Apakah Menikah Keharusan?
Oleh: Pdp. Jafar Thamrin, S.Th
"tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.." (1 Korintus 7:2)
Dari kutipan ayat di atas, menjadi pertanyaan buat kita orang percaya. Apakah Rasul Paulus menyarankan bahwa pernikahan merupakan keharusan bagi setiap orang? Bagaimana dengan orang yang tidak mau menikah karena alasan tertentu? Apakah ayat di atas menjadi suatu paksaan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus? Ternyata tidak. Rasul Paulus sedang menjelaskan bahwa untuk membujang itu adalah baik.
Sekali pun demikian, pernikahan merupakan kewajiban bagi orang-orang yang tidak kuat terhadap pengaruh dan kebiasaan masyarakat sekitar yang jahat waktu itu. Ini bukan memandang rendah pernikahan, melainkan dengan jujur menghadapi kenyataan mengingat bahaya percabulan. Mungkin mengacu kepada banyaknya kasus yang terjadi di Kota Korintus pada waktu itu. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa menikah itu bukan keharusan tetapi pilihan, meskipun mampu atau tidak mampu, kaya ataupun miskin, senang ataupun susah.
Tetapi untuk apa mengatakan kepada orang lain, “Heh, menikah Wajib lho.” Terserah orang lain mau menikah atau tidak bukanlah urusan kita. Berapa banyak manusia di bumi ini yang tidak menikah? Banyak sekali. Lantas, apakah mereka sengsara, kesepian, dan sebagainya seperti yang sering didongengkan orang-orang? Jawabannya adalah tidak, karena begitu banyak manusia yang bahagia walaupun tidak menikah. Apakah orang yang tidak menikah berarti tidak dewasa? Salah. Menikah atau tidak menikah tidak bisa dikatakan sebagai definisi dari dewasa. Atau definisi dewasa tidak bisa dibilang salah satunya adalah menikah. Itu hanya perkataan orang-orang yang melihat dari satu perspektif saja. Dan penilaiannya subyektif banget. Barangkali orang yang sudah menikah sering bilang, “Saya memilih untuk menikah ternyata membuat hidup ini lebih bermakna, ada tempat untuk saling berdiskusi, ada tempat yang saya tuju, ada yang saling mengingatkan, dan ada senyum manis tiap saya terbangun di pagi hari. Namun orang yang melajang pun tidak mau kalah dan berkata seperti lagunya Koes Plus, ”begini nasib jadi bujangan ke mana-mana asal suka tiada orang yang melarang, hati senang walaupun tak punya uang.” Jadi dalam hal ini menikah atau tidak menikah bukanlah keharusan atau kewajiban melainkan pilihan. Walaupun setiap pilihan-pilihan yang ada memiliki resikonya masing-masing.
Sebagai orang percaya, jangan mau ditipu dengan slogan menikah itu kewajiban/keharusan, karena sejatinya menikah adalah pilihan sebagaimana pilihan-pilihan lain yang berjajar dalam hidup kita. Rasul Paulus hanya mengingatkan bahwa kalau tidak kuat hidup bertarak, lebih baik menikah mengingat bahaya percabulan, namun bagi yang bisa hidup bertarak Rasul Paulus memberi pilihan untuk tetap hidup membujang seperti dirinya. Jadi, Anda lah yang menentukan apakah Anda mau menikah atau tidak.