Kekristenan di Jepang

Oleh: Julita

  1. Keadaan Negara Jepang

  2. Jepang adalah sebuah negara yang dikenal bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai negara maju. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar. Negara Jepang yang dikenal dengan sebutan “Negara Matahari Terbit” memiliki produk-produk antara lain konsumsi (rumah makan), bahkan elektronik, transformasi, pakaian, dan bahan baku lainnya bahkan atom dan nuklir.

    Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luasnya hanya mencapai ±378.000 km2 atau 1/25 luas dari negara Amerika.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Keadaan geografis Negara Jepang dibagi menjadi 9 kawasan dari 47 prefektur. Kesembilan wilayah itu adalah Hokkaido, Tohoku, Kanto, Kinki, Chubu, Chugoku, Shikoku, dan Kyushu.

    Jepang memiliki 4 musim yaitu:

    1. Musim semi (Maret-Mei).
    2. Musim panas (Juni-Agustus)
    3. Musim dingin (September-November)
    4. Musim gugur (Desember-Februari)

    Meski Jepang memiliki perubahan-perubahan iklim ternyata Jepang sangat rawan terjadi gempa bumi dan bencana alam akibat letak geografinya yang dipenuhi dengan pegunungan dan bukit-bukit.

    Penghuni Jepang sendiri berasal dari beberapa negara yang bersinggah dan melakukan jual beli. Banyak pihak yang beranggapan bahwa masyarakat awam cenderung berasal dari suku Ainu. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa penduduk asli Jepang adalah berasal dari daratan Asia yang tinggal dan menamakan dirinya sebagai Kikajin dan juga menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari Asia Tenggara seperti Tibet, Taiwan, dan Kepulauan Pasifik Barat Daya dan juga menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari pusat daratan Asia seprti Mogol, Siberia, Turki. Dalam perputaran zaman selanjutnya, Jepang mengalami perubahan kebudayaan. Perubahan yang paling besar adalah saat terjadinya “Restorasi Meiji”. Pada saat itu Jepang dipaksa membuka diri untuk negara luar.

  3. Sejarah masuknya kekristenan di Jepang

    1. Katolik Roma

    2. Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris katolik dari Spanyol yang berasal dari ordo Yesuit Dia adalah seorang yang memperkenalkan agama kristen di Jepang. Pada tahun 1549 dia tiba di Jepang bersama Yayiro. Yayiro adalah seorang Jepang yang melarikan diri ke Malaka karena dituduh telah melakukan pembunuhan. Pada tahun 1550 Fransiscus dan Yayiro tiba di kota Nagasaki, Kyusu. Di situ ia melakukan penyesuaian diri dengan kebudayaan setempat sebisa-bisanya. Dia menerjemahkan istilah-istilah Jepang untuk konsep-konsepn kristen, misalnya kata “Dainichi“ (matahari besar Budha) diterjemahkan untuk nama Allah, kata “jodo“ (tanah suci Budhisme Jepang) diterjemahkan untuk sorga.

      Di Jepang Xaverius bertekad mendekati Daimyo yang dianggap strategis untuk melakukan pekabaran injil. Salah seorang Daimyo yang terbesar yang dikunjunginya bernama Ouchi Yoshika dari Yamaguchi. Ia datang dengan memakai pakaian sutra dan membawa kenang-kenangan yang menarik. Ia diberi izin berkhotbah dan menjawab pertanyaan tentang Astronomi, Geografi dan kekristenan. Hasilnya dalam waktu 2 bulan dia membaptis 200 orang di Yamaguchi. Selain itu Xaverius juga melayani di pulau Honshu dan mengunjungi ibukota Kyoko, di sana ia melayani selama 15 bulan dan membaptis 900 orang Jepang dan dengan demikian berdirilah Gereja Katolik Roma di Jepang.

      Xaverius dan misi ordo Yesuit mengalami keberhasilan sehingga pada tahun 1580 sudah ada 200.000 orang jemaat, dan sudah ada usaha untuk mendidik Klerus Jepang, Namun terjadi perubahan politik di Jepang sejak awal tahun 80-an di abad ke-16 wakil kaisar yang memerintah atas Jepang yaitu Toyotomi Hideyoshi. Ia pada awalnya mendukung orang kristen namun tiba-tiba ia mulai curiga dan menganggap orang kristen sebagai kaki tangan orang Portugal, sehingga menentang pengaruh agama kristen. Pada tahun 1587 ia mengeluarkan surat keputusan yang isinya mengusir semua misionaris. Akan tetapi surat keputusan itu tidak diberlakukan secara langsung karena para Daimyo banyak masuk kristen dan mendukung misi kekristenan di Jepang. Sehingga pada tahun 1588 didirikan Keuskupan Katolik Roma di jepang di Funai.

      Pada tahun 1593 ordo Fransiskan memulai pelayanan misinya di Jepang dan hal ini menyebabkan persaingan 2 ordo yaitu ordo Yesuit yang berasal dari Portugal dengan ordo Fransiskan yang berasal dari Spanyol yang memiliki misi yang berbeda. Akhirnya di kedua ordo itu terjadi perselisihan yang hebat, di mana ordo Fransiskan menginginkan pekabaran injil disesuaikan dengan kesederhanaan Yesus dan para rasul sedangkan ordo Yesuit melakukan pekabaran injil itu kepada orang-orang terpandang dan terkemuka, karna menurut mereka orang-orang terpandang itu akan mempengaruhi masyarakat Jepang untuk masuk kristen. Pada masa perselisihan di antara kedua ordo maka pada tahun 1597 surat keputusan dari Hideyoshi di berlakukan sehingga terjadi penganiayaan terhadap orang kristen di mana 20 dari 26 orang kristen Jepang mati syahid di kota Nagasaki. Walaupun terjadi pengahambatan namun penghamabatan namun kekristenan masih berkembang di mana pada tahun 1600 oarang kristen di Jepang mencapai 750.000 orang dari penduduk Jepang, dan pada tahun 1601 Pastur Jepang yang pertama di tahbiskan.

      Pada tahun 1603 terjadi perubahan politik di Jepang, di mana diciptakan jabatan Shogun yang memerintah dengan kewibawaan yang mutlak atas seluruh jepang. Shogun pertama, Tokugawa Ieyasu sangat menentang kekristenan, karna dia takut pada pengaruh kekristenan yang dapat membawa kekuasaan Eropa ke Jepang. Sehingga terjadi penganiayaan yang hebat terhadap orang Jepang. Antara tahun 1614-1636 hampir seluruh gereja Katolik Roma di Jepang dihancurkan. Ribuan orang kristen mati syahid. Pada tahun 1639 Jepang "Bawah Tanah" bertahan diam-diam selama 2 abad.

    3. Kristen Protestan

    4. Misi Katolik Roma pertama itba Jepang pada abad ke-16 pada saat yang tepat, ketika bangsa jepang terbuka tehadap kekristenan. Pada saat itu Gereja Katolik Roma cepat sekali berkembang di Jepang, namun periode perkembangan tesebut disusul periode penghambatan yang sangat dahsyat. Pada abad ke-17 semua orang asing dilarang masuk di Jepang dam memeluk agam kristen berarti melanggar peraturan negara, sehingga kurang lebih dua abad bangsa Jepang menutup diri terhadap pengaruh barat.

      Pada pertengahan abad ke-19 kebijakan Jepang menjauhkan diri dari negara-negara lain mulai diubah. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika dipimpin Commodore Matthew Perry, tiba di teluk Tokyo pada tahun 1853, memohon pembukaan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun1857 dan 1858 perjanjian-perjanjian disusun dan ditandatangani, yang memberi izin kepada orang Amerika untuk berdagang ke Jepang. Persetujuan-persetujuan perdagangan tersebut dipergunakan oleh lembaga misi untuk mengutus para tenaga injil ke Jepang. Sejak tahun 1858 pekabaran injil Amerika diutus ke Jepang Gerja Episkopal, Gereja Presbiterian, Gereja-gereja Baptis dan Gereja Kongregasional.

      Di Jepang pada saat itu terjadi perubahan politik sejak mereka membuka diri dengan negara-negara barat, sehingga pada tahun 1868 kaisar Meiji memaksa shogun mengundurkan diri. Ia menyatakan dimulainya ’Restorasi Meiji’, yaitu pengembalian kekuasaan kepada kaisar, Pada saat itu juga golongan samurai bercita-cita memodernkan negara Jepang melalui pendidikan barat, hal itu membuka jalan bagi penyebaran iman kristen.

      Pada tahun 1869 Anglikan di Inggris mulai mulai mengutus para penginjil. Pada mulanya hasilnya sedikit tetapi pada tahun 1866 Guido Verbeck, utusan Gereja Baptis ‘Refomed’ membaptis orang percaya yang pertama. Pada tahun 1871 baru 10 orang yang dibapatis oleh pekabar injil Protestan. Pada awalnya para pekabar injil berdiam di kota pelabuhan. Mereka belajar bebahasa Jepang, berusaha menerjemahkan alkitab serta bergaul dengan masyarakat setempat.

      Dr. James Hepburn (1815-1911), utusan gereja Presbiterian, tiba di jepang pada tahun 1859, sesudah melayani di Singapura dan di Amoy. Dia tingagl di kota Kanagawa, kemudian pindah ke Yokohama. James menyusun kamus bahasa Jepang –Inggris dan menerjemahkan beberapa bagian alkitab ke dalam bahasa Jepang. James juga membuka praktek medis di kota Yokohama, dan ia merawat ±10.000 pasien pertahun. Selain itu istrinya juga membuka sekolah utunuk anak-anak putri yang menjadi dasar bagi pekembangan pendidikan wanita di Jepang.

      Pada tahun 1872 diadakan kebaktian khusus di Yokohama berkaitan dengan pekan doa sedunia, diatur oleh persekutuan Evangelikal sedunia. Beberapa mahasiswa Jepang ikut kebaktian tersebut. Mereka begitu semangat sehingga pertemuan diperpanjang dan 9 orang pemuda dibaptis. Akibat pertemuan-pertemuan tersebut gereja protestan pertam didirikan di Jepang. Gereja baru tersebut diberima nama Nihon Kirisuto Kokai (Gereja Kristen Jepang). Pendeta pertama adalah utusan Gereja Reformed dari Amerika. Dalam gereja ini pengakuan iman sederhana disusun yang didasarkan pada pengakuan persekutuan iman Evangelikal. Kepemimpinan gereja dipercayakan kepada pendeta, dan ketua majelis dengan persetujuan anggota-anggota jemaat.

      Gereja Protestan di Jepang berhasil di golongan militer yaitu Samurai yang tertarik pada konsep permuridan dan pengabdian. Sehingga orang beranggapan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan dari barat, sebagai kunci kemajuan dan pembangunan negara. Akhirnya pemerintah Jepang membuka sekolah perguruan tinggi dan mengangkat orang Kristen sebagai staf pengajar. Para pengajar asing pada masa itu yaitu Guido Verbek. Ia tiba di Nagasaki pada tahun 1858 dan mulai mengajar bahasa Inggris. Murid-murid Verbek berasal dari golongan samurai dan menadapt jabatan tinggi dalam rezim baru sesudah tahun 1868. Mereka sering bertemu dengan Verbek, minta nasihat dan bimbingan dalam usaha menyusun hukum-hukum baru serta struktur pemerintahan baru. Sehingga Verbek sangat mempengaruhi perkembangan politik Jepang pada masa pembangunan itu. Pada tahun1871 Captain LL Janes (1871) menjadi kepala sekolah di kota Kumamoto, Jepang barat. Sifat disiplinnya yang menarik perhatian para murid, sehingga 40 orang berkumpul di puncak gunung pada tahun 1876, memberikan janji setia kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat bangsa Jepang.

      Selain pengajar seorang Jepang bernama Neesima (1843-1900) yang berasal dari keluarga samurai yang belajar teologi dari Amerika mendirikan beberapa jemaat di Jepang dan mendirikan sekolah Doshisha di Kyoto. Akhirnya sekolah Doshiha ditingkatkan menjadi universitas bahkan menjadi universitas tertua di Jepang. Banyak murid dari kota Komamoto yang bersekolah di universitas Doshiha menjadi pendeta. Neesima berusaha mempergunakan tradisi-tradisi samurai untuk mengembangkan ajarn Kristen Jepang. Namun Ia menegaskan perbedaan tajam antara kebebasan iman Kristen dan pelayanan Kristen dengan perintah kejam yang mewarnai kewajiban anak terhadap orangtua dan kewajiban taat kepada penguasa, sebagaimana diajarkan oleh Kong Hu Cu. Di Hokaido juga terbentuk paguyuban Sapporo oleh Dr.W.s.Clark pada tahun 1876, sebelum ia pergi semua angkatan mahasiswa yang pertama berjumlah 15 orang dan sudah beralih menjadi agama Kristen.

      Selain sebagai pengajar maka para pekabar injil ini juga berperan dalam perluasan gereja. Badan- badan misi Protestan bekerja sama dalam menerjemahkan alkitab dalam bahasa Jepang. Buku-buku kristen diterjemahkan oleh Jepang, ditambah lagi beberapa orang jepang mengarang buku kristen.

    5. Pertumbuhan gereja di Jepang

    6. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan gereja di Jepang berkembang cepat adalah:

      1. Dilaksanakannya kebangunan rohani yang meluas di seluruh gereja Kristen Protestan.
      2. Pada tahun 1883 diadakan konferensi misionaris oikumenis yang dihadiri oleh orang Kristen Jepang sekaligus Konferensi Kristen Nasional. Konferensi inilah yang menyadarkan para peserta bahwa Tuhan benar-benar hadir di tengah-tengah mereka.
      3. Di universitas Doshiha kembali diadakan kebangunan rohani yang akhirnya banyak mahasiswa menjadi percaya kepada Yesus Kristus.
      4. Diadakan pertemuan-pertemuan umum di sekolah-sekolah, di aula dan di ruang terbuka.
      5. Para pendeta dan mahasiswa mengadakan penginjilan dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
    7. Tantangan kekristenan di Jepang

    8. Ada beberapa tantangan yang dihadapi para penginjil Kristen di Jepang yaitu:

      1. Tingginya nasionalis di Jepang yang tidak terlepas dari pengaruh religius agama Shinto. Agama Shinto adalah pencampuran praktik-praktik keagamaan berdasarkan kepercayaan “kami” yaitu: kuasa roh atau dewa dewi yang berdiam di alam seperti gunung, pohon dan sungai. Kaisar mempunyai peranan dalam agama Shinto. Kaisar diakui sebagai keturunan matahari, upacara tahunan menyembah dewi Amaterasu di kuil Ise sebagai puncak ibadah Shinto dan kaisar itu ilahi bangsa Jepang. Dan inilah pergumulan besar bagi orang Kristen.
      2. Sebagian besar penduduk Jepang beragama Kristen tetapi tampaknya menyerupai sekte agama Budha yang baru yang mana terdapat kesamaan dalam ritual, penyembahan patung-patung, prosesi-prosesi bahkan ajaran-ajaran. Dan kaum ordo Yesuit berpakaian seperti biksu zen.
      3. Ajaran Kristen dianggap melemahkan atau membahayakan posisi para shogun atau pemerintah yang lebih memerintah dan lebih mementingkan dan memuntut pengabdian serta kesetiaan tanpa syarat dari rakyatnya.
      4. Pemberontakakan Shimabara di provinsi Nagasaki (1637-1638) yang di lakukan oleh rakyat yang mayoritas kristen, seakan-akan membenarkan pendapat itu seperti yang membuat penyebaran agama baru dan ini selalu dikengkang dan di curigai.
      5. Di Jepang belum ada kebebasan beragama sehingga berlaku ancaman hukum mati terhadap setiap orang yang akan berpindah ke agam Kristen yang dikeluarkan pada abad ke-17 dan agama Jepang mempertahankan kebudayaan seperti memuja kaisar sebagai dewa.
    9. Tokoh-tokoh kekristenan di Jepang

      1. Uchimura Kanzo (1861-1930)
      2. Uchimura berasal dari paguyuban Sapporo yang beralih menjadi agama Kristen sebagai hasil pelayanan Dr.W.S Clark. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Dia mencukupi kebutuhan sehari-harinya melalui menulis artikel untuk majalah-majalah umum, akhirnya dia terkenal sebagai wartawan. Dia menerbitkan dua majalah Kristen yaitu Seisho no Kenkyu (penelitian lakitabiah), Japan Christian Intelligencer.

        Dalam ajaran Uchimura berusaha menciptakan kekristenan asli Jepang yaitu menekanan kehidupan yang sesuai dengan kehidupan para misionaris di Jepang.

      3. Toyohiko Kagawa (1888-1960)
      4. Kagawa menerima pendidikan di sekolah misi di kota. Dia tinggal di rumah pendeta Presbiterian yang bernama Dr.Harry Myers. Dia tinggal di rumah pendeta tersebut karena di keluarganya dia tidak merasakan cinta kasih.

        Kagawa mendasarkan hidupnya dengan khotbah Yesus di bukit. Ia merasa yakin akan panggilan Tuhan untuk melayani orang miskin. Di Tokyo ketika ia meneruskan studinya ia mengalami penyakit paru-paru sehingga ia dipaksa keluar. Akhirnya ia tinggal di desa di tepi di laut sambil melayani para nelayan.

        Pada tahun 1909 Kagawa kuliah di Presbiterian di Kobe. Ia tinggal di daerah kumuh Singkawa. Beberapa buku yang dikarangnya antara lain: Penelitian Mengenai Psikologi Kemiskinan dan menyeberang garis batasan maut. Kagawa terkenal sebagai pemikir sosial dan sebagai pekabar injil. Pada tahun 1960 dia wafat dan dianugrahkan tanda penghargaan tertinggi oleh kaisar Jepang karena perannya yang begitu penting di dalam masyarakat Jepang.

    10. Kekristenan di Jepang saat ini
    11. Situasi negara Jepang saat ini tentu saja tidak sama dengan Jepang ratusan tahun yang lalu yang masih primitive. Semua kecurigaan dan pembunuhan hanya tinggal sejarah kelam yang hampir tidak terjadi sampai sekarang. Agama Kristen di beri kebebasan penuh untuk berkembang dan negara tidak lagi ikut campur tangan di dalamnya.

      Saat ini wilayah yang paling banyak komunitas kekristenannya adalah pulau Kyusu di Jepang tengah atau tepatnya di kota Nagasaki. Di kota Nagasaki hal ini terjadi karena kota Nagasaki merupakan kota yang pertama sekali bersentuhan langsung dengan kebudayaan Eropa. Di wilayah ini puluhan bahkan ratusan gedung gereja. Agama Kristen di Jepang ini bisa di katakan hidup damai berdampingan tanpa konflik apapun. Tempat ibadah, pelayanan, sosial, pendidikan, kesehatan yang dikelola oleh orang Kristen tumbuh marak hampir di seluruh pelosok Jepang.

    12. Kesimpulan
    13. Kekristenan di Jepang pertama kali dibawa oleh Katolik Roma kemudian disusul oleh Kristen Protestan. Di Jepang Katolik Roma tidak berkembang karena berbagai faktor yang menghambatnya. Namun Kristen Protestanlah yang berkembang melalui golongan militer Samurai yang tertarik pada konsep permuridan dan pengabdian. Dan sampai saat ini agama Kristen di Jepang dapat hidup dengan damai tanpa konflik apapun.

    Daftar pustaka:

    Th. Van den, Sejarah Gereja Asia, Yogyakarta: Dutawacana, 1988.

    Ruck, Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta: BPK-GM, 2006.

    Wetzel, Klaus, Kompendium Sejarah Gereja Asia, Malang: Gandum Mas, 2000.