Ajaib

Oleh: Yvonne Sumilat

Tak kusangka. Tak kuduga. Aku sepertinya makin dekat dan makin dekat pada jurang kehancuran. Itu sungguh. Setiap hari sepi. Sepi. Bahkan sangat sepi.

Entahlah kenapa demikian. Pabrik sepatu ini dimulai dengan sejuta keyakinan. Bahan terbaik. Lem terbaik. Guntingan dan jahitan dalam level yang sangat rapi. Model mengikuti selera pasar. Harga wajar. Semua orang yang memakainya bangga dan kagum. Dan satu lagi, mereka puas. Orderan melimpah dari segala penjuru. Itu dulu. Dulu demikian. Sekarang??? Apa yang salah? Bahan tidak lebih buruk. Mutu tidak lebih jelek. Semuanya dalam kualitas premium. Tetapi tak kuasa melawan momok kebangkrutan. Itu sudah satu inci saja di depan mata. Mungkin ini adalah hari terakhir pegawai masuk kerja. Lalu, besok aku akan lelang pabrik ini. Sekarang aku sudah siap dengan kameraku. Aku akan potret semuanya guna kelengkapan kolom lelang di koran ibu kota.

Telepon berdering. Itu biasa. Tapi ada yang tidak biasa. Dari toko sepatu yang merajai pasar negeri ini. Setelah beberapa kalimat, maka aku konfirmasi, "Ya.... Maaf, apa boleh diulangi lagi?" "Tolong hitung nominal untuk 50 ribu pasang. Saya tunggu ya... Saya transfer separohnya sekarang juga." Ajaib..... Ajaib.... Aku heran. Ada apa gerangan?? Aku mencari tahu. Ternyata ada artis pujaan semua orang yang baru saja tampil di konser dengan sepatu buatan pabrikku.

Yvonne Sumilat
29 Juli 2017
Ingatlah Tuhan itu baik