Menjadi Bahan Ejekan : Intisari Pelayanan Kristus

Oleh : John Piper

Apa yang kita lihat beberapa waktu lalu mengenai demonstrasi atas karikatur Denmark yang menghina Muhammad memberikan penjelasan apa yang membedakannya dan Kristus, dan apa artinya bagi para pengikut mereka masing-masing. Tidak semua orang Muslim setuju dengan kekerasan. Tetapi ada suatu pelajaran yang mendalam: pelayanan Muhammad didasarkan atas penghormatan dan pelayanan Kristus didasarkan atas penghinaan. Ini menghasilkan dua reaksi yang sangat berbeda dalam menanggapi ejekan.

[block:views=similarterms-block_1]

Jika Kristus tidak dihina, maka tidak akan ada keselamatan. Ini adalah karya keselamatan-Nya: dihina dan mati untuk menyelamatkan para pendosa dari kemurkaan Allah. Sudah ada nubuatan di dalam Mazmur jalan orang yang diejek: “Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya” (Mazmur 22:7). “Ia dihina dan dihindari orang… sehingga orang menutup mukanya… dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.” (Yesaya 53:3).

Ketika penghinaan tersebut benar-benar terjadi, ini bahkan lebih buruk dari yang dibayangkan. “Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja! Mereka meludahi-Nya” (Matius 27:28-30). Reaksi-Nya atas semua ini adalah kesabaran. Untuk inilah Dia datang. “Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 53:7).

Hampir seluruh orang Muslim diajarkan bahwa Yesus tidak disalib. Seorang Muslim Sunni menulis, “Orang-orang Muslim percaya bahwa Allah telah menyelamatkan Mesias dari aib penyaliban.” Yang lain menambahkan, “Kami menghormati Isa (Yesus) lebih dari yang kalian (orang-orang Kristen) lakukan… Kami menolak untuk percaya bahwa Allah membiarkan Isa menderita hingga mati di atas kayu salib.” Sebuah dorongan hati orang Muslim adalah untuk menghindari “aib” penyaliban.

Itulah yang merupakan perbedaan yang paling mendasar antar pemimpin dan antar pengikutnya. Bagi Kristus, menahan segala ejekan penyaliban adalah intisari dari misi-Nya. Dan bagi seorang pengikut Kristus yang sejati menahan penderitaan dengan sabar bagi kemuliaan Kristus adalah intisari dari ketaatan. “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Matius 5:11). Selama hidup-Nya di bumi Yesus disebut anak haram (Yohanes 8:41), seorang pemabuk (Matius 11:19), seorang penghujat (Matius 26:65), seorang iblis (Matius 10:25); dan Dia berkata kepada pengikut-Nya hal yang sama: “Jika sang tuan rumah mereka sebut Beelzebul, betapa lebih kerasnya lagi mereka akan memfitnah seisi rumah-Nya” (Matius 10:25).

Karikatur penghinaan Yesus Kristus masih berlanjut hingga hari ini. Martin Scorsese melukiskan Yesus dalam The Last Temptation of Christ sebagai puing-puing keraguan dan dikuasai nafsu birahi seksual. Andres Serrano didanai oleh Sumbangan Nasional bagi Seni untuk melukiskan Yesus yang disalib tenggelam di dalam botol air kencing. The Da Vinci Code menggambarkan Yesus sebagai seorang manusia belaka yang menikah dan menjadi ayah. Dan masih banyak hinaan lainnya.

Bagaimana seharusnya para pengikut-Nya bereaksi atas pelecehan ini? Di sisi lain, kita sedih dan marah. Di sisi yang lainnya, kita mengenal Kristus, dan memeluk penderitaan-Nya, dan bersukacita di dalam kesengsaraan kita, dan sepaham dengan rasul Paulus bahwa pembalasan adalah hak Tuhan, mari kita mengasihi musuh-musuh kita dan memenangkan mereka dengan kasih. Jika Kristus mengerjakan pelayanan-Nya dengan dihina, kita juga harus melaluinya demikian.

Ketika Muhammad digambarkan di dalam dua belas kartun oleh surat kabar Denmark Jylland Posten, kegaduhan di seluruh dunia Muslim meningkat dan banyak disertai kekerasan. Bendera-bendera dibakar, kedutaan-kedutaan dibakar, gereja-gereja dibakar, dan dilaporkan sedikitnya 58 orang Kristen tewas dibantai dalam demonstrasi tersebut. Para pengarang kartun ini menuju persembunyian dalam ketakutan mereka, seperti Salman Rushdie (penulis buku Satanic Verses yang juga dianggap melakukan penghujatan) sebelum mereka. Kita setuju bahwa kita seharusnya saling menghormati dan tidak mencela satu sama lain.

Tapi apa artinya ini?

Ini artinya bahwa suatu agama dengan juru selamat yang tidak dihina tidak akan sanggup menahan cercaan dan ejekan untuk memenangkan para pengejeknya. Ini artinya bahwa agama ini diperuntukkan bagi mereka yang memikul beban yang berat yaitu menjunjung tinggi kehormatan seseorang yang mati dan tidak bangkit kembali. Ini artinya Yesus Kristus masih menjadi satu-satunya harapan perdamaian dengan Allah dan sesama manusia. Dan ini artinya bahwa para pengikutnya harus dengan rela untuk “berbagi dalam penderitaan-Nya, di mana menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10).