Kebangkitan Kristus: Peristiwa Transformatif Bagi Orang Percaya

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, SE, M.Th
 
Kekristenan memahami Paskah sebagai perayaan dan peringatan kebangkitan Kristus dari kematian. Kebangkitan Kristus (Paskah) tidak bisa dipisahkan dari peristiwa kematianNya (Jumat Agung) baik secara historikal maupun teologikal. Untuk mencapai tujuan penyelamatan maka signifikansi peristiwa yang satu hanya bisa dipahami dalam korelasi dengan peristiwa lainnya. Paulus menegaskan “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:3-4).

Lalu, apakah arti dari kebangkitan Kristus bagi kita? Majalah TAHETA edisi April 2012 di halaman 8, saya menyebutkan enam signifikansi dari kebangkitan Kristus, yaitu : (1) konfirmasi kebenaran pernyataanNya dan kebenaran prediksi Kitab suci; (2) bukti keilahianNya; (3) Verifikasi korbanNya yang sempurna dan diterima Allah Bapa; (4) transformatif bagi manusia; (5) pondasi dari Kekristenan; dan (6) Memberi dampak pada kekekalan dan kekinian kita.



Pada edisi ini secara khusus saya menyoroti “kebangkitan Kristus sebagai peristiwa transformatif yang dihubungkan dengan kehidupan orang percaya”. Kata “transformasi” berasal dari dua kata dasar yaitu “trans” dan “form”. Trans berarti dari sisi satu kesisi lainnya (across) atau melampaui (beyond); Sedangkan Form berarti bentuk atau rupa. Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui perubahan bungkus luar saja. Jadi, pada dasarnya transformasi berarti perubahan.

Rasul Paulus menghubungkan kebangkitan Kristus dengan kehidupan baru yang dialami orang percaya, “sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4) Secara judikal orang yang telah mengalami hidup baru telah mengalami perubahan (transformasi) status atau posisi dari orang berdosa menjadi orang benar, dari musuh Allah menjadi anak Allah, dari kematian kekal mendapat hidup yang kekal, dari orang terkutuk menjadi orang yang diberkati, dari penyembah berhala menjadi penyembah Allah yang hidup dan benar.

Hidup baru merupakan suatu perubahan radikal, suatu perubahan pada akar natur kita, yaitu pemberian kehidupan rohani yang baru. Pada dasarnya manusia telah mati secara rohani dan tidak mungkin dapat bekerjasama dengan Allah untuk menghidupkan dirinya sendiri, karena itu pemberian hidup baru merupakan tindakan Allah dalam Kristus melalui karya Roh Kudus, dan manusia hanya menerimanya. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga” (Ef 2:5). Disini, kata kerja “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap.

Pemberian hidup baru ini mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian, yaitu pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” (Yeh 36:26). Hati menurut Alkitab adalah inti rohani dari satu pribadi, pusat dari seluruh aktivitas; sumber yang darinya mengalir semua pengalaman mental dan spiritual, berpikir, merasakan, menghendaki, mempercayai, dan sebagainya (Bandingkan dengan Mat 15:18-19).

Pemberian hidup baru menghasilkan hati (kardia) dan pikiran (nous) yang diubahkan yang memimpin kepada karakter yang diubahkan dan kemudian menghasilkan hidup yang diubahkan (2 Kor 5:17). Kata Yunani “nous” yang digunakan dalam Rm 12:2 berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous) akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Rm 14:1-8). Pembaharuan akal budi (nous) akan menghasilkan perubahan perilaku (behavior transformation). Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). Jadi, perubahan perilaku akan teraktualisasi dalam sikap, tindakan dan perbuatan karena telah mengalami pembaharuan nous ( Ef 4:17-32).

Hidup baru yang diberikan kepada orang percaya tersebut bersifat kekal. Frase Yunani “beroleh hidup yang kekal” dalam Yohanes 3:16 adalah “all ekhe zoen aionion”. Kata “ekhe” berarti mempunyai atau memiliki. Kata “zoen” berasal dari kata “zoe” berarti hidup yang baru atau hidup yang telah diperbaharui. Jadi, Allah memberikan (mengorbankan) AnakNya yang tunggal untuk mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga untuk memberikan hidup kekal (zoen) kepada manusia sebagai kontras dari kebinasaan (apoletai).

Bagaimanakah seharusnya respon kita terhadap kasih karunia Allah ini? Pertama, menerima kasih karunia Allah itu dengan percaya kepada Yesus Kristus. Rasul Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. (Kis 4:12). Satu-satunya jalan supaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus. Jalan untuk selamat begitu sederhana dan mudah, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cara ini disebut sebagai “the greatest simplicity” (kesederhanaan terbesar).

Kedua, hidup bagi Kristus dengan melakukan perbuatan baik sebagai rasa syukur untuk apa yang telah Allah lakukan bagi kita. Rasul Paulus dalam 2 Kor 5:15, “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”. Salah satu cara kita diminta untuk memberi respon terhadap kasih karunia Allah adalah dengan melakukan pekerjaan baik. Pernyataan klasik tentang keselamatan hanya “karena kasih karunia oleh iman” adalah frase Yunani “tê gar khariti este sesôsmenoi dia tês pisteôs” yang diterjemahkan “Sebab adalah karena kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman”, langsung diikuti oleh pernyataan ini “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata yang biasa digunakan untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”.

Selamat Paskah 2013!

*Penulis adalah teolog Protestan-Kharismatik, Pendeta di GBAP Jemaat El Shaddai Palangka Raya, Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya.