Belajar dari Yohanes Pembaptis!

Oleh: Hwian Christianto

Namanya mungkin muncul hanya beberapa adegan dalam cerita Injil. Nama "Yohanes" pun saat itu demikian populernya sehingga setiap orang tua yang memiliki anak rindu untuk memberi nama Yohanes pada anaknya. Namun Yohanes yang satu ini sangat istimewa. Rasul Petrus dalam injil Markus-nya mensaksikan permulaan Injil itu dari pelayanan seseorang yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, dia-lah utusan Raja yang bertugas untuk mempersiapkan jalan untuk Tuhan! Senada dengan Petrus, Lukas mencatatkan dalam Injil-nya suatu karya agung dari Allah yang membentuk sebuah panitia penyambutan bagi Anak-Nya sebelum datang ke dunia. Bermula dari mujizat kelahiran Yohanes dari sepasang suami-istri yang di vonis mandul karena faktor usia menjadi bukti awal, Allah menepati janjiNya. Dengan kacamata berbeda Matius pun menggaris bawahi peran Yohanes sebelum Yesus datang dan melayani. Yohanes, bekas muridnya pun menuliskan sosok sang guru sebagai orang yang tegas dalam mengabarkan berita pertobatan.

[block:views=similarterms-block_1]

Siapakah Yohanes pembaptis ini, sehingga Yesus memujinya sebagai "seorang yang lebih besar di antara semua orang yang dilahirkan perempuan". Jaman Yohanes Pembaptis Ketika kelahirannya: Kelahirannya menjadi satu tanda awal bahwa Tuhan kembali berkenan pada umat-Nya. Setelah hampir 400 tahun sejak jaman Maleakhi, Allah berhenti berbicara melalui nabi-nabi-Nya sehingga membuat bangsa Israel sangat sedih dan hilang pengharapan. Di tambah lagi sebuah kenyataan pahit, Israel harus jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi yang sangat membenci penyembahan dewa selain dewa-dewi Olympus. Sebuah tindakan Allah yang luar biasa ketika Zakharia (ayahnya) dan Elisabeth yang sudah tua dan mandul itu kehilangan harapan, Allah menujukkan kasih setia dengan mengirimkan seorang putra. Seakan tidak percaya, Zakharia berlutut dan memuji Allah-nya atas perbuatan-Nya itu (Lukas 1:67-80). Namanya, Yohanes sudah menjadi tanda ajaib bagi orang-orang di sekitarnya sehingga mulai mempercayai inilah saatnya Allah menerbitkan pengharapan yang telah lama hilang (Luk 1:65-66).

Belajar: Memang kelahiran setiap kita tidaklah sedahsyat dan seajaib Yohanes Pembaptis, namun inilah kelahiran yang sesungguhnya yaitu ketika Terang itu telah datang kepada kegelapan! Kelahiran Yesus-lah yang menjadi bukti dan tanda ajaib di dalam hidup kita bahwa kita jauh lebih berharga daripada apapun. Ketika orang yang berdosa seperti kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hati (Luk 2:11) maka Pengharapan itu sangat dekat pada orang-orang di sekitar kita yang masih buta di dalam kegelapan. Mari kita yang sudah menerima keindahan kasih karunia Tuhan, mewartakan berita sukacita ini kepada mereka yang keras hatinya, gelap matanya dan busuk perbuatannya. Mungkin kita akan di caci maki, dihina, dikucilkan atau bahkan di aniaya tetapi ingat firman Tuhan mengatakan "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu di cela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat, bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,.." (Mat 5:11-12a)

Pertumbuhannya: Alkitab tidak memberikan cukup banyak keterangan tentang seperti apa dan bagaimana kehidupan masa remaja Yohanes, namun satu keterangan yang cukup bagi kita untuk memahami kehidupan Yohanes di paparkan dalam Lukas 1:80. "Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel". Pertumbuhan seorang anak yang benar-benar di pakai Tuhan sangatlah penting untuk diperhatikan. Jika kita melihat bapa dan ibunya yang berkedudukan sebagai imam keturunan Lewi maka hukum Taurat yang menjadi perintah Allah pastilah menjadi dasar pengajaran bagi Yohanes muda untuk bertumbuh. Mengapa Yohanes di padang gurun, seolah-olah bersembunyi dari masyarakat Israel? Sebab itulah yang menjadi panggilannya sejak semula. "Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya," (Luk 1:15). Seorang yang akan di kuduskan oleh Allah dari tengah-tengah dunia yang rusak ini untuk dapat di pimpin oleh Allah sendiri di dalam kehidupannya. Begitulah ia mendapatkan pengajaran ini dari bapa-nya sehingga Yohanes muda pun tetap taat dan menjaga kekudusannya hingga Tuhan menyatakan waktunya untuk melayani.

Belajar: Adalah sesuatu yang sangat indah ketika kita mengetahui bahwa kita diberikan hak untuk menjalani hidup bersama dengan Tuhan. Ada orang yang bertanya, "Kak, kenapa ya kita orang Kristen kok susah?" lalu saya bertanya, "Lho, emangnya kenapa kok susah?", ia menimpali "lha iyalah, coba bayangkan kita masih hidup untuk berjuang dalam iman bukankah lebih enak di panggil Tuhan langsung aja!". Dengan tersenyum saya menjawab "wah, ndak seru dong!" Sontak dia kaget keheranan, "Seru gimana, kak?!". "Begini, pernah ndak kamu baca novel tapi 2 halaman terakhirnya saja yang lainnnya ndak usah, kira-kira gimana hayo?". Dengan tersenyum dia jawab "lha ya, aneh dan ndak seru to, kak!" begitulah saudaraku saat kita masih diijinkan Tuhan untuk hidup bersamaNya itu berarti Dia ingin menunjukkan kuasa dan kemuliaanNya pada setiap detik kehidupan kita tentang kehebatanNya yang luar biasa. So amazed our Lord! Hidup ini menjadi tungku bagi hati kita untuk di godok semakin hari, tahun berganti semakin berkenan di hadapanNya, itulah kekudusan!

Pelayanannya: Lukas 3:1-2 mencatat suatu keadaan yang benar-benar rinci tentang dimana dan seperti apa Yohanes Pembaptis itu memulai pelayanannya. Saat itu wilayah Israel berada dalam tangan Tiberius yang sangat kejam dan tidak membiarkan seorang pengkhianat pun hidup lebih dari 1 detik. Nyawa manusia bagi Tiberius benar-benar seperti nyawa seekor semut yang tidak ada harganya, apalagi nyawa seorang Yohanes Pembaptis yang tidak memiliki kedudukan apa-apa. Bagi orang Israel jaman itu benar-benar jaman "tutup-mulut" sebab mereka takut di hukum pancung pada saat itu juga sebagai akibat salah bicara. Hal sebaliknya yang dilakukan Yohanes, dia berseru dengan suara nyaring; "Bertobatlah dan berilah dirimu di baptis maka Allah akan mengampuni dosamu". Untuk mengawasi daerahnya dari usaha-usaha pemberontakan, Tiberius mengangkat seorang wali negeri (gubernur) Pontius Pilatus di Yudea.

Suasana serupa sebenarnya pernah bangsa Indonesia alami saat di jajah Belanda, Ratu Belanda mengangkat seorang Gubernur Jenderal di Hindhia Belanda (sebutan Indonesia saat itu) untuk mengawasi dan mengatur wilayah ini termasuk jangan sampai terjadi pemberontakan. Di tangan gubernur inilah, otoritas kaisar untuk mencabut nyawa seseorang berada. Namun Yohanes tidak gentar dia tetap merespons panggilan Tuhan atas dirinya, dengan menuju wilayah Yordan. Perkembangan politik saat itu di warnai perebutan kekuasaan oleh anggota keluarga raja (anak-anak Herodes Agung) atas wilayah-wilayah Galilea. Untuk mengakomodasi hal ini Tiberius mengangkat Raja-raja kecil atas beberapa wilayah; Herodes Antipas untuk wilayah Galilea, Filipus untuk wilayah Iturea dan Trakhonitis dan Lisanias untuk wilayah Abilene. Dari ketiga raja ini, Herodes Antipaslah yang sangat bersinggungan erat dengan kehidupan pelayanan Yohanes Pembaptis. Sebab di wilayah Herodes Antipas-lah yaitu di sungai Yordan dan daerah sekitarnya, Yohanes melakukan pembaptisan.

Herodes Antipas seorang raja yang tidak berbeda jauh dari ayahnya, haus kekuasaan, serakah, dan lalim. Saking serakahnya, Herodes berani merebut Herodias istri saudara sepupunya untuk dijadikan istrinya (padahal Herodias masih terbilang saudara tiri dari Herodes). Dalam hal inilah Yohanes Pembatis berurusan dengan Herodes Antipas dengan menegor tindakannya itu sebagai dosa. Belajar: Mari sekali lagi kita perhatikan hidup kita, mulai dari kita bayi hingga sekarang! Adakah engkau pernah bertanya kenapa ya kok Tuhan ciptakan aku seperti ini? Kenapa ya aku, si kecil yang dulu sangat nakal diijinkan masuk sekolah SD, SMP, SMA dan bahkan masuk Kampus yang luar biasa ini? Pertanyaan berikutnya, mari renungkan kenapa Tuhan memilihmu dari bermiliar-miliar manusia di dunia ini? Kenapa Dia menuliskan namamu di dalam hatiNya, sehingga Ia rela mati untukmu? Jawabannya, TUHAN punya rencana padamu untuk mengerjakan pelayananNya! Saudaraku, Tuhan tidak pernah menempatkan seseorang pada suasana dan kondisi yang mudah untuk melayani dengan satu tujuan agar engkau melihat kemuliaan dan kedahsayatan kuasaNya! Banyak orang yang saat ini ingin melayani menurut keinginannya sendiri, begitu dapat tekanan dia langsung lari, sakit hati dan menghilang entah kemana. Itu sih namanya bukan pelayanan tetapi pekerjaan.

Mari kita memahami bahwa Tuhan membentuk setiap kita dengan tanganNya dan menghembuskan nafas kehidupan langsung dari nafasNya karena setiap kita dicipta untuk satu rencana agung Tuhan. Untuk setiap masa Tuhan tempatkan satu dua hambaNya. Untuk menegakkan satu umat perjanjian, Allah memakai Abraham. Pada masa penjajahan Mesir yang begitu kejam, Allah tidak memakai Firaun Musa tetapi seorang gembala pelarian bernama Musa. Yosua di pilih Allah untuk memasuki tanah perjanjian dan membaginya, begitu pula dengan jaman pembuangan Tuhan tempatkan hambaNya, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Yehezkiel, Yesaya , dll. Lalu bagaimana dengan jaman ini, hei! Tuhan tetap berkerja, lihatlah Dia menegakkan kebenaranNYa dengan memanggil seorang rahib bernama Martin Luther untuk menegakkan prinsip sola fide (hanya oleh iman)! Untuk menancapkan doktrin dasar, Ia memanggil John Calvin sehingga kita mengenal sola Deo Gloria, dan sola Kristo.

Di jaman NAZI, ketika bangsa Yahudi ditindas dan dibantai habis-habisan, disaat gereja menutup mulutnya, Dietrich Boenhoefer menyatakan keberatannya sebagai orang Kristen Jerman. Inggris, ketika jaman perbudakan melanda, Tuhan bangkitkan nama-nama John Newton dan di Amerika seorang Martin Luther King, Jr. bagaimana sekarang, mari jangan melihat orang lain lagi, Tuhan bisa pakai engkau menjadi alatNya yang luar biasa! Sebab bukan karena hebat dan canggihnya suatu alat sehingga dia bekerja luar biasa, semuanya bergantung pada Sang Pahlawan, Dia Allah, Tuhan yang memakai kita sebagai alatNya!

Pelayanan Yohanes Pembaptis

Memahami pelayanan Yohanes Pembaptis tidak dapat di lepaskan dari rencana Allah dalam dirinya dari sejak semula. "ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya" (Luk 1:16-17). Kata-kata Gabriel, malaikat Tuhan ini benar-benar membuat Zakharia terkejut karena terlalu besar baginya untuk dipahami.

Setidaknya hanya ada 1 visi Yohanes yaitu "menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya" visi ini akan digenapi dengan satu misi utama yaitu "Pertobatan umat Allah"! Yohanes benar-benar menjadi satu pasukan khusus pengawal Presiden (Paspanpres) yang akan memastikan kesiapan umat Allah saat Sang Presiden Sorga itu datang. Begitu memahami panggilan ini Yohanes langsung tampil dengan satu strategi yang matang untuk mempersiapkan umat Tuhan. Dia memilih wilayah sungai Yordan! Mengapa sungai Yordan? Sungguh bukan karena di situ banyak air sehingga memungkinkan untuk mengadakan pembaptisan, atau biar nanti ndak susah-susah bila ia membutuhkan air karena terlalu banyak berkhotbah. Ia memilih Yordan karena wilayahnya Strategis! Betapa tidak, jika kita perhatikan Peta alkitab kita di bawah judul Peta Palestina pada Jaman Yesus maka akan nampak letak sungai Yordan yang sangat startegis membelah wilayah Israel. Lagi pula di daerah itu juga terdapat kota-kota penting yang nantinya Yesus akan singgah; mulai dari Nain, Kana, Nasareth, Gadara, Sikhar, Yerikho, Yerusalem, dll. Selain itu wilayah sungai Yordan ini memang sering dikunjungi hanya oleh umat Israel pada hari Sabat karena mereka harus membersihkan pakaiannya sebelum merayakan hari Sabat Tuhan.

Akan ada begitu banyak orang Israel yang berkumpul di sekitar sungai Yordan untuk mempersiapkan dirinya sebelum menuju ke Yerusalem. Jelas sekali, Yohanes memakai perhitungan yang tepat dan efektif dalam melaksanakan panggilannya. Tepat seperti nubuatan sejak kelahirannya, seruan pertobatan Yohanes Pembaptis benar-benar di responi oleh orang Israel dengan banyaknya jumlah orang yang member diri dibaptis.

Mengapa Membaptis?

Sejalan dengan panggilan awalnya di Lukas 1:16-17, pertobatan umat Allah menjadi satu-satunya cara untuk membuat banyak orang dimampukan merespons kasih karunia Allah dalam Kristus, Sang Mesias. Pertanyaan ini juga pernah di ajukan oleh para professor taurat yaitu para Imam dari suku Lewi kepada Yohanes, namun ia menjawab "Aku bukan Elia, bukan Mesias tetapi Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku." Yohanes bersaksi bahwa ia hanya mengerjakan satu tanda komitmen pertobatan menjelang kedatangan Seorang Raja yang lebih berotoritas untuk melakukan hal itu. seolah-olah Yohanes mengatakan satu hal yang ingin dia perbuat yaitu melakukan sesuatu yang membuat hati Tuan-nya senang dan membuat hidup orang lain berbalik dari dosanya menuju pada Tuan-nya. Inilah yang dia ingin sampaikan. Dia tidak melakukan semuanya itu untuk mencari sensasi agar semua orang tahu bahwa dia itu nabi. Dia juga tidak berkoar-koar bahwa dia datang dengan keajaiban dan panggilan dari malaikat Tuhan sehingga orang-orang dapat kagum dan hormat kepadanya. Dia hanya berkata "aku, Yohanes, membaptis karena Allah menginginkan aku melakukannya dengan tujuan membuat orang-orang menyesali dosanya dan memuliakan Allah".

Sikap kerendah hatian inilah yang patut kita teladani dari Yohanes, pada saat kita hidup. Sebab hidup di dalam Tuhan berarti melayani Dia dengan sepenuh hati kita. Akan ada banyak tantangan dan pencobaan yang membuat diri menjadi bangga, puas diri dan pada akhirnya kesombongan itu lahir. Namun sikap rendah hati dengan mata tertuju pada anugerah Allah itulah kunci keberhasilan pelayanan Yohanes Pembaptis. Yohanes si Pembaptis begitulah seringkali orang memandangnya, namun pandangan ini belumlah lengkap dengan melihat apa yang Allah pandang terhadapnya. "Dia-lah, hambaKu, Yohanes namanya, dia yang membuat hati bapa kepada anaknya dan hati orang durhaka kepada pikiran orang benar. Sehingga layaklah ia Ku sebut orang yang besar (sukses/hebat) di antara semua manusia".

Belajar:

Apakah definisi kesuksesan menurut anda? Lulus tepat waktu dengan nilai cum laude, IPK : 4,00 atau mendapatkan pekerjaan yang di impi-impikan dengan gaji yang besar di antara teman-teman anda atau mendapatkan istri/suami yang cuakepnya gak ketulungan sampai orang lain iri atau membanggakan orang tua kita atau berguna bagi bangsa dan Negara atau". Atau". Dll. Sejak awal kita di cipta untuk menggenapi satu tujuan Allah, Pencipta kita, yaitu memuliakan Dia dan menikmati persekutuan denganNya. Bagaimana caranya? Yohanes bersaksi pada kita, LAYANILAH ALLAH! Melayani Tuhan akan membuat hidup kita berorientasi pada apa yang menjadi kehendak Tuan kita, bukan kehendak kita semata. Melayani berarti memberi apa yang Allah sudah berikan pada kita. Disinilah hidup kita benar-benar sukses, ketika kita sebagai ciptaan mengerti dan memenuhi harapan Pencipta kita!

Buat apalah ketenaran dan kekayaan, buat apa kemasyuran dan kegemilangan harta yang hanya diingat manusia paling lama 10 tahun tetapi engkau di benci Tuhan selamanya! Mari kita bertanggung jawab atas kepercayaan yang Tuhan berikan pada kita. Jika kita menyebut Tuhan itu baik maka sesungguhnya kita percaya bahwa setiap kita di berikan satu, dua atau tiga talenta yang berbeda satu dengan lainnya. Tuhan tahu seberapa talenta yang ada pada kita tetapi Ia menuntut pertanggung jawaban kita untuk mengerjakannya bukan pada berapa besar dan kecilnya pengaruh dari pelayanan kita. Tidak kompromi dengan dosa.

Menarik sekali memperhatikan sikap Yohanes Pembaptis terhadap budaya dosa yang saat itu sedang melanda kehidupan Israel. Pertama, dosa kemunafikan; dan kedua, dosa perzinahan. Pertama, dosa kemunafikan Ketika dilihatnya begitu banyak orang Israel datang berduyun-duyun memberi diri untuk di baptis Yohanes, dengan hati yang penuh keraguan mereka melangkahkan kakinya memasuki air sungai Yordan yang begitu dingin. Namun betapa kagetnya mereka ketika sebuah suara yang tidak asing menggelegar di telinga mereka "Hai, kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarian diri dari murka yang akan datang?" Deg! Terkejut bin malu menyelimuti perasaan mereka selama beberapa detik. Betapa tidak mereka adalah kelompok orang yang sangat alim saat itu bahkan di anggap sebagai kelompok yang memiliki kekudusan lebih dari pada yang lain. Mereka-lah orang Farisi dan orang Saduki, kelompok orang yang mendedikasikan hidupnya untuk belajar hukum Taurat Musa dan mempraktekkannya secara utuh.

Namun mengapa Yohanes menegor mereka dengan keras? Bukankah mereka orang yang baik dan kudus? Begitu pula lah pandangan orang-orang pada jaman itu terhadap dua kelompok ini, orang-orang yang tidak mungkin bersalah bahkan sangat jauh dari dosa. Hanya saja, Tuhan tidak melihat apa yang di lihat manusia, Ia melihat hati manusia. Kemunafikan merupakan satu dosa yang benar-benar menjijikan di mata Tuhan. Orang-orang munafik ini pernah di umpamakan Yesus seperti ragi yang bisa merusak seluruh adonan (Luk 12:1) dan oleh karena itu Dia mengecam orang-orang Farisi yang menutupi kebusukannya dengan keindahan seperti kuburan yang di labur putih tetapi di dalamnya penuh tulang-belulang dan kotoran (Mat 23:27-28).

Kepada merekalah baik Yohanes maupun Yesus menyebut " keturunan ular beludak" karena mereka bersikap benar-benar seperti si Iblis, bapa penipu! Ular beludak (ibr. Shephiphon) sering mengacu pada ular gurun bertanduk dari Arabia dan Mesir. Ular berbisa ini memiliki strategi yang licik untuk mematikan mangsanya, yaitu dengan bergelung dan menunggu-mungkin dalam jejak kaki unta di pasir-sampai seekor binatang kecil lewat di tempat itu. Jika sudah ular itu akan menyambar, memagut, meracuninya dan membunuhnya untuk di makan. Sering pula ular ini melakukan bunyi-bunyian yang menarik mangsanya, sehingga mangsanya mengira bunyi itu sebagai santapannya tetapi justru dia-lah yang terpagut dan mati lemas dalam perut ular beludak ini. Culas dan licik! Begitulah gambaran orang yang munafik di hadapan Tuhan, mengapa demikian? Orang yang berpura-pura baik sebenarnya sangat berbahaya karena orang-orang yang tidak mengetahui akan tersesat karenanya. Orang lain akan ikut terjerumus dan mati bersama dengan dia. Hal inilah yang Tuhan sangat benci dan kecam dengan sangat.

Seruan Yohanes kembali pada arti pertobatan itu sendiri yaitu suatu pemahaman kehendak, pikiran dan emosi atas segala dosa yang dilakukannya begitu menjijikan di mata Tuhan sehingga berkomitmen untuk tidak memikirkannya lagi, menginginkannya lagi dan bahkan melakukannya. Pertobatan harus menghasilkan buah-buah yang sesuai. Jangan sampai hari ini bertobat untuk tidak nonton video porno tetapi 1 jam setelahnya begitu melihat cewek cantik segera membayangkan adegan tidak senonoh atau sekarang bertobat untuk tidak iri dengan orang lain eh belum ada 1 jam sudah mulai mengajak teman-teman membicarakan gossip terbaru hari ini.

Mari bertobat dan bukan berobat. Akhir-akhir ini orang Kristen seringkali mendapatkan kesempatan melalui kebaktian kebangunan rohani (KKR), Acara Rekomitmen, atau acara Kebaktian Raya yang semuanya bertajuk pertobatan. Namun acapkali banyak juga orang Kristen yang menyalah gunakan momen ini hanya untuk berobat pada Tuhan tetapi tidak sungguh-sungguh melepaskan dosa. Seolah-olah acara itu merupakan "dokter" bagi mereka untuk mendapatkan resep dan obat yang bisa di makan dengan harapan itu bisa sembuh pada saat itu. sembuh memang tetapi mereka tidak pernah menyangka jika sakit yang serupa pun bisa kambuh lagi.

Ketika saya masih duduk di semester awal kuliah Fakultas Hukum Unair, masa-masa itu benar-benar masa yang sulit bagi saya untuk beradaptasi terhadap makanan Surabaya padahal saya harus makan mengingat banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Seperti yang di duga, suatu malam perut saya terasa perih sekaligus puannas luar biasa sudah begitu diikuti gejala mual lagi sehingga terjadilah muntah-muntah. Setelah didiagnosa dokter, ternyata saya menderita sakit maag akut karena telat makan. Dokter memberikan beberapa resep obat dan menasehati saya, bahwa sangat percuma jika saya tetap minum obat tetapi tidak makan, maka maag saya akan bertambah akut. Saya meminum obat itu dan memang rasa sakit pun berhenti tetapi tidak berarti pulih seperti semula. Begitu pula dengan hati kita yang berdosa, yang tidak membutuhkan "obat-obatan" rasa penghiburan berupa janji yang indah tetapi "makanan" Firman Allah yang mungkin tidak kita suka namun menghidupkan kita. Mari bertobat!

Kedua, Dosa Perzinahan Membicarakan kekudusan pada jaman ini benar-benar riskan mengingat budaya materialisme dan humanistik sudah menghipnotis masyarakat kita. Manusia benar-benar menilai dirinya hanya berdasar pada apa yang dia miliki, apa yang melekat pada tubuhnya dan bukan pada apa yang ada di hatinya. Masyarakat cenderung konsumtif terhadap barang-barang yang sebenarnya tidak penting tetapi karena tidak ingin di cap ketinggalan jaman, belilah dia.

Ego menjadi satu kunci di masayarakat modern dan post modern ini, manusia menjadi pusat dari tata kehidupan dan kebutuhan yang ada disekitarnya. Bangga diri dan pemujaan pada diri sendiri (narsisme) menjadi wabah yang mulai menyerang masyarakat, mulai dari anak hingga lansia, laki-laki hingga perempuan, kaya maupun miskin semua terinfeksi virus ini. Mereka mulai hidup mereka dengan paradigma baru "Hidup untuk diri dan diri ada untuk menikmati hidup".

Oleh karena itu tidak heran jika pada jaman ini, perzinahan benar-benar menjadi suatu barang konsumsi yang menarik untuk dibicarakan, diinginkan, dibayangkan bahkan dilakukan tanpa merasa berdosa pada Allah. Dosa perzinahan ini benar-benar bersimbiosis mutualisme dengan pohon inangnya materialism. Mulai dari gaya hidup, gaya rambut, gaya berpakaian yang serba minim bin transparan, pergaulan bebas dan didukung oleh film-film yang erotis dan vulgar dan lagu-lagu yang mendengungkan perselingkuhan menambah kokohnya menara dosa ini.

Di jaman itu sebenarnya tidak jauh berbeda, orang Israel pun sudah mulai terpengaruh dengan berbagai budaya materialis-humanis Romawi yang saat itu bersembunyi di balik agama Yunani. Dewa-dewi Olympus, seperti Approdhite, dewi cinta menawarkan keindahan cinta yang benar-benar menjijikan karena mengijinkan hubungan inses, homoseksual, pornografi, dll. Pengaruh ini pun melanda nafsu Herodes Antipas yang saat itu dengan terang-terangan mengambil Herodias, istri Filipus saudaranya (Mat 13:3). Yohanes Pembaptis dengan tegas menegor Herodes, "tidak halal engkau mengambil Herodias!". Mari perhatikan, sikap tegas dan tidak kompromi Yohanes Pembaptis memandang perzinahan sebagai satu dosa yang menjijikan. Untuk melakukan hal ini, Yohanes berani menanggung resikonya dengan di penjara atau bahkan kehilangan kepalanya. Sikap Herodes mengambil Herodias menjadi istrinya merupakan sikap haram menurut hukum Yahudi yang saat itu berlaku di wilayah Yudea, tepat dimana Herodes berkuasa.

Haram berarti sesuatu yang menajiskan orang Israel sehingga mereka dibenci Allah. Begitu mendengar kata-kata Yohanes ini, Herodes tahu bahwa kedudukan dan pamoritasnya sudah turun di mata orang Yudea oleh karena itu ia memenjarakan Yohanes dan berakhir pada pemenggalan kepalanya. Dari peristiwa ini ternyata dapat diketahui bahwa ketika dosa itu dinyatakan respons dari orang yang berdosa itu tidak selalu langsung bertobat. Ada hati yang ditegor semakin lunak dan hancur namun ada juga hati yang ditegor langsung mengeras. Manakah hati kita dihadapanNYa? Seksualitas merupakan karunia yang Tuhan rancang menurut kemuliaanNya jadi seharusnya kita pun harus menempatkannya seperti yang Allah mau. Seksualitas itu kudus di mata Tuhan, tetapi dosa merusaknya dengan meninggikan nafsu dan keindahan semu yang sangat menyilaukan sehingga sangat menyesatkan bagi orang yang memandangnya. Begitulah Yesus berfirman: "Setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (mat 5:28). Saudaraku mari evaluasi diri kita, apakah yang aku lihat?

Suatu ketika Yohanes Pembaptis di tanya oleh orang Farisi dan Saduki; "Hai,Yohanes untuk apa engkau hidup?!" Dengan suara nyaring dia bersaksi: "Aku hidup untuk mempersiapkan jalan untuk Sang Raja dengan memberitakan kabar pengharapan pada orang yang berada dalam lembah kesusahan, meratakan gunung kesombongan dan bukit keangkuhan. Aku mau menyatakan terang Tuhan sehingga dapat membimbing orang pada jalan yang lurus dan meratakan setiap kompromi dosa. Dengan demikian setiap orang yang ada dalam kehidupanku dapat melihat dengan jelas terang Tuhan!"

Tuhan, ampuni kami atas kedunguan dan kebebalan hati kami

Kami yang Tuhan kasihi, diangkat dari lumpur dosa

Tuhan, trima kasih Engkau layakan

Engkau menyebut kami, begitu penting dan berharga!

Demikianlah kami mau hidup, Tuhan

Memancarkan sinarMu kepada dunia yang gelap

Mempersiapkan jalan untuk Tuhan

Ini aku, Tuhan layakkan kami

Amin!