PERIBADATAN YANG BENAR

Siapa yang anda sembah? Ambisi Setan untuk disembah terungkap ketika dia mencobai Yesus. Setelah gagal dengan dua usaha sebelumnya, iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi untuk memperlihatkan seluruh kerajaan di dunia ini dengan segala kemegahannya (Mat. 4:8). Lalu dia berkata kepada Yesus, "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku" (ay. 9). Setan mau menggoda Yesus dengan kekuasaan dan harta dunia oleh sebab dia tahu bahwa ketika hidup di dunia Anak Allah itu sedang mengenakan sifat kemanusiaan-Nya, sebab kalau tidak Setan akan terlalu bodoh dan konyol mau menawarkan kepada Penguasa alam semesta itu bumi yang kecil ini sebagai imbalan untuk menyembahnya. Dalam kemanusiaan-Nya Yesus dengan tegas berkata kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ay. 10).



Pemberontakan Lusifer di surga, yang berakibat dicampakkannya dia ke bumi ini sebagai iblis, berpangkal pada hasratnya untuk disejajarkan dengan Allah dan disembah (Yes. 14:13-14). Pemberontakan yang gagal itu tampaknya tidak menyurutkan ambisi Setan untuk disembah, karena itu dia lalu mendirikan kekuasaannya di dunia ini, berharap bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa akan menjadi rakyat dan pengikutnya. Itulah sebabnya Setan marah ketika ada sebagian manusia berdosa yang mengingkari kekuasannya dan menyembah Allah Pencipta. Dia menipu manusia dan menggunakan "patung" sebagai bonekanya untuk memperoleh penyembahan manusia. Anda dan saya tak dapat menghindari pilihan untuk memutuskan siapa yang anda sembah, penguasa sementara atas dunia ini atau Pencipta dan Pemilik sesungguhnya atas bumi ini.

"Allah memanggil umat manusia untuk menyembah Khalik (Why. 14:7). Mereka yang tidak menyembah 'patung binatang itu' berisiko kehilangan hidup mereka yang sementara (Why. 13:15; baca juga Daniel 3), sedangkan mereka yang menyembah patung itu kehilangan hidup yang kekal (Why. 14:9-11)" [alinea kesatu: dua kalimat terakhir].
Peribadatan dan penciptaan. Allah menghendaki umat-Nya untuk beribadah kepada-Nya dengan tekun berdasarkan iman. Yohanes Pewahyu menulis, "Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus" (Why. 14:12). Versi BIMK menerjemahkan ayat ini begini: "Dalam hal ini umat Allah yang taat kepada perintah-perintah Allah dan setia kepada Yesus, perlu menjadi tabah" (Why. 14:12; huruf miring ditambahkan). Peribadatan yang benar harus berdasarkan perintah Allah (=Hukum Allah), dan harus dijalankan dengan setia dan tabah (=komitmen penuh).

Peribadatan kita tak dapat tidak merupakan pengakuan kita terhadap kuasa yang kita akui, sebab penyembahan tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Peribadatan kita juga terkait dengan pengakuan ataupun penolakan kita akan kuasa penciptaan Allah, jika kita menyembah Allah berarti kita mengakui Dia adalah Pencipta alam semesta, dan kalau kita tidak menyembah Allah berarti kita tidak mengakui kuasa penciptaan-Nya. Penyembahan tak dapat dipisahkan dari pengakuan penciptaan, dan mengakui penciptaan Allah berarti menerima Sabat hari ketujuh sebagai hari perhentian dan ibadah. Tidak ada kompromi atau jalan tengah dalam beribadah.
"Bagian kalimat yang menggambarkan Allah telah 'menjadikan langit dan bumi dan laut' menyentuh hukum Sabat (Kel. 20:11). Sabat adalah isu pokok dalam pertentangan mengenai perintah Allah. Tidak seperti perintah yang lain, hari peribadatan yang ditetapkan itu cocok untuk menjadi ujian kesetiaan karena hal itu tidak dapat disimpulkan oleh pemikiran yang logis. Kita memelihara hukum itu sebab Allah telah memerintahkan kita untuk melakukan seperti itu. Penciptaan juga bergandengan tangan dengan penghakiman" [alinea kelima: lima kalimat pertama].