Sukses Di Mata Allah

Oleh: Sunanto

Hampir setiap kali berkunjung ke toko buku saya menemukan sebuah buku baru yang berhubungan dengan bagaimana cara menjadi sukses atau kaya.

[block:views=similarterms-block_1]

Para penerbit memang sangat suka menebitkan buku-buku motivasional seperti ini sebab biasanya buku jenis ini akan laku dijual (best seller). Tidak semua isi buku-buku ‘sukses’ ini tidak benar atau tidak berguna tetapi saya menemukan ada satu hal yang salah dalam banyak buku jenis seperti ini. Salah satu hal salah yang dipesankan oleh banyak buku motivasional ini adalah untuk memperoleh kebahagiaan manusia harus mencapai atau memiliki sesuatu. Merupakan sebuah dusta jika seseorang berhasil mencapai posisi tinggi atau memiliki pendapatan sampingan (passive income) yang besar maka ia pasti akan memiliki kebahagiaan. Saya mengenal seseorang yang memiliki ‘passive income’ sangat besar tetapi saya tidak melihat kebahagiaan dalam dirinya melainkan yang saya lihat adalah kekosongan. Saya tidak bermaksud mengatakan kita tidak boleh memiliki jabatan yang tingggi atau memiliki passive income tetapi kita tidak boleh mengejar hal itu untuk memperoleh kebahagiaan atau kepuasan dalam hidup ini sebab tatkala anda memperolehnya maka anda pasti tidak akan berbahagia, malah sebaliknya mungkin anda akan semakin menderita.

Sejak kejatuhannya, manusia memang berusaha untuk mencari sukses dalam ukuran dunia atau mengindentifikasikan dirinya dengan sesuatu sebab dosa telah membuat manusia kehilangan jati dirinya yang sejati sehingga tidak heran jenis buku-buku motivasional sangat disukai banyak orang. Akibat masuknya dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (telanjang) sehingga kita tidak lagi memiliki jati diri yang sejati. Sejak itu manusia berusaha menutupi ketelanjangannya tersebut dengan mengindentifikasikan dirinya dengan sesuatu (memakai topeng).

Alkitab mencatat bahwa manusia mulai mengindentifikasikan dirinya dengan kesuksesan secara dunia sejak dari mulai keturunan kain yaitu Yabal, Yubal dan Tubal–Kain yang dikenal karena keahlian mereka. Bila manusia ingin bahagia maka mereka tidak akan memilih memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Sebenarnya yang menginginkan manusia menjadi bahagia adalah Tuhan Allah sendiri sehingga Ia mencari manusia bukan manusia yang mencari Tuhan tatkala mereka jatuh ke dalam dosa. Tuhan Allah menginginkan manusia menjadi bahagia sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal agar kita bisa kembali memiliki kemuliaan Allah. Oh betapa besar kasihNya kepada kita semua sehingga diberikanNya anakNya yang tunggal untuk mati disalib bagi kita semua. Semuanya hanya karena kasih karuniaNya saja bukan karena kita layak untuk menerimaNya. Kita semua sebenarnya layak untuk binasa karena telah memilih untuk jatuh ke dalam dosa tetapi karena kemurahanNya semata maka kita boleh diselamatkan. Allah mana yang seperti Allah kita, Dia begitu penuh kasih dan kemurahan kepada umatNya. Kita berusaha mencari gelar, kedudukan dan harta yang kita pikir akan membuat kita bahagia tetapi itu semua hanyalah tipuan belaka. Semuanya itu, yang dalam ukuran dunia artinya sukses hanyalah sebuah tipuan belaka yang mana bila kita memperolehnya tetap akan membuat kita tidak bahagia malah sebaliknya akan membuat kita semakin menderita. Yang kita butuhkan adalah memperoleh identitas atau jati diri kita yang sejati sehingga kita menjadi manusia yang seutuhnya. Hal itu hanya akan terjadi bila oleh kasih karuniaNya, kita ditransformasikan menjadi manusia baru yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah yaitu posisi yang sama seperti sebelum dosa masuk ke dalam kehidupan manusia.

Sukses di mata Allah artinya kita menjadi manusia seutuhnya yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah. Yesus merupakan gambaran manusia yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah sebab di dalam dirinya sama sekali tidak ada unsur dosa. Itulah sebabnya dapat dikatakan sukses di mata Allah artinya kita berubah menjadi serupa dengan Kristus. Yesus melakukan pekerjaan Bapa bukan untuk membuat dirinya menjadi bahagia melainkan karena Ia sendiri sudah memiliki kebahagiaan itu. Oleh karena itu pelayanan yang sejati tidak boleh lahir untuk memuaskan keakuan kita. Kita melayani bukan untuk mencari kebahagiaan melainkan karena kita sudah menemukan kebahagiaan (kepuasan) tersebut dari hubungan dengan Allah sehingga kita ingin orang lain boleh memikili kebahagiaan yang kita miliki itu. Salah satu tanda bahwa kita telah memperoleh kesuksesan yang sejati adalah kita memiliki kepuasan yang sejati yang diperoleh dari hubungan dengan Allah. Yesus juga tidak perlu mengidentifikasikan dirinya dengan kesuksesan secara dunia sebab Ia telah memiliki jati diri yang sejati. Bila diukur dalam ukuran dunia maka Yesus sama sekali tidak sukses sebab setelah tiga tahun melayani Ia tidak memiliki jabatan apapun bahkan para muridNya sendiri menyangkal dan menghianati Dia. Akan tetapi di mata Allah, Yesus sangat sukses sebab Ia taat melakukan kehendak Allah sampai mati.

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa natur kita sebagai manusia itu cenderung ingin hidup nyaman dan tidak ingin berubah. Oleh karena itu Tuhan akan mengijinkan penderitaan dan kekecewaan terjadi dalam hidup kita agar kita terdorong untuk berubah. Kadang kita merasa Tuhan seakan menjebak (tentunya dalam kasih) kita sehingga kita berada dalam posisi terjepit mirip seperti posisi Yakub di sungai Yabok. Memang seringkali kita tidak menyadari bahwa tangan Tuhanlah yang membawa kita dalam posisi terjepit tersebut. Bahkan kadangkala kita merasa itu merupakan pekerjaan musuh, padahal sebenarnya tangan Tuhan sendiri yang sedang membentuk dan menjunan diri kita menjadi bejana yang indah dan mulia. Dalam kamus Tuhan tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya diijinkan untuk mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Oh semuanya baik, sungguh teramat baik apa yang telah Ia perbuat dalam hidupku.

Percayalah, Tuhan sangat menginginkan anda menjadi sukses dan bahagia. Tuhan sangat peduli dengan kita sehingga Dia telah merancangkan sebuah masa depan yang penuh harapan bagi kita semua. Bila Tuhan tidak ingin anda menjadi bahagia dan sukses maka Ia tidak akan memberikan anakNya yang tunggal kepadamu. Namun ukuran sukses di mata Allah sangat berbeda dengan ukuran sukses di mata dunia. Sukses di mata Allah artinya kita berubah menjadi serupa dengan karakter Kristus yaitu menjadi seorang pribadi yang taat dan setia melakukan kehendak Allah. Kesuksesan sejati tidak diukur dari posisi, kekayaan dan ketenaran yang kita miliki melainkan diukur dari keberhasilan kita untuk taat kepada kehendak Bapa. Doa saya kiranya kita semua dapat menjadi orang-orang yang sukses di mata Allah !