Pengejar Harta Surgawi

Oleh: Sendra Cornelia

Saya adalah orang yang sedang mengumpulkan harta surgawi (harta petualangan mujizat). Percaya dengan mimpi, hati nurani, penglihatan serta hal-hal yang supranatural. Petualangan percaya dengan mimpi dan penglihatan saya ikuti dengan penuh keyakinan yang mengandung resiko, tapi sekarang saya mengucap syukur karena ketika saya taat mengikuti mimpi dan penglihatan semuanya di jawab Tuhan dengan kekuatan yang mengalahkan logika.

[block:views=similarterms-block_1]

A. Berjalan Mengikuti Petunjuk Pengelihatan

Kalau saya cerita mungkin ini adalah cerita yang terbodoh. Ya, saya memang bodoh bagi dunia. Tapi saya adalah pengejar dan pencari harta yang supranatural. Sekarang saya sudah mendapat satu paket harta Cerita tentang sebuah petualangan / perjalanan yang mengikuti petunjuk penglihatan dan mimpi. Saya akan menceritakan petualangan rohani saya dalam mengikuti petunjuk sebuah penglihatan.Berawal dari sebuah penglihatan pada tahun 2006 pada saat terjadi peristiwa gempa bumi di Yogyakarta. Pada saat itu saya bersama seorang teman sedang berdoa, tiba-tiba saya di bawa ke dalam sebuah penglihatan yang luar biasa yaitu ; saya melihat ada 2 orang Sarjana Teknik Sipil berdiri, dengan helm berwarna kuning dan memegang maket di tangannya. Dua orang tersebut berdiri di antara reruntuhan bangunan, dan mereka mulai merencanakan suatu bangunan dengan desain yang luar biasa. Dari desain tersebut terbentuklah gambar bangunan yang luar biasa, setelah gambar tersebut sudah selesai, kedua orang ini mengambil Alkitab dan membacakan Firman. Setiap rumah yang akan di bangun di doakan dan di beri Firman Tuhan pada masing - masing rumah tersebut, kemudian rumah tersebut di kuduskan.

Setelah rumah tersebut selesai di bangun berdasarkan Firman Tuhan ( Keluaran 30: 26 - 30 ), saya melihat lagi ada 3 pasang keluarga yang masuk ke dalam masing-masing rumah yang di sediakan bagi mereka. Pertama, sepasang keluarga dengan pakaian hitam yang setelah memasuki rumah tersebut, pakaian mereka menjadi putih. Kedua, sepasang keluarga dengan pakaian abu-abu, ketika memasuki rumah tersebut pakaian mereka menjadi putih kembali. Dan yang ketiga, sepasang keluarga dengan pakaian putih, ketika memasuki rumah tersebut pakaian mereka menjadi semakin putih berkilau. Begitu sangat spesifik penglihatan tersebut.

Setelah selesai berdoa saya mulai merenung dan mulai berpetualang dalam batin, dengan berbagai macam pertanyaan dan percakapan dengan Tuhan. Tiba-tiba melalui hati nurani saya, Tuhan bicara, bahwa saya adalah salah satu orang yang di dalam penglihatan tersebut. Dan Tuhan pun mulai bertanya kepada saya, Maukah kamu mewujudnyatakan penglihatan tersebut? Saya hanya terdiam. Setelah melalui proses perenungan, saya bertanya apa yang bisa saya lakukan ? Saya mau, tapi saya tidak tau caranya seperti apa ? Waktu pun berlalu, seminggu sesudah bencana gempa bumi saya belum mendapatkan jawaban yang jelas tentang penglihatan tersebut. Saya berpikir penglihatan tersebut hanya suatu penglihatan biasa yang tidak ada artinya.

Saya memutuskan untuk pulang ke Kalimantan Tengah, karena saat itu tugas saya kuliah sudah selesai dan saya harus segera pulang untuk bekerja di kampung halaman. Jam 1 siang saya memasuki pesawat yang akan membawa saya berangkat ke Kalimantan Tengah, di dalam pesawat saya masih bertanya, namun Tuhan hanya diam. Kalaupun Dia bicara saya sudah berada di dalam pesawat dan sangat tidak mungkin untuk kembali lagi. Dalam keheningan saya terdiam dan mulai tertidur ketika pesawat sudah berada di atas awan. Tiba-tiba saya mendengar suara seseorang bertanya kepada saya tanpa saya sadari siapa yang memberi pertanyaan: Kamu tahu tanda-tanda jiwa-jiwa yang siap untuk di tuai ?

Saya memutar otak mencari jawaban. Belum sampai saya menjawab, Suara tersebut sudah memberi jawaban: Jiwa yang siap untuk di tuai adalah jiwa/manusia yang sedang mengalami penderitaan. Saya mulai berpikir, masuk akal juga. Suara itu menyebutkan kota tempat jiwa/manusia yang siap untuk di tuai adalah Bantul/Yogyakarta yaitu orang-orang yang sedang mangalami penderitaan akibat bencana gempa bumi. Saya kemudian tersadar, siapa orang yang telah berbicara kepada saya? Saya menengok ke kiri, kanan, depan, belakang, tak satupun orang yang saya kenal. Saya kemudian tersadar bahwa yang berbicara kepada saya adalah Tuhan Yesus, melalui suatu media yang tidak bisa saya cerna dengan logika.

Tetapi saya pegang perkataan itu dan simpan di dalam hati. Sesampainya di rumah Kalimantan saya merenung kembali, setelah 3 hari saya di rumah, Dia berkata bahwa saya harus cepat pergi karena ini adalah musim tuaian, jangan sampai saya terlewat! Saya bertanya, bagaimana caranya? Tuhan katakan, Dia akan menyediakan uang untuk membeli tiket ke Yogya, selebihnya saya harus bergantung kepada-Nya. Saya tahu saya harus taat, karena saat itu adalah musim tuaian. Saya meminta izin ke orang tua dan mereka mengizinkan, tapi mereka tidak memiliki uang untuk membeli tiket ke Yogya. Saya serahkan semuanya kepada Tuhan walaupun saya sempat berpikir kemana saya akan cari uang, setelah lelah berpikir saya tertidur. Tiba-tiba keseokan paginya jam 6, kakak saya yang berada di Yogya menelpon, dia katakan bahwa saya mendapat bantuan dana berupa uang dari pemerintah daerah Kalimantan Tengah untuk semua mahasiswa yang sekolah di Yogya, saya terdiam dan mengucap syukur.

Tiba-tiba kembali Suara supranatural itu muncul Aku sudah katakan kamu akan pergi dengan cara Ku. Tanpa kutunda lagi, aku pergi ke Yogya dengan sebuah tujuan yang saya belum mengerti caranya melakkan kehendak-Nya. Sampai di Yogya saya menginap di tempat teman dan menceritakan apa yang saya alami sepanjang perjalanan pulang ke Kalimantan Tengah. Dia memberi respon yang baik dan berusaha memberi info pekerjaan.

Setelah mengalami proses beberapa bulan di Yogya akhirnya teman saya memberitahu lowongan pekerjaan di tempat dia bekerja, sebuah LSM yang bergerak di bidang perumahan yang pada saat itu memberi bantuan perumahan korban gempa di Bantul (Yogyakarta). Saya menerima tawaran tersebut dan mulai mengerjakan dengan petunjuk sebuah penglihatan yang pernah saya alami.

Dalam mengerjakannya, berbagai macam proses kesakitan yang saya alami, ternyata menjalankan mandat dari Tuhan tidak segampang yang saya pikirkan. Banyak sekali penghalang antara lain; tidak sepikir dengan orang lain, ketika butuh tim tidak ada yang mau untuk melibatkan diri dalam proses penderitaan, mengalami masa-masa kesendirian, mengalami masa-masa kekurangan uang. Namun saya bersyukur pada saat yang tepat Tuhan kirimkan saya seorang teman untuk berjuang bersama-sama mengerjakan mandat ini. Saya mengucap syukur karena Tuhan tidak membiarkan saya berjuang seorang diri. Walaupun hanya berdua, tetapi saya tau sebuah prinsip yang mengatakan, suatu perubahan tidak perlu menunggu banyak orang, cukup dua orang pasti akan membuat suatu perubahan.

Saya juga sangat berterima kasih kepada teman saya ini yang bersedia tetap berjuang berdiri walaupun terkadang kita terbentur sebuah masalah dalam sebuah pelayanan. Kami bersepakat untuk mengunjungi salah satu keluarga di Bantul seminggu sekali. Apapun keadaan cuaca pada saat itu bila kami sudah berjanji kami akan berusaha untuk datang memberi pelayanan yang terbaik walaupun jaraknya cukup jauh dari kota Yogya.

Kunjungan kami saat itu memang bukan mengadakan suatu acara yang formal, kami hanya berbagi cerita tentang kebaikan Tuhan dalam kehidupan kami dan doa bersama-sama. Itulah pelayanan yang kita lakukan di sana dan akhirnya proses ketaatan tersebut sudah saya lewati dengan hasil yang benar-benar nyata. Saya temukan keluarga yangpernah saya layani untuk lebih kuatkan lagi di dalam Tuhan, sekarang di percayakan oleh donatur mengelola laboraturium komputer dan sanggar tari yang di salurkan melalui LSM tempat saya bekerja.

Saya teringat tindakan profetis yang pernah saya lakukan bersama teman -teman di rumah keluarga tersebut, pada saat itu kami mengajak salah satu anggota keluarga itu berdoa dan menabur minyak urapan serta bernubuat bahwa harta bangsa-bangsa akan mengalir ke tempat tersebut untuk di gunakan menjadi alat melayani sesama melalui laboraturium komputer dan sangar tari, yang saat ini tempat tersebut benar-benar di nyatakan.

Saya bersama teman-teman percaya bahwa segala sesuatu di mulai dengan Firman kemudian akan menjadi daging /nyata. Bukan hanya itu saja, saya juga bertemu dengan komunitas yang luar biasa. Yang memiliki visi yang besar yang bersedia menjadi alat Tuhan dan mau mengambil resiko hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Sampai saat ini kami terus bersekutu dan berjuang bersama-sama. Demikianlah cerita saya berjalan dalam mengikuti petunjuk sebuah penglihatan.

B. Berjalan Mengikuti Petunjuk Mimpi

Berikut adalah cerita saya dalam mengikuti petunjuk sebuah mimpi, saat itu saya pindah kerja dari Yogyakarta ke Bandung. 3 bulan lebih saya bekerja di Bandung, kemudian saya memilih untuk mengundurkan-diri dan pulang ke Kalimantan Tengah. Selama 3 bulan saya di Kalimantan Tengah, Tuhan memberi saya mimpi. Dalam mimpi saya saat itu berada di saat suatu sekolah yang sedang mengadakan ujian, saya tiba-tiba ingin keluar sekolah. Sampai di pintu gerbang dua orang penjaga mencegat saya dan berbicara : Mau kemana!. Saya menjawab keluar sebentar.

Kemudian mereka memberi peringatan, "jangan lama-lama karena di sesi akhir ada ujian lagi!" Saya hanya mengiyakan peringatan mereka kemudian keluar dari sekolah tersebut. Saya terbangun dari tidur. Saya mulai merenung, apa arti mimpi tersebut? Saya berdoa dan bertanya kepada Tuhan dan dapat pewahyuan Firman Tuhan (Yosua 2:1-24) tentang pengintai. Saya bertanya ke pada diri saya sendiri, apakah saya pulang hanya sebagai pengintai dan belum menyelesaikan proses sekolah Ilahi / di perlengkapi. Mimpi dan pewahyuan saat itu saya simpan dalam hati.

Waktu berlalu, seminggu berikutnya saya bermimpi hal yang sama lagi dengan makna yang sama. Saya bertanya kenapa mimpi itu terasa seperti berbicara kepada saya, kembali saya simpan dalam hati. Sebulan setelah cerita tersebut berlalu saya mimpi yang terahir kalinya. Dalam mimpi itu saya sedang jalan dengan teman dan bertemu teman-teman semasa saya kuliah dahulu: Hendrik, Euis dan Dayat. Mereka menyapa dan salah satu dari mereka kemudian bertanya,"Kamu kenapa tidak mengikuti ujian ?" Saya kaget dan terbangun jam 3 pagi. Saya renungkan dan bertanya kepada Tuhan, "Engkaukah yang berbicara?"

Saat itu Tuhan bicara melalui hati nurani saya, Ya, kamu harus menyelesaikan ujianmu yang terahir dan keluar dari kota ini. Saat itu saya belum memiliki pekerjaan yang tetap dan saya minta kepada Tuhan melalui doa bahwa saya butuh pekerjaan. Tuhan katakan bergantunglah dengan petunjuk-Ku melalui mimpi itu. Seminggu berlalu saya keluar dari Kalimantan Tengah dan pergi menuju Yogyakarta walaupun saya tidak tau apa tujuan saya berada di kota itu. Akhir November saya tiba di Yogyakarta tanpa tanda-tanda apa yang harus saya kerjakan di tempat itu dan saat itu saya belum memiliki pekerjaan. Saya belajar taat menanti Dia menyatakan petunjuk mimpi itu sambil bergumul untuk pekerjaan.

Tanggal 9 Desember setelah saya berdoa, teman saya bernama Dayat yang saya temui di dalam mimpi menelpon, dia menawarkan pekerjaan dan saat itu saya meresponi tawaran tersebut dan kita banyak ngobrol tentang teman-teman yang lain. Sampai ahirnya pembicaraan pun selesai. Tetapi yang membuat saya heran, bagaimana bisa dia menghubungi saya padahal kami sudah lama kehilangan kontak. Dan yang lebih mengherankan lagi untuk apa dia menelepon saya hanya untuk menawarkan pekerjaan? Apakah dia tau saya sedang tidak bekerja? Mengapa dia tidak menghubungi teman teman dekatnya yang lain ? Berbagai macam pertanyaan di dalam benak saya.

Sampai ahirnya saya sadar bahwa ini adalah petunjuk dari sebuah mimpi saya ketika di Kalimantan Tengah. Saya kaget dan berdoa, Tuhan benar -benar sedang berbicara kepada saya melalui mimpi. Waktu berlalu namun tidak ada kabar dari teman saya Dayat. Dia pernah berpesan saya harus bersabar menanti proses pekerjaan tersebut. Saya menanti, sampai saya dikagetkan lagi tepat tanggal 24 Desember 2008 teman saya Euis yang saya temui di dalam mimpi juga menelepon saya dan menawarkan pekerjaan. Saya benar-benar kaget saat itu dan menangis karena Tuhan itu benar-benar hidup dan nyata. Saya juga meresponi tawaran pekerjaan ini dan saya bawa ke dalam doa. Saya serahkan ke dalam tangan Tuhan dimanakah saya akan bekerja, di Serang (Dayat tawarkan) atau Bandung (Euis tawarkan).

Saya berdoa seperti ini: "Tuhan kalau Engkau suka pekerjaan itu, buka jalan, tetapi kalau Engkau tidak suka tutup jalan." Ternyata Tuhan langsung jawab ketika saya serahkan, Dia tidak suka pekerjaan itu. Pada tanggal 25 Desember 2008 pekerjaan yang di tawarkan Euis kepada saya di batalkan tanpa ada alasan yang jelas. Saat itu saya hanya berserah dan percaya Dia pasti tau yang terbaik bagi saya. Menjelang tahun yang baru saya dengan teman-teman komunitas memiliki komitmen yang baru untuk tahun 2009 bahwa setiap kami sudah tidak berhak lagi mengatur jalan sendiri karena otoritas hidup sudah kami serahkan kepada Tuhan. Jadi kami benar-benar belajar membangun hidup yang di kendalikan oleh Roh Kudus. Memasuki Tahun 2009 saya hanya bisa bertanya-tanya Tuhan, akan kemana Tuhan bawa saya dengan petunjuk mimpi itu. Siang hari tepat pada tanggal 5 Januari 2009 saya di telepon lagi oleh teman saya Euis, dia berkata temannya butuh satu orang untuk melengkapi team mereka dan dia menawarkan pekerjaan itu kepada saya.

Saya sangat senang, dan saya benar-benar percaya bahwa Tuhan menjamin saya. Saat itu saya mengucap syukur di dalam doa dan sudah merencanakan untuk pergi ke Bandung. Tiba-tiba Dia bicara kepada saya, "Kamu sudah tau bahwa Akulah yang berbicara dalam mimpimu, dan Aku lah yang memberi kamu pekerjaan." Apakah kamu rela melepaskan pekerjaan itu kalau Aku minta kembali? Saat itu saya hanya terdiam, dan berjiwa besar melepaskan pekerjaan itu, karena saya tau semua itu juga berasal dari Dia. Saya berkata kepada TUHAN, "Sekalipun saya tidak mendapatkan semua pekerjaan itu saya akan tetap berjuang mengucap syukur."

Seminggu berlalu pekerjaan tersebut benar-benar di batalkan. Kembali saya berdoa dan mengucap syukur. Saya berpikir Tuhan pasti akan segera menggantikan dengan pekerjaan lain. Memang tidak salah, satu hari setelah pembatalan tersebut teman saya yang berada di Kalimantan Tengah menelepon saya dan menawarkan pekerjaan serta jaminan uang transportasi jika saya bersedia bekerjasama. Kesaksian saya sudah saya kirim di situs e-Artikel dengan judul Berjuang dalam Pertandingan Iman

Saya mengerti kenapa saya sampai di bawa ke Kalimantan Tengah dan mengalami peristiwa yang sangat mengecewakan, itu semua karena Tuhan ingin melihat sikap hati saya, apakah benar kalau saya tidak mendapatkan apa-apa dari semua pekerjaan tersebut saya tetap berusaha mengucap syukur? Sekalipun dalam kondisi kesakitan dan pengorbanan, saat itu saya menyadari, di tengah-tengah kekecewaan, kesakitan dan kekurangan, saya benar-benar harus berjuang untuk tetap mengucap syukur, karena pengucapan syukur di tengah kesakitan adalah persembahan yang harum di hadapanNya.

Saya belajar bahwa pengalaman petualangan ini adalah petualangan saya mengejar harta sorgawi dimana saya benar-benar melihat bahwa Tuhan Yesus yang saya sembah benar-benar hidup. Dan hal yang membuat saya lebih terkesan lagi adalah saya memiliki petualangan pribadi bersama dengan Dia. Saya tahu petualangan pribadi ini adalah senjata untuk saya menghadapi peristiwa di akhir zaman, karena satu-satunya yang bisa membuat orang berakar dalam Tuhan adalah memiliki perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Sehingga, meskipun bumi bergoncang dan laut bergelora, kita tetap bisa mengatakan bahwa Yesus tetap Tuhan dan Juru Selamat dalam hidup setiap kita. AMIN.