Memiliki Allah Sebagai Milik Pusaka

Oleh: Sunanto

II Kor 6:10 “sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.”

[block:views=similarterms-block_1]

Pernyataan Rasul Paulus dalam ayat ini agak sedikit aneh dan dulu saya tidak dapat mengerti apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut. Bagaimana mungkin sebagai orang miskin namun bisa memperkaya banyak orang ? Bagaimana bisa merasa sebagai orang tak bermilik sekalipun memiliki segala sesuatu ? Pernyataan tersebut sukar untuk dipahami secara mendalam bila kita belum mengalaminya sendiri.

Dalam bukunya yang sangat terkenal “The Pursuit Of God” A.W. Tozer mengatakan “Manusia yang memiliki Allah sebagai milik pusakanya memiliki segalanya di dalam Dia. Harta dunia mungkin tidak akan membahagiakannya atau jika ia diijinkan untuk memilikinya maka kenikmatannya pun tidak akan memberikan kebahagiaan kepadanya. Atau jika ia harus merelakan harta dunianya, satu demi satu, ia tidak akan merasa kehilangan karena ia memiliki sumber dari segalanya di dalam Dia yang memberikan seluruh kepuasan, seluruh kesenangan dan seluruh kesukaan.”

Ketika membuat pernyataan di atas, Rasul Paulus sudah mengalami sebuah tingkat rohani dimana ia sudah memiliki Allah sebagai milik pusakanya yaitu sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya sehingga meskipun secara materi ia miskin dan tidak punya apa-apa tetapi secara rohani ia merasa memiliki segala sesuatu.

Sangat sedikit sekali orang kristen yang mencapai sebuah tingkat rohani dimana Allah menjadi harta pusaka dan sumber utama bagi kebahagiaan (kepuasan) mereka. Kebanyakan orang kristen hanya mengetahui kebenaran ini sejauh teori namun tidak mengalaminya dalam kehidupan nyata. Salah satu kerinduan yang Tuhan taruh di hati saya adalah melihat bangkitnya sebuah generasi yang berjalan dan bergaul dengan Allah dimana kesukaan mereka yang terbesar adalah bersekutu dengan Allah.

Mereka tidak lagi digerakkan oleh ambisi atau agenda pribadi melainkan sepenuhnya telah mati dari semua itu sehingga Tuhan akan memakai mereka untuk memulihkan bangsa-bangsa. Saya percaya generasi ini yang nantinya akan dipakai oleh Tuhan untuk mengubah sejarah bangsa ini dan bangsa-bangsa lain.

Untuk dapat memiliki Allah sebagai harta pusaka (yang paling berharga), kita harus terlebih dahulu mengalami sebuah proses penanggalan/pengosongan beban atau proses penyerahan total Setiap orang kristen yang ingin mengalami sebuah tingkat rohani yang intim dengan Allah dimana Allah menjadi kesukaan mereka yang terbesar harus mengalami proses tersebut. Kita tidak bisa mengatakan Tuhan adalah segalanya bagiku dalam pengertian yang mendalam sebelum kita mengalami sebuah keadaan bahwa memang hanya Dia satu-satunya hal yang kita miliki.

Salah satu contoh tokoh di alkitab yang mengalami proses pengosongan/penyerahan tersebut adalah Musa. Selama 40 tahun pertama dalam kehidupanya, Musa menghabiskannya dengan belajar sebagai seorang pangeran di Mesir. Setelah itu Musa mencoba dengan kekuatannya sendiri untuk menggenapi panggilan hidupnya sebagai penyelamat bangsa Yahudi dengan membunuh seorang Mesir. Tetapi waktu itu Musa belumlah siap dipakai oleh Tuhan walaupun ia memiliki ilmu yang tinggi hasil didikan di Mesir. Secara kemampuan otak, Musa memang sudah siap tetapi hatinya masih harus dipersiapkan oleh Tuhan. Untuk menyiapkan hatinya, Musa harus mengalami proses pengosongan/penyerahan selama 40 tahun dengan menggembalakan kambing domba. Jika Tuhan memakai Musa sebelum dia dipersiapkan hatinya maka saya percaya hari ini riwayat bangsa Yahudi hanya akan tinggal menjadi sejarah. Hati Musa yang begitu lembut sehingga sampai memohon pengampunan kepada Tuhan agar jangan membinasakan orang Israel merupakan hasil tempaan selama 40 tahun di padang belantara.

Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 500 sekolah teologia yang setiap tahunnya menghasilkan ribuan lulusan sarjana teologia. Belajar teologia tentu sangat baik dan diperlukan untuk dapat menjadi seorang pelayan Tuhan yang berkualitas. Saya percaya salah satu sebab mengapa Tuhan mengijinkan Musa dibesarkan oleh puteri Firaun adalah agar ia bisa belajar pengetahuan di Mesir dan pengetahuan itu dibutuhkan untuk menggenapi panggilan hidupnya. Namun memiliki pengetahuan saja tidaklah cukup, sama seperti Musa kita harus mengalami sebuah proses pengosongan/penyerahan sebelum dapat dipakai dengan efektif oleh Tuhan. Sekolah teologia mungkin dapat menghasilkan para teolog tetapi untuk dapat menghasilkan orang-orang kudus harus melewati sekolah padang gurun.

Hati saya sungguh merindukan bangkitnya orang-orang kristen yang dewasa rohaninya dan mengenal Allah dengan intim. Saya percaya ini juga merupakan kerinduan hati Allah untuk melihat anak-anakNya bertumbuh menjadi dewasa. Allah sedang mencari umat yang yang rela mati terhadap diri mereka sendiri untuk melaksanakan pekerjaan dan kehendakNya. Allah sedang mencari orang-orang yang bersedia untuk diproses dan dibentuk menjadi alat bagi kemuliaaNya. Tidak ada jalan pintas yang mudah dan cepat untuk dapat bertumbuh menjadi dewasa rohani dan intim dengan Allah. Kita harus membayar harga yang mahal untuk proses pertumbuhan dan pendewasaan Allah, tetapi kita membayar harga yang lebih mahal lagi jika kita menolak untuk berubah. Maukah anda menjadi salah satu orang yang memiliki Allah sebagai milik pusakanya ? Bersediakah anda melewati proses pengosongan tersebut lewat sekolah padang gurun ? Doa saya supaya anda semua yang bersedia untuk diproses dan dibentuk oleh Tuhan dapat berhasil mencapai tingkat kedewasaan dan memiliki Allah sebagai milik pusaka anda !