Kecewa

Oleh: Herwin

Apakah saudara setuju dengan pernyataan ini, bahwa apa yang kita inginkan, bila tidak menjadi kenyataan akan mendatangkan kekecewaan? Ini merupakan keadaan yang sering kali kita alami, bukan? Kenapa ini selalu terjadi? Ya karena kita tidak sempurna sehingga Yeremia 10: 23 sangat tepat diterapkan untuk kita manusia yang berdosa ini, karena di sana dikatakan "Manusia tidak berkuasa menetapkan langkahnya". Dan dampaknya bagi kita, Amsal 13: 12 mengatakan bahwa "harapan yang tertunda menyedihkan hati."

[block:views=similarterms-block_1]

Marilah Sekarang Kita Melihatnya dalam Kasus Anak Muda

Mungkin kita sudah menetapkan ingin menikah hanya dengan yang seiman, akan tetapi ternyata, orang yang mendekati kita bukan orang yang seiman. Atau mungkin kita sudah merasa cocok dengan sifat-sifat orang yang kita kasihi, satu iman pula. Akan tetapi ternyata orang itu lebih mengasihi orang lain daripada kita. Yang lebih ironis, kalau ternyata orang yang kita kasihi itu memperlakukan kita dengan cara yang tidak pengasih.

Maka Perasaan Apa yang Bisa Muncul dalam Diri Kita?

Mazmur 73: 12-13 dikatakan "Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah." (kita bisa seperti ini bukan? Merasa bahwa upaya kita selama ini untuk terus berjalan di jalan Allah sia-sia? Karena apa yang kita inginkan ternyata tidak terlaksana, sedangkan orang-orang lain selalu berhasil)

Akan tetapi menarik sekali, kalau kita membaca di ayat 16 dari pasal ini dikatakan, "Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku." (LAI) Di beberapa terjemahan istilah yang digunakan "I thought" (berfikir) seperti di:

(English Standard Version) 16) "But when I thought how to understand this, it seemed to me a wearisome task."

(New King James Version) 16) "When I thought how to understand this, It was too painful for me."

(Darby Translation) 16) "When I thought to be able to know this, it was a grievous task in mine eyes."

Yang dimaksud di ayat ini bukan hanya sekedar berpikir dalam arti menghayal, lamunan atau berupa penyesalan, akan tetapi ini merupakan pemikiran yang dalam dengan akal sehat dan renungan, sehingga kalau kita membaca pada ayat-ayat selanjutnya, raja Asaf dapat mengambil kesimpulan yang benar, bahwa orang-orang yang tadinya dibayangkan bahagia itu sebenarnya berada dalam suatu posisi yang sangat riskan dan berbahaya.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dalam kasus anak muda, sering kali kalau dalam kondisi kasih tak sampai atau diperlakukan kurang baik dari sang kekasih akan membuat, rasanya menjadi hidup segan mati tak mau, bukan? Akan tetapi, ada satu syair lagu yang menarik bagi kaum muda dalam kondisi ini. Dari antara kata-katanya ada tersirat bagaimana perasaannya yang hancur, rasa takut ditinggalkan yang sangat besar sehingga ia menggunakan istilah petrified bukan terified. Akan tetapi ada yang menarik dari kata-kata syair itu, karena ia sama seperti raja Asaf, misalnya ia mengatakan :

I spent so many night, just thinking how you have done me wrong. (Kata memikirkan ini bukan berarti hanya suatu lamunan, khayalan yang disertai oleh tangisan bombay, akan tetapi ini berupa pemikiran yang dalam, menggunakan akal sehat, renungan dan penganalisaan) sehingga ia dapat menyimpulkan seperti dalam kata-kata syair selanjutnya

I am stronger, get along (ia menjadi lebih kuat dan dapat melewati masa sulit itu) Bahkan selanjutnya ia dapat mengatakan

"I used to cry, but now I can ...... my head high" (sehingga, ketika sang kekasih ingin mendekatinya kembali, ia memiliki keberanian untuk angkat kepala, dengan lain perkataan ia sudah sanggup untuk mengatakan "Siapa kau"; "Mau apa kau". Yang dulu tidak dapat dilakukannya) Bahkan ia juga dapat mengatakan :

I"m not a stupid little person, that still in love with you. You are not welcome any more. I will survive .... I will survive.

Apakah Ini Mungkin?

Ya, kalau kita mau merubah cara berpikir kita. Karena banyak orang yang mengatakan bahwa cinta itu buta, sehingga sulit bagi kita untuk mengatasi perasaan-perasaan itu. Maka, mari kita lihat di 1 Korintus 16: 13 dikatakan "Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki! Dan tetap kuat!" Nah, kenapa ayat ini mengatakan untuk bersikap sebagai laki-laki bukan perempuan? Karena perempuan sering kali menggunakan perasaan sedangkan laki-laki menggunakan logika, sedangkan dalam keadaan jatuh cinta perasaanlah yang kacau, sehingga apapun yang dilakukan sang kekasih selalu benar saja dalam pandangan kita. Jadi kalau kita menggunakan akal sehat tentu kita dapat mengatasinya. Sebagai contoh saja. Apakah diantara teman-teman yang membaca artikel ini pernah dikecewakan oleh seseorang yang kita kasihi? Pasti pernah bukan? Coba renungkan, kenapa sekarang kita bisa mengatasinya, apakah kalau kita terus hanya berpegang pada perasaan, kita bisa mengatasinya? Bukankah, karena kita sadar bahwa hidup ini harus dilalui dan tangisan dan keputusasaan tidak akan dapat mengatasinya?

Jadi teman-teman kaum muda, kenyataan apapun yang kita alami, janganlah mundur, akan tetapi teruslah pakai akal sehat, pelajarilah Alkitab dan renungkanlah dan praktikkan. Maka pada akhirnya kita juga akan dapat mengatakan, "I will survive!!!!!"