. Diundur sajalah, sebab Tuhan bilang akan terjadi sesuatu. kata saya pada mereka. Saya kemudian berusaha mengumpulkan persediaan makanan dan kebutuhan pokok di rumah saya di solo. bahkan sampai arang sekalipun saya beli. sebab jika terjadi gempa, pasti minyak tanah susah di dapat, pikir saya.

Ketika menjelang hari-H, pada hari kamisnya (25/5; Hari raya kenaikan Tuhan Yesus), isteri saya telepon ketika saya berada diluar kota, sedang pelayanan. Mana gempanya pak? rupanya isteri saya meragukan apa yang saya dengar dari Tuhan. dan saat hari jumat, ketika sedang berkotbah di bandung, Tuhan berkata dengan jelas, Sekarang Aku akan menginjakkan kakiKu di laut.

Sabtu pagi (27/5), jogja terkena gempa dahsyat. keluarga isteri saya, yaitu ibunya beserta kedua anaknya, berhasil selamat dan langsung melarikan diri ke solo dengan menggunakan sepeda motor. sampainya mereka ke rumah saya, ketika saya berada di rumah, saya berkelakar. Saya tahu bahwa kalian akan mengungsi ke tempat saya, jadi saya sudah siapkan makanan yang banyak.

Itulah kesaksian tentang Tuhan saya, Yesus, yang meluputkan saya dari bencana, sebab orang yang dekat padaNya tidak akan pernah dikecewakan, selalu dilindungi dan diberkati. Haleluya!

Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umatMu, untuk menyelamatkan orang yang Kau urapi. Engkau meremukkan bagian atas rumah orang-orang fasik dan Kau buka dasarnya sampai batu yang penghabisan. (Habakuk 3:13)

Tuhan Yesus memberkati.