Perempuan Itu

Senja telah tiba, seorang perempuan tua tiba di halaman rumahku untuk "ngangsu" (mengambil) air seperti biasanya. Tubuhnya kurus kering, sekering tanah yang dipijaknya. Kulitnya hitam legam, sehitam perjuangan hidupnya yang seakan melulu gelap dan seakan tiada bertepikan temaram. Aku yang sedang asyik dengan kesibukan "ndangir" (menyiangi/membersihkan) rumput-rumput liar diseputar pepohonan, dibuatnya tertegun oleh suaranya yang serak, memanggil-manggil seseorang. Aku nggak mengerti apa yang telah diucapkannya, mungkin kurang lebih demikian, "Eeh" nak kemarilah, tolong aku dibantu!" Ia nampaknya memanggilku, tapi keraguan menyelimuti hatiku, "Ahk" masak ia memanggilku!" Sejenak kemudian ia memanggil-manggil lagi. Setelah kusadari bahwa tidak ada orang lain disekitarku, yakinlah aku bahwa ia memanggilku.

[block:views=similarterms-block_1]

Segera kudekati perempuan itu. Dengan bahasa tubuh, akhirnya kuketahui maksudnya. Ia bermaksud meminta tolong, supaya aku mengangkatkan "kuali" (ember) penuh air di atas kepalanya. Aku terperanjat!! Rupanya ibu kurus kering ini mau mengangkat air dua "kuali" sekaligus. Selain berat, rumahnya juga jauh. Aku tahu pasti bahwa bebannya cukup berat, karena ketika aku membantu mengangkatkan satu "kuali" saja, aku merasa keberatan.

Setelah kubantu, ia segera berjalan merambat pelan sekali. Pastilah karena berat. Setapak demi setapak, langkah demi langkah, ia lalui dengan pelan dan pasti. Uhk" rasanya aku nggak tega. Kurang lebih 30 meter ia berjalan, aku berinisiatif mau membantunya, tapi ia menolaknya dengan alasan yang tidak kuketahui. Barangkali, ia mengatakan bahwa ia sudah biasa melakukan semuanya itu. Setiap hari ia mengerjakannya.

Setiap hari ia melakukan semuanya itu. Itulah tugas kesehariannya, untuk menghidupi diri dan keluarganya. Inilah yang nyangkut dibenakku. Akankah aku menekuni keseharianku dengan kesetiaan, sebagaimana kisah hidup sang perempuan itu"!

Tags: