Korban Perceraian !
Oleh: Mang Ucup
Pernahkan Anda merenungkan bagaimana perasaan orang yang kehilangan pasangan hidupnya ? Perlu Anda ketahui stres yg paling berat di dalam kehidupan manusia adalah pada saat mereka ditinggal oleh orang yang mereka kasihi. Kebanyakan orang melakukan bunuh diri, bukannya karena kehilangan harta maupun jabatan, melainkan karena kesepian.
Selama hidup-Nya Tuhan Yesus tidak pernah mengeluh, sehingga siksaan dan penderitaan jasmaniah yang bagaimana beratnya sekalipun Ia masih mampu bertahan, tetapi pada saat Ia ditinggal oleh Bapa yang mengasihi-nya, disitulah untuk pertama kalinya Ia mengeluh. Yesus atau Allah yang telah menjelma menjadi manusia sekalipun; mengeluh dan tidak tahan apabila ditinggal oleh orang yang dikasihi-Nya, apalagi kita manusia biasa yang lemah dan rapuh.
Perceraian dinilai oleh banyak agama sebagai haram sehingga seharusnya dihindari, tetapi pernahkah terpikirkan oleh mereka, bahwa kebanyakan perempuan di dunia diceraikan sepihak oleh suaminya ataupun ditinggal minggat begitu saja. Apakah para pembimbing agama bisa membantu untuk memaksakan agar suaminya mo balik lagi ?
Pada saat seorang istri ditinggal mati oleh suaminya, banyak orang datang berkujung, bahkan diadakan doa dan malam hiburan khusus bagi istri yang ditinggal. Setelah itu pun masih banyak lagi tetangga maupun rekan-rekan lainnya yang saling berdatangan untuk menghibur sang janda, bahkan menawarkan berbagai macam pertolongan maupun bantuan untuk kelanjutan hidup sang istri yang ditinggal.
Janda cerai dan janda yang ditinggal mati oleh suaminya sama-sama menderita karena kehilangan pasangan hidupnya, walaupun demikian janda cerai ada jauh lebih menderita daripada janda yang ditinggal mati oleh suaminya.
Pada saat seorang perempuan diceraikan, jangan harap ada orang yang mau datang berkujung apalagi menghibur kalau kagak di gosipin azah udah bagus, padahal janda cerai hidupnya jauh lebih menderita, lebih berat dan juga lebih banyak pertolongan maupun bantuan yang dibutuhkan. Ia bukan saja di tinggal oleh suaminya melainkan juga oleh seluruh anggota keluarga suaminya, penghasilan pun tidak ada, sedangkan janda yang ditinggal mati masih bisa dapat uang pensiun maupun warisan dan juga masih dibantu oleh anggota keluarga suaminya.
Apabila perempuan ditinggal mati oleh suaminya, banyak orang yang turut berduka cita bahkan turut menangis maupun berdoa untuknya, tetapi untuk janda cerai tak ada seorangpun yang peduli akan pederitaannya apalagi mau turut merasakan kepedihan maupun kesedihan hatinya. Teman-teman dekatpun satu per satu akan menjauhinya, karena janda cerai itu lansung dikategorikan seperti juga perempuan najis yang suka ngerebut suami orang. Oleh sebab itulah janda cerai itu penderitaannya jauh berlipat kali lebih berat daripada janda yang ditinggal mati oleh suaminya, ia bukan hanya kesepian karena ditinggal suaminya, bahkan juga dikucilkan oleh keluarga maupun kawan-kawannya.
Anak-anak yang ditinggal mati oleh ayahnya masih bisa mengetahui dimana letak makam ayahnya, tetapi bagaimana dengan anak-anak yang ditinggal minggat oleh ayahnya ? Apa yang mereka harus jawab apabila ditanya oleh kawan-kawan sekolahnya ?
Perempuan yang ditinggal oleh pasangan hidupnya harus siap dan bisa melakukan fungsi sebagai suami, sebagai ayah maupun sebagai pencari nafkah. Mereka tidak punya waktu untuk belajar ataupun mengadaptasinya terlebih dahulu, karena perobahan drastis terjadi dalam sehari. Oleh sebab itulah boro-boro punya waktu untuk ngurus diri sendiri untuk ngurus kebutuhan dan keperluan sehari-haripun sudah tidak ada waktu lagi. Waktu untuk berdoa dan menangis hanya ada di malam hari saja.
Kebanyakan cowok lebih senang memilih dan menikah dengan janda yang ditinggal mati oleh suaminya daripada janda cerai, disamping itu banyak janda cerai hidupnya menjadi trauma dan takut untuk memulai hubungan baru lagi. Hati yang terluka mungkin bisa sembuh, tetapi cacad lukanya tidak bisa dihilangkan dan ini akan membayangi terus selama hidupnya.
Bagi mereka yang ingin mengetahui secara lebih rinci lagi bagaimana pengalaman dan perjuangan hidup dari seorang perempuan yang ditinggal oleh suaminya bisa Anda baca di buku "Melewati Lembah Air Mata" kisah pengalaman nyata dari sang penulis sendiri, Ibu Mundhi Sabda Hardiningtyas.