Jonathan Brown
Sumber: Speakers Source Book
Di kota Vanastorbil, tinggallah seorang yang sangat kaya bernama Jonathan Brown. Ia mempunyai banyak uang, tanah, rumah dan pabrik. Suatu saat ia berkata: "Segala yang aku miliki, akan menjadi milik Tuhan saat aku meninggal dunia." Kemudian ia membuat surat wasiat yang terinci.
Untuk sebuah gereja kecil di dekat rumahnya, ia merencanakan untuk membangunkan sebuah bangunan besar lengkap dengan menara yang tinggi. Untuk gembalanya, sebuah rumah baru dengan kamar yang luas dan nyaman. Sebuah perpustakaan di desa akan mendapat bagian pula. Ia teringat untuk membantu sebuah sekolah di mana anak-anak muda belajar dan mendalami pengetahuannya. Anak sahabatnya dipersiapkan untuk dikirim ke sekolah misi. Semua biaya akan ditanggungnya.
Ketika gembalanya menyarankan agar tuan Brown memberikan sebagian hartanya lebih dahulu, ia menggumam: "Aku akan menjadi miskin bila aku berikan hartaku sebelum aku meninggal."
Sang setan yang mendengar gumaman tuan Brown, nyeletuk: "Ahem, saya tahu bahwa orang ini akan berumur panjang." Kemudian sang setan ini melalukan semua penyakit dari tuan Brown. Pada usia enampuluh tahun, ia masih sangat sehat dan kuat. Umur tujuhpuluh tahun, ia terlihat tidak pernah loyo. Ketika umur delapan puluh, ia masih berjalan tegap bagaikan anak muda. Ketika usianya menginjak sembilanpuluh, keponakannya sempat berujar: "Kapankah dia akan mati?"
Akhirnya, meninggalah tuan Jonathan Brown ini pada usia seratusdua tahun. Semua kenalannya berkumpul dan pengacaranya membacakan surat wasiat. Tetapi tidak ada penerima waris yang ditemukan. Gereja kecil dekat rumahnya sudah tutup dan tidak terdengar lagi kebenaran diberitakan. Gembalanya sudah meninggal dalam kemiskinannya. Perpustakaan di desa sudah tidak ada lagi. Sekolah yang ingin dibantunya, sudah ditutup dengan meninggalkan banyak hutang. Sementara itu, anak yang akan dibiayai sekolahnya, tetap dalam kebodohannya, mempunyai tujuh orang anak dan duabelas cucu. Semuanya tidak lebih baik dari dirinya.
Kemudian, setiap kenalannya, mengambil sebagian hartanya. Pengacaranya bahkan lupa bahwa ia mendapatkan bayaran dua kali. Tidak ada sahabat. Tidak ada ratap tangis. Bahkan tidak ada seorang anak pun yang menunggu di sudut ruangan itu. Sementara itu, sang setan tersenyum dan berbalik mencari mangsa baru.
Saudaraku, biarlah kisah ini menjadi pelajaran buat kita semua. Apa yang ada pada kita hari ini adalah milik Tuhan. Apa yang bisa dilakukanlah hari ini, lakukanlah, karena mungkin besok sudah terlambat.