Terang Bagi Bangsa-Bangsa
Oleh: Sunanto
Yes 49:6b “Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi." Saya percaya mimpi tersebut datang dari Tuhan dimana lewat mimpi tersebut Dia ingin berbicara bahwa Dia akan memakai saya sebagai terang bagi keluarga dan lingkungan dimana saya berada. Saya merupakan orang pertama dalam keluarga yang mengalami pertobatan dan kelahiran baru dalam Kristus.
Mimpi itu sudah mulai digenapi dimana saya menyaksikan satu persatu anggota keluarga saya diselamatkan (belum semuanya). Tuhan juga memakai saya untuk menjadi berkat bagi banyak orang baik langsung atau tidak langsung dengan melalui tulisan. Sungguh besar kasih karuniaNya buat hidup saya sehingga saya yang dulunya sering menjadi bahan hinaan dan olok-olokan sejak masih kecil bisa diubah menjadi manusia baru yang memancarkan kemulianNya. Hanya kasih Yesus yang sanggup memulihkan seorang pribadi yang begitu rusak jiwanya dan memakainya untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Itu semua memang hanya karena kemurahan Allah bukan karena saya layak untuk menerimanya.
Di tahun 1998, setelah membaca sebuah buku berjudul “Roh Kudus†karangan Billy Graham saya mengalami sebuah pengalaman yang mirip turunnya Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta. Pada waktu itu selama berbulan-bulan saya mengalami lawatan Tuhan yang akhirnya membawa saya kepada penyerahan hidup kepadaNya Saya tidak sedang membicarakan pengalaman berbicara dalam bahasa lidah sebab tiga bulan setelah bertobat saya telah menerimanya tetapi jujur saja setelah menerima karunia bahasa lidah itu kehidupan kekristenan saya tidak mengalami perubahan yang berarti. Setelah momen penyerahan itu Tuhan memimpin saya untuk pergi ke kota Sydney Australia. Dia berjanji bila saya menaatiNya untuk pergi maka Dia akan memakai diri saya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Saya akhirnya memutuskan untuk berangkat dengan hanya membawa bekal hidup satu bulan.
Sesampai di Sydney saya mengalami sebuah pergumulan yang sangat berat sebab tidak mudah untuk mencari pekerjaan di sana. Saya sangat mengharapkan Tuhan melakukan mujizatNya tetapi sampai persediaan uang saya hampir habis mujizat tetap tidak terjadi. Saking tidak punya uangnya saya sampai menunggak pembayaran sewa tempat tinggal selama 2 minggu. Untuk menghemat uang saya banyak mengkomsumsi mie instan dan makan nasi hanya dengan telor ceplok Saya masih ingat waktu itu saya jalani lorong-lorong kota Sydney sambil menangis dan bertanya dalam hati, mengapa Tuhan mengijinkanku mengalami masalah seberat ini ? Waktu itu usia saya baru 24 tahun dan masih belum ingin meninggalkan dunia ini sebab masih banyak cita-cita yang belum terwujud. Pada saat terakhir tiba-tiba seseorang menelepon untuk menawarkan sebuah pekerjaan sehingga saya bisa menyambung hidup kembali. Kalau bukan karena anugerahNya yang menopang saya pasti tidak sanggup menanggung beban seberat itu. Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman ini, Tuhan tidak akan pernah mengijinkan sebuah pergumulan yang melebihi kekuatan kita dan Ia pasti akan memberi jalan keluar. Sejauh kita taat kepadaNya maka Dia bertanggung jawab untuk memelihara hidup kita.
Pada tahun 2000 akhir saya kembali ke Indonesia dan kembali harus mengalami pergumulan untuk mencari pekerjaan. Akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk taat kepada Tuhan keluar dari perusahaan tersebut.
Dengan modal seadanya saya merintis sebuah usaha kecil dengan memanfaatkan koneksi-koneksi yang saya miliki. Pada awalnya sepertinya semuanya berjalan lancar tetapi kemudian banyak sekali terjadi hambatan. Bila kita bertahan dalam masa kesesakan tersebut pada akhirnya kemuliaan Allah akan termanisfestasi dalam hidup kita.
Saya sengaja menceritakan sedikit pengalaman hidup saya ketika melewati lembah air mata itu sebab melalui itu saya ingin mengatakan bahwa sebelum kita dapat menjadi terang bagi bangsa-bangsa ada sebuah proses yang harus kita alami. Ada harga yang harus dibayar bila kita ingin dipakai untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Memiliki visi yang besar memang sangat baik tetapi untuk menggenapi visi tersebut kita harus membayarnya dengan segenap keberadaan hidup kita. Bila kita ingin dipakai oleh Tuhan maka kita harus memiliki komitmen yang total, tidak bisa dengan komitmen yang hanya setengah hati. Tuhan bukannya senang melihat kita menderita tetapi Ia harus mengijinkannya demi untuk membentuk hidup kita sebab tanpa diproses dan dibentuk maka kita tidak akan bisa dipakai untuk kemulianNya. Sebelum Tuhan memakai kita, Tuhan menuntut kita untuk mempersembahkan hidup kita sepenuhNya kepadaNya. Saya percaya banyak diantara anda yang membaca tulisan ini memiliki sebuah panggilan yang besar dari Tuhan bagi hidup anda. Mungkin anda saat ini sedang mengalami sebuah masa persiapan yang sangat menyakitkan Melalui tulisan ini, saya ingin menguatkan anda agar tetap bertahan sampai akhir. Tetaplah bertahan sampai akhir sebab ada upah besar yang menanti di ujung proses tersebut !