Apakah Mujizat Masih Terjadi?

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan. M.Th

Nas: Keluaran 15:22-27

PENDAHULUAN

Teks dalam Keluaran 15:22-27, mengisahkan tentang mujizat kedua yang Allah nyatakan kepada umat-Nya Israel setelah mereka meninggalkan Mesir, yaitu mujizat air pahit di Mara menjadi manis ketika Musa atas petunjuk Tuhan melemparkan sepotong kayu ke air itu. Perlu dijelaskan bahwa mujizat pertama adalah mujizat terbelahnya Laut Teberau yang membuka jalan bagi orang Israel untuk menyeberangi laut tersebut. Ini terjadi ketika Musa atas perintah Tuhan memukul air laut itu.                   



Saat ini saya mengajak Anda untuk memahami arti kata ”mujizat” ini, apa tujuan mujizat dan apakah mujizat masih berlaku sekarang ini. Pada saat membicarakan tentang Allah dan mujizat, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, keselarasan Tuhan dengan hukum-hukum alam yang dibuatnya. Tuhan tidak kontradiksi dengan hukum alamiah yang dibuatnya. Tuhan yang membuat hukum-hukum alam adalah Tuhan yang melampuai hukum-hukum alam itu. Kedua, bahwa dunia dan hukum-hukam alam tidak berlangsung dengan sendirinya. Allah terus menerus menopang dan memelihara segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3). Ketiga, Tuhan sebagai Pribadi pembuat mujizat. Tuhan dapat menggunakan sebab-musabab alamiah pada waktu Ia bekerja dengan cara yang tidak biasa atau yang menakjubkan. Tuhan tidak hanya kadangkala campur tangan di dalam dunia ini. Orang-orang yang tidak sampai pada pengertian diatas biasanya meremehkan mujizat-mujizat yang aktual, menolak campur tangan Allah yang bekerja dan pada akhirnya menjadi penganut deisme atau skeptisisme, entah secara teoritik atau praktis.              

MEMAHAMI DAN MENDEFINISIKAN “MUJIZAT”                      

Sebenarnya kata ”mujizat” dapat dipahami dalam dua keadaan: Pertama, untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang biasa tetapi memberi kesan yang mendalam. Contoh : Misalnya kita menyebut kelahiran seorang bayi sebagai suatu mujizat. Terbit dan terbenamnya matahari sebagai suatu mujizat. Istilah mujizat dalam kasus-kasus seperti ini menunjukkan hal-hal yang biasa, yang disebabkan oleh penyebab yang luar biasa, yakni kuasa Allah. Kedua, mujizat yang menunjuk pada tindakan Allah yang melampuai hukum alam. Ini merupakan intervensi supra alami ke dalam hukum-hukum alam. Mujizat disini merupakan penggunaan istilah dalam bentuk teknis. Contoh : Musa membelah laut Teberau atau mengubah air yang pahit di Mara menjadi manis. Yesus mengubah air menjadi anggur, atau membangkitkan Lazarus dari kematian. Semua merupakan contoh bagaimana Allah bekerja melampuai hukum alam yang diciptakanNya. Semua peristiwa itu nyata, tetapi tidak ada penjelasan alamiah mengenai peristiwa-peristiwa itu. Semuanya mengkonfirmasikan kekuasaan Allah.              

Lalu, apakah mujizat itu? Untuk mendefiniskan mujizat kita perlu memperhatikan kriteria berikut : Pertama, awali dengan gagasan bahwa Kristus menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1:3); Bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia (Kolose 1:17); Bahwa Tuhan di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya (Efesus 1:11). Kedua, definisi mujizat yang alkitabiah didasarkan pada pemahaman mengenai tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu. Ketiga, sebuah definisi tentang mujizat perlunya mempertimbangkan terminologi Alkitabiah untuk kata mujizat itu sendiri. Ini adalah studi kata yang melibatkan ”eksegese” dalam teologi.                

Berdasarkan tiga kriteria diatas, maka definisi mujizat adalah sebagai berikut: ”Mujizat adalah suatu aktivitas Allah yang kurang lazim (tidak umum) dimana Ia membangkitkan rasa terpesona dan ketakjuban manusia dan memberikan kesaksian tentang diriNya sendiri.” Bila memperhatikan terminologi Alkitabiah untuk kata mujizat seringkali menunjukkan kepada gagasan mengenai pekerjaan kuasa Allah yang membangkitkan kekaguman dan keterpesonaan manusia. Kata Ibrani ”ot” dan Yunani ”semeion” umumnya diterjemahkan dengan kata ”tanda”. Artinya sesuatu yang menunjuk kepada atau mengindikasikan sesuatu yang lain, terutama mengacu kepada mujizat, yang menujukkan adanya aktivitas dan kuasa Allah. Kata Ibrani “mopet” dan Yunani ”teras” diterjemahkan dengan kata ”keajaiban” yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan orang kagum atau heran. Kata ibrani ”gaburah” dan Yunani ”dunamis” diterjemahakan dengan mujizat atau pekerjaan yang berkuasa, artinya suatu tindakan yang meperlihatkan kuasa besar, terutama kuasa ilahi (mengacu pada mujizat).              

Sering kali kata ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat” digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang mengacu kepada mujizat (keluaran 7:3; Ulangan 6:22; Mazmur 135:9; Kisah Para Rasul 4:30; 5:12; Roma 15:19, dan seterusnya. Kadangkala ketiga istilah ini dikombinasikan ”kekuatan-kekuatan dan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kisah Para Rasul 2:22), atau ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa” (2 Korintus 12:12; Ibrani 2:4). Berikut ini beberapa contoh ayat Alkitab Perjanjian Baru untuk penggunaan kata diatas. Kisah Para Rasul 4:22 “Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya” (kata Yunani untuk “disembuhkan oleh mujizat” dalam ayat ini adalah to semeion touto tes iaseos” yang berarti “mujizat kesembuhan”). Kisah Para Rasul 5:12 “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak” (kata Yunani untuk “banyak tanda dan mujizat” dalam ayat ini adalah “semeia kai terata”). Kisah Para Rasul 8:13 “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi” (Kata Yunani untuk kalimat “tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar” adalah “semeia kai dunameis”). Ibrani 2:4 “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat (semeiois te kai terasin) dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan (dunamesin) dan karunia Roh Kudus (pneumatos hagiou merismois), yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya. Disini mujizat dihubungkan dengan karunia Roh Kudus.          

MUJIZAT DAN TUJUANNYA                      

Sepanjang sejarah umat manusia Allah telah mengungkapkan kuasa dan hadiratNya di dalam mujizat-mujizat yang terjadi. Berikut ini beberapa contoh yang disebutkan di Alkitab : Tulah-tulah yang terjadi di Mesir adalah mujizat (Keluaran 4-12);Terbelahnya laut Teberau, air pahit di Mara yang diubah menjadi manis adalah mujizat (Keluaran 14-15); Mana dari langit dan air dari batu karang adalah mujizat (Keluaran 16-17; 1 Korintus 10:1-6); Yesus mengubah air menjadi anggur, meneduhkan angin badai, membangkitkan Lazarus dari kematian, dan lainnya seperti yang tertulis dalam ke empat kitab Injil adalah mujizat. (lihat kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes); Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh murid-murid Kristus, Rasul Paulus dan orang percaya seperti yang tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul; Dan lain-lain yang disebutkan didalam Alkitab.                

Alkitab adalah sebuah buku yang berisi mujizat-mujizat yang tercatat dari Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu. Dan mujizat terbesarnya adalah kebangkitan Kristus. Adapun tujuan dari mujizat-mujizat itu adalah : 1) Menyatakan kehendak, kedaulatan, kekuasaan dan kemuliaan Allah; 2) Menuntun manusia agar berpaling dari berhala kepada Allah; 3) Menguatkan keyakinan dan kepercayaan orang percaya kepada Allah; 4) Memberkati, menyatakan belas kasih, dan kepeduliaan Allah kepada manusia; 5) Menyatakan tindakan pemeliharaan yang terus menerus (kontinuitas) dilakukan oleh Tuhan yang mengendalikan, melindungi, memelihara dan mengatur segala sesuatu.                 

APAKAH MUJIZAT MASIH TERJADI SAAT INI?                      

Pada saat ini ada banyak pandangan dan tangapan yang berbeda tentang mujizat yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga pandangan utama, yaitu: Pertama, pandangan skeptis, yang menyangkali mujizat dapat terjadi. Mereka tidak mempercayai mujizat dapat terjadi. Selain skeptiksesme, yang termasuk dalam pandangan ini antara lain, agnostisme, empirisme, naturalisme, rasionalisme, dan materialisme. Kedua, pandangan sessasionis, yang percaya bahwa mujizat sebenarnya terjadi di Alkitab, tetapi Allah telah berhenti melakukan mujizat pada saat pewahyuanNya selesai dalam Firman Tuhan. Jadi menurut pandangan ini mujizat hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup pada zaman Alkitab ditulis. Ketiga, pandangan kontinuasionis atau disebut juga pandangan non-sessasionis, yang menyatakan bahwa mujizat terjadi pada zaman Alkitab, tetapi juga masih terjadi sampai sekarang. Ini adalah pandangan yang paling konsisten dengan Alkitab. Saya percaya bahwa mujizat terjadi di zaman Alkitab dan tetap terjadi sampai saat ini.              

Menurut beberapa pakar teologi, setelah konsili karthago pada tahun 397 M bahwa kanon Alkitab telah dianggap selesai dan ditutup. Artinya tidak ada lagi penambahan buku pada 66 kitab dalam Alkitab. Berhubungan dengan Alkitab, kita yakin bahwa pewahyuan sudah berhenti. Kita yakin, bahwa tidak ada lagi buku-buku yang ditulis setingkat dengan Alkitab aslinya dalam hal pewahayuan dan inspirasi Allah. Tetapi, pewahyuan Allah itu sendiri masih tetap dinyatakan sampai saat ini, atau dengan kata, Allah masih mewahyukan dirinya sampai hari ini. Berdasarkan pemahaman terhadap pewahyuan umum dan pewahyuan khusus dimana Tuhan menyatakan diri dan kehendakNya kepada manusia, kita dapat yakin bahwa pewahyuan Allah sendiri masih diterjadi sampai saat ini. Pewahyuan itu diantaranya melalui alam semesta, melalui Alkitab, melalui Kristus, melalui gereja, dan melalui mujizat-mujizat. Itu berarti menegaskan kembali bahwa mujizat masih terjadi sampai saat ini.               

Kenyataan bahwa adanya mujizat-mujizat palsu (tiruan dari setan) bukan berarti kita menolak semua mujizat yang terjadi atau menganggapnya semua mujizat adalah palsu. Sebaiknya diuji dulu, setidaknya dengan dua tolok ukur yaitu: pertama, sesuai/tidak bertentang dengan Alkitab; kedua, dari buahnya yang membawa kemuliaan bagi Kristus.                    

ANALISIS TERHADAP AYAT MATIUS 7:22-23 DAN MARKUS 13:22                      

Dua bagian Alkitab yang sering digunakan oleh penganut sessasionisme dalam mendukung pandangan mereka yang menyatakan mujizat telah berhenti adalah Matius 7:22-23 dan Markus 13:22. Karena itu kedua ayat tersebut perlu diteliti lebih lanjut. Matius 7:22-23, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Berdasarkan ayat ini mudah sekali bagi penganut sessasionisme menyimpulkan bahwa semua mujizat, kesembuhan tanda-tanda ajaib sekarang ini bukan dari Tuhan. Benarkah demikian? Konteks Matius 7:22-23 ini tidak boleh dilepaskan dari ayat-ayat sebelumnya khususnya ayat 15 dimana Kristus sedang berbicara tentang kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan. Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki mutu atau kualitas seperti aslinya”. Kata lain untuk “palsu” adalah “tiruan atau imitasi”. Kedua, orang-orang yang “bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat” dalam ayat tersebut bukanlah orang percaya yang lahir baru (diselamatkan) hal itu nyata dalam pernyataan Kristus “Aku tidak pernah mengenal kamu!”. Mereka adalah “nabi-nabi palsu” yang “pembuat kejahatan” yang melawan “kehendak Tuhan”. Berbeda dengan orang percaya yang dikenal oleh Kristus “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27). Ketiga, frase “banyak orang” dalam ayat 22 berarti “bukanlah semua orang”. Dengan demikian orang-orang yang melakukan mujizat, penyembuhan dan bernubuat yang berasal dari Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan bukanlah termasuk kelompok orang yang ditolak tersebut. Iblis selalu berusaha meniru dan memalsukan karya-karya Tuhan untuk menarik perhatian orang-orang Kristen. Tetapi, orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27). Dengan mengenali yang asli orang Kristen akan terhindar dari penipuan. Keempat, nabi-nabi palsu ini dapat kenali oleh orang percaya dari “buahnya”. Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:17). Yang dimaksud dengan buah disini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan kemurnian “ajaran, motivasi, dan karakter hidup” (2 Petrus 2:1-22) yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Matius 7:21). Jadi, ayat ini tidak diamksudkan untuk menyatakan semua “nubuat, mujizat, kesembuhan” itu palsu, melainkan peringatan kepada orang Kristen untuk mewaspai “kepalsuan”.

Selanjutnya sessanionisme juga menggunakan Markus 13:22, “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Berdasarkan ayat ini penganut sessasionisme mengajarkan bahwa Kristus telah memperingatkan orang Kristen bahwa pada akhir zaman, para mesias dan nabi palsu akan mengadakan mujizat-mujizat, dan mujizat tersebut begitu menyesatkan sehingga “sekiranya mungkin menyesatkan orang-orang pilihan”. Karena itu, mengikuti orang-orang (atau gereja-gereja) yang mengadakan mujizat sekarang ini berbahaya dan harus dihindari supaya tidak tersesat karena mengikuti nabi palsu. Logika yang digunakan seperti ini: “Mesias-mesias palsu mengadakan mujizat; mujizat terjadi di gereja K (inisial); karena itu, gereja K sesat”. Sebagai sanggahan, Pertama, kita perlu mengetahui bahwa Perjanjian Baru tidak mengajarkan penalaran cacat (logical fallacy) seperti itu. Kedua, konteks Markus 13:22 tidak dikatakan bahwa para mesias palsu dan nabi palsu itu begitu lihainya sehingga orang Kristen sejati tidak bisa mengenalinya. Ketiga, dalam konteks ayat itu juga tidak dikatakan bahwa orang-orang pilihan akan tersesat, melainkan dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa para mesias dan nabi palsu itu akan berusaha untuk menyesatkan orang pilihan, tetapi tidak dikatakan bahwa orang pilihan akan tersesat atau mengikuti mereka. Frase Yunani “pros to apoplanan, ei dunaton, tous eklektous, dalam ayat tersebut secara harafiah berarti “dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan”. Sebaliknya, Yesus memberikan cara untuk menguji nabi-nabi palsu, yaitu “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16). Orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Yohanes 10:27); tetapi mereka mengenal penyesatan dari buahnya, yaitu kemurnian ajaran dan karakter hidupnya (2 Petrus 2:1-22). Kita tidak perlu ragu-ragu terhadap orang Kristen (atau gereja) yang mengajarkan doktrin yang murni, memuliakan Tuhan Yesus Kristus, memasyurkan Injil, memajukan pekerjaan Allah, dan memberikan dampak yang baik kepada banyak orang. Dari buahnya kita tahu bahwa hal seperti ini tidak menyesatkan. Doktrin yang benar dan buah-buah kebaikan bukanlah ciri agama palsu.    

BAGAIMANA MUJIZAT TERJADI?                      

Bagaimana mujizat terjadi? Kembali kita ke dalam konteks Keluaran 15:22-27, dimana saya akan membagikan 5 hal mengapa atau bagaimana mujizat terjadi. Pertama, mujizat terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia dalam keadaan tertentu. Contoh : Kebutuhan akan air di Mara, kebutuhan akan akan anggur pada pesta di Kana, lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang. Itu semua adalah kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada keadaan yang berbeda.                   

Kedua, mujizat terjadi menurut kehendak dan cara Tuhan. Diluar kemampuan kita untuk memahaminya. Contoh : Bagaimana sepotong kayu bisa mengubah air yang pahit menjadi manis? itu tidak masuk akal, tepatnya diluar kemampuan kita untuk memikirkannya! Sehingga ada penafsir yang menafsirkan bahwa sepotong kayu itu menggambarkan salib Kristus. Saya menghargai tafsiran mereka. Tetapi jelas tafsiran ini tidak dapat diterima, karena salib Kristus tidak terdiri dari sepotong kayu tetapi dua potong balok. Kuasa Allah yang menyebabkan air di Mara itu menjadi manis bukan karena sepotong kayu tersebut. Ini sama artinya bahwa kematian Kristus di kayu saliblah yang menebus dosa dan menyelamatkan kita bukan balok salibnya, sehingga tidak perlu kita menyembah kepada balok salib Kristus tapi kepada Kristus saja. Coba bandingkan dengan mujizat-mujizat yang terjadi melalui pelayanan nabi Elisa dalam 2 Raja-raja 2:19-25 tentang air di Yerikho yang disehatkan dengan garam yang ditaruh dalam sebuah pinggan baru; 2 Raja 4:38-41 tentang makanan beracun yang ditawarkan racunnya dengan tepung; dan 2 Raja-raja 6:1-7 tentang mata kapak yang mengapung. Semua mujizat itu dilakukan menurut cara dan kehendak Tuhan dengan metode dan sarana yang berbeda-beda.             

Ketiga, mujizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Tidak dapat disangkal lagi bahwa Allah mendengarkan doa hamba-hambaNya dan orang-orang percaya. Ini banyak tercatat dalam Alkitab. Dalam kasus ini, Musa berdoa kepada Allah dan Allah menujukkan sepotong kayu sebagai jawaban doa Musa. Perlu bagi saya untuk menegaskan ini, bahwa jawaban dari doa yang kita naikkan kepada Allah tidak harus selalu seperti yang kita pikirkan atau inginkan, tetapi pasti bahwa Allah memberi yang terbaik bagi kita. (Bandingkan dengan Elia dalam Yakobus 5:17-18; 1 Raja-raja 17).                 

Keempat, mujizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang yang percaya kepada Allah dan KuasaNya. Pribadi-pribadi atau orang-orang seperti ini adalah mereka yang telah membangun hubungan pribadi yang berkualitas dengan Allah dan yang telah mengalami sendiri kuasa Allah. (Bandingkan 2 Raja-raja 4:1-7, tentang minyak dalam buli-buli seorang janda yang berlipat kali ganda karena percaya pada perkataan nabi Elisa).                   

Kelima, mujizat terjadi karena ada pribadi-pribadi atau orang-orang yang yang taat kepada Allah dan firmanNya. Ketika Allah berfirman, Musa segera menaatinya, maka terjadilah mujizat. (bandingkan dengan kasus kesembuhan Naaman dari kustanya kerena mau melakukan perintah nabi Elisa dalam 2 Raja-raja 5:1-14).                    

KESAKSIAN: KUASA TUHAN YANG MENEGUHKAN FIRMAN-NYA                      

Beberapa tahun yang lalu saya diminta untuk mendoakan seseorang di rumah sakit. Selesai ibadah raya minggu siang saya beserta istri dan tim kami mengunjungi dan mendoakan orang tersebut. Setelah selesai kami segera akan pulang, tetapi di pintu depan ruangan itu ada seorang pria setengah baya yang menghampiri saya, dan memperkenalkan diri pada saya. Pria ini mengatakan bahwa ia mengenal saya di desa Tumbang Empas (sekarang desa ini masuk di Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah) ketika saya dalam pelayanan penginjilan ke sana. Ia kemudian menceritakan masalahnya, dan mengapa ia berada di rumah sakit itu. Ia meminta saya mendoakan putranya yang besok pagi akan dioperasi karena menderita penyakit ”kencing batu” atau prostat. Saya setuju dan kemudian kami bersatu hati untuk berdoa. Setelah selesai kami pergi dan tidak mengetahui apa yang terjadi kemudian.                

Sekitar empat tahun berlalu setelah kejadian itu, tanpa sengaja saya bertemu lagi dengan bapak ini. Dia menceritakan kepada saya bahwa anaknya yang kami doakan minggu siang itu, esok paginya sebelum operasi, buang air kecil dengan bantuan selang kecil dan ketika buang air kecil ini sangat sakit karena ternyata ada ”kotoran” berupa pecahan-pecahan daging yang keluar. Dokter memeriksa dan mengatakan bahwa anak tersebut tidak jadi dioperasi karena ”batu daging” yang akan dioperasi pagi itu telah bersih keluar ketika anak ini buang air kecil. Puji Tuhan! itulah mujizat Tuhan kita. Dia ajaib, Dia besar, Dia mahakuasa, KuasaNya tak terbatas bagi kita yang percaya. Paulus berkata, “betapa hebat kekuatan (dynamis) Nya (Allah) bagi kita yang percaya, sesuai dengan tenaga (energeia) dari kekuatan (kratos) kuasa (ischys) Allah yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari Antara orang mati” (Efesus 1:19-20).               

Mujizat dan kuasa Tuhan yang tak terbatas bersumber dari pribadi Tuhan yang Mahakuasa dan tak terbatas. Mahakuasa berarti bahwa Allah kuat dalam segala-galanya dan sanggup melakukan apa saja yang sesuai dengan sifatNya sendiri. Di dalam Alkitab, kata Yunani “Shaddai” berarti ”Mahakuasa” yang hanya dipakai untuk Allah yaitu “El Shaddai” tercatat 56 kali (Kejadian 17:1). Dan kata “Shaddai” ini merupakan dasar bagi konsep kemahakuasan Tuhan. Tuhan tidak dibatasi oleh apapun. Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Ia tidak dibatasi oleh keadaan, ia tidak dibatasi oleh ciptaaNya. Karena Dia yang menciptakan ruang dan waktu dan seluruh ciptaan yang ada. Dia sanggup melakukan apa saja yang Dia kehendaki yang sesuai dengan sifat atau atributNya yang sempurna. Jadi percayalah kepadaNya bahwa Ia dapat memberikan sebuah mujizat bagi kita yang akan membaikkan kehidupan kita dan memuliakan namaNya.               

PENUTUP                      

Setelah mendengarkan renungan ini, yakinkan diri Saudara bahwa “KARENA TUHAN MASIH ADA, MUJIZAT MASIH TERJADI HARI INI!" Dan Anda dapat mengalaminya atas kehendak Allah, melalui iman, doa dan ketaatan Anda, Dialah jawaban atas kebutuhan-kebutuhan Anda!”                    

Saat ini, seandainya Saudara meminta kepada Tuhan satu permohonan dalam hidup Saudara, dan mengetahui bahwa Ia akan dapat mengabulkan permintaan dan melakukannya bagi saudara, apakah yang akan Saudara minta kepadaNya : Memulihkan perkawinan Saudara yang retak atau diambang kehancuran? Mengubah sesuatu dalam pekerjaan Anda? Membawa kembali anak-anak Saudara yang terpengaruh oleh pergaulan bebas atau obat-obatan terlarang? Menyembuhkan tubuh Saudara yang sakit? Memulihkan keadaan ekonomi Saudara? Membenahi keuangan Saudara? Mengantar seorang kekasih kepada Kristus? Apapun permintaan Saudara kepada Tuhan, yakinlah bahwa Ia campur tangan dalam situasi Saudara dan kuasaNya tak terbatas untuk menolong kita.                 

Mari bersama dengan saya berdoa:

“Bapa di sorga, kami menyembahMu karena Engkaulah satu-satunya Allah yang Mahakuasa, Berdaulat, Mahamulia dan Mahakasih. Tuhan Yesus, kami bersyukur memilikiMu sebagai Juruselamat dan Tuhan kami, yang penuh kasih dan kuasa. Sungguh kematian dan kebangkitanMu adalah mujizat yang terbesar di dunia ini, dan kedatanganMu yang kedua kali nanti juga akan menjadi mujizat yang paling menakjubkan, sekaligus mengagetkan manusia di alam jagat ini. Ya Tuhan, terima kasih banyak, karena Engkau tidak berubah, dan janjiMu pun tidak berubah. Kalau dahulu Engkau melakukan mujizat, sekarangpun Engkau anggup melakukan barbagai mujizat. Jadikanlah hidup kami ini sebuah mujizat bagi kemuliaanMu, dan demi menjadi berkat bagi banyak orang. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin!”               

*Penulis adalah teolog Protestan-Kharismatik, Pendeta di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya. Mendapatkan gelar S.E dari UNPAR; S.Th M.Th dari STT-ITC Trinity. Setelah mempelajari Alkitab lebih dari 15 tahun menyimpulkan tiga keyakinannya terhadap Alkitab yaitu : 1) Alkitab berasal dari Allah. Ini mengkonfirmasikan kembali bahwa Alkitab adalah wahyu Allah yang tanpa kesalahan dan Alkitab diinspirasikan Allah; 2) Alkitab dapat dimengerti dan dapat dipahami oleh pikiran manusia dengan cara yang rasional melalui iluminasi Roh Kudus; dan 3) Alkitab dapat dijelaskan dengan cara yang teratur dan sistematis.