Perjalanan Jeng Verina en Den Vincent Ke Eropa -Part 02

Oleh: Den Vincent en Jeng Verina

Hari Rabu tanggal 13 Oktober 2004, pagi, semula kami menjadwalkan untuk ke Basilika Saint Peter, namun pagi itu adalah hari Rabu yang secara rutin dipergunakan Papal Audiensi, maka perjalanan kami tukar dengan menuju Catacombs of San Sebastiano (catacombe kedua terbesar setelah Catacombs of Saint Callixtus). Catacombe di sini ada 3 tingkat ke bawah dan merupakan kuburan pertama-tama bagi pengikut Ajaran Kristus. Memasuki bangunan depan adalah basilika St. Sebastian yang dibangun pada abad 4, dimana di situ ada makam St. Sebastian. Konon jenasah St. Peter dan St. Paulus pernah disembunyikan di sini. Lorong di catacombe ini mencapai 11 km, dengan banyak mosaic dan graffiti.

[block:views=similarterms-block_1]

Di Roma tercatat ada 69 catacombe, kini tinggal 5 catacombe yang dapat dipertontonkan pada umum. 6 catacombe diantaranya adalah milik orang Yahudi (namun 4 diantaranya sudah lenyap tak berbekas). Apabila kita pergi ke Catacombs of Saint Callixtus (atau San Callisto ini yang paling terkenal dari sekian catacombe), kita akan menyaksikan kuburan para martir di bawah tanah yang mengagumkan (dibuat 4 dan kadang 5 tingkat di bawah tanah, dengan luas area 90 acres) beserta ruangan-ruangan dengan meja kecil sebagai altarnya untuk tempat ibadah selama para pengikut Yesus saling menyebarkan Ajaran Kristus secara sembunyi-sembunyi. Tempat ini memang menakjubkan, apalagi bila kita bayangkan bahwa ini terjadi pada jaman abad ke 1. Ruangan-ruangan ini berada kira-kira 20-30 meter (yang diperbolehkan untuk turis hanya 3 tingkat) di bawah permukaan tanah dengan lorong-lorong yang berkilo meter panjangnya (total panjangnya lorong-lorong ini 17 kilometer, memang luar biasa) untuk tempat pelarian bila mereka dikejar-kejar oleh Tentara Romawi pada waktu itu (abad pertama, kira-kira tahun 50 setelah Yesus wafat dan naik ke Surga) hingga tahun 340 an sampai Ajaran Yesus menjadi agama resmi negara yaitu ketika Raja Constantine (Raja Romawi) dibaptis menjadi pengikut Yesus.

Yang mengagumkan pula di semua ruangan bawah tanah ini temperaturnya tetap dingin dan stabil sepanjang tahun, baik dalam musim panas maupun pada musim dingin. Di beberapa ruangan pada langit-langit atau dinding yang banyak ditemukan gambar-gambar tangan tentang Last Supper, lambang-lambang Kristus, dsb. Ruangan-ruangan tersebut diselang-seling dengan ratusan ribu kuburan (totalnya pernah mencapai 160.000 jenasah) yang ditanam pada dinding kiri-kanan lorong secara tumpuk. Di sini dimakamkan jenasah 9 orang martir pengikut Ajaran Kristus awal dan 16 Paus (Pontianus, Antherus, Fabian, Lucius, Eutichian, and Pope Sixtus II) sekitar tahun 280 serta makam Santa Cecilia (santa permusikan).

Jenasah Rasul Petrus dan Santo Paulus sempat disembunyikan di sini untuk pengamanannya waktu itu hingga akhirnya dipindahkan ke Basilika Saint Peter dan Basilika San Paolo. Di Catacombe ini disediakan secara gratis guide yang menguasai beberapa bahasa. Selain untuk menjelaskan sejarah catacombe, mereka juga membimbing arah perjalanan selama berada di bawah tanah tadi. Lorong-lorong yang begitu banyak dan berkelok-kelok sungguh membingungkan (seperti jalan tikus) yang memang dibuat sedemikian rupa supaya para tentara Romawi akan kesulitan untuk menangkap mereka.

Catacombe adalah bukti sejarah bahwa gereja pada mulanya adalah gereja para martir dan orang-orang Kristen yang telah membuktikan cinta dan kesetiaan kepada Kristus dalam hidup kesehariannya. "Hari ini Gereja kembali telah menjadi Gereja Para Martir" (kata Paus Johannes Paulus II). Kenangan akan asal mula dan kunjungan ke Catacombe membantu kita untuk memahami dengan lebih baik lagi arti dan nilai kesaksian para martir, yang ditawarkan oleh gereja kepada dunia di akhir milenium ketiga.

Dari Catacombe San Callixtus, persis di pintu keluar ada pertigaan/persimpangan jalan, yang dikenal sebagai jalan Appia Antica, yakni jalan yang dilalui Rasul Petrus ketika melarikan diri dari Penjara Mamertine di Roma, karena tidak tahan siksaan dan perlakuan orang Romawi, Petrus kemudian memutuskan untuk meninggalkan Roma yang diartikan sebagai meninggalkan penderitaan. Ketika Petrus tiba di suatu persimpangan jalan tadi (yang bercabang dua, persis di depan pintu masuk gerbang Catacombe), ia bertemu dengan seorang asing, yang kemudian disapanya dengan kata: "Domine, quo vadis?", yang kurang lebih artinya "Tuan, mau ke mana?". Orang asing itu kemudian menjawab: "Venio iterum crucifigi", artinya "Aku akan kembali ke Roma untuk disalibkan kedua kalinya". Petrus terhenyak mendengar jawaban itu; ia merasa tersindir dan disadarkan kembali untuk balik ke Roma, karena tugasnya belum selesai.

Kemudian orang tersebut lenyap dengan meninggalkan jejak kaki pada batu tempat berpijaknya. Diyakini bahwa orang asing tersebut adalah Yesus sendiri. Maka di dekat tempat itu dibangun kapel kecil yang dinamakan the Church of Domine Quo Vadis. Petrus sendiri di akhir hidupnya dipenjara dan dihukum mati dengan cara disalib terbalik. Petrus bersama-sama dengan Paulus banyak berkarya di Roma, yang kemudian secara Ajaran Rasuliah terus berkembang menjadi Katolik turun temurun hingga sekarang ini ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, China, Rusia, Amerika Latin, dll.

Setelah kenyang makan siang di restoran Jing Yuan (belakang Vatican City), perjalanan dilanjutkan ke Musei Vaticani (Museum Vatican) dan Sistine Chapel yang terkenal lukisan masterpiece Michelangelo yaitu Penghakiman Terakhir. Untuk memasuki Museum Vatican, kita harus beli tiket 12 euro per orang. Masuk melalui Viale del Vaticano, melalui tangga spiral kita tiba di galeri lukisan-lukisan (Pinacoteca). Pinacoteca Vaticana ini terdiri dari 15 ruangan yang menyajikan berbagai goresan dari primitive hingga yang abad 18. Ruangan pertama adalah lukisan-lukisan primitif "Penghakiman Terakhir" (abad 11) oleh Giovanni dan Niccolo. Ruangan ke sembilan adalah lukisan dari Leonardo da Vinci berjudul "St. Jerome" dan ada lukisan yang belum selesai.

Selesai ruangan ke limabelas yaitu ruangan berisi potrait-potrait, kita memasuki museum antik yang kaya akan koleksi seni klasik dunia, dimana banyak koleksi dari para Paus terdahulu (Clement XIV, Pius VI, Pius VII, dan Gregory XVI). Semua yang kita saksikan yaitu lukisan-lukisan dan ukiran patung dari batu marmer yang memang sungguh luar biasa, mungkin terindah dan terbaik di dunia yang tiada bandingannya.

Akhirnya kita memasuki Sistine Chapel (Kapel Sistina), didesign oleh arsitek Giovannino de"Dolci untuk Paus Sixtus IV sebagai kompleks yang sangat penting dari sisi artistik, kepercayaan, dan sejarah. Kapel ini masih dipakai sebagai tempat pertemuan para kardinal untuk pemilihan paus baru, yang kemudian menyiarkan hasilnya kepada dunia melalui asap yang dikeluarkan (asap hitam berarti belum ada keputusan pemilihan, dan asap putih berarti sudah ada paus yang terpilih). Lukisan dinding di Sistine Chapel 1481-1483 dan lukisan pada langit-langit (ceiling) berlangsung 25 tahun berikutnya, melibatkan pelukis terkemuka Michelangelo, Pinturicchio, dan Signorelli; Botticelli, Ghirlandaio, dan Cosimo Rosselli.

Yang paling hebat tiada bandingnya adalah lukisan ceiling tahun 1508-1512 oleh Michelangelo, melukiskan cerita dari Alkitab (yang kalau dirinci ada 300 lukisan). Dengan perpaduan pahatan marmer dari Ignudi mempersembahkan gambar besar "Seven Prophets and Five Sibyls" (7 Nabi dan 5 Sibyls).

Lukisan yang di tengah-tengah ceiling menggambarkan skenario Kitab Kejadian, dimulai dari atas adalah Nabi Yunus (Jonah):
- Penciptaan adanya terang.
- Penciptaan bintang dan tumbuh-tumbuhan.
- Allah memisahkan tanah dari air.
- Penciptaan Adam.
- Penciptaan Hawa.
- Jatuhnya dosa dan pengusiran dari Taman Eden.
- Pengurbanan Nabi Nuh.
- Banjir.
- Mabuknya Nabi Nuh.

Kemudian pada dinding altar oleh Michelangelo dilukis The Last Judgement (Penghakiman Terakhir), ini salah satu karya hebatnya sang maestro segala abad Michelangelo. Setelah puas memandangi dan menikmati lukisan masterpiece tersebut, kita memasuki Raphael Rooms. Di situ Paus Julius II menunjuk anak muda berumur 25 tahun bernama Raphael Sanzio di musim gugur tahun 1508 melukis dinding "Kebakaran di Borgo", "Sala della Segnatura" (ada lukisan "The School of Athens"), "Room of Heliodorus", "Room of Constantine" (lukisan ini setelah Raphael mati, diteruskan muridnya) dan di ruangan ini ada Chapel of Nicholas V.

Setelah hati dan pikiran ini takjub yang tak habis-habisnya selama menyaksikan kehebatan para seniman jaman dahulu (berabad-abad yang lalu) di Museum Vatican dan lebih-lebih di Sistine Chapel dengan mahakarya Michelangelo, kami menuju Basilika Saint Peter yang letaknya bersebelahan dengan Sistine Chapel. Roma merupakan pusat dan asal mula Ajaran Yesus ke seluruh dunia. "Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku", kata Yesus kepada murid-Nya bernama Simon alias Peter (yang artinya "batu karang"). Dan ternyata penyebaran "Kabar Baik" Ajaran Yesus ke seluruh dunia yang terbesar memang dari karya Peter dimulai dari Roma.

Kota Vatican adalah negara kecil yang terpisah dari Roma, dengan kepala negaranya adalah Paus. Konon dahulu Roma juga mencakup Vatican, tapi karena dari sejarah gereja, bilamana dua kekuasaan dipegang oleh tangan yang sama (sebagai kepala negara dan kepala agama), maka akan terjadi kekacauan dan penyimpangan-penyimpangan, maka keduanya kini dipisah. Di sinilah tempat para martir, termasuk Santo Petrus, menghadapi ajalnya. Basilika Saint Peter dibangun pada tahun 324 oleh Kaisar Constantinus untuk menghormati ke 12 Rasul Yesus. Berbagai perubahan juga terjadi di sini. Di depan basilika ada lapangan besar berbentuk setengah lingkaran. Di tengah-tengah lapangan ada obelisk, yang merupakan bukti kejayaan Kaisar Nero.

Kabarnya obelisk ini dibawa dari tempat asalnya Mesir sebagai simbol, bahwa dimana ada penderitaan dan kekejaman terbesar, di situlah terjadi kebesaran Tuhan dan kebangkitan bagi yang tertindas (yakni martir-martir yang dibunuh). Di dekat obelisk ini ada tanda seperti bintang; bila kita berdiri di titik itu, maka semua pilar bersusun tiga lapis yang mengelilingi lapangan akan tampak seolah-olah hanya satu lapis pilar. Ini membuktikan salah satu kehebatan para arsitek jaman Romawi. Di sisi obelisk terdapat 2 air mancur karya arsitek terkenal Bernini. Di lapangan inilah biasanya dilakukan berbagai upacara keagamaan, termasuk untuk acara audiensi Paus. Setiap hari Rabu diadakan Doa Angelus yang biasanya dipimpin langsung oleh Paus Johannes Paulus II tepat jam 12:00. Doa berlangsung selama 30 menit.

Basilika Saint Peter dari luar menampakkan 9 buah balkon, satu diantaranya tempat Paus biasa melambaikan tangan dan memberkati umatnya (Urbi et Orbi) pada hari Natal dan Paskah. Ada 5 pintu masuk, dengan atrium yang dihiasi oleh patung-patung besar. Di pintu tengah ada figur Santo Petrus dan Paulus, sebagai salah satu karya seni dari para pemahat. Pintu di sebelah paling kanan adalah Porta Santa. Pintu inilah yang dibuka oleh Paus setiap kali mengawali tahun Jubileum dengan menggunakan palu untuk upacara.

Saat memasuki basilika, yang ada hanyalah rasa kagum, terharu, dan heran yang tidak habis-habisnya. Decak kagum tak lepas-lepas keluar dari bibir, rasanya perpaduan antara karya seni yang hebat, keanggunan, kemegahan, sekaligus ekspresi iman yang begitu kuat untuk memuji dan memuliakan Allah. Mengagumi tempat suci yang bukan sekedar untuk disakralkan dan jauh dari umat, namun justru begitu memasyarakat dan boleh didekati oleh siapapun, termasuk oleh mereka yang non-Kristen. Terlihat juga pengunjung yang berasal dari Arab dengan memakai jilbab menyaksikan kebesaran Basilika Saint Peter yang mengagumkan ini.

Begitu terbukanya gereja bagi manusia, yang secara konsekuen membuktikan filosofi yang dianut, bahwa Tuhan terbuka bagi siapapun. Seluruh gedung dan dekorasi bergaya Renaissance dan Baroque serasa turut memuji kebesaranNya, dikemas dalam selera seni yang tinggi, mencerminkan kesucian Gereja Katolik. Mulai dengan tempat air suci yang dibuat pada abad 18 dan patung perunggu Santo Petrus (abad 13), patung berikutnya adalah karya terkenal dari Michelangelo pada tahun 1499-1500, yakni "Pieta". Patung ini dibuat ketika Michelangelo berusia 24 tahun, satu-satunya karya yang memuat tanda tangannya. Ide yang dimunculkan adalah perpaduan antara kecantikan dan dampak emosional yang kuat serta kelembutan dari Bunda Maria yang sedang menggendong jenasah Yesus, anaknya.

Di pinggir gereja ada kapel-kapel yang diberi nama para Santo, masing-masing mempunyai ciri khas sendiri dalam dekorasinya (Kapel Santo Sebastian, Kapel Sakramen Kudus, Kapel Gregorian, Kapel Santo Michael, Kapel Santo Clementine, kapel untuk paduan suara, kapel untuk presentasi, dll.). Pada Altar Utama (Papal Altar) tampak ada satu kursi singgasana, dengan keempat kakinya disangga oleh 4 Santo, yakni kedua kaki kursi depan disangga oleh St. Ambrose dan St. Augustine dari Gereja Roman serta St. Athanasius dan St. John Chrysostom dari Gereja Greek. Kesemua santo tersebut secara konsisten selalu mengajarkan sesuai doktrin teologi dari St. Peter. Ini memberikan arti bahwa gereja terbuka untuk dunia mana saja, baik Barat maupun Timur. Persis di bawah Papal Altar inilah kuburan Rasul Petrus yang berada di basement basilika. Latar belakang altar utama adalah ruangan dinamakan Chapel Cathedra, dimana di situ ada jendela kaca berbentuk bulat agak oval vertikal bergambar burung merpati sebagai lambang Roh Kudus.

Makam Rasul Petrus (murid Yesus yang sekaligus Paus Pertama), yang ditandai dengan adanya lampu merah menyala. Berjejer setelah makam Petrus terdapat 147 kuburan para Paus yang seluruhnya terbuat dari marmer. Termasuk di antaranya adalah kuburan Paus Johannes Paulus I, Paus Johannes XXIII, Paus Paulus VI, dll. Semua makam tadi berada di basement persis di bawah lantai Basilika Saint Peter yang sangat besar itu, memang sungguh luar biasa. Di bagian kiri gereja tampak dua orang penjaga yang kabarnya merupakan prajurit Swiss (keamanan di Vatican menjadi tanggung jawab pemerintah Swiss). Mereka mengenakan pakaian kreasi Michelangelo dengan warna mencolok dan masih dipertahankan keasliannya sampai sekarang.

Berjalan kurang lebih 300 meter ke luar dari Vatican, ada toko souvenir "Soprani", yang terkenal murah meriah dengan kualitas yang sepadan. Untuk mencapai Basilika Saint Peter ini ada beberapa cara, yaitu naik metro A berhenti di Ottaviano, atau menggunakan bus 62, 98, 46, 482, 881. Sorenya kami menuju Basilika Santa Maria Maggiore (St. Mary Major Basilica) dengan menggunakan metro A atau metro B berhenti di Stasiun Termini, atau bisa juga menggunakan bus 4, 9, 14, 16, 27, 70, 71, 613, 714, 715.

Dari depan luar basilika, tampak bangunan bergaya baroque. Persis di tengah lapangan depan basilika, berdiri kolom marmer dari basilika awal Massentius. Obelisk kuno ini dibawa dan ditaruh ke situ oleh Paus Sixtus V. Masuk ke dalam basilika ini, kita akan kagum kemegahan bangunan dengan interior menampilkan baldacchino serba ukiran wah dan cantik karya Gian Lorenzo Bernini. Ruangan utama dalam basilika ini adalah Sistine Chapel yang dipenuhi karya seni tinggi pada dinding dan ceiling. Ruangan bagus lainnya adalah Kapel Pauline dan Kapel Koor Musim Dingin. Ukiran kayu pada ceiling karya Antonio da Sangallo. Pada altar Kapel Pauline terpampang ikon Sang Perawan.