Dengan Mata Iman

Baca: Lukas 2:21-33

"Sekarang, Tuhan, biarlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera. sesuai dengan firman-Mu sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu." (Lukas 2:29-30)

Benar-benar mengharukan! Seorang pria tua menggendong bayi Yesus di tangannya dan memuji Allah (Luk. 2:27-32). Simeon telah diyakinkan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat sang Mesias yang dijanjikan. Ia pun datang ke Bait Allah pada waktu yang bersamaan dengan Yusuf dan Maria yang juga masuk bersama bayi Yesus.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya pernah merasa bahwa Simeon lebih diberkati dibandingkan diri saya karena ia memperoleh kehormatan untuk benar-benar menyentuh Yesus, sedangkan saya harus percaya tanpa melihat atau menyentuh-Nya. Kini saya menyadari bahwa Simeon pun harus menggunakan imannya. Bagaimanapun juga, ia menggendong bayi yang dilahirkan oleh pasangan yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Namun, ia memeroleh keyakinan karena kesaksian Roh Kudus yang ada dalam hatinya, dan kita juga harus bersandar pada sumber kesaksian yang sama saat ini.

Menjelang saat-saat terakhir Yesus berada di dunia ini, ketika Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah kebangkitan-Nya, Ia berkata kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya." (Yoh. 20: 29) Demikian pula kita yang hidup pada saat ini, dapat mengenal Kristus secara dekat dan pribadi dengan mata iman.

Saat kita merayakan Natal, marilah kita berdiam diri sejenak untuk memandang kepada Tuhan dengan mata iman. Ketika kita melakukannya, kita akan sanggup mengangkat suara untuk memuji Allah. -HVL

Mari ke Betlehem dan lihatlah, ia yang kelahiran-Nya dinyanyikan

para malaikat; Mari, dengan lutut bertelut menyembah-Nya Kristuslah

Tuhan, Raja yang baru lahir.-NN

Manusia berkata bahwa dengan melihat kita percaya, tetapi Allah berkata bahwa dengan percaya kita melihat.

Diambil dari:

Judul buku : Santapan Rohani
Penulis : Herbert Vander Lugt
Penerjemah : Tim RBC Indonesia
Penerbit : RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2007