Khotbah di Bukit
Oleh: Sandi Putra
Khotbah di bukit ditulis oleh rasul Matius kepada orang-orang Yahudi kebanyakan yang kurang pendidikan, mempunyai tujuan untuk menegaskan bahwa "Yesus adalah nabi yang akan datang", yang dinubuatkan oleh nabi Musa di dalam Taurat, yang harus didengarkan perkataannya (Ul.18:15). Karena Dia adalah TUHAN sendiri yang memberikan perintah baru di atas bukit (Matius 5:1-12), seperti TUHAN yang telah memberikan Sepuluh Perintah kepada Musa di atas gunung Sinai. Dengan menggunakan gambaran seperti ini, rasul Matius memberikan penilaian bahwa Yesus mempunyai kualitas yang sejajar bahkan lebih dari pada nabi Musa, dan orang Yahudi dapat mengerti pesan yang diberitakannya itu.
Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ul. 18:15)
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu di fitnah kan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu". (Matius 5:1-12)
1. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Orang yang miskin di hadapan Allah adalah orang yang miskin secara rohani dan selalu mengharapkan pertolongan Allah, karena ia sendiri tidak menemukan jalan bagi dirinya sendiri untuk mendapatkan hidup yang nyaman dan tenang. Mereka yang mempunyai perasaan seperti ini akan mendapatkan Kerajaan Allah sebagai miliknya, yaitu sukacita damai sejahtera dalam hatinya dan tidak kuatir akan hidupnya.
2. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Orang yang berdukacita adalah orang yang senantiasa memikirkan hidup orang lain/mempunyai empati terhadap kesusahan orang lain. Dalam hal ini ia tidak bermalas-malasan untuk berbagi dengan orang lain, karena itu ia mendapatkan kebahagiaan batin atau kepuasan dalam hatinya, yang tidak dapat diperolehnya dari segala macam barang duniawi yang dimilikinya.
3. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Orang yang lemah lembut adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan penuh perhatian dan dengan hati yang tulus, tidak dengan motivasi lain, misalnya: untuk mencari keuntungan atau memuaskan keinginan dagingnya. Ia tidak menilai orang dari penampilan luarnya saja, dan tidak membeda-bedakan orang atas dasar apapun, baik ras, agama, suku, budaya, umur, jabatan, jumlah kekayaan, warna kulit, dan lain-lain. Ia memandang orang lain sebagai manusia seutuhnya, yaitu sebagai ciptaan Tuhan yang bermartabat, mulia dan berharga untuk dikasihi.
4. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Orang yang lapar dan haus akan kebenaran adalah orang yang senantiasa mengusahakan hidupnya sesuai dengan firman Tuhan (Mat.4:4), karena Tuhan sendiri adalah sumber kebenaran (Yoh.14:6). Dengan tindakannya itu, ia dapat berjalan selangkah demi selangkah di jalan Tuhan (Mazmur 119:105) untuk menuju kepada Kerajaan Allah yang kekal.
Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat.4:4)
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Mat.14:6)
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mzm 110:105)
5. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Orang yang murah hatinya adalah orang yang selalu mau memberi kepada orang lain dengan sepenuh hati, baik waktu, harta dan hidupnya, bahkan nyawanya akan diberikan bila memang diperlukan. Walaupun demikian ia tidak pernah kekurangan, karena Tuhan senantiasa memberikan segala sesuatu yang baik dan memberi semua yang dibutuhkan di dalam hidupnya.
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. (Mzm.23:1-6)
6. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Orang yang suci hatinya adalah orang yang hidup dengan sepenuh hati mengikut Tuhan, sehingga dalam segala perasaan, pikiran, perkataan dan tindakannya, semuanya sesuai dengan hati nuraninya yang terdalam. Di dalam dirinya sudah tidak terdapat lagi satu titik kepalsuan atau kebohongan atau kemunafikan. Bilamana 'ya' akan dikatakannya 'ya', bila 'tidak' maka akan dikatakannya 'tidak'. Orang yang demikian termasuk orang yang sudah dewasa imannya, sehingga bila Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya, maka ia akan termasuk orang yang akan melihatNya dan diangkatNya ke langit.
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. (Mat.5:37)
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. (Wahyu 14:4-5)
7. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Orang yang membawa damai adalah orang yang keberadaannya membawa kesejukan, kegembiraan, kesenangan, ketenangan, kesukaan, kebebasan, kelegaan, dan segala perasaan yang nyaman bagi orang-orang di dekatnya. Ia akan dapat memberikan jalan bagi orang yang berada dalam kebuntuan. Ia akan dapat mendamaikan orang yang sedang bermusuhan. Ia akan dapat menolong orang yang dalam kesulitan. Dan ia akan dapat menunjukan jalan Tuhan kepada orang yang hidup tersesat di dalam lembah kekelaman (hidup dalam dosa).
8. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran adalah orang yang melakukan perbuatan baik sesuai dengan hati nurani dan firman Tuhan tetapi dicela, dimusuhi dan dianiaya, karena menentang dan merugikan orang yang hidup tidak benar. Dari sisi rohani sesungguhnya Tuhan sedang menguji iman orang itu. Bilamana kemudian ia bertahan menghadapi keadaan itu maka imannya akan meningkat dan bertumbuh dengan cepat sampai menjadi dewasa, dan ia menemukan Kerajaan Sorga. Ia akan selalu dapat bersyukur dan dapat berserah kepada Tuhan Yesus serta senantiasa mempunyai sukacita damai sejahtera dalam hatinya disepanjang hidupnya. Bila demikian maka ia akan merasakan hidupnya di dunia seperti di dalam sorga.
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] (Matius 6:9-13)
9. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu di fitnah kan segala yang jahat.
Pada Perintah Berbahagia yang ke sembilan Tuhan Yesus memberikan satu peringatan bagi orang yang mengikutiNya, untuk bersiap-sedia menanggung semua beban dan kesulitan yang akan dihadapinya karena keputusan itu. Yaitu segala penderitaan yang harus ditanggungnya mulai dari perasaan, harga diri yang bersifat batiniah sampai kepada siksaan fisik terhadap mereka.
10. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.
Pada Perintah Berbahagia yang ke sepuluh Tuhan Yesus memberikan satu penghiburan bagi orang yang mau mengikutinya dan bertahan dengan imannya. Bahwa semua yang akan dihadapinya bukanlah hal baru dan bukanlah hal yang sangat sulit karena hal itu juga sudah dialami terlebih dahulu oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama dan mereka dapat menanggungnya sampai selesai.
Dengan Sepuluh Perintah Berbahagia dalam khotbah di bukit yang diberikan Tuhan Yesus itu, Ia memberikan dasar bagi orang beriman tentang bagaimana mereka harus mulai (start) menjalani hidup yang benar, dan sejauh mana perjalanan iman yang harus mereka lalui sampai batas akhirnya (finish). Sebagaimana Tuhan Yesus menyimpulkan Sepuluh Perintah yang diterima Musa di gunung Sinai dengan dua kalimat yang ringkas, yaitu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Maka Sepuluh Perintah Berbahagia yang diberikan Tuhan Yesus Kristus di dalam Khotbah di Bukit dapat diringkas menjadi : "Berbahagialah orang yang berharap kepada Tuhan Yesus Kristus, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi; dan berbahagialah orang yang menderita dan mati dalam nama Tuhan Yesus Kristus".
Jadi Sepuluh Perintah TUHAN di atas gunung Sinai diberikan kepada bangsa Israel, karena mereka masih hidup di bawah Hukum Dosa yang mematikan; tetapi Sepuluh Perintah Berbahagia di atas bukit diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada bangsa Israel Rohani, karena mereka sudah hidup di bawah Hukum Kasih Karunia yang menyelamatkan.
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:37-39)