Ketika Pintu Sudah Ditutup

Oleh : Renida Ambarita

Di hari Senin sore itu saya sedang berada di satu bank swasta terkenal. Ditemani anak gadis saya yang berusia 11 tahun, saya ingin melakukan satu transaksi perbankan yang tidak bisa dilakukan lewat atm tetapi harus lewat teller atau cashier. Begitu selesai memarkirkan kendaraan saya, sedikit tergesa-gesa kami bergegas masuk ke gedung karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.55 wib, itu artinya hanya ada waktu 5 menit saja, karena tepat pukul 15.00 wib jam operasional bank sudah ditutup untuk semua nasabah yang akan masuk, kecuali mereka yang sudah berada di dalam gedung sebelumnya.

Sesampainya di pintu masuk bank, seperti biasa para security menyapa dengan ramah : “Selamat sore Ibu, selamat datang di bank kami, apakah ada yang bisa kami bantu?”. Sapaan itu begitu bersahabat. Saya hanya membalas dengan senyuman sambil mengucapkan kata terima kasih. Sebelum tiba di meja tempat mengisi formulir transaksi yang akan saya lakukan, tiba-tiba saya sadar bahwa saya belum menyiapkan sejumlah uang tunai yang akan saya kirimkan lewat teller nanti. Tanpa berfikir panjang lagi saya mengajak putri saya menuju atm yang kebetulan berada di luar gedung tersebut, kira-kira berjarak 5 meter. Saya berlari kecil, sempat kebingungan apakah masih cukup waktu untuk mengambil sejumlah uang dari atm, mengingat waktu yang tersisa hanya 4 menit. Sementara transaksi tersebut harus dilakukan pada hari itu juga.

Waktu berjalan terus, akhirnya sejumlah uang sudah tersedia dan siap untuk saya setorkan. Sedikit lega saya berlari menuju pintu masuk bank. Namun sesampainya di depan, pintu sudah ditutup karena jam sudah menunjukkan pukul 15.01 wib. Saya berusaha memohon kepada security untuk dibukakan pintu dan diperbolehkan masuk, karena setoran ini sangat penting dan harus dijalankan pada hari itu juga. Security pun menjawab: “Maaf Ibu, pintu ini sudah ditutup dan peraturannya memang seperti itu, kecuali jika Ibu masih berada di dalam gedung dan melakukan penarikan lewat atm yang ada di dalam gedung ini tadinya.” Akibat panik karena desakan waktu yang sangat terbatas membuat saya lupa bahwa di dalam gedung tersebut juga tersedia beberapa atm sehingga memungkinkan saya untuk tetap berada di sana menarik uang dan menyetor ke teller. Rasa sedih, kecewa dan kesal memenuhi hati saya. Ingin rasanya marah kepada security, mengapa tidak diberi kesempatan untuk masuk padahal hanya terlambat 1 menit saja. Toh di dalam, operasional teller juga masih berjalan. Namun apa daya, saya hanya bisa menyesali diri sendiri mengapa tidak menyediakan uang tunai sebelumnya.

Tiba-tiba dari samping saya, putri saya yang sedari tadi turut memperhatikan semua kejadian ini, memberikan komentar yang begitu menyadarkan saya dari rasa kecewa ini. Dia coba mengambil hikmah dan seolah-olah ingin menghibur hati saya dari kekesalan di bank sore itu. Satu pertanyaan yang dia lontarkan kepada saya : “Apakah suatu saat nanti, ketika pintu surga sudah ditutup oleh malaikat, manusia juga akan mengalami hal yang sama. Pada saat tidak ada kesempatan lagi untuk masuk, dengan alasan apapun tidak akan mengubah keputusan TUHAN untuk tidak membukakan pintu Surga bagi manusia yang tidak mau mendengarkan panggilan-Nya?”. Rasa kesal yang tadinya menguasai hati saya pada saat itu seakan–akan runtuh, seketika berubah menjadi aliran damai sejahtera. Pertanyaan itu kedengaran seperti suara hati Tuhan yang keluar dari mulut seorang gadis kecil yang ingin mengingatkan saya kembali bahwa memang seperti itulah gambaran keadaan manusia di akhir zaman ini.

Akhirnya saya sadar untuk tidak kecewa lagi. Kami bergegas kembali ke mobil, pulang membawa sukacita di hati. Tidak ada kekesalan yang menyelimuti hati saya lagi, walaupun sebelumnya saya sempat kecewa karena gagal melakukan transaksi sore itu. Yang ada hanya sukacita sambil bernyanyi memuji TUHAN sepanjang perjalanan pulang. Tuhan sangat baik, Dia ijinkan peristiwa ini terjadi untuk selalu mengingatkan anak-anak-Nya pada hal-hal yang hanya bertujuan menyenangkan hati-Nya dalam hidup ini. Mumpung masih ada waktu, kira-kira seperti itulah pesan yang saya tangkap dari kejadian ini. Berjaga-jagalah senantiasa jangan sampai kita ketinggalan dan tidak memiliki kesempatan untuk masuk dalam Kerajaan-Nya hanya karena kepentingan-kepentingan dunia ini.

Benar, Tuhan bisa berbicara lewat siapa saja dan lewat peristiwa apa saja yang Tuhan ijinkan terjadi, yang dipakai untuk kembali mengingatkan anak-anakNYA agar selalu memikirkan hal-hal yang jauh lebih penting yaitu hal-hal Surgawi dari pada sekedar memikirkan perkara-perkara duniawi yang seringkali lebih menguasai pikiran kita, sehingga kita sering melupakan-Nya.

Dari peristiwa ini, saya mencoba menyimpulkan makna rohani yang bisa saya tangkap sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam menyikapi persoalan di dunia ini untuk tetap mengedepankan kepentingan Allah di atas segalanya :

Akibat terlalu khawatir memikirkan hal-hal di luar Tuhan, manusia sering lupa bahwa di dalam “Gedung” itu artinya di dalam rumah-Nya, Tuhan sebenarnya sudah menyiapkan apa yang menjadi kebutuhan kita. Kita lebih percaya kepada kekuatan dan kemampuan kita untuk mencukupi semuanya. Tanpa kita sadari sangat sering kita “menyepelekan” kekuatan-Nya, menganggap TUHAN “tidak berdaya” dan seakan-akan Tuhan “perlu ditolong” untuk mencukupi semuanya. Jangan seperti kisah di atas, kita akan menyesal dan berkata, seandainya saya tahu di dalam gedung itu sebenarnya ada atm Tuhan, ada tangan Tuhan yang lebih mengetahui kebutuhan saya dan maksud hati saya, yang Tuhan sudah sediakan sehingga saya tidak perlu keluar dari hadirat-Nya. Yang akhirnya waktu saya di luar Dia terbuang percuma dan tidak sadar akhirnya saya tidak bisa masuk dalam gedung Kerajaan-Nya. Saya tidak bermaksud membawa kita kepada satu situasi dan kondisi untuk tidak bekerja, cukup hanya berdoa dan membaca firman-Nya maka semuanya akan tersedia. Yang menjadi pesan adalah bagaimana ketika kita khawatir akan segala kebutuhan kita yang tidak akan pernah habis-habisnya dalam hidup ini, maka seluruh aspek hidup kita yaitu pikiran, waktu, tenaga, dan fisik kita akan terkuras, sehingga kita mulai melupakan Dia. Damai sejahtera itu akan diambil dari kita. Kekhawatiran dunia menghimpit hidup kita (Markus 19:4), sehingga kita tidak lagi fokus kepada Tuhan si Pemberi berkat itu. Kita lebih fokus kepada berkat-berkat-Nya saja. Hidup kita tidak hanya di dunia ini, sebab ini hanyalah sementara. Ada kehidupan di Surga yang kekal yang menjadi tujuan utama kita. Apakah kita sudah mempersiapkan hal itu, semoga kita bisa memahaminya.

Hal yang kedua adalah, manusia seringkali tidak menyadari bahwa kesempatan yang datang dalam hidup ini hanya ada satu kali. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil kita apakah pada saat kita meninggal dunia atau ketika Tuhan akan datang untuk kedua kalinya menjemput mempelai-Nya yang layak di hadapanNYA. Apakah kita sudah siap untuk hal itu. Jadilah wanita yang bijaksana, yang selalu mempersiapkan minyak dalam buli-bulinya (Matius 25:4), minyak berbicara tentang Roh Kudus yang harus selalu ada dalam hidup kita. Kita harus terus berkobar-kobar dalam Tuhan, membakar roh kita supaya tetap menyala. Roh kita sering tertidur karena terlalu lelah dan penat memikirkan masalah-masalah dunia ini. Kita hampir tidak punya waktu lagi untuk berdoa, membaca firmanNYA, menyembah dan memuji Dia setiap hari. Pintu itu sudah ditutup berarti kesempatan sudah tidak ada lagi. Ketika kita sudah meninggal dunia, kita sudah tidak punya kesempatan untuk bertobat. Sebanyak apapun perbuatan baik kita, tidak mampu mengubah keputusan-Nya. Tuhan tidak bisa “disuap” dengan kebaikan-kebaikan kita. Manusia terlalu hina dan penuh dosa jika harus disandingkan dengan Tuhan yang Maha Maha Kudus itu. Hanya karena kasih dan kemurahan-Nya, Dia telah mematahkan semua kutuk dosa itu serta membayarnya dengan lunas, lewat kematian-Nya di kayu salib. Hanya lewat jalan inilah kita bisa diselamatkan. Dan kesempatan untuk kita bertobat adalah saat ini, jangan menunda-nunda sampai esok, siapa tahu pintu itu sudah tertutup untuk kita. Pergunakanlah waktu yang ada untuk selalu percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat dunia ini satu-satunya. Dan hiduplah selalu dalam jalan kebenaran-Nya, tinggalkan semua perbuatan dosa kita. Datanglah kepada YESUS mohon pengampunan, undanglah Dia untuk masuk dalam hati kita sebagai Juru Selamat pribadi kita, pasti kita masuk dalam Kerajaan-Nya kelak di Surga yang kekal. Amin.. Jangan sampai menyesal ketika kelak Malaikat penjaga pintu Surga berkata : “Maaf Opa, Oma, Pak, Bu, Mas, Mbak, atas perintah Yang Maha Kuasa pintu Surga sudah kami tutup, peraturannya seperti itu dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, karena jauh sebelumnya Tuhan sudah memberikan waktu dan kesempatan yang sama kepada semua orang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, sekarang bukan waktunya lagi sudah terlambat”. Sebuah aturan yang diterbitkan oleh sebuah Institusi yang dibuat oleh manusia saja tidak bisa ditawar, apalagi aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta alam semesta, Raja segala raja, siapakah yang dapat mengubahnya ??? Jika pintu Surga sudah tertutup, lalu di manakah tempat kita. Yang pasti, jika bukan Surga tempat kita, ada satu tempat lain yang menantikan kita yaitu neraka yang mengerikan. Juga jangan sampai menyesal dan berkata : “Seandainya saya dulu sudah bertobat dan percaya Kristus, pasti saya sudah bersama-sama DIA saat ini”. Tidak ada alasan apapun yang dapat kita sampaikan kelak kepada Yang Maha Kuasa yang bisa membuat hati-Nya berubah dan merasa iba kepada manusia. Mungkin beberapa dari kita suatu saat akan berdalih dan berkata kepada Tuhan: “Maaf Tuhan Yesus, waktu itu saya terlalu sibuk dengan pelayanan, pekerjaan, usaha dan bisnis saya, sehingga saya tidak punya waktu untuk berdoa apalagi membaca firman-Mu“. Atau seorang lain lagi berkata : “Maaf Raja yang Mulia, sebenarnya saya mau percaya kepada-Mu, tapi saya diancam akan diusir dan bahkan akan dibunuh oleh keluarga saya, dan tetangga saya akan mengucilkan saya”. Yang lain mungkin akan memberi alasan yang berbeda : “Waktu itu saya begitu kepahitan kepada seseorang, sehingga saya membenci dia dan tidak bisa mengampuninya sampai saya bawa mati.” Alasan yang lain : “Saya sih percaya bahwa Engkau Tuhan dan Juru Selamat dunia, tapi saya tidak tahu Engkau akan memanggilku begitu cepatnya dalam kecelakaan maut itu, saya pikir umur saya akan panjang, sehingga saya tidak sempat bertobat.” Ada yang berkata : “Saya pikir kedatangan-Mu tidak secepat ini”. Selain beberapa alasan di atas ada juga yang berkata : “Saya terlalu kotor di hadapan-Mu, saya tidak pantas memohon ampun kepada Tuhan”. Ada juga yang mungkin berkata seperti ini : “Banyak yang datang memperkenalkan Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat kepada saya, tapi karena kekerasan hati saya, saya tidak bisa percaya. Saya berfikir bahwa Engkau hanya seorang Nabi Isa (Manusia) yang dijadikan Tuhan oleh para pengikut-Mu, ternyata sekarang saya percaya dan melihat bahwa Engkau bukan manusia yang diTuhankan, tapi Tuhan yang turun ke dunia dalam bentuk rupa seorang anak manusia, ampuni saya Tuhan”. Bahkan mungkin akan ada yang mengkambinghitamkan orang lain dengan berkata : “Maaf Tuhan, akibat kondisi keuangan keluarga saya yang sulit waktu itu dan takut tidak akan mendapatkan teman hidup, saya rela berpindah keyakinan oleh permintaan pasangan saya, jika tidak, maka saya tidak akan jadi menikah dengannya”. Tidak kalah mengherankan seorang pria akan memberi alasan kepada Tuhan kelak : “Maaf Raja yang Agung, waktu itu atasan saya berjanji akan memberikan kenaikan jabatan dan gaji yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya asal saya bersedia meninggalkan agama saya untuk mengikuti ajaran yang lain”. Seorang gadis berkata kepada Tuhan: “Saya lahir dari keluarga yang beragama Kristen, orang tua saya selalu mengajarkan kebenaran tapi saya tidak pernah mengindahkannya. Saya hidup dalam pergaulan seks bebas dan narkoba. Saat itu saya hamil dan terpaksa harus menggugurkan kandungan saya, pada saat itulah nyawa saya tidak tertolong, saya tidak sempat bertobat, masihkah Tuhan mengampuni saya?” Kemudian seorang Bapak juga berkata kepada Tuhan Yesus: “Saya juga dibesarkan dari orang tua yang percaya kepada Kristus, tapi saya tidak pernah mau diajak beribadah ke gereja sehingga saya tidak memiliki iman kepada-Mu. Pada suatu saat dalam perjalanan bisnis saya, saya mengalami kebangkrutan dan seseorang menawarkan untuk mencari kekuatan lain di luar Engkau, yaitu “orang pintar” alias dukun yang mampu mendatangkan kekayaan yang berlimpah. Saya tersesat dan tidak tahu bahwa itu adalah kuasa kegelapan”. Dan beragam alasan lain yang bisa kita utarakan kepada-Nya kelak. Kepentingan-kepentingan dunia sangat yang menggiurkan, mampu menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menjadi tidak begitu penting lagi, keselamatan ditukar dengan sejumlah materi, dan kenyamanan sesaat. Pernahkah kita menyadari bahwa hidup di dunia ini begitu singkat, dan kehidupan yang singkat ini kita isi dengan hal-hal yang nikmat sesaat. Tanpa berfikir panjang kita dapat menukarnya dengan sebuah keselamatan yang kekal dan abadi. Mari kita renungkan. Tuhan tidak pernah mempersoalkan seberapa sibuknya kita bekerja dan berkarya dalam hidup ini, yang Dia inginkan adakah waktu terbaik yang kita sediakan untuk berbicara dengan Dia, karena kerinduan hatiNYA mendengarkan suara anak-anak-Nya. Tuhan juga tidak pernah mempersoalkan seberapa besar dosa yang pernah kita lakukan, sebab karena kasihNYA kepada dunia ini untuk itulah Dia rela menanggung semua itu di atas bukit Golgota, Dia serahkan nyawa-Nya ganti kita (Yohanes 3:16). Yang Tuhan mau apakah kita mau berbalik kepada-Nya, meninggalkan semua dosa kita serta percaya bahwa Dia telah mengampuni semua kesalahan kita dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat . Apakah dengan banyaknya alasan yang kita bawa kepada Dia kelak mampu meluluhkan hati Tuhan. Tentu tidak. Sekarang waktunya saudara-saudari yang terkasih, sebelum semuanya terlambat. Penyesalan itu kekal dan tidak akan mengubah apa-apa. Mari kita gunakan waktu yang singkat ini, untuk lebih bijaksana dalam menjalaninya. Terimakasih semuanya, Tuhan Yesus memberkati. Amin..

Thank YOU JESUS… We love YOU… 14 Oktober 2014

Sumber: tulisan sendiri