Menyerah?? No!!
Oleh: Sujud Prasetio
Baca: Matius 8:1-4
Kita tahu bahwa semua orang mempunyai persoalan, terlepas dari persoalannya yang berbeda. Hal itu wajar dan tentunya kita semua setuju. Tetapi jika hal itu wajar, mengapa ending dari setiap persoalan yang dialami setiap orang berbeda? Ada orang merasakan sukacita karena telah menyelesaikan persoalan dengan baik. Tetapi ada juga orang yang mungkin sampai mati tidak dapat menyelesaikan persoalan, bahkan meninggalkan persoalan bagi anak cucunya.
Perikop yang kita baca menceritakan ada seorang yang sakit kusta, tetapi pada akhirnya ia disembuhkan dan terhindar dari ancaman kematian. Tetapi Alkitab menceritakan hanya satu orang saja yang sembuh. Saya percaya ada banyak orang kusta pada waktu itu. Tetapi kenapa hanya satu saja yang sembuh? Malam hari ini kita belajar dari si kusta yang mengalami kemenangan atas sakit penyakitnya. Apa yang dapat kita pelajari dari orang kusta ini.
- Punya pengharapan
- Mau bayar harga
- Tidak menyia-nyiakan kesempatan berjumpa dengan Yesus
- Berserah total
Sakit kusta pada waktu itu merupakan sakit yang mengerikan. Umat Israel percaya sakit itu adalah sakit kutuk akibat dosa. Sakit yang tidak ada obatnya. Seperti mayat hidup. Tinggal tunggu waktu mati saja. Pada waktu saya percaya orang yang sakit kusta, bukan hanya rasa sakit fisik yang dirasakan. Secara fisik ya memang sakit. Mental pun juga sakit. Seorang yang sakit kusta harus dipisahkan, harus dijauhkan dari komunitas masyarakat yang ada, termasuk dijauhkan dari keluarganya. Saudara dapat bayangkan jika menemui orang-orang yang disisihkan, dianggap beban bagi keluarganya sendiri. Tetapi yang luar biasa orang ini tidak putus asa. Pada waktu itu Tuhan Yesus sudah ngetop sebagai seorang penyembuh. Saya percaya pengharapannya timbul oleh karena ia mendengar tentang Yesus. Sebuah ilustrasi yang saya kutip dari sebuah web, mungkin kita sering dengar. Dua ekor katak tak sengaja terjatuh ke dalam sebuah tong yang penuh dengan krim. Mereka berenang ke sana ke mari dengan panik dan berusaha melompat keluar dari tong itu. Akhirnya, ada seekor katak yang kelelahan dan menyerah. Dia mengeluh, "Tidak ada gunanya berenang ke sana ke mari!" Dia mengayunkan kakinya untuk terakhir kalinya, lalu tenggelam dalam keputusasaan. Dia gagal. Tinggal sang katak yang lainnya. Dia benar-benar berbeda. Dia tidak mau menyerah. Selalu ada jalan keluar, pikirnya. Dia terus berenang, mempertahankan hidupnya. Dan suatu kejutan baginya. Krim itu perlahan tapi pasti mulai berubah. Ya, berubah mengeras dan menjadi mentega. Akhirnya, dia mendapat pijakan yang kuat dan melompat keluar dari tong itu. Ah, jika saja Anda tidak menyerah dan terus berusaha, Anda pasti bisa menendang masalah itu keluar dari kehidupan Anda.
Pengharapan itu penting. Baik buruk perjalanan hidup seseorang ditentukan oleh keyakinan akan sebuah pengharapan. Pengharapan adalah keyakinan tentang apa yang belum ia lihat, tetapi yakin akan mendapatkannya. Ada pepatah berkata seperti ini: "di dalam kehidupan ini tidak ada yang pasti, tetapi kita harus bisa memastikan apa yang kita ingin raih atau kita rindukan." Pengharapan bicara tentang optimisme. Orang yang optimis menciptakan helikopter, tetapi orang yang pesimis menciptakan parasut. Bagaimana agar kita menjadi orang yang berpengharapan?
Tetap fokus, tetap yakin Tuhan tolong, tetap percaya bahwa ada sesuatu yang indah Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mempunyai pengharapan. Ibrani 9:19a berkata: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita ..."
Orang ini berani bayar harga. Ada tantangan bagi orang kusta ini untuk mendekati Yesus (Baca Im. 13:45-46). Resiko yang harus dia terima. 1) Penolakan. 2) Dilempari batu. Dan itu sah-sah saja. Hukum Taurat mengajarkannya. Tetapi orang ini tidak mempedulikan apa yang dialaminya. Yang ia pikirkan "jika aku bertemu Yesus aku pasti sembuh." Saya percaya banyak orang kusta pada waktu itu penuh pertimbangan yang besar, jika harus datang ke kerumunan orang, dan akhirnya ia memilih untuk tetap berdiri di tempatnya. Dan hasilnya dia tidak mengalami perubahan. Dan menyerah dengan sakit kusta yang sedang mengancam hidupnya. Orang yang disembuhkan Yesus adalah orang yang mau bayar harga, agar hidunya mengalami perubahan yang lebih baik lagi. Grace Murray Hopper berkata: "Kapal akan aman bila berada di pelabuhan, tetapi kapal tidak diciptakan untuk itu."
Banyak orang ingin mengalami perubahan hidup yang lebih baik lagi, tetapi takut bayar harga, tetap berdiri di tempat, tidak mau berubah, tidak mau mencoba, tidak mau bergerak. Jangan harap saudara akan diberkati lebih lagi. Saudara malas berdoa, malas baca firman, malas beribadah, gereja membutuhkan dana saudara pelitnya setengah mati, jangan harap Anda diberkati Tuhan. Tidak ada perubahan, kecuali Anda sendiri yang mengawali gerakan. Tuhan menghargai orang-orang yang berusaha.
Ketika mendengar ada Yesus langsung datang menghampiri. Bagi dia itu adalah kesempatan untuk merubah nasib hidupnya. Ada berapa banyak di antara kita orang-orang percaya yang menyia-nyiakan saat-saat bersama dengan Tuhan. Waktu ibadah minggu jalan-jalan bersama keluarga hanya untuk refreshing. Hal yang prinsip dan penting bagi hidup ditinggalkan. Sementara ia ngotot berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan. Bukankah Tuhan akan memberkati orang-orang yang memprioritaskan Allah? Ada kesempatan berdoa tetapi tidak mau berdoa? Dapatkah saudara bayangkan ada berapa banyak orang percaya di dunia yang tidak dapat bebas memuji Tuhan, beribadah?
"Jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan Aku." Kata tahir. Benar-benar sembuh. Kalau luka kita obati sembuh tetapi ada bekasnya. Tetapi tahir yang disebut di dalam perikop ini adalah tahir yang sembuh total tanpa ada bekasnya, dibuat baru kembali. Begitu sempurna. Ada sikap hati yang luar biasa yang dipunyai orang ini. Dan Alkitab mencatat satu-satunya orang yang demikian. Saya akan tunjukkan buat kita semua. Kalau saudara perhatikan perjalanan Yesus di dunia yang dicatat dalam Injil, saudara akan menemukan begitu banyak orang yang sakit maupun kerasukan datang kepada Yesus meminta pertolonganNya. Semua mereka meminta dengan cara yang sama. Memuji Yesus Mesias, Yesus Anak Allah, Yesus Anak Daud, endingnya berkata sembuhkan aku, tolong aku, bahkan ada yang memaksa (Perempuan Siro-Fenisia). Saya tidak berkata itu salah. Saya hanya mau sampaikan sikap hatinya yang berbeda. Dia menyerah. Perhatikan kata-katanya yang disampaikan kepada Yesus. (di Taman Getsemani, Yesus pun berkata kepada Bapa-Nya, "kalau Bapa mau"). Tidak semua apa yang kita doakan Tuhan jawab. Tetapi itu adalah saat-saat Tuhan ingin kehendak-Nya yang jadi. Mari kita belajar berserah, karena hanya Tuhan yang tahu yang terbaik bagi kita. Tuhan memberkati.