Menanggapi Temuan Ilmiah Modern
Ilmu pengetahuan alam modern telah menghasilkan berbagai kesimpulan yang membuat kita lebih memahami alam semesta kita dan segala isinya ini. Namun banyak temuan itu tidak sejalan dengan narasi di Kitab Kejadian, misalnya: * Asal mula evolusioner mahluk-mahluk hidup.
- Umur alam semesta dan proses penciptaan yang berlangsung milyaran tahun.
- Galaksi-galaksi, bintang-bintang serta matahari yang diciptakan sebelum bumi.
Semua ini bukan hanya keluar dari kepala begitu saja tetapi merupakan hasil kerja puluhan ribu orang yang menempuh jenjang-jenjang pendidikan yang berat, dalam jangka waktu puluhan bahkan lebih dari seratus tahun, melibatkan teknologi yang paling canggih, dengan biaya yang sangat besar. Sebagai contoh Hubble Space Telescope bernilai empat milyar dolar atau 40 triliun rupiah.
Jika kita harus memahami semua temuan ini, maka pemahaman Alkitab, khususnya Kitab Kejadian, secara sepenuhnya literal (harfiah) tidak dapat dipertahankan lagi. Sikap dan pandangan GKI tentang ajaran Alkitab sebagaimana tertulis dalam buku Tata Gereja, Gereja Kristen Indonesia, 2003, hal.274, sungguh bijak dan tepat.
Alkitab mempergunakan bentuk-bentuk dan unsur-unsur kemanusiaan dan kebudayaan pada lingkup sejarah tertentu, sehingga menampakkan adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu. Alkitab ditulis oleh manusia dan dalam bahasa manusia. Di dalam penulisan itu manusia yang terbatas dibatasi oleh keterlibatannya pada budaya dan sejarah tertentu. Kita tahu budaya dan sejarah manusia berbeda-beda bukan saja coraknya, tetapi juga tingkat kemajuannya. Namun keterbatasan itu tidak mengurangi peranan Alkitab dalam kehidupan orang percaya.
"Penulis-penulis Alkitab tetap tinggal manusia, yang hidup pada suatu masa dan dalam lingkungan tertentu. Mereka terikat pada pelbagai pandangan dan anggapan dari zaman dan lingkungannya. Mengenai "masalah-masalah ilmiah", mereka sudah berpikir sesuai dengan pendapat-pendapat di zaman dan lingkungannya, dan bergantung pada bahan-bahan yang tersedia bagi mereka (misalnya mengenai fakta-fakta sejarah)" (Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, h. 298).
Ilmu pengetahuan telah menunjukkan pada kita bahwa Allah jauh lebih besar dan dahsyat daripada yang kita pahami dari Kitab Kejadian.