Hal Ajaib Bernama Gereja
Penulis : JED-ReVoLuTiA
Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah mengasihiku dan memeliharaku. Dia telah memeliharaku secara jasmani dan juga secara rohani. Dia telah memberikan aku sebuah keluarga jasmani yang rela dan tidak malu untuk merawat dan membesarkan seorang anak yang bermasalah sepertiku.
Dan bukan itu saja, Dia telah memberikanku sebuah keluarga rohani, dimana aku bisa memiliki dan mendapatkan kasih sayang ilahi lewat pribadi-pribadi yang telah rela dan tidak malu untuk merawat dan membesarkan seorang anak yang bermasalah sepertiku. Seperti halnya keluarga jasmaniku telah mendidikku dan membentukku sehingga aku menjadi manusia yang beradab secara rohani, demikian pula keluarga rohani, yang menyebut diri mereka gereja, telah meletakan dasar-dasar untuk aku bisa beradab berhubungan denganMu ya Tuhanku. Sebagaimana aku didisiplin ketika aku masih balita, aku pun juga didisiplin di dalam keluarga rohani. Sebagaimana aku diberi nutrisi yang baik oleh keluarga jasmani, demikian juga aku diberi makan susu-susu penggemuk yang diberikan lewat keluarga rohaniku yang mengasihi dan merawatku. Mereka adalah orangtuaku, patronku, dan pencetakku. Mereka adalah sumber kepercayaanku yang paling dasar dan hakiki. Aku tahu mereka tidak akan membalikan badan kepadaku. Mereka adalah sang pahlawan sejati bagi hidupku, meskipun mereka dibenci orang lain, mereka tetap adalah orangtua yang melahirkanku, merawat dan membesarkanku. Merekalah jati diriku, merekanya identitasku, merekalah yang membuat aku seperti mereka. Mereka tidak pernah salah. Mereka adalah Jagoanku. Jangan harap ada yang menjelekan orangtuaku dihadapanku, karena aku tidak akan pernah memaafkannya.
Setelah aku mulai beranjak besar dan dewasa, aku mulai dimasukan ke dalam sekolah oleh orangtuaku. Mereka ingin aku lebih pintar dari mereka. Mereka ingin aku sukses dan berhasil dan menjadi kebanggaan mereka. Mereka menginginkan segala yang baik bagiku sehingga terkadang mereka melakukan hal-hal yang salah. Mereka bersedia curang demi cinta buta mereka kepadaku. Mereka bersedia memanjakan dan menuruti apa yang kumau, karena akulah mereka dan merekalah aku. Aku terkadang benci melihat aksi jijik mereka, namun mereka lakukan itu semua bagiku, untukku, dan karenaku. Aku dijadikan alasan. Aku dibela tanpa batas oleh mereka. Padahal aku tidak suka yang mereka contohkan. Mereka munafik dan tidak adil. Sebagaimana keluarga jasmani, demikian pula keluarga rohani.
Aku mulai semakin pintar, pintar, dan pintar karena aku tidak lagi belajar dari orangtuaku. Aku belajar dari segala sesuatu yang membuat aku semakin berpengetahuan. Aku sekarang lebih pintar dari orangtuaku. Aku lihat semakin hari, semakin bodohlah orangtuaku. Mereka tidak seperti yang aku pikirkan dahulu. Mereka tidaklah sempurna. Mereka penuh cacat. Mereka penuh intrik, manipulasi, dan muslihat. Mereka adalah bodoh, tidak beradab, dan ignorant (masa bodoh). Mereka hancur dihadapanku. Kutahu semua cacat mereka. Kutahu kalau mereka sangatlah munafik. Kutahu mereka sangatlah bodoh. Kutahu aku bukanlah lagi mereka dan mereka bukanlah lagi aku. Aku ingin lari meninggalkan mereka. Aku tidak suka ada di dekat mereka karena akan berselisih paham selalu. Aku mau kabur. Aku mau kehidupanku. Aku mau bebas. Sebagaimana keluarga jasmani, demikian pula keluarga rohani.
Semakin aku dewasa, semakin aku sadari. Aku tidaklah tidak menjadi seperti mereka, tetapi aku semakin seperti mereka setiap hari. Bekas yang sama. Luka yang sama. Cacat yang sama. Aku juga munafik seperti mereka. Aku juga penuh intrik, manipulasi, dan muslihat seperti mereka. Aku juga bodoh, tidak beradab, dan ignorant seperti mereka. Cetak-cetak itu mulai tampak dihidupku. Aku bukanlah mereka, tetapi aku semakin mulai seperti mereka. Sebagaiman keluarga jasmani, demikian pula keluarga rohani.
Aku bersyukur pada Tuhan yang telah memberikanku keluarga yang tidak sempurna, supaya aku bisa belajar akan ketidaksempurnaanku. Aku bersyukur akan keluarga yang penuh intrik, manipulasi, dan muslihat karenanya aku bisa lepas dari jerat orang licik dan si licik, supaya aku bisa tahu semuya strategi mereka. Aku bersyukur untuk keluarga yang bodoh, tidak beradab, dan ignorant karena aku bisa semakin menjadi dewasa, pribadi utuh, mandiri, independen, dan mengenal kebenaran dan sang benar. Sebagaimana keluarga jasmani, demikian juga keluarga rohani.
Semakin kulihat kebelakang, semakin kucinta keluargaku. Merekalah yang membuat aku menjadi sempurna, dan sempurna, dan semakin sempurna. Merekalah yang aku butuhkan untuk membuat aku menjadi manusia dewasa yang penuh dan utuh. Merekalah dengan segala kelemahan dan cacatnya, telah menjadi malaikat penolong di tengah kesunyian dunia. Di saat aku jatuh, dan remuk, dan hancur, semakin aku tahu bahwa kelurgaku selalu akan menerima aku sepenuhnya kerena mereka sama seperti aku, telah jatuh, remuk, dan hancur.
Semakin kumerenung, semakin kebersyukur. Keluargaku adalah yang terbaik bagiku. Masa bodoh dengan segala kelemahan dan ketidaksempurnaan mereka. Masa bodoh dengan segala kesalahan mereka yang kutahu. Karena kutahu sesuatu: Mereka akan tetap sempurna bagiku meski dalam segala ketidaksempurnaan mereka. Mereka adalah keluargaku. Masa bodoh semua pengetahuan. Masa bodoh dengan kebenaran. Masa bodoh realitas. Mereka akan selalu menjadi yang terbaik bagiku karena aku juga akan menjadi yang terbaik bagi mereka apapun yang terjadi. Terima kasih Tuhan untuk keluargaku dan gerejaku.