Tuhan Selalu Menjaga

Oleh: Yenny Indra

Awal September, Nicholas, putra saya ketiga, kembali ke Los Angeles setelah menghabiskan liburan beberapa minggu di Indonesia. Nicho kuliah di New York Film Academy. Karena itu selain membawa laptop, Nicho juga membawa kamera. Semula Nicho memasukkan kameranya di kopor agar bisa masuk bagasi. Namun petugas Xray menyarankan untuk di bawa hand-carry saja. Akibatnya Nicho harus membawa 2 tas: untuk laptop dan kamera.

Setelah melewati bagian imigrasi Bandara LAX, Nicho meletakkan tas kameranya di trolley, sementara dia membereskan surat-surat, paspor dan lain-lain. Lalu tanpa disadarinya, dia langsung menuju ke tempat pengambilan bagasi. Nicho lupa dengan tas kameranya. Begitu kopornya sudah diambil, Nicho sadar, tas kameranya tertinggal di tempat tadi. Nicho segera kembali, tetapi trolley dan tas kameranya sudah tidak kelihatan. Dicari ke sana ke mari, tetap tidak ada. Akhirnya Nicho melaporkan masalah ini kepada pihak airlines. Tetap tidak ditemukan meski pun sudah dicari oleh berbagai pihak yang bertugas di sana.



Pulanglah Nicho dengan perasaan galau. Bandara LAX adalah bandara international yang besar sekali. Setiap jam, banyak sekali pesawat yang datang dan pergi. Tentu saja jumlah penumpangnya juga banyak sekali yang datang dan pergi. Pada jam yang sama, puluhan kopor dan tas dibawa keluar. Jika ada orang yang menemukan kamera mahal, lengkap dengan berbagai lensa, kecil kemungkinan akan dikembalikan. Orang awam pun tahu ini barang mahal. Rasanya mustahil kameranya bisa ditemukan.

Pada sore harinya, HP berbunyi. Pihak airlines memberitahu bahwa ditemukan sebuah kamera. Nicho diminta untuk melihat apakah kamera itu miliknya. Nicho sudah berkecil hati, mungkin kamera yang ditemukan bukan miliknya. Namun sungguh suatu mujizat! Kamera itu betul milik Nicho, lengkap dengan segala peralatannya tanpa kurang suatu apa pun. Sungguh ini karya Allah yang luar biasa.

Pelajaran apakah yang bisa kita petik dari peristiwa ini?

Tuhan senantiasa menjaga anak-anak-Nya. Sebagai seorang ibu, saya hanya bisa menjaga anak-anak saya sejauh mata memandang dan mendoakan sejauh apa yang bisa saya pikirkan. Namun Tuhan begitu peduli. Dia menjagai putra saya bahkan dalam keadaan yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Tidak pernah ada doa yang sia-sia.

Hendaknya dari pengalaman ini, Nicho belajar untuk lebih hati-hati dan teliti. Namun jangan sampai pengalaman ini membuatnya takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Saya teringat saat bertemu dengan seorang teman yang ingin berlibur ke Eropa, namun dia takut karena ada temannya yang paspornya dicuri saat ke Italia. Memang benar, Italia tidak terlalu aman. Ada beberapa teman yang punya pengalaman buruk di sana. Namun kami sekeluarga beberapa kali ke Eropa dan semuanya baik-baik saja. Kami percaya bahwa Tuhan senantiasa menjagai kami.

Dalam hidup selalu ada resiko. Untuk maju kita harus berani menghadapi tantangan. Jika kita selalu menghindari kesulitan dan resiko, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk maju. Yang terpenting kita sudah memperhitungkan resikonya, kemudian ambil langkah maju yang terbaik bersama dengan Tuhan. Dia akan memberi hikmat dalam setiap prosesnya. Jika Tuhan ada di pihak kita, mengapa kita harus takut?

Tuhan menjagai kita seperti Tuhan menjagai Nicholas. Tidak ada sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tanpa seijin Tuhan. Bahkan di bandara LAX yang sangat ramai, tidak ada seorang pun yang bisa mengambil kamera Nicho. Tuhan membuat kamera Nicho aman.

Jika Tuhan sampai mengijinkan hal "buruk" terjadi, tentu Tuhan menyediakan pembelajaran yang positif. Kalau kita bersedia merespon dengan baik dan tetap percaya kepada-Nya, maka kita akan bersyukur bahwa melalui batu penghalang itu, justru menjadi batu pijakan bagi kita untuk naik lebih tinggi. Ayo maju.