Konseling

Artikel-artikel tentang dunia konseling Kristen, tentang pendidikan konseling, masalah konselor dan konseli, dll

(Artikel lain tentang konseling dapat dibaca di situs C3I)
Tags: 

10 Tips Bekerja sebagai Karyawan!

Kamu adalah garam dunia, Kamu adalah terang dunia. Matius 5 : 13-14 Prinsip diatas adalah prinsip kerja yang sifatnya WAJIB ! yaitu sebagai TELADAN ! Entah kalian bekerja sebagai karyawan, buruh, atau apapun juga, simaklah beberapa tips dalam bekerja yang diajarkan konsultan & penasehat pribadi saya, Roh Kudus;

[block:views=similarterms-block_1]
  • Cintai Tuhanmu

  • Jika ingin berhasil! jangan uang / penghasilan yang kau cintai !
    Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Pengkotbah 5:10
  • Taat kepada pimpinan kita.

  • Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus. Efesus 6:5
  • Jangan munafik dan jangan jadi penjilat.

  • Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah. Efesus 6:6
  • Setia pada perkara kecil

  • ( ingat, promosi itu datangnya dari Tuhan ) jika ingin naik pangkat !
    Engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.. Matius 25;21
  • Jangan punya mental tukang kas bon

  • yang suka berhutang!, ubah prinsip keuanganmu. Ingat satu hal, tidak ada bos yang suka terhadap karyawan yang selalu kas bon !
    "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Lukas 3:14
    Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga. Roma 13:8
  • Bayarlah pajakmu!

  • entah itu pajak penghasilan, pajak bumi bangunan dll ( asal jangan memanipulasi pajak, supaya berkatmu tidak terhalang )
    "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Matius 22;21
  • Gunakan fasilitas kantor sebaik mungkin

  • dengan penuh tanggung jawab ( contoh : menggunakan telepon tidak berlebihan )
    Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?. Lukas 16:12
  • Sukacita!

  • Buat apa kalau uang banyak, posisi tinggi tapi tidak bisa menikmati hidup dengan sukacita? Ingatlah hanya orang mati yang tidak bisa tersenyum !
    Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Amsal 17:22
  • Bersyukur
  • ,
    apapun yang terjadi! baik itu dipecat, difitnah atau hal yang tidak enak, sekalipun menimpa kita! Dan bersyukurlah.. Kolose 3:15
    Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan... Roma 8:28
  • Setia pada perusahaan!

  • Jangan lakukan bisnis in bisnis yang merugikan perusahaan / melakukan pekerjaan yang membuat hatimu bercabang !
    Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.. Matius 6:24

Aktifitas kerjamu, mulailah dengan doa. Kuasa Roh Kudus akan memampukan engkau melakukannya, sehingga nama Tuhan akan ditinggikan

Sumber: Faith Hill Communication Indonesia

6 Kiat Sukses versi Salomo

    • Andalkan Tuhan dalam segala hal

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)

Sertakanlah Tuhan di dalam segala hal khususnya di dalam usaha dan pekerjaan kita untuk meraih kesuksesan. Ada banyak hal yang tidak kita dapat di bangku sekolah, tetapi bila kita mampu mengerjakannya dengan baik, akan ada sukacita tersendiri yang memenuhi hati kita.

[block:views=similarterms-block_1]
    • Jangan Pernah Berhenti Belajar

"Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." (Amsal 19:2)

"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." (Amsal 19:20)

Cara bekerja yang benar dan efisien perlu menjadi bagian di dalam kehidupan kita. Jangan pernah malu untuk belajar, meminta petunjuk dan menggali pengalaman dan pengetahuan yang belum Anda ketahui.

    • Rajin dan Selalu Giat

"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4)

"Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." (Amsal 14:23)

Orang yang rajin dan giat akan selalu diingat oleh pemimpinnya, terutama ketika sang pemimpin mau menetapkan promosi jabatan dan kenaikan gaji.

    • Berlaku Jujur dan Benar

"Lebih baik penghasilan sedikit disertai dengan kebenaran, daripada penghasilan banyak tanpa keadian." (Amsal 16:8)

"Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui." (Amsal 10:9)

"Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa." (Amsal 10:16)

Renungkanlah ayat-ayat ini sekali lagi dan temukanlah di mana Anda berada?

    • Sabar dan Tenang

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32)

"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukan tulang." (Amsal 14:30)

Jelas sekali perkataan penulis Amsal ini, pujian untuk orang yang sabar memang sulit dikatakan dan hati yang sabar sangat berguna bagi hidup seseorang.

    • Jaga Mulut

"Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri daripada kesukaran." (Amsal 21:23)

"Di dalam banyak bicara pasti ada banyak pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19)

Sumber: Sentuhan Hati Vol 6 No 7 Mei 2005

6 Pilar Penyangga Perkawinan

Di masa pacaran, boleh jadi cinta memang sejuta rasanya. Namun ketika memasuki perkawinan, modal cinta saja tak cukup untuk mempertahankan kelangsungan sebuah keluarga. Dalam mencari pasangan hidup, budaya Jawa mengenal sejumlah kriteria yang dikenal dengan istilah bobot, bibit, bebet. Namun pada kenyataannya, banyak orang beranggapan salah satunya saja sudah cukup memenuhi kriteria pasangan hidup. "Cari pasangan ya lihat pribadinya dong! Punya mobil pribadi, rumah pribadi, dan kalau perlu vila pribadi!" ujar seorang perempuan tanpa maksud bergurau. "Kalau menurut saya sih, yang penting harus punya tanggung jawab," sela seorang teman bicaranya. "Yang paling penting ya cinta dong!" yang lain menyergah tak kalah semangat.

[block:views=similarterms-block_1]

Sebetulnya apa saja sih pilar penyangga yang kokoh bagi kelanggengan sebuah perkawinan? Benarkah cinta bisa diandalkan? Sepenuhnya ditentukan oleh kelimpahan materi? Bagaimana soal komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting aspek kepribadian kedua belah pihak? Bagaimana dengan hal-hal lain, bisakah diabaikan?

"Proses menimbang-nimbang memang seharusnya sudah dimulai sebelum suami-istri memasuki gerbang pernikahan," kata Titi P. Natalia, M.Psi. Meski ia tak menyangkal banyak pasangan yang tidak "sempat" melewati proses seleksi. Meminjam istilah anak zaman sekarang, ada tahapan yang mesti dilalui, yakni koleksi, seleksi, baru resepsi. Akan tetapi Titi mengingatkan agar kita tidak perlu lagi menoleh ke belakang hanya untuk mempertanyakan apakah tahapan-tahapan tersebut sudah dilalui atau belum. "Sebaiknya lihat saja ke depan. Komitmen dan kesungguhan suami istrilah yang paling dibutuhkan begitu janur kuning sudah dipasang melengkung," tandasnya.

6 Pilar Yang Dibutuhkan

Pilar-pilar yang dibutuhkan demi kokohnya sebuah pernikahan memang tidak sedikit.
Berikut di antaranya:


  • Latar belakang keluarga Tak bisa dipungkiri

  • latar belakang keluarga kedua belah pihak pastilah memegang peran penting. Yang termasuk di sini antara lain suku, bangsa, ras, agama, sosial, kondisi ekonomi, pola hidup dan sebagainya. Namun bukan berarti pasangan dengan latar belakang yang sangat berbeda dan bertolak belakang tidak mungkin bersatu. Hanya saja mereka mesti lebih siap dituntut berupaya lebih keras dalam proses penyesuaian diri.

  • Kesetaraan

  • Kesetaraan akan mempermudah suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Adanya kesetaraan dalam banyak hal dapat meminimalkan friksi yang mungkin timbul. Kesetaraan ini antara lain meliputi kesetaraan pendidikan, pola pikir dan keimanan.

  • Karakteristik individu

  • Setiap individu memiliki karakteristik yang unik dan ini menjadi salah satu pilar yang menentukan langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Individu dengan karakter sulit yang bertemu dengan individu yang juga berkarakter sulit, tentu lebih berat dalam mempertahankan pernikahannya. Sebaliknya, yang berkarakter sulit bila bertemu dengan pasangan yang berkarakter mudah, tentu proses penyesuaian yang harus dijalaninya bakal lebih mulus.

  • Cinta

  • Jangan anggap sepele kata yang satu ini. Walaupun tidak berwujud, cinta dapat dirasakan. Pernikahan tanpa cinta bisa dibilang ibarat sayur tanpa garam, serba hambar dan dingin. Cinta yang dimaksud adalah cinta yang mencakup makna melindungi, memiliki tanggung jawab, memberi rasa aman pada pasangan dan sebagainya.

    Ada yang bilang, setelah sekian tahun menikah cinta biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Sementara yang tersisa tinggal tanggung jawab. Benarkah? "Tidak harus seperti itu karena cinta bisa dipupuk supaya terus subur. Apalagi menjalani tanggung jawab akan terasa lebih ringan kalau ada cinta di dalamnya," ujar Titi. Meski tentu saja, mempertahankan rumah tangga tidak cukup bermodalkan cinta semata!

  • Kematangan dan motivasi

  • Kematangan suami/istri memang ditentukan oleh faktor usia ketika menikah. Mereka yang menikah terlalu muda secara psikologis belum matang dan ini akan berpengaruh pada motivasinya dalam mempertahankan biduk rumah tangga. Namun usia tidak identik dengan kematangan seseorang karena bisa saja orang yang sudah cukup umur tetap kurang memperlihatkan kematangan.

  • Partnership

  • Pilar rumah tangga berikutnya adalah partnership alias semangat bekerja sama di antara suami dan istri. Tanpa adanya partnership, umumnya rumah tangga mudah goyah. Selain itu perlu "persahabatan" yang bisa dirasakan keduanya. Coba bayangkan, alangkah nikmatnya bila masalah apa pun yang menghadang senantiasa dihadapi bersama dengan seorang sahabat.

Bila Terjadi Kepincangan

Idealnya, ucap Titi, semua pilar tersebut sama-sama ikut menyangga bangunan rumah tangga agar segala sesuatunya menjadi lebih kokoh dan kuat. Namun dalam realitas sering terdapat kepincangan di sana-sini, entah dalam hal motivasi, kesetaraan dan sebagainya. Kalau hal seperti ini yang terjadi, apa yang harus dilakukan?

"Semua terpulang pada tujuan pernikahan itu sendiri. Kalau memang tujuan mereka jelas dan motivasi suami maupun istri kuat, tentu akan ada �usaha� dari kedua belah pihak untuk menyelaraskan semuanya," jawab psikolog yang antara lain berpraktik di Empati Development Center. Keduanya akan bersedia menerima pasangannya, apa pun adanya. "Tapi ingat, menerima di sini bukan berarti pasrah begitu saja lo, melainkan harus ada penyesuaian di sana-sini yang bisa diterima bersama."

Mengarungi biduk perkawinan tanpa masalah memang mustahil karena friksi-friksi sangat mungkin muncul kapan saja dan mencakup aspek apa saja. "Namun sekali lagi kembali pada usaha suami dan istri untuk mempersepsikan perbedaan yang ada. Apakah perbedaan itu akan dibesar-besarkan atau dicarikan jalan keluarnya."

Saat menentukan pilihan mungkin saja calon suami/istri adalah yang terbaik. Namun dalam perjalanan hidup perkawinan mereka, di mata istri atau suami, ternyata pasangannya bukan lagi yang terbaik. Lo, kok bisa begitu? "Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang dinamis. Selalu saja ada perubahan. Oleh karena itulah dibutuhkan kesadaran kedua belah pihak untuk terus-menerus menyesuaikan diri."

Singkatnya, walaupun semua pilar yang disebutkan itu ada dalam rumah tangga, tidak ada jaminan bahwa pernikahan ini akan mulus tanpa batu sandungan. Namun setidaknya dengan adanya pilar-pilar kokoh tadi, suami dan istri akan dipermudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

7 Kiat Bekerja Menurut Amsal Salomo

1. Andalkan Tuhan
Amsal 3:5-6 berkata, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Sertakan Tuhan di dalam segenap pekerjaanmu karena banyak yang harus kita kerjakan tetapi tidak diajarkan di bangku sekolah dan banyak yang terjadi yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

[block:views=similarterms-block_1]

2. Carilah Pengetahuan Ilmu pengetahuan
Cara bekerja yang benar & efisien perlu kita cari. Amsal 19:2 berkata, "Tanpa pengetahuan, keraji! nan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah". Jangan sungkan belajar dan meminta petunjuk jika tidak mengerti. Amsal 19:20 berkata, "Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan".

3. Rajin dan Cekatan
Hanya orang rajin dan cekatan yang akan diingat oleh pimpinannya, terutama waktu menetapkan promosi jabatan & kenaikan gaji. Amsal 10:4 berkata, "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya". Dan Amsal 14:23 berkata, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja."

4. Berlakulah Jujur dan Benar
Amsal 16:8 berkata, "Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, daripada penghasilan banyak tanpa keadilan". Dan Amsal 10:9 ! berkata, "Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui ". Renungkan juga Amsal 10:16, "Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa."
5. Jaga Mulut
Mengerjakan tugas-tugas adalah suatu pekerjaan yang berat, jangan ditambahi lagi dengan masalah lain karena mulut kita yang bocor. Amsal 21:23 berkata, "Siapa yang memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri daripada kesukaran". Dan Amsal 10:19 berkata, "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal bud2i."

6. Sabar dan Tenang
Amsal 16:32 berkata, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang merebut kota". Dan Amsal 14:30 menambahkan, "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."
7. Jangan Ingin Cepat Kaya
Menjadi kaya adalah impian kebanyakan orang dan sah-sah saja. Yang harus diperhatikan adalah : Menjadi kaya, bukanlah tujuan utama di dalam hidup ini. Ingin cepat kaya seringkali menjebak orang-orang ke dalam perbuatan yang berdosa. Menikmati hidup lebih penting dari menjadi kaya tetapi mempunyai banyak masalah. Renungkanlah Amsal 10:22, "Berkat Tuhan-lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya," dan Amsal 13:11, Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya."

8 Dusta Pornografi

Kebohongan adalah dasar utama dari godaan pornografi yang mengarah pada kecanduan. Iblis sendiri adalah "bapa segala pendusta". Didalam Yohanes 8:44, Yesus mengatakan bahwa "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta".

[block:views=similarterms-block_1]

Pertama kali manusia dibohongi oleh iblis untuk berbuat dosa ialah di taman Eden terhadap Hawa. Iblis kemudian selalu menggunakan banyak hal yang menarik mata kita, padalah dibalik semuanya itu hanya ada dusta. Anak muda yang belum menikah dibohongi dengan pernyataan bahwa pornografi dan seks diluar nikah adalah hal biasa yang tidak menimbulkan konsekuensi apapun. Dari situlah anak-anak muda mulai jatuh dalam dosa ini dan terperangkap didalamnya.

Ada baiknya kita mengenal semua dusta dan kebohongan iblis serta menghancurkannya dengan kebenaran. Yohanes 8:31-32 menyatakan "Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu". Karena itulah kita harus terbiasa dengan Firman Tuhan yang adalah kebenaran. Sering membaca alkitab akan menjadi pedang kita dalam perang melawan godaan. Dibawah ini adalah dusta-dusta iblis seputar seksualitas.

Mintalah Roh Kudus untuk menolong anda bebas jika ada diantara dusta-dusta itu yang anda percaya. Yohanes 16:13a berkata "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran".

Dusta 1 : "Saya tidak akan pernah bebas dari kecanduan pornografi dan seks yang saya alami sekarang"

Kebenaran : Yesus telah mati diatas kayu salib untuk menebus dosa manusia, sehingga kita BISA bebas dari dosa apapun yang membelenggu kita. Yesus mampu memberikan kebebasan dan hidup baru dalam kekudusan (2 Korintus 5:17). Seburuk apapun dosa kita, Yesus memiliki pengampunan dan Dia mampu menyucikan kita. Darahnyalah yang telah membasuh dosa kita. Ada harapan dalam Yesus! (Ibrani 6:17-20)

Dusta 2 : "Pornografi dapat membantu kehidupan seksual dalam pernikahan saya"

Kebenaran : Pornografi memuat nafsu yang justru menghancurkan kehidupan seksual dalam penikahan. Nafsu dapat meracuni pernikahan dengan rasa kesenangan sementara yang ditawarkannya. Tinggal tunggu waktu saja sampai keadaan makin memburuk. Sifat alami nafsu yang tidak pernah puas akan membuat anda "mencari kepuasan lebih" saat pasangan anda tidak bisa memenuhi nafsu anda.

Dusta 3 : "Saya tidak bisa hidup tanpa pornografi dan dosa seks"

Kebenaran : Iblis berusaha meyakinkan anda bahwa anda tidak bisa hidup tanpa dosa yang mengikat anda sekarang. Kebenarannya ialah dosa membuat hidup rohani anda mati. Hidup yang sesungguhnya dimulai justru ketika anda bebas dari dosa. Kita BISA hidup tanpa dosa! (Roma 13:14). Memulai kehidupan seksual yang murni dalam Tuhan akan membuat hidup kita indah. Seks adalah hadiah Tuhan bagi pasangan menikah, bukan untuk �siapa saja�. Tantangan bagi yang belum menikah ialah menunggu dalam kekudusan.

Dusta 4: "Tuhan tidak mau menerima saya karena saya jatuh terus dalam dosa"

Kebenaran: Spesialiasi iblis ialah pada penuduhan dan putus asa. Ketika dia menarik anda dalam dosa, dia akan menyatakan bahwa kita tidak akan pernah bebas. Dia juga mengatakan bahwa kita tidak akan mampu menyenangkan hati Tuhan. Yesus telah mati agar kita didamaikan dengan Tuhan dan Tuhan tidak akan pernah menolak kita jika kita mau bertobat. Justru saat kita bertobat dan dibebaskan, kita bisa menjadi kesaksian hidup yang bisa menolong orang lain dengan kejatuhan yang sama.

Dusta 5: "Pornografi tidak menyakiti siapapun"

Kebenaran: Pornografi merusak penikmatnya. Amsal 6:27 mengatakan "Dapatkah orang membawa api dalam gelumbung baju dengan tidak terbakar pakaiannya?", jawabannya ialah tidak! Pornografi akan membuat kita terbakar oleh nafsu yang dapat membawa ke berbagai kehancuran dalam segi kehidupan kita. Bukan hanya diri sendiri yang akan hancur, tetapi orang lain yang mengasihi kita juga akan hancur hati karena ini. Seseorang yang pasangannya terlibat pornografi, akan kehilangan kepercayaan terhadap pasangannya itu. Dan sangat sulit untuk membangung kepercayaan itu kembali.

Dusta 6: "Menikah akan menghentikan kecanduan pornografi saya"

Kebenaran: Pernikahan dapat membuat kecanduan pornografi makin parah, serta bisa merusak kehidupan seksual dalam pernikahan. Alasan utamanya karena adanya keterikatan terhadap gambar porno dan masturbasi/onani. Kehidupan seksual dalam pernikahan yang sebenarnya dirancang Tuhan sebagai sesuatu yang indah dan berdasarkan cinta. Nafsu yang tercipta dalam pornografi dan cinta adalah 2 hal yang berbeda. Seorang pecandu pornografi harus berhenti total dari kecanduannya sebelum menikah.

Dusta 7: "Tuhan tidak perduli dengan apa yang saya lakukan terhadap tubuh saya"

Kebenaran: Tuhan sangat perduli dengan apapun yang anda buat terhadap tubuh anda karena tubuh anda ialah bait Allah. 1 Korintus 6:12-20 akan menjelaskan secara spesifik tentang fungsi tubuh dalam hubungannya dengan seksualitas. Seks akan menyatukan kita secara spiritual dengan orang yang berhubungan seks dengan kita. Melakukan dosa seks merupakan pencemaran terhadap kemuliaan Tuhan atas diri kita.

Dusta 8: "Tubuh saya tidak cukup baik untuk aktivitas seksual"

Kebenaran: Pornografi mempu membuat orang merasa bahwa dirinya tidak mampu memberi yang terbaik bagi pasangannya secara seksual. Pornografi juga menghilangkan ke-alamiah-an dari hubungan normal suami istri. Dalam pornografi ada pesan-pesan seperti "ukuran sangat penting" dan lainnya. Karena itulah orang-orang yang terpengaruh mulai melakukan operasi pembesaran alat vital atau payudara, penggunaan viagra atau pergi ke tempat-tempat tertentu yang menjanjikan kemampuan seksual yang lebih.

Padahal jika menyangkut kemampuan seksual, manusia dapat 100% mempercayai Tuhan yang telah memberi segala yang dibutuhkannya untuk bisa menikmati hubungan seksual dengan pasangannya. Tuhan juga mampu membuat kita mampu mengatasi semua ketakutan yang berhubungan dengan seksualitas, supaya seks yang kudus seperti rancanganNya atas manusia dapat dinikmati secara utuh dan benar (secara spiritual, emosional, dan fisik).

Sumber: jawaban.com

Akibat Dosa dalam Berpacaran

Penulis : Pdt. Dr. Jonathan A. Trisna, M.Psi

Persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.

[block:views=similarterms-block_1]

Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:


  • Akibat Langsung bagi si Gadis

  • Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula.

    Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru 2menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.

  • Akibat Jangka Panjang

  • Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:

    • Hubungan mereka putus.
      Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada "bekas" padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.
    • Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
      Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya "bekas" orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.

      Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk 2mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis "bekas" namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (enta8h karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - "Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?"), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk "mengalahkan" istrinya.

      Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.

      Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.


Antara Cacing, Burung dan Manusia

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan.

[block:views=similarterms-block_1]

Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.

Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus "puasa".

Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus "berpuasa".

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya.

Kita lihat burung tetap optimis akan makanan yang dijanjikan Tuhan.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.

Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah.

Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan.

Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati.

Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari makan. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan epalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ?

Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi?

Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa. Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar banyak dari burung dan cacing.

Apakah Anda Merasa Kesepian?

Penulis : Mang Ucup

Dunia itu pintu gerbang, Ke seribu gurun bisu dan dingin" Demikianlah bunyi kalimat bait ketiga dari sajak Friedrich Nietzsche berjudul "Kesepian" dan kalau direnungkan ini banyak benarnya oleh sebab itulah untuk menghibur diri yg sedang kesepian ini saya mendengarkan lagu "Pria Kesepian" dari Sheila On 7. Siapa tahu ada pembaca baik hati yang bersedia membantu untuk menghibur mang Ucup yg sedang lonely !

[block:views=similarterms-block_1]

Problem utama dari kebanyakan orang di dunia ini ialah kesepian. Apakah Anda mengetahui kebanyakan orang yg dtg kepada para pembimbing agama mereka, karena mereka mempunyai problem kesepian atau tidak mendapatkan kasih sayang maupun penghargaan? Apakah Anda mengetahui bahwa lebih dari 70% orang bunuh diri, karena merasa kesepian? Rasa kesepian dapat membuat orang jadi depresif, sehingga akhirnya mereka terjerumus jadi pecandu alkohol, maupun drugs.

Kesepian (lonely) bukannya berarti seorang diri (alone), sebab di dlm dunia yg penuh hiruk pikuk dan hingar bingar sekalipun, ternyata banyak sekali orang yg merasa kesepian, padahal seharian penuh, kita menerima puluhan email, maupun SMS, tetapi kenyataannya ini semua tidak dapat mengusir rasa kesepian. Disamping itu kebanyakan dari kita sudah memiliki HP jadi sebenarnya rasa kesepian itu tidak harus ada, walaupun demikian banyak orang yg merasa kesepian, merasa ditinggal sendirian, haus akan rasa kasih, rasa kehilangan dsb-nya.

Menurut psikolog, rasa kesepian itu berasal dari dalam hati. Sehingga lingkungan kerja yg sibuk dan teman2 di sekelilingnya sekalipun, tidak akan mampu mengusir rasa sepi. Di kota2 besar, rasa kesepian ini banyak melanda para wanita karier dan profesional muda. Meskipun mereka memiliki aktivitas yg cukup padat dan setiap hari selalu bertemu dengan banyak orang, ada perasaan sunyi di sudut hatinya. Rasa kesepian tidak bisa dihilangkan dgn uang.

Rasa kesepian bisa saja timbul, walaupun kita sudah memiliki pasangan hidup, keluarga, pekerjaan maupun memiliki banyak sahabat. Bahkan Ratu Belanda - Beatrix sendiri pernah mengungkapkan bahwa ciri jabatan dari seorang Ratu adalah "Kesepian namun tidak pernah sendiri". Kesepian itu bukannya, karena tidak ada orang disekitar kita, tetapi di dalam hati maupun perasaan kita merasa se-akan2 mereka tidak membutuhkan mau memperhatikan kita lagi. Tiap orang membutuhkan atensi maupun kasih sayang!

Tetapi yang paling mengerikan adalah saat kita justru kesepian ketika kita bersama orang yg kita cintai, tetapi sayangnya kita tak bisa `menyentuh�nya, karena ia sedang sibuk entah dgn acara TV maupun hobi/pekerjaannya.

Kesepian adalah salah satu bentuk kesedihan. Kata kesepian itu berasal dari akar kata "sepi" yg dlm kamus sering di definisikan sebagai "tanpa teman, tersisih ... sendirian. Sedangkan kata sifat "sendirian" berarti "Merasa tersisih, karena tidak ada yg menemani". Kesepian sering kali memanifestasikan diri dlm bentuk rasa sakit, rasa hampa, dan efek samping yg lebih gawat lagi ialah sering kali berbentuk depresi yg mendalam sampaikan menyebabkan bunuh diri.

Dan apakah Anda tahu bahwa kesepian itu bisa jadi pemicu potensial penyebab penyakit jantung koroner ataupun kanker. Suatu penelitian bahkan pernah mengatakan bahwa pada tahun pertama setelah ditinggal mati oleh orang yg kita kasihi, maka risiko faktor angka kematian akan meningkat tujuh kali lipat jauh lebih tinggi.

Sehingga banyak orang yg mengajukan pertanyaan: "Where is God, when I am lonely?" pasti jawabannya ialah "Right beside you!", walaupun kita tidak merasakannya, Tuhan selalu hadir di dalam kesepian kita, karena kasih Nya, Ia tidak akan meninggalkan kita dalam keadaan apapun juga kita berada.

Tuhan menciptakan dunia dan alam semesta ini dlm keadaan sempurna, tetapi kenyataannya masih saja ada yg kurang dan yg "tidak baik" ialah "rasa kesepian". Oleh sebab itulah problem kesepian itu adalah problem dunia dan problem manusia yg pertama yg diatasi oleh Allah

Kej 2:18, 21-22 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." ...Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

Filsuf Jerman, Nietzsche, melukiskannya begini "Kurangnya cinta terhadap diri sendiri menyebabkan kesepian sehingga menjadi penjara yg paling berat bagi manusia". Dan kuncinya hanya bisa dibuka dari dalam ialah oleh diri kita sendiri.

Setiap orang yg merasa kesepian harus berani mengambil keputusan: "Apakah saya mau membayar harga untuk mengubah situasi kehidupan saya ini? Pertama dgn belajar mengasihi orang lain terlebih dahulu dan berhenti menaruh belas kasihan terhadap diri sendiri. Kasih itu seperti gema, pasti ia akan balik kembali !

Bahkan ini sebenarnya sudah merupakan hukum Allah dimana kita diwajibakan: "Kasihilah sesama manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." (Roma 13:9), tetapi sayangnya banyak manusia mempunyai pandangan seperti yg dianut oleh punjangga besar Rusia Dostoyevsky, dimana ia mengutarakan: "Saya mengasihi umat manusia secara keseluruhan, hanya sayangnya saya membenci manusia secara perorangan", dlm hal ini ia mempunyai pandangan yg sama seperti juga yg ditulis oleh Jean-Paul Sartre dlm bukunya "Neraka adalah orang lain." (L"enfer, c"est les autres).

Bagaimana Allah Menyembuhkan Luka Emosi Kita

Penulis : Floyd Mc Lung

Langkah 1: Akuilah kebutuhan Anda untuk disembuhkan... Bagi banyak orang hal ini bukan masalah.Tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui bahwa kita mempunya kebutuhan, maka jelas tidak ada tempat untuk kesembuhan atau pertolongan dalam hidup kita.Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tAnda kesehatan mental yang baik dan bukti dari sikap yang jujur.

[block:views=similarterms-block_1]

Setiap orang membutuhkan kesembuhan dan pertumbuhan emosi dan kepribadian.Jangan pikir Anda adalah perkecualian.Kerelaan untuk belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengijinkan kesembuhan dimulai dalam hidup Anda.Beberapa dari antara kita bergumul untuk mengakui kebutuhan kita karena takut ditolak.Tetapi sebaliknyalah yang benar;Jika kita mengakui kebutuhan kita, orang lain lebih menghargai kita atas kejujuran kita itu.Kita semua mungkin dapat mengingat suatu saat ketika kita menceritakan kebutuhan itu dan kemudian dilukai seseorang yang tidak menanggapi kita dengan kasih atau bijaksana.Namun janganlah pengalaman itu menahan kita dari kesembuhannyang ingin Allah berikan.Jangan biarkan pengalaman masa lalu menentukan tindakan atau sikap kita untuk masa depan.

Mulailah dengan bersikap jujur dengan Allah.Lagipula Ia mengenal Anda dengan baik sekali dan ia tidak akan menolak Anda.Sesungguhnya Ia rindu dan sedang menunggu Anda untuk bersikap jujur sehingga Anda dapat menerima kasih dan pertolonganNya.Ceritakanlah kepadaNya segala sakit hati, kekecewaan Anda --pokoknya segalanya.

kemudian, Anda dapat membuka diri terhadap orang lain yang dapat membantu Anda mengikuti langkah-langkah kesembuhan ini.Pilihlah seorang teman kristen yang DAPAT DIPERCAYA dan yang mau BERDOA dengan Anda serta MEMBESARKAN hati Anda.

Jika Anda telah berbuat salah terhadap orang lain, Anda juga perlu menemui mereka dan membereskannya .Ini adalah bagian dari pengakuan akan kebutuhan Anda Anda. Kita lakukan ini bukan supaya diampuni Allah, tetapi justru karena kita telah diampuni. Buah hubungan yang benar dengan Allah ialah menghendaki dipulihkannya juga hubungan yang retak dengan orang lain.

John Stot, teolog Anglikan yang terkenal, memberi peringatan yang berharga mengenai bidang ini dalam bukunya, Akuilah dosa-dosamu. Ia bicara tentang lingkaran pengakuan terbuka: dosa tersembunyi, dosa pribadi, dan dosa di depan umum. Kita harus mengakui dosa menurut tingkat kejadiannya. Jika dosanya adalah dosa yang tersembunyi, yaitu dosa hati atau pikiran yang tidak pernah dilakukan atau diucapkan kepada orang lain, maka itu hanya perlu diakui kepada Allah saja. Tentunya Anda bebas mengungkapkannya kepada teman dekat atau saudara seim an karena ingin jujur dan bertanggung jawab tetapi kita tidak harus melakukan hal itu. Itu adalah pilihan kita sendiri. Sesungguhnya kita dapat melakukan hal itu hanya jika kita yakin akan seseorang, dan apabila kita rasa Tuhan memimpin kita secara khusus untuk melakukan hal itu dan jangan sekali-kali karena kita merasa terpaksa melakukannya. Demikianpun kita harus bijaksana dan hati-hati dalam menyampaikannya.

Sungguh tidak bijaksana untuk mengakui dosa kita kepada orang lain. Jika orang terhadap siapa kita berdosa tidka mengetahuinya, jangan bebani orang itu dengan dosa kita kecuali ada alasan yang jelas mengapa hal itu dapat menolong mereka. Jika ragu, carilah dahulu nasihat dari orang-orang yang dewasa rohani.

Ada beberapa dosa yang dilakukan pada tingkat rahasia atau pribadi dalam kehidupan kita yang amat memalukan. Saya percaya harus ada pemulihan dari rasa malu -- khususnya untuk dosa-dosa kenajisan dosa seks. Jika kita harus meminta maaf kepada seseorang karena berbuat dosa terhadapnya dengan cara itu, janganlah menguraikannya secara terperinci, atau menggunakan kata-kata yang tidak bijaksana. Katakan seperlunay saja. Akui bahwa Anda mengecewakannya atau berbuat dosa terhadapnya dan mintalah maaf. Itu sudah cukup...

Pedoman yang baik untuk diikuti adalah: Jika bertalian dengan dosa tersembunyi, akuilah kepada Allah; jika menyangkut dosa pribadi, mintalah maaf kepada orang yang bersangkutan; dan jika berhubungan dengan dosa kepada umum, mintalah maaf kepada kelompok bersangkutan.

Sebagai kesimpulan, langkah-langkah untuk kesembuhan dan pemulihan yang utuh bertalian dengan kejujuran akan kebutuhan kita ini adalah sebagai berikut:

  • Akuilah kebutuhan dan dosa kita. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah ke dalam hidup kita.
  • Terimalah kasih karunia Allah. Kasih karuniaNya adalah pemberian kasihNya, penerimaanNya dan pengampunanNya bagi kita, dan hal itu membuat kita merasa aman di dalam Dia. Rasa aman itu membangun iman.
  • Percayalah kepada Tuhan dan orang lain. Iman mendatangkan kepercayaan dan memungkinkan kita mempunya hubungan akrab dengan Allah dan sesama.
  • Bangunlah hubungan hati ke hati dengan Allah dan sesama. Hubungan tersebut dimungkinkan jika kita telah merendahkan hati. Maka Allah dapat menyalurkan kasih dan pengampunan kepada kita secara pribadi dan di dalam hati kita kepada orang lain. Maka Allah dapat menyalurkan kasih dan pengampunan kepada kita secara pribadi dan di dalam hati kita kepada orang lain.

Kebalikan dari proses ini akan mengarah kepada kepedihan yang lebih besar dan keterlukaan emosi.

  • Hubungan yang retak. Ketika hubungan menjadi retak, kita sulit mempercayai org lain.
  • Legalisme. Jika hubungan kita dengan orang lain salah, kita cenderung menghakimi dan mengritik. Kita hidup dibawah "hukum", bukan dibawah kasih karunia. Hal ini menyebabkan kita tidak mempercayai orang (curiga)
  • Curiga. Jika kita tidak mempercayai orang lain seringkali kita memproyeksikan kecurigaan itu, dan sebaliknya mereka tidak mempercayai kita. Maka bertumbuhlah suasana penolakan dan tembok diantara kita dan orang lain.
  • Tembok. Tembok menghasilkan keterpisahan, kebalikan dari hubungan hati ke hati.

Dalam bersikap jujur mengenai kebutuhan kita, pentings eklai untuk membedakan antara dosa, luka hati dan ikatan. Untuk dosa perlu ada pengampunan, untuq luka perlu kesembuhan dan untuk ikatan rohani kita perlu pembebasan. Kadang-kadang kita membutuhkan pertolongan dalam ketiga bidang tersebut.

Anda tidak dapat mengakui luka sebagai dosa, sebab luka bukanlah dosa. Namun, jika sebagai akibat terluka Anda mengembangkan sikap atau respons yang berdosa, meskipun orang lain itu yang bersalah, Allah tetap minta pertanggungjawaban Anda atas respons Anda. Sesungguhnya-Allah tidak menganggap orang itu bersalah 80% dan Anda hanya 20 %, tetapi keduanya , baik Anda maupun orang itu , 100% bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing. Jika Anda tidak menerima tanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan Anda, kesembuhan akan terhambat. Mengapa demikian? Jika sikap Anda penuh kekesalan, kepahitan, atau tidak mengampuni, kesembuhan dan pengampunan Allah akan terhambat. "lkarena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disurga akan mengampuni kamu juga... Tetapi jikalau kamu tidak mengmapuni orang,Bapamu juga tidak akan mengapuni kesalahanmu"(Mat 6:14,15)

Saya ingin menekankan bahwa penting sekali untuk mengakui kebutuhan kita akan kesembuhan dalam hidup kita. SAYA TELAH MELIHAT BANYAK ORANG YANG SIBUK MELAKUKAN PEKERJAAN BAGI TUHAN, tetapi kegiatan mereka DICEMARI OLEH KEINGINAN MEREKA UNTUK MEMBUKTIKAN DIRI, ATAU UNTUK DITERIMA, ATAU UNTUK MENGATASI RASA TIDAK AMAN MENGENAI APA YANG MEREKA LAKUKAN.

Pelayanan kita kepada Allah dan sesama harus mengalir dari rasa aman dan kesejahteraan kita , bukanlah karena ingin membuktikan diri atau ingin menjadi "SESEORANG". Dalam jangka panjang kita akan mampu bertumbuh semakin dekat kepada Bapa kita yang penuh kasih, kita akan merasa lebih baik mengenai diris endiri, kita akan lebih menikmati pekerjaan kita dan akan menjadi berkat yang lebih besar bagi orang lain JIKA KITA MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK MENERIMA KEUTUHAN DAN KESEMBUHAN BATHIN.

Langkah 2:Akuilah emosi yang negatif

Beberapa diantara kita mengarungi hidup ini dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajar bagaimana mengenali atau MENGKOMUNIKASIKAN perasaan kita, sehingga kita menimbun kemarahan , kekecewaaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak kanak-kanak. Menindih emosi yang satu diatas yang lain sama seperti menumpuk sampah, lapis demi lapis di dalam kantong sampah. Sesuatu yang akhirnya harus dibuang.

Proses penimbunan emosi yang tidak dapat dikenali dan dikomunikasikan itu menghasilkan akibat-akibat yang tragis, dari tukak lambung(penyakit maag) sampai bunuh diri. Kebanyakan kita tidak diajarkan bagaimana mengatasi kesulitan. Kita bertumbuh secara secara fisik sedangkan batin kita mengalami kemandegan. Kita menyimpan penghalang emosi yang menghalangi kita untuk memberi dan menerima dalam hubungan kita dengan orang lain dan dengan Bapa kita.

Dr. Phil Blakely, menyatakan bahwa untuk menangani masalah ini kita perlu "diuraikan kembali", yaitu mengeluarkan uneg-uneg yang tertimbun di dalam diri kita. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan pertolongan seseorang.

Bagi orang Kristen, itu berarti dimulai dengan DOA. JIKA BUKAN KEPAD561ESUS KITA BERPALING SEBELUM BERPALING KEPADA ORANG LAIN, maka kita TIDAK AKAN PERNAH disembuhkan. Dialah pencipta kita, Dia merindukan kita untuk membagi perasaan dengan-Nya, sebab Ia sangat mengasihi kita

Dr. Phil Blakely, menyatakan bahwa untuk menangani masalah ini kita perlu "diuraikan kembali", yaitu mengeluarkan uneg-uneg yang tertimbun di dalam diri kita. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan pertolongan seseorang.

Bagi orang Kristen, itu berarti dimulai dengan DOA. JIKALAU BUKAN KEPADA YESUS KITA BERPALING SEBELUM BERPALING KEPADA MANUSIA-, maka kita TIDAK AKAN PERNAH disembuhkan. Dialah pencipta kita, Dia merindukan kita untuk membagi perasaan dengan-Nya, sebab Ia sangat mengasihi kita.

Tentu saja, kita perlu berbicara dengan orang lain. Penting sekali untuk membina persahabatan dengan orang lain yang mengijinkan kita untuk bersikap sebagaimana adanya kita, tetapi YANG CUKUP MENGASIHI SEHINGGA MAMPU UNTUK MENEGUR JIKA KITA BERBUAT SALAH.

Menyuarakan emosi itu sendiri bukanlah obat yang manjur. Mengkomunikasikan perasaan HANYALAH membersihkan saluran mental kita sehingga akar penyebab masalah kita dapat ditangani. Jika kita mengungkapkan rasa bersalah yang tertimbun, itu bukan berarti kita sudah menangani penyebab rasa bersalah itu. Disinilah psikologi relativisme gagal. Membuat orang membicarakan perasaan bersalah mereka -akan melegakan mereka. -tetapi dalam jangka panjang-, jika mereka tidak menerima tanggung jawab atas pelanggaran hukum moral Allah, rasa bersalah itu akan muncul kembali(kecuali tentunya jika seseorng memadamkan sama sekali hati nuraninya dan kehilangan kemampuan untuk merasakan apa-apa)

Meskipun emosi itu sendiri bukanlah dosa, emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, atau orang lain. Disitulah kita memerlukan norma-norma alkitabiah untuk menilai apakah sikap kita telah berdosa. Jika benar demikian, kita harus menganggapnya tidak sehat atau salah.

Allah tidak bermaksud supaya kita hidup menurut perasaan-atau demi perasaan. Beberapa orang hidup dengan dalih bahwa jika mereka merasa sesuatu itu baik, maka itu pasti baik, dan jika mereka merasa sesuatu itu tidak baik, itu berarti tidak baik. Mungkin saja itu adalah filsafat yang baik, tetapi jelas tidak alkitabiah. Kebenaran yang disingkapkan kepada kita di dalam alkitab itulah yang mengarahkan hidup kita, bukan perasaan. Allah memberi kita kemampuan untuk berperasaan dan maksudNya ialah untuk mendorong kita membuat pilihan yang benar. Jika kita tidak hidup menurut ketetapan Allah, maka kita merusak maksud Allah yang sebenarnya dalam memberi kita perasaan, dan memakai perasaan itu untuk mengukuhkan gaya hidup yang penuh kesenangan dan mementingkan diri. Beberapa orang benar-benar dikendalikan oleh emosi mereka, sedangkan beberapa lainnya sama sekali tidak tahu bahwa mereka sampai kepada titik dimana mereka berpikir bahwa sama sekali tidak menunj ukkan perasaan itu sangatlah "kristiani". Hal itu bukanlah tAnda kedewasaan atau "kerohanian". Allah menciptakan kita untuk menjalankan kehidupan yang seimbang dimana kita mengekspresikan dan menikmati perasaan kita, dan bebas memanfaatkanya dengan jujur dan membangun.

Para suami, ayah dan pemimpin rohani dapat menjadi penolong yang sangat berarti dengan mendorong keluarga mereka dan jemaat untuk mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka.

Keinginan kita untuk membimbing seseorang dapat menjadi tidak efektif, atau bahkan merugikan jika mereka yang kita bimbing tidak diberi kesempatan tersebut. Dengan menciptakan peluang bagi mereka yang ada disekitar kita untuk BERLAKU JUJUR, kita dapat membimbing mereka ke dalam hubunga yang lebih akrab dengan Allah. Mereka akan lebih mempercayai kita dan akan merasakan kesungguhan kita terhadap mereka-yang pada gilirannya memberi kita kebebasan untuk berbicara terus terang dalam hidup mereka.

Dimana tidak ada kepercayaan, disitu kita tidak mempunyai otoritas. Dengan memberi kesempatan kepada orang untuk berlaku JUJUR, kita memberi "kasih karunia". Pada gilirannya hal ini memberi mereka rasa aman untuk berlaku jujur, bukan saja mengenai perasaan mereka, tetapi juga kebutuhan mereka. Jika orang yang kita bimbing mempunyai kecurigaan yang besar terhadap orang lain, khususnya tokoh-tokoh yang berotoritas, mungkin itu karena mereka belum pernah belajar mengungkapkan perasaan dengan jujur dalam suasana kasih dan penerimaan.

Pada suatu petang, isteri Saya -Sally-menceritakan kepada Saya beberapa masalah pribadi yang ia alami. Saya segera mulai memberi nasehat. Saya tidak akan melupakan responsnya terhadap Saya,"Aku tidak datang kepadamu supaya kamu menasihatiku dan berkhotbah kepadaku. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Jika kamu menasihatiku, rasanya kamu tidak mendengarkan atau memperdulikanku. Aku butuh seseorang yang mau mendengarkanku. Jika aku tidak dapat berbicara kepadamu, lalu aku harus berbicara kepada siapa? "

Hari itu saya ambil keputusan untuk menjadi jenis suami yang memberi kebebasan dan rasa aman kepada Isteri (dan juga kepada orang lain dalam hal tersebut) -- untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa rasa takut dihakimi, dikhotbahi atau diserang.

Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi dan kecurigaan ini, mintalah Allah untuk memberi seorang tokoh yang memberi dorongan untuk berlaku jujur mengenai perasaan Anda. Juga , ampunilah mereka yang di masa lalu tidak memberi Anda kebebasan untuk itu. Motivasi Anda untuk mengungkapkan perasaan seharusnya BUKAN untuq meyakinkan orang lain terhadap pAndangan Anda melainkan untuk berlaku jujur. Kejujuran Anda HARUS timbul dari keinginan untuk mengakui emosi yang negatif sehingga Anda menjadi orang yang dikehendakiNya.

Jika kita pernah disakiti oleh seorang tokoh yang berotoritas, atau berselisih dengan mereka, kita wajib mencari Allah terlebih dahulu sebelum kita datang kepada mereka, Jika setelah berdoa kita masih tidak memahami keputusan yang mereka buat, maka kita dapat meminta mereka untuk menerangkan pAndangan mereka itu.

Kita bebas untuk tidak sependapat dengan seorang pemimpin, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal itu mempengaruhi sikap kita terhadapnya. Kita dapat berbeda pendapat tanpa menghakimi atau memutuskan hubungan. Perpecahan tidak pernah terjadi karena perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat YANG MEMBANGUN adalah sehat. Pada saat perbedaan pendapat menyebabkan kritik atau penghakiman, maka perpecahan dapat terjadi. Setiap masalah yang mengancam kesatuan dapat diatasi dengan kerendahan hati dan pengampunan yang lebih besar. Allah sangat mempedulikan sikap hati kita, juga menolong kita bertumbuh dengan bersikap terbuka dan jujur mengenai perasaan kita.

Langkah 3: Ampuni mereka yang TELAH menyakiti Anda

Mengampuni bukanlah sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita, juga bukan semacam perasaan rohani yang mistique. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan meskipun disakiti.

Mengampuni seringkali merupakan proses dan bukan suatu tindakan "sekali jadi". Kita terus mengampuni SAMPAI rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar pengampunan itu diperlukan. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan sampai terkena infeki supaya dapat sembuh dengan baik, begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka-luka itu juga dapat sembuh. SETIAP KALI ANDA TERINGAT ORANG TERTENTU DAN MERASA SAKIT, AMPUNILAH DIA. Katakan saja kepada Tuhan bahwa Anda memilih untuk mengasihinya dengan kasih-Nya. Terimalah kasihNya untuk orang itu dengan IMAN. Lakukanlah hal itu setiap kali Anda teringat orang tersebut sampai Anda merasa benar-benar sudah mengampuninya.

Pengampunan Allah terhadap kita harus menjadi motivasi kita untuk mengampuni. Jika Anda merasa sukar mengampuni orang lain cobalah pikirkan sejenak seberapa banyak Dia TELAH mengampuni Anda. Jika Anda merasa tampaknya tidak banyak, maka mintalah kepadaNya untuq menyingkapkan hidup Anda sebagaimana Ia melihatnya. Ia akan menjawab doa Anda JIKA Anda berseru kepadaNya dengan sungguh-sungguh.

Langkah 4: Terimalah Pengampunan.

Jika Anda telah disakiti oleh orang lain dan telah berdosa dalam reaksi Anda terhadap mereka, maka penting sekali tidak hanya untuk mengampuni mereka yang menyakiti Anda, tetapi juga minta ampun kepada Allah atas tindakan Anda yang salah terhadap mereka. Jika Anda lakukan ini, mungkin Anda akan merasakan suatu kebutuhan untuk MENGAMPUNI DIRI SENDIRI. Ada kalanya, musuh terbesar kita adalah kegagalan kita sendiri. Sering kali kita lebih keras terhadap diri sendiri daripada terhadap siapapun. Jika Anda mengalami kegagalan, curahkanlah rasa gagal itu kepada Tuhan didalam doa, akui dosa Anda, dan katakan kepadaNya bahwa Anda TELAH mengampuni diri sendiri. Setiap kali rasa gagal itu muncul berterima kasihlah kepada-Nya buat pengampunan-Nya.

Ada perbedaan besar antara penyesalan terhadap dosa dan penghukuman. Penghuan 562berasal dari suatu perasaan gagal. Penyesalan IALAH karena kita telah berdosa. Penyesalan itu spesifik dan jelas, dan berasal dari Tuhan, penghukuman itu samar-samar dan umum, dan berasal dari diri kita sendiri atau iblis.

Jika Anda telah berbuat dosa, tetapi Anda tidak yakin, mintalah supaya Tuhan supaya Tuhan memberi penyesalan. Sebagai Bapa yang penuh kasih Ia akan mendisiplin Anda. JIka penyesalan itu tidak datangsementara Anda menanti dihadapanNya dalam doa, bersyukurlah kepadaNya atas kasihNya dan pengampunanNya dan lanjutkan kegiatan Anda pada hari itu. tetaplah terbuka bagiNya untuk menunjukkan sikap salah apapun pada diri Anda, tetapi jangan menjadi lumpuh oleh sikap mawas diri(introspeksi). Jangan berkubang dalam perasaan kasihan pada diri sendiri. Hal itu sangat merusak.

Jika Anda mempunyai sikap yang salah terhadap siapapun yang telah menyakiti Anda, maka penting sekali mengakui hal itu kepada Allah. Tetapi hati-hatilah: kasihan diri DAPAT menjadi TIRUAN dari pertobatan yang sejati.

Menangani bagian kita dalam suatu masalah, seringkali melepaskan Roh Kudus untuk bekerja di dalam hati orang lain. Bahkan jika hal itu tidak terjadi, kita tetap mempunyai TANGGGUNG JAWAB untuk menjaga hati kita bersih di hadapanNya. Jika Anda menjadi kritis..., keras hati, iri, membangkang, sombong, enghakimi, atau pahit hati, maka Anda perlu berurusan dengan respons Anda. Jika Anda rendah hati di hadapanNya, Ia akan mengampuni dan menyebuhkan luka-luka Anda. ADA KESEMBUHAN MELALUI PENGAMPUNAN.

Langkah 5: Terimalah kasih Bapa...

Di dalam hidup kita ada kekosongan yang hanya dapat diisi oleh Allah sendiri. Ketika Anda berdosa dan minta ampun, atau bergumul dengan rasa tidak aman dan rendah diri, maka ada kemungkinan bahwa KEKOSONGAN ITU TIDAK PENUH. Mintalah kepadaNya pada saat-saat tersebut untuk memenuhi Anda dengan Roh-Nya. Lawanlah kesadaran untuk berpusat pada diri sendiri dengan berpusat kepada-Nya. Perlu saya tekankan betapa pentingnya langkah ini dalam proses kesembuhan. Kasihna diri dan berpusat kepada diri sendiri mendukakan Roh Kudus.

Pusatkan pikiran dan doa Anda pada karakter Allah dan berbagai aspek dari hati Bapa. Sembah Dia:Bicaralah kepadaNya, pujilah Dia, dan pikirkanlah Dia. Renungkan kesetiaanNya, kekudusan-Nya, kemurnian-Nya belas kasihan-Nya, kemurahan-Nya, pengampunan-Nya.

Mengembangkan sikap menyembah merupakan bagian vital untuk menerima kasih Allah. Kembangkan sifat tersebut diatas segalanya. Hafalkan ayat-ayat atau lagu-lagu yang memerangi kesepian dan kehilangan semangat. Penyembahan adalah pintu masuk ke hadirat bapa yang menjauhkan Anda dari depresi dan kasihan diri. Ada orang yang mengatakan bhw mereka tidak dapat menyembah Allah jika mereka tidak merasakan keinginan itu, sebab hal tius ama saja dengan kemunafikan. Jawaban saya adalah bahwa kita tidak menyembah Allah karena apa yang kita rasakan, tetapi karena siapa Dia. Saya sering menyembah Allah karena apa yang kita rasakan, tetapi karena siapa Dia. Saya sering menyembah Allah, bagaimanapun perasaan Saya. Saya tidak mau menjadi seorang tawanan perasaan Saya , jadi saya tetap menyembah Dia. Jika Saya merasa susah hati, Saya berusaha mengungkapkan perasaan Saya dengan jujur, tetapi kemudian Saya berfokus kepada siapa Dia dan bukan kepada apa yang saya rasakan.

Apakah Anda mau menerima kasih Bapa? luangkanlah waktu Anda dihadirat-Nya. Kita bermandikan kasih-Nya ketika menghabiskan waktu bersama-Nya dan meberi kepada-Nya. Apa yang dapat kita berikan kepada-Nya? melalui perkataan dan pikiran kita dapat memberi kepadaNya hormat, perhatian, pujian dan penyembahan. Jika hal ini sulit bagi Anda, selidikilah alkitab dan garis bawahi ayat-ayat yang bicara secara khusus tentang sifat dan karakter Allah. Mazmur adalah bagian yang terbaik untuk memulai. Lalu berdoalah dan nyanyikanlah ayat-ayat tersebut kepada Bapa pada waktu Anda berdoa. Jika Anda lakukan ini setiap hari, Anda akan mendapati diri Anda semakin mengasihi Bapa. Anda akan merasakan kehadiran-Nya yang akrab di dekat Anda sebagai tanggapan atas kata-kata pujian Anda. Jangan terkejut apabila Ia mengutarakan kata-kata penghargaan, persetujuan dan kasihNya sepanjang hari. Ia senang mengasihi anak2-Nya.

6. Pikirkanlah pikiran Allah.

Sebagai tanggapan terhadap hal-hal yang menyakitkan , khususnya sebagai kanak-kanak , kita membangun kebiasaan berpikir yang merusak tentang diri sendiri. Misalnya -jika orangtua Anda perfeksionis dan sangat menuntut, mungkin Anda sering gagal untuk hidup menurut harapan mereka. Orang yang dibesarkan dengan cara semacam itu seruingkali "memprogram diri sendiri" untuk gagal. Dengan menentuka sebelumnya bahwa mereka akan gagal, mereka berusaha melindungi dirimereka dari kekecewaan. Sayangnya dugaan seperti itu seringkali menjadi kenyataan. Pola berpikir yang negatif seperti itu sering tidak akurat dan dilAndasi oleh ketakutan atau penolakan. Jika kita berpikir kita jelek, kita bukan saja merasakannya demikian, kita juga akan bertindak demikian.

Alkitab mengatakan bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita, dan bahwa kita harus mengasihi sesama seperti diri sendiri (Im 19:18, Mat 19:19). Allah ingin supaya kita mengsihi diri sendiri, bukan secara egois, tetapi dengan kasih-Nya. Ia ingin supaya kita berpikir menurut pikiran-Nya tentang diri kita-pikiran yang penuh kebaikan, penghargaan, hormat dan kepercayaan.

Jika Anda mempunyai pola berpikir negatif tentang diri sendiri, saya sarankan agar Anda berhenti sekarang dan menulis dua atau tiga cara berpikir negatif yang paling umum bagi Anda. Setelah itu, tulis pikiran Allah terhadap diri Anda yang berlawanan dengan pikiran negatif itu berdasarkan firman atau sifat-Nya. Misal-nya jika Anda menulis bahwa Anda berpikir Anda akan selalu gagal, tulislah: "Saya ahli dalam... " dan sebutkan satu hal yang Anda lakukan dengan baik. Tuliskan juga apa yang dikataklan Alkitab tentang bidang kehidupan Anda tersebut. Misalnya Flp 4:13, " Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. "Setiap kali Anda mulai berpikir negatif, berhentilah dan ucapkanlah pikiran yang positif bersamaan dengan ayat dari alkitab. Diperluka waktu tiga(3) minggu untuk mematahkan suatu kebiasaan buruk dan menggantinya dengan yang baik. Katakan terus kebenaran kepada diri sendiri sampai Anda menghancurkan pola berpikir yang negatif tersebut...

Jangan menyerah kepada kebohongan dan pikiran yang menghukum. Bertekunlah -- dengan pertolongan-Nya Anda dapat melakukannya. Berserulah kepada-Nya setiap kali Anda gagal, dan mulailah lagi... Pernahkah Anda perhatikan did alam alkitab bagaimana Allah sering mengulang-ulang suatu kebenaran ketika Ia berusaha memberi semangat kepada seseorang ? Dalam Yosua 1, Tuhan berkata empat kali kepada Yosua supaya jangan takut... Mengapa? Karena Yosua perlu diingatkan untuk berpikir menurut pikiran Allah tentang dirinya. Ia siap untuk maju berperang dan ia perlu diberi semangat. Saya yakin ia pasti mengulang-ulang firman Tuhan ini kepada dirinya sendiri.

Penyebab depresi yang paling umum ialah memikirkan pikiran-pikiran yang merendahkan diri dan menghukum diri. Untuk mematahkan lingkaran depresi ini kita perlu mengikuti langkah-langkah yang telah saya ikhtisarkan diatas, lalu menjadi muak dan jenuh karena menjadi jenuhn dan muak. Kita harus mematahkan kebiasaan berpikir negatif dengan memikirkan pikiran Allah.

Prinsip ini juga berlaku bagi reaksi yang melampaui pikiran dan sampai pada tindakan. Jika Anda menyadari adanya "pola reaksi" tertentu dalam hidup Anda yang negatif, defensif atau egois, tuliskanlah semua itu. Lalu tulis disampingnya bagaimana Allah ingin Anda bereaksi dalam situasi yang menyebabkan Anda merasa terancam atau defensif. Jika Anda bertindak dengan cara yang negatif atau egois, berhentilah dan berdoalah; kemudian pilihlah cara berespons yang Allah kehendaki agar Anda lakukan.

Mintalah supaya Ia memberi Anda kesanggupan untuk mewujudkan pikiran dan pilihan ini. Jika Anda gagal, mintalah ampun kepada-Nya dan lanjutkan usaha Anda. Jika iblis mengatakan Anda telah gagal lagi, setujui hal itu, tetapi katakan kepada iblis bahwa Anda menolak untuk mengasihani diris endiri!. terimalah tanggung jawab atas kegagalan Anda, minta ampun kepada Allah atau minta bantuan-Nya, dan lanjutkan usaha Anda! Terus kerjakan sampai Anda membangun kebiasaan baru yang benar. Bertahun-tahun Anda mengembangkan kebiasaan buruk, jadi jangan menyerah karena memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuq menggantinyadengan pola Allah. Mulailah dengan satu atau dua kebiasan pada saat yang bersamaan, dan kemudian yang lainnya. Jika kita lakukan apa yang mungkin, Allah melakukan apa yang tidak mungkin bagi kita.

Langkah 7: Bertekun...

Sembilan puluh persen dari keberhasilan ialah menyelesaikan! Alkitab berkata, "Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia"(2 Tim 2:12). Ketekunan mempunya dua aspek: di satu sisi ketekunan berarti komitmen di pihak kita untuk tidak menyerah, suatu tekad untuk mengerjakanya sampai tunt disis563i lain ketekunan berhubungan dengan kesanggupan yang diberikan Allah. Allah memberi kasih karunia kepada kita untuk dapat menyelesaikannya apa yang Ia perintahkan untuk kita lakukan. PerintahNya juga merupakan janji kemenangan-Nya.

Kadang-kadang, mungkin Anda merasa tidak sangggup untuk bertahans ampai akhir. Mungkin itu memang benar !. Tetapi jika kita mencapai akhir dari apa yang mungkinbagi kita, maka kita akan melihat Allah melakukan apa yang tidak mungkin. Iman tidak dimulai sebelkum kita percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. KITA TIDAK MEMERLUKAN IMAN UNTUK MELAKUKAN APA YANG MUNGKIN BAGI KITA. Jadi, ketika kita menghadapi situasi yang tidak mungkin dalam hidup kita, pujilah Allah, sebab pada saat itulah Anda dapat mempraktekkan iman Anda.

Mengapa ketekunan itu merupakan salah satu langkah proses kesembuhan Allah dalam hidup kita? Menyerah membuat kita menjadi rentan terhadap perasaan jengkel, marah atau terluka, tertolak, nafsu, curiga atau apa saja yang memngganggu kita. Kadang-kadang kita ingin Allah melakukan mujizat dan mengangkat segala kesulitan kita sekarang juga. Akan tetapi, Bapa membawa kita melalui suatu proses yang menyiapkan kita untuk pada akhirnya memerintah bersama-Nya di surga. Karena Ia ingin membentuk dan menyempurnakan kita, Ia ijinkan kita mengalami pencobaan yang "memaksa kita" untuk membuat pilihan.

Sebagaimana dikatakan kawan saya, Joy Dawson, "Bagimana kita menyelesaikannya itulah yang penting!" Rasul Paulus mengatakan dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus, "Tidak tahukah kmau, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah. Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhNya, supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak"(I Kor9:24-27)

Ada saatnya kita gagal, tetapi ketika kita mengakui dosa-dosa kita, berpaling darinya dan memilih untuk membenci dosa sebagai tindakan iman, kita akan menerima pengampunan Allah dan suatu permulaan yang baru. Dialah Allah dari segala permulaan yang baru. Bagian kita ialah merendahkan hati dan berpaling dari dosa atau kegagalan; bagianNya ialah mengampuni kita dan memberi kita suatu permulaan yang baru. Ia senang melakukan hal ini, sebab Ia adalah Bapa kita dan Ia adalah kasih.

Ia sedang bekerja dalam diri Anda. Pergumulan adalah bagian dari proses kesembuhan yang berkemenangan. Anda sedang belajar sesuatu yang tak ternilai kerendahan hati; pengampunan; belas kasihan dan ketekunan. Majulah terus! Kita sedang berperang, tetapi kita ada di pihak yang menang! Yesus adalah Sang Pemenang!. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik diantara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus"(Flp 1-6)

Allah sedang mencari orang-orang yang dapat memenuhi maksud-Nya yang mula-mula ketika Ia menciptakan umat manusia. Ia menghendaki persahabatan dengan kita. Dan Ia tidak menghendaki persahabatan dengan sekelompok orang yang egois; tujuan-Nya ialah mempersatukan mereka semua yang mengasihiNya ke dalam satu keluarga. Begitulah, ketika orang mengasihi-Nya. Ia mengumpulkan mereka bersama untuk menikmati persahabatan yang mendalam, saling mempedulikan dan mendukung dan merayakan kasih, pengampunan dan kesempurnaan yang Ia berikan kepada mereka. "unit keluarga" inilah yang seharusnya menjadi gereja.

Keluarga Bapa

Disamping langkah-langkah yang dapat kita ambil sebagai perorangan, "keluarga Bapa" juga merupakan saluran kasih-Nya dan kesembuhan bagi orang-orang yang "terluka". Ketika kita saling mengasihi, menerima dan mengampuni sebagai saudara dalam Kristus, maka kasih-Nya akan mengalir melalui kita untuk menyembuhkan satu sama lain.

Melalui saudara-saudara kita dalam keluarga Allah, Ia menyediakan kasih dan penerimaan yang memerdekakan kita dari ketakutan, dan mengijinkan kita untuk mengalami keutuhan yang lebih sempurna sebagai manusia. Kita dapat berkomitmen kepada orang lain tanpa merasa takut untuk ditolak. Kita dapat menerima orang lain meskipun mereka mempunyai kelemahan. Kita bahkan sanggup mengampuni orang-orang yang menyakiti. Kita dapat menjadi sebagaimana adanya kita tanpa takut ditolak. Semua itu adalah karena kasih karunia Allah. Kasih akrunia-Nya, kasih yang tidak layak kita terima inilah yang melakukan semua itu bagi kita. Dalam diri kita sendiri, kita tidak mempunyai kemampuan untuk mengasihi seperti itu, tetapi Allah memberi kesanggupan itu. Dari diri kita sendiri kita tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan orang lain, tetapi melalui kita Ia menyembuhkan orang lain. SETIAP orang Kristen mempunyai pelayanan ini. Kita SEMUA dapat menjadi "penyalur kasih karunia".

Sampai disini pentings ekali untuk memberi sedikit peringatan. Jika kita terluka, BERHATI-HATILAH supaya kita tidak berFOKUS kepada ORANG sebagai "sumber" kesembuhan dalam hidup kita. Manusia tidak dapat memberi apa yang hanya dapat diberi apa HANYA dapat diberi oleh-Nya. Jika Anda ingin disembuhkan orang, Anda akan mudah kecewa.

Pusatkanlah perhatian Anda pada Bapa Surgawi; Dialah satu-satunya yangs anggup menyembuhkan Anda secara total. Seringkali Ia melakukan-nya melalui orang, tetapi Dia-lah sumbernya dan manusia hanyalah saluran-Nya.

Kesembuhan emosional hampir senantiasa merupakan proses. Proses itu memerlukan waktu. Ada alasan yang sangat penting untuk itu:Bapa Surgawi kita tidak saja ingin membebaskan kita dari sakitnya luka-luka masa lalu. Ia juga rindu membawa kita ke dalam kedewasaan, baik secara rohani maupun secara emosional. Ini memerlukan waktu dan pilihan-pilihan yang benar. Ia cukup mengasihi kita untuk MEMAKAI WAKTU berbulan-bulan dan bertahun-tahun yang diperlukan, tidak saja untuk menyembuhkan luka-luka kita, tetapi juga untuk membangun karakter kita.

TANPA PERTUMBUHAN KARAKTER -- kita akan terluka lagi. Kita akan melakukan hal-hal bodoh dan egois yang akan melukai kita atau memancing orang lain untuk menyakiti kita. Karena Allah mengasihi kita, ia menunggu sampai kita menginginkan pertumbuhan karakter semacam itu; Ia menunggu SAMPAI kita menginginkan pertumbuhan karakter semacam itu; Ia menunggu sampai kita siap untuk disembuhkan. Seringkali, tanggapan kita yang benar terhadap orang lain -akan melepaskan kesembuhan itu di dalam hidup kita sendiri.

NOTE:PEDOMAN UNTUK MEMILIH SEORANG PSIKOLOG ATAU PENASIHAT.

Sayang sekali, banyak orang Kristen yang tulus menjadi korban dari orang yang kurang cakap yang menyebut diri sebagai counselor/penasihat. Seorang counselor atau penasihat yang terlatih dapat sangat membantu, tetapi penting sekali untuk memastikan bahwa mereka adalah orang yang memenuhi syarat dan pendukung iman Kristen. Dibawah ini ada 3 pedoman dasar untuk diikuti ketika memilih seorang counselor atau psikolog

Cara terbaik untuk memilih seorang penasihat atau psikolog ialah dengan mengAndalkan referensi dari seorang pemimpin gereja yang dihormati, dokter keluarga, atau teman yang telah mempunyai kontak sebelumnya dengan ahli tersebut dan mengenalnya secara pribadi. Para ahli yang berkompeten tidak akan merasa terancam jika seorang calon pasien menelepon dan dengan bijaksana menanyakan kualifikasi mereka, orientasi teoritis mereka, pengalaman mereka dengan masalah yang sedang dihadapi, dan jenis lisensi yang mereka miliki. Bayaran sebaiknya dibicarakan sebelumnya.

Jangan harapkan para counselor/psikolog memenuhi peran para pemimpin rohani, tetapi para ahli tersebut dapat menjadi efektif dalam proses penyembuhan sesuai keahlian mereka

Bangkitlah dan Angkatlah Mukamu

Penulis : Pdt. Gilbert Lumoindong

I. PENDAHULUAN
Lukas 21:25-28
Takut dan cemas adalah penyakit dunia hari-hari ini. Dimana-mana kita jumpai banyak orang, baik yang tua, muda, kaya dan miskin hidup dalam ketakutan dan kecemasan. Efeknya:

[block:views=similarterms-block_1]
  • Keluarga.
  • Ketika suami atau istri stress, keluarga jadi mudah ribut.

  • Ekonomi.
  • Orang berpikir bahwa jika punya uang, maka punya segala-galanya. Uang menjadi raja dalam hidupnya, sehingga banyak orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, diantaranya dengan cara korupsi, kawin dengan orang yang kaya walaupun orang itu jauh lebih tua.

  • Dunia roh.
  • Orang makin tertarik dengan hal-hal mistik. Orang berpikir jika dia berhubungan dengan paranormal, dukun dan lainnya, dia bisa mendapatkan uang yang banyak, mendapatkan kedudukan yang baik, bisa terkenal, dan lain-lain.

  • Penyakit.
  • Penyakit semakin hari semakin parah. Dimana ada stress, maka penyakit akan merajalela. Tetapi sukacita dalam Tuhan adalah kekuatan dari Tuhan. Alkitab berkata bahwa hati yang gembira adalah obat. Orang yang tenang dan banyak bersyukur umurnya lebih panjang.

II.BERKAT ORANG PERCAYA

Bagi orang percaya :ANAK MANUSIA DATANG DALAM KEMULIAAN(ayat 27).

Di tengah situasi dunia yang kacau dan menakutkan, orang dunia bisa takut dan cemas, tetapi orang percaya tidak akan cemas karena Alkitab katakan bahwa Anak Manusia akan datang dalam kemuliaanNya. Seribu boleh rebah di sisi kirimu, dan sepuluh ribu di sisi kananmu, tetapi itu tidak akan menimpa orang percaya. Orang percaya akan melangkahi anak singa dan ular naga, orang percaya akan menginjaknya, malapetaka tidak akan menimpa kita dan tulah tidak akan mendekat dalam kemah kita.

Apa artinya Dia datang dalam kemuliaan?

  • Allah datang untuk memilih kita dari dunia yang gelap ini.
  • Oleh karena itu Allah bertanggung jawab bagi kita.

  • Allah memberkati.
  • Setelah Allah pilih kita, Allah akan memberkati kita.

  • Allah memberi karunia.
  • Allah tidak hanya puas dengan memberkati karena berkat bukanlah goal (tujuan akhir) Allah, tetapi Allah mau hidup kita berguna sehingga Dia memberikan kita karunia.

  • Allah memberi kuasa.
  • Allah memberi kuasa kepada kita supaya kita dapat berjalan dalam kemuliaan, supaya kita dapat berjalan sebagaimana yang Kristus kehendaki, supaya ditempat Yesus berada, kita bisa berada untuk selama-lamanya

    Jadi Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan pada waktu dunia dalam keadaan takut, bingung dan gelisah.

III. TUGAS ORANG PERCAYA

BANGKIT & ANGKATLAH MUKAMU (ayat 28)

Tidak ada yang bisa membangkitkan kita dari masalah dan persoalan kita, kecuali diri kita sendiri. Hamba Tuhan bisa saja mendoakan kita tetapi kalau kita tidak mau bangkit, maka tidak akan ada kemenangan.

Di dalam Alkitab, waktu Yesus menyembuhkan orang sakit, berkali-kali Yesus berkata "Bangkit, angkatlah tilammu". Yesus tidak akan pernah melakukan mujizat jika kita sendiri tidak mau bangkit. Memang doa orang benar memberikan semangat kepada kita untuk bangkit, tetapi kita sendirilah yang harus bangkit.

Saat ini bukan saat kita untuk memikirkan betapa beratnya beban hidup kita. Karena semakin kita memikirkan masalah kita, maka hidup kita akan semakin terasa berat. Tetapi jika kita ada semangat untuk bangkit, maka Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Selama kita punya semangat untuk bangkit, perkara-perkara besar tersedia bagi kita. Orang-orang yang Tuhan pakai, bukanlah orang-orang yang terus menangisi masalahnya, tetapi orang-orang yang mengerti bahwa Allah adalah sumber kekuatannya.

Sadrakh, Mesakh dan Abednego berkata, "Kalau Allah yang kami sembah sanggup menolong kami, Dia akan menolong kami, tetapi jika tidak, maka untuk menyembah dewa tuanku, kami tidak mau". Mereka punya prinsip bahwa Allah adalah Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan, Dia akan menolong tepat pada waktunya.

Selama kita punya prinsip yang teguh di dalam iman kita, Allah tidak akan pernah mempermalukan anak-anakNya yang berharap kepadaNya.

  • BANGKIT
  • :

    Artinya bangkit adalah berbuat sesuatu yang baik :

    • Bagi kita.
    • Artinya berbuat sesuatu yang baik bagi kita. Kita seringkali berbuat yang jelek dalam hidup kita. Kita hidup dengan emosi, makian, bentakan, dosa, perzinahan, kita buat sesuatu yang tidak baik. Itulah yang membuat kita jatuh, hancur dan binasa serta terhilang.

    • Bagi orang lain/dunia.
    • Hidup Kristen harus mulai berbuat sesuatu bagi dunia. Dunia sudah terlampau lama dikuasai oleh kuasa kegelapan. Ini saatnya kita bangkit berbuat sesuatu yang baik bagi dunia.

    • Bagi pekerjaan Tuhan.
    • Sementara kita berbuat sesuatu yang benar untuk pekerjaan Tuhan, tanpa kita sadari Allah buat segala yang dahsyat dalam hidup kita.

  • ANGKATLAH MUKAMU :
    • Tidak lagi tertunduk.
    • Mengangkat muka artinya tidak lagi tertunduk. Orang yang berjalan tertunduk adalah orang yang stress dan orang yang malu. Orang malu karena hidupnya gagal, hidupnya tidak benar sehingga harus jalan selalu tertunduk. Hidupnya tertekan, merasa gagal dan merasa tidak punya potensi serta tidak bisa berbuat apa-apa, karena apa yang terjadi tidak seperti yang dia harapkan. Setan telah membuat banyak orang percaya berjalan dalam kondisi tertunduk. Kita tahu Yesus kita dahsyat tetapi kita berjalan tertunduk.

      Waktu untuk tertunduk sudah lewat, Allah mengangkat wajah kita. Kita tidak lagi kecewa dengan pergumulan, kita tidak lagi dikuasai rasa malu.

    • Hidup dalam kebanggaan
    • Mengangkat muka artinya hidup dalam kebanggaan. Orang yang menatap artinya bangga, dia tidak perlu kecil hati. Kita bangga karena Allah tidak pernah mempermalukan kita, kita bangga bukan kita tidak punya masalah, tetapi dalam setiap masalah, kita punya jawaban. Kita bangga karena ditengah penderitaan kita hari ini, besok kita akan menerima mahkota yang Tuhan sediakan.

    • Bersukacita untuk janji-janji Tuhan.
    • Orang yang menangkat muka adalah orang yang bersukacita. Orang yang bersukacita bukan karena kita lihat, tetapi karena ada janji yang dahsyat. Janji Allah tidak seperti janji manusia yang selalu diingkari. Janji-janji Allah adalah ya dan amin.

  • PENYELAMATANMU SUDAH DEKAT :
  • Tugas orang percaya adalah berjalan dalam iman dan pengharapan. Kalau kita berada di dalam Kristus, kita tidak usah kuatir. Bapa menggendong kita. Oleh karena itu kita aman dalam genggamanNya.

IV.PENUTUP

Berjuanglah dengan bangkit dan mengangkat muka kita!

Setiap orang percaya, seberat apapun masalah yang kita hadapi, bangkit!, jangan lemah. Angkat muka kita karena Allah tidak akan mempermalukan orang yang berharap kepadaNya (dan)

Beda antara Cinta dan Cocok

Penulis: Dr. Paul Gunadi

Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta-- cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke mahligai pernikahan.

Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya.

Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya akan jelaskan apa yang saya maksud.

Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba- tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang.

Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini. Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu, kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut.

Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum yakni rasa suka.

Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena sabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut. Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang lemah lembut, memang kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan seterusnya.

Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang kita sukai pada dirinya.

Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang telah saya uraikan.

Namun khusus untuk pembahasan kali ini, saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak identik namun sering dianggap demikian. Saya berikan contoh.

Saya suka rumah yang besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe orang yang rajin membersihkan dan memelihara taman (yang dengan cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh di mana suka tidak sama dengan cocok. Contoh yang lain. Rumah saya kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan kurang ada waktu mengurusnya.

Namun saya kurang suka dengan rumah ini karena bagi saya, kurang besar (tamannya). Pada contoh ini kita bisa melihat bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya, yang saya sukai belum tentu ocok buat saya; yang cocok dengan saya belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup.

Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya, dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya.

Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta) akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara kita. Di sinilah terletak awal masalah.

Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran.

Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap, "Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar!

Suka tidak sama dengan cocok; cinta tidak identik dengan cocok!

Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita.

Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18).

Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam.

Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok.

Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita; itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita.

Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku?

Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto, "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta di lapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya.

Jadi, kesimpulannya ialah, cintailah yang cocok dengan kita!

Sumber: Buletin PARAKALEO, Vol.V/No.3/Edisi Juli-September 1998

Dia Menyegarkan Jiwaku

Oleh: Sunanto

Mzm 23:3a “Ia menyegarkan jiwaku”

Di tengah krisis yang sedang melanda dunia usaha saat ini ternyata jenis usaha yang bergerak dalam dunia hiburan sepertinya tidak begitu terkena dampaknya.Bahkan krisis menyebabkan banyak orang yang menjadi stress sehingga mereka berusaha mencari hiburan untuk melepaskan ketegangan. Bisnis dunia hiburan berkembang dengan subur di daerah perkotaan sebab orang kota memang cenderung lebih mudah mengalami stress. Apalagi bagi orang-orang yang tinggal di kota besar seperti kota Jakarta yang hampir setiap hari terjebak dalam kemacetan. Sebuah survei menunjukkan sebagian besar penduduk kota besar di Indonesia mengalami sakit jiwa dalam kadar tertentu.

[block:views=similarterms-block_1]

Manusia modern dengan kecerdasannya memang sanggup membuat hidup menjadi lebih mudah dan cepat. Akan tetapi, justru di era modern yang serba cepat dan komputerisasi ini manusia menjadi semakin mudah tertekan. Dengan ditemukannya handphone memang membuat komunikasi menjadi mudah dan cepat. Namun tanpa disadari justru handphone telah membuat banyak orang semakin tertekan sebab kita menjadi mudah diganggu kapan saja. Beberapa orang rekan kantor di perusahaan tempat saya pernah bekerja sampai mengalami stress berat akibat sering dikomplain oleh pelanggan di luar jam kantor.
Bahkan seorang teknisi mengalami phobia (rasa takut) dengan suara dering handphone akibat seringnya dikomplain oleh pelangggan di waktu malam. Belum lama ini saya membaca di sebuah majalah dimana seorang CEO perusahaan besar memberikan sebuah fasilitas email gratis lewat handphone bagi setiap karyawannya agar mereka bisa tetap bekerja kapanpun. Tidak heran semakin hari semakin banyak saja jumlah orang yang mengalami stress dan depresi.

Ternyata bukan orang-orang yang bekerja dalam dunia ‘sekuler’ saja yang mengalami tekanan. Orang-orang yang bekerja dalam dunia ‘rohani’ juga tidak luput dari tekanan tersebut. Sebuah survei yang dilakukan oleh Family News From Dr. James Dobson menunjukkan 80% Pendeta dan pasangannya sedang mengalami depresi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Fuller Institute of Growth menunjukkan 80% Pendeta yakin bahwa pelayanan penggembalaan mereka mempengaruhi kehidupan keluarga mereka secara negatif. Belum lama ini seorang hamba Tuhan dan juga penyayi rohani terkenal di Indonesia mengalami kekeringan rohani sehingga selama berbulan-berbulan ia setiap hari berkunjung ke pub untuk mencari hiburan.

Kita tidak dapat mengharapkan sebuah kehidupan yang tanpa ada masalah dan tekanan sebab selama kita masih hidup di dunia ini maka kita tidak akan pernah luput dari masalah. Jalan keluar untuk dapat menang dari semua tekanan yang kita hadapi adalah dengan memiliki keintiman dengan Allah. Kita harus memiliki hubungan yang akrab dengan Allah sehingga setiap hari jiwa kita dapat disegarkan oleh air kehidupan yang mengalir dari tahtaNya. Hubungan yang intim dengan Allah harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita kita jika kita ingin tetap bertahan dalam menghadapi beratnya tekanan kehidupan ini,

Saya mengundang anda semua untuk masuk ke dalam kehidupan yang intim dengan Allah. Ada sebuah tempat rahasia sukacita yang telah disediakan oleh Tuhan bagi setiap orang yang ingin memiliki hubungan yang intim denganNya. Hidup kita tidak akan sama lagi jika telah mengalami rahasia sukacita yang datang dari Tuhan. Hidup kita akan menjadi sangat luar biasa dan bergairah sebab air kehidupan itu telah menyegarkan dan memuaskan jiwa kita. Yesus berkata “Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Minumlah air kehidupan itu dan biarlah mata air itu mengalir untuk membasahi banyak jiwa-jiwa yang sedang kekeringan !

Duri-duri Pemulihan

Penulis : Ayub Yahya

PENGAMPUNAN Tuhan adalah tema yang sangat menonjol dalam Alkitab. Ingat kisah mengharukan "Si Anak Hilang" (Lukas 15:11-32)? Bagaimana Sang Ayah memeluk si bungsu dengan penuh suka. Ada luapan cinta di sana. Segala dosa dan "kekotoran" si anak hilang tidak diingatnya lagi. "Anakku yang hilang telah kembali," katanya.

[block:views=similarterms-block_1]

Cinta Sang Ayah dalam kisah tersebut adalah cinta Tuhan. Sambutan Sang Ayah adalah sambutan Tuhan. Pelukan Sang Ayah adalah pelukan Tuhan. Dan si anak hilang itu adalah para pendosa - kita semua - yang datang kepada-Nya.

Atau tentang Zakheus (Lukas 19:1-10). Ia adalah seorang pemungut cukai. Orang banyak membencinya setengah mati, menghindarinya, dan menganggapnya sebagai pendosa kelas kakap. Tetapi, kepadanya Tuhan Yesus justru berkata, "Zakheus, Aku akan menumpang di rumahmu."

Menumpangnya Tuhan Yesus di rumah Zakheus bukan sekadar menumpang. Ada makna yang lebih dalam dari itu, yaitu: Penerimaan dan pengampunan.

Ya, atas nama norma dan agama manusia bisa saja menolak, menista, atau bahkan menghukum seorang pendosa. Tetapi, di dalam Tuhan selalu tersedia penerimaan dan pengampunan. Kasih setia Tuhan melampaui pikiran manusia; kebaikan Tuhan melampaui batas-batas norma dan agama.

Seperti kepada Zakheus, seperti itulah sikap Tuhan kepada para pendosa - kepada kita semua.

Hingga pemulihan pun terjadi.

Akan tetapi, hati-hati, ada duri-duri terhadap pemulihan Tuhan ini. Duri-duri yang bukan hanya bisa menghambat, tapi juga bisa mengancurkan. Pertama, dari orang-orang yang menempatkan dirinya sebagai "polisi iman". Yaitu, mereka yang sangat peka de- ngan keburukan orang lain, tapi menu- tup mata terhadap keburukannya sendiri.

Mereka mencemooh, mencibir, menghina, merendahkan, menudingkan jari telunjuk kepada orang lain yang tergelincir ke lembah dosa. Padahal, mereka sendiri tidak bersih dari dosa.

Kepada orang-orang seperti itulah Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7). Sesungguhnyalah, tidak ada kesalahan yang lebih buruk selain ketika kita sibuk ngurusin kesalahan orang dan lupa dengan kesalahan sendiri.

Kedua, dari dalam diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa begitu hina, kotor, sangat tercela dan nista. Kita menghakimi dan menghukum diri kita sendiri. Seolah-olah tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki diri; ibarat gelas sudah pecah berkeping-keping. Lalu kita hidup dalam ketelanjuran; telanjur kotor sekalian saja berbuat kotor, telanjur tercela sekalian saja berbuat tercela.

Padahal, pikiran kita bisa membentuk siapa dan bagaimana diri kita. We are what we think. Kalau kita terus berpikir bahwa kita ini kotor, hina, tercela, maka jadilah kita benar-benar kotor, hina dan tercela. Sehingga kita pun semakin jauh terjerembab ke dalam lumpur dosa.

Lalu bagaimana?

Tidak ada cara lain, kita harus mengalihkan hati kita. Dari cemoohan dan penolakan orang lain terhadap diri kita, kepada pengampunan dan penerimaan Tuhan; dari pikiran dan perasaan kita yang negatif, kepada kasih dan kebaikan Tuhan.

Tuhan mahakasih. Kasih-Nya tidak terbatas; lebih dalam dari lautan, lebih luas dari langit. Tuhan mahabaik. Tuhan mahapengampun.

Daud merasakan betul arti dipulihkan. Pada suatu masa di hidupnya Daud pernah terjerumus ke dalam dosa yang begitu kelam (2 Samuel 11:1-27). Kasih dan kebaikan Tuhanlah yang mengangkatnya kembali dari keterpurukan karena dosanya itu. Maka Daud pun bermazmur:

"Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamana Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita" (Mazmur 103:8-12).*

Sumber: Suara Pembaruan

Empat Jenis Obat untuk Orang Beriman yang Sedang Sakit

Seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

[block:views=similarterms-block_1]

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan; "Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Di pantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh."

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan dokter. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga ke pantai. Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: "Dengarlah". Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secra perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis; "Mengingat". Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar bathinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat, ia menemukan secarik kertas dengan tulisan: "Menimbang dan menilai motivasi". Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: "Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai". Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata "Cemas". Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata "Cemas" yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas tersebut?. Mungkin saya, mungkin pula anda. Pernahkah saya secara tulus mendengarkan bahasa bathin sendiri? Atau pernahkah saya mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa saya saat ini? Apa yang menjadi motivasi utama hidup saya hari ini dan besok, dan apa kecemasan saya?

Sumber: Felicite Angela

Friendship, Persahabatan, Pardonganon

Penulis: Walsinur Silalahi

Arti kata Friendship dan pardonganon (dalam bahasa batak) diatas adalah sama yaitu persahabatan. Persahabatan bisa merupakan sebuah cermin yang didalamnya saya bisa melihat diri sendiri. Saya menghargai kawan-kawan saya karena mereka dapat menerima diriku dengan segala kekurangan-kelebihanku Sayapun menerima mereka dengan kasih yang sama. Saya juga tidak sungkan-sungkan menunjukkan perbuatan mereka yang salah. Ada rasa tanggung jawab tertentu dalam persahabatan. Disinilah kawan berfungsi sebagai cermin. Kadang-kadang kawan-kawan sungkan menunjukkan kelemahan sahabat demi menjaga perasaannya. Hal itu tidak baik dipelihara dalam membangun Friendship.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya berkenalan dengan seorang sahabat yang umurnya beda jauh dari saya. Umur saya 54 tahun sedang umur temanku itu 26 tahun. Dengan sikap yang saling menunjukkan kelemahan, saya bisa memperbaiki diri. Nama temanku itu Novianty. Dia sungguh energik dan tegas. Bagi yang belum mengenal sifatnya, bisa cepat-cepat meninggalkannya karena dia paling tidak suka dengan janji yang tidak ditepati. Dia spontan mengeluarkan pendapat bila sesuatu hal tidak berkenan dihatinya, tetapi dia tidak pernah dendam. Marahnya cukup saat itu saja.

Begitu akrabnya persahabatan kami, sehingga dia saya anggap my oldest daughter, dan dia menganggap aku sebagai ayahnya yang selalu memberikan perhatian terhadap kesehatanku. Kami ber-ikrar menjaga persahabatan ini seperti Taz Mahal salah satu keajaiban dunia. Rintangan-rintangan yang mengganggu kelancaran persahabatan, kami singkirkan dengan diskusi terbuka saling open minded. I love her. Dia suka menulis renungan-renungan singkat dalam buletin, demikian juga saya senang menulis tentang pengalaman-pengalaman hidup sebagai cermin bagi orang-orang yang suka membacanya. Kami punya hobby menulis dengan gaya yg berbeda.

Ada dua hal penting dalam persahabatan: Pertama adalah mengenalnya sejak lama, memperhatikannya bertumbuh dan berkembang, sama-sama merasakan sejarah masa lampau. Persahabatan tidak perlu mempunyai persamaan dalam segala hal, tetapi saling mengenal dan sama-sama merasakan banyak hal dalam hidup ini.

Kedua: Suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan membangun bersama-sama tentang alam semesta. Saya dan Novianty tidak pernah berkumpul tanpa berbicara mengenai sang pencipta (Tuhan). Hal itu merupakan dasar paling baik bagi persahabatan. Bila ada perbedaan besar tentang Tuhan, maka persahabatan yang mendalam dan menyenangkan tidak mungkin tumbuh. Karena pengertian kami tentang sifat Allah mempengaruhi cara berpikir mengenai diri sendiri dan segala hal yang lain di dunia ini.

Jika seseorang memandang Allah sebagai Hakim yang suka marah dan penuh dendam, orang itu tidak mungkin mau bersahabat erat dengan saya. Kami melihat Tuhan itu dalam Alkitab adalah Allah yang penuh kasih dan suka mengampuni. Ada pengalaman saya yang cukup kontras dalam persahabatan. Waktu itu saya berbeda pendapat tentang penafsiran sebuah drama. Kami saling berteriak mengeluarkan pendapat. Orang-orang yang melihat kami saling ngotot berkata: "putuslah persahabatan mereka." Setengah jam kemudian, kami saling bergandengan tangan dengan akrabnya. Kami menyadari bahwa saya dan dia pasti ada perbedaan.

Persahabatan yang menghancurkan: Bagaimana jika memutuskan persahabatan dirasakan sebagai jalan terbaik? Jikalau persahabatan kita sama sekali tidak bermanfaat, lebih baik kita mundur sementara. Kita tidak perlu memutuskan persahabatan untuk selamanya. Sewaktu saya melibatkan diri dalam komunitas orang-orang yang kreatif, perlahan-lahan saya menyadari bahwa mereka mempunyai gaya hidup yang agak kacau. Saya melihat mereka menjalani kehidupan yang tidak cocok dengan kehidupan saya sebagai seseorang yang berusaha melayani Tuhan. Oleh sebab itu saya menarik diri sebagai pernyataan sikap, tetapi seramah mungkin. Saya sadar bila saya terus terlibat didalamnya, maka ada kemungkinan saya ditarik dalam kehidupan mereka dan tentu akan merusak diri saya.

Persahabatan yang sungguh-sungguh rupanya dimulai pada saat remaja. Pada saat itu kaum muda mulai mengerti prinsip persahabatan dan sanggup mengadakan pilihan. Persahabatan itu dapat berlangsung bila ada kesepakatan tentang suatu topik pembicaraan, mendiskusikan ide-ide. Jika percakapan berkisar pada hal-hal yg tidak karuan, maka saya tidak akan menjadikannya menjadi sahabat tetap. Sangat sulit bersahabat dengan orang yang menganggap dirinya serba tahu, karena itu adalah semacam manipulasi. Kadang keadaan itu tidak jahat, tetapi toh bersifat merusak. Akar manipulasi adalah kesombongan, merasa mempunyai hak untuk mengendalikan orang lain, mengetahui segala sesuatu. Manipulasi bukan dasar bagi suatu persahabatan. Kita semua adalah anak Tuhan yg memiliki gambaran Allah dalam diri kita yang kadang-kadang sangat tersembunyi, merupakan tanda tentang penciptaan yg tidak pernah berhenti. Saya tidak setuju dengan ide bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan berkata: "Oh, baik, sudah selesai." Ia tidak mengatakan sudah selesai sampai Ia berada di kayu salib. Kita sebagai manusia dipanggil untuk menolong menuju kedatangan kerajaanNya. Jikalau saudara terlalu bergantung pada persahabatan itu, maka saudara cenderung mendewakan persahabatan itu dan saudara akan meminta dari sahabat itu yang seharusnya hanya anda minta dari Tuhan.

Sepanjang hidup, saya mempunyai sahabat-sahabat dari segala usia. Persahabatan jangan seluruhnya tergantung kepada perasaan. Kecewa, jengkel terhadap seseorang janganlah merusak persahabatan. Kita jangan mematikan persahabatan hanya karena tidak semuanya menyenangkan. Kadang-kadang kita sebagai kawan harus menunggu sampai orang lain itu bisa menanggapi kembali. Biarkan persahabatan itu tidur sampai suatu saat bisa berbunga dan mekar kembali (Amsal 17;17,Amsal 22;24).

Hak Beristirahat untuk yang Bekerja

Penulis : Eka Darmaputera

"Beristirahat" adalah antonim dari "bekerja". Seperti "mendorong" adalah lawan kata dari "menghela", dan "masuk" adalah lawan kata dari "keluar".

[block:views=similarterms-block_1]

Karena itu wajar bila orang yang hobinya bekerja, tidak suka beristirahat. Dan sebaliknya, orang yang kegemarannya beristirahat, malas bekerja. Konon, menurut para ahli, perbedaan sikap ini menjadi salah satu pembeda utama antara sebuah "masyarakat tradisional" dan sebuah "masyarakat moderen".

Pada sebuah masyarakat "tradisional", orang yang tidak harus banyak bekerja dipandang berstatus lebih mulia, ketimbang mereka yang mesti banyak berpeluh karena terpaksa bekerja keras. Hanya "wong kasar" yang melakukan "kerja kasar". Sementara yang berdarah biru tak pantas mengotori tangannya.

"Bekerja" dilakukan hanya bila terpaksa. Apalagi bekerja dengan mengerahkan otot dan tenaga. Kerja jenis ini-"kerja kasar"-diakui memang tidak terelakkan.

Bagaimana pun piring kotor harus dicuci; sampah harus diangkut; kayu harus dibelah; padi harus ditanam dan dipanen. Ya! Namun "kerja kasar" ini, sekali lagi, cuma pantas dikerjakan oleh "orang-orang kasar" pula.

Ini tidak berarti bahwa mereka-orang-orang "tradisional"-itu pemalas. O, sama sekali tidak! Mereka mau dan bisa bekerja sangat keras. Tengok saja petani-petani, nelayan-nelayan, dan kuli-kuli panggul kita! Mereka adalah pekerja-pekerja keras.

Cuma saja, "bekerja" itu sendiri-bagi mereka, dan bagi orang lain juga-bukanlah sesuatu yang terhormat. Karena itu mereka melakukannya, sebab tidak ada pilihan lain.

* * *

DALAM masyarakat modern, "kerja kasar " disebut sebagai "blue collar job". Artinya, "pekerjaan kerah biru". Sedang "kerja halus" disebut sebagai "white collar job". Pekerjaan "kerah putih". Disebut "biru dan "putih", kemungkinan besar adalah karena yang melakukan "kerja kerah putih", tak perlu mengotori pakaiannya. Sedang yang lain perlu pakaian kerja yang "tahan kotor"-pakaian biru.

Tak dapat dipungkiri, pekerjaan "kerah putih" dianggap lebih prestisius ketimbang yang "kerah biru". Pekerja kerah putih adalah mereka yang berdasi atau bergaun rapi, duduk di ruang yang sejuk berkursi empuk, sibuknya di belakang meja dengan pena, telepon, dan komputer mereka. Tak ada peluh menetes.

Karenanya, mana bisa dibandingkan dengan montir-montir yang berpakaian dekil, bekerja di ruang yang hiruk pikuk dan berbau penguk. Dengan juru parkir yang bekerja dipanggang terik matahari, mengumpulkan 1000 rupiah demi 1000 rupiah.

Dengan tukang sampah yang sehari-hari harus menahan bau dan mengais sampah tanpa pelindung hidung atau kaus tangan.

Dengan kuli-kuli pelabuhan yang memanggul beban yang lebih berat ketimbang berat badannya sendiri.

Tapi dalam masyarakat moderen, sikap terhadap "kerja" telah berubah secara radikal. Bekerja itu, untuk mereka, adalah mulia. Luhur. Orang- orang yang lebih gemar memandikan perkutut ketimbang bekerja keras, mereka pandang sebagai pemalas-pemalas dan benalu-benalu masyarakat yang menyebalkan.

Sebaliknya, semakin banyak tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan-dan karenanya semakin sedikit orang yang berminat melakukannya-diberi penghargaan yang relatif lebih tinggi. Karena itu, seorang anak di Amerika dengan tanpa merasa minder memperkenalkan ayahnya sebagai "garbage man" (= tukang sampah).

Perubahan sikap terhadap "kerja", juga sangat jelas kita lihat melalui kisah berikut, yang konon benar-benar terjadi. Ketika pada suatu hari, sebagai tanda penghargaan dan kekaguman, perdana menteri Jepang berkenan berkunjung ke pabrik Honda. Sudah selayaknya, tamu terhormat ini disambut sendiri oleh pucuk pimpinan tertinggi pabrik tersebut. Dan itu tidak lain adalah sang presiden direktur, sekaligus pemilik dan pendiri Honda Corporation.

Ketika saat kunjungan kian mendekat, staf terdekat Pak Honda semakin gelisah. Bos mereka masih tetap bersantai dengan pakaian bengkelnya, yang di sana sini "kotor" terkena tumpahan oli dan sapuan gemuk.

"Pak, rombongan akan tiba lima menit lagi. Apakah bapak tidak sebaiknya berganti pakaian dahulu?", kata mereka-setengah gugup setengah gemetar. "Mengapa aku harus tukar pakaian?," sergah sang bos besar, "Pakaian kerja bagiku adalah pakaian yang paling terhormat yang bisa dikenakan oleh seseorang".

* * *

SEDEMIKIAN terobsesinya orang-orang moderen terhadap kerja, muncullah sebuah "penyakit sosial" baru, yaitu penyakit kecanduan kerja. Atau lebih dikenal sebagai "workaholic". Orang-orang yang mengidap penyakit ini melihat "bekerja" sebagai satu-satunya, bahkan semua- muanya, dalam kehidupan. "Beristirahat" bagi mereka adalah "siksaan" (= torture). Penyia-nyian waktu yang tak terampunkan.

Apakah bekerja melampaui batas tidak membuat mereka lelah? Tentu saja! Tapi kelelahan pun-selama masih bisa-akan mereka tekan, dengan maksud masih bisa bekerja lebih lama dari pada yang dimungkinkan oleh kekuatan tubuhnya.

Maka di toko-toko pun berjajar dijual pelbagai jenis "stimulan", yang fungsinya adalah menghilangkan rasa lelah. Tapi awas, obat-obatan ini cuma menghilangkan rasa lelah, bukan menghilangkan kelelahan itu sendiri!

AKIBATNYA mudah diramalkan. Secara umum, produktivitas masyarakat meningkat hebat. Tapi dampak sampingnya adalah kualitas kesehatan yang menurun dan kehidupan keluarga yang rentan.

Suami dan istri-kedua-duanya hanya memikirkan pekerjaan- hanya "menyisakan", bukan dengan sengaja "menyisihkan", waktu bagi pasangannya, yaitu ketika tubuh sudah penat, tenaga sudah terkuras, dan emosi telah labil.

Anak-anak banyak yang bertumbuh liar, karena tak pernah merasakan perhatian dan tak pernah menikmati kasih sayang orang tua mereka. Kecuali barangkali diberi uang atau dibelikan "play station", guna mengalihkan perhatian dan membungkam protes mereka.

Hari Minggu, bagi banyak orang, adalah satu-satunya hari di mana mereka bisa bangun siang dan tidak melakukan apa-apa, setelah seminggu lamanya tenaga mereka dipacu melampaui batas.

Karena itu, bagi orang-orang ini, ke gereja dianggap merugikan lagi pula tak ada manfaatnya. " Sama-sama tidur, lebih baik tidur di rumah dari pada tidur di gereja!," kata mereka.

Kebutuhan spiritual mereka pun, tanpa disadari, tertelantarkan. Dan dengan spiritualitas yang "tipis", "miskin" dan "merana" itu, mana mungkin mereka punya kekuatan untuk menghadapi tantangan kehidupan moderen yang luar biasa berat.

* * *

"ENAM HARI LAMANYA ENGKAU AKAN BEKERJA DAN MELAKUKAN SEGALA PEKERJAANMU, TETAPI HARI KETUJUH ADALAH HARI SABAT TUHAN, ALLAHMU; MAKA JANGAN MELAKUKAN SESUATU PEKERJAAN ." (Keluaran 20:9-10)

Perintah ini bukan perintah untuk beristirahat, tetapi juga perintah untuk bekerja. Perintah untuk bekerja, dan perintah untuk beristirahat. Keduanya-"bekerja" dan "beristirahat"-ternyata tidak berlawanan, dan jangan dipertentangkan.

Keduanya bukan merupakan pilihan "ini atau itu"; "bekerja atau beristirahat". Tapi komplementer. Saling melengkapi. Yang satu tak mungkin tanpa yang lain.

Tidak mungkin orang hanya terus-menerus bekerja, tanpa beristirahat. Tapi mustahil pula, bila orang hanya mau beristirahat tanpa bekerja- kecuali bila yang bersangkutan sakit parah. Kinerja yang bermutu hanya dapat dihasilkan oleh mereka yang cukup beristirahat. Sebaliknya, istirahat yang paling nikmat adalah untuk mereka yang telah bekerja paling penat.

Bukankah perintah Tuhan ini adalah koreksi terhadap gaya hidup banyak orang-khususnya sebagian besar pegawai negeri kita? Yaitu pada waktu semestinya bekerja, eee malah bersantai ria dan bermalas-malasan- sungguh menyebalkan! Sebaliknya tatkala seharusnya sudah bisa beristirahat, terpaksa bekerja keras untuk mengejar ketinggalan.

Yang Tuhan kehendaki adalah, hidup yang DISIPLIN dan SEIMBANG. Bekerja pada waktu bekerja. Beristirahat pada waktu istirahat. Baik dalam melakukan pekerjaan sekuler kita, maupun ketika melaksanakan tugas misioner kita.

"Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, " kata Yesus, "selama hari masih siang; (sebab) akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja" (Yohanes 9:4)

Menurut Yesus, waktu tidak berjalan siklis (= melingkar) melainkan linear (= lurus). Untuk masing-masing ada waktunya. Ada waktunya bekerja, ada waktunya beristirahat. Setiap saat adalah kesempatan. Peluang yang kadang-kadang cuma sekali datang, lalu tak pernah terulang.

Jadi selama Anda masih diberi kesempatan bekerja, bekerjalah sekeras- kerasnya dan sebaik-baiknya! Sebab satu saat "akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja". Dan bila "malam" itu datang, maka betapa pun Anda ingin, yang akan tersedia cuma penyesalan. Penyesalan tanpa obat.

Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadhakb.html

Hati Manusia yang Terluka

Penulis : Floyd Mc Lung

Ia menyebut dirinya Steve, tetapi saya rasa itu bukan nama sebenarnya.Jeans-nya tua dan lusuh, bukan karena ia membelinya di sebuah butiq trendy di Eropa dengan penampilan yang sengaja dibuat lusuh, melainkan karena ia sering memakainya dalam perjalanan "hippie"-nya.Dari Amsterdam ia berkelana lewat darat bersama seorang kawan menggunakan Magic Bus, sebuah pelayanan wisata yang murah namun penuh resiko, dan mereka baru saja tiba di Kabul, Afganistan.

Saya, isteri saya Sally, dan beberapa kawan kami tinggal di kabul dan membuka sebuah klinik bagi orang-orang barat yang putus sekolahg dan mengembara ke Asia tengah mencari petualangan, narkotika dan lari dari peradaban mereka yang membuat mereka merasa muak.banyak diantara mereka didesak ke dalam golongan pinggir masyarakat karena suatu penolakan dan perasaan terasing yang sangat dalam.taka da suatu apapun dalam lingkungan mereka yang memberikan suatu jati diri atau rasa kebersamaan.Steve tidak terkecuali.

Dalam minggu-minggu berikutnya, kadang-kadang ia mengunjungi kami di kliniq.Suatu hari ia mengejutkan saya dengan bertanya apakah saya ingin tahu kapan ia merasa paling bahagia dalam hidupnya.Ini adalah pertama kalinya ia dengan sukarela berbicara tentang dirinya, maka saya sangat berhasrat untuk mendengarnya.

"Saya akan katakan kepada anda kapan saya merasa paling bahagia dalam hidup saya," kata Steve dengan sebuah senyum yang aneh di wajahnya.Kepedihan dan kegusaran yang selama ini terkunci meledak dalam kemarahan yang dahsyat."Pada hari ulangtahun saya yang ke 11 ketika kedua orangtua saya tewas dalam kecelakaan mobil!!!"

Suaranya penuh kegetiran."Setiap hari sepanjang hidup saya, mereka mengatakan betapa bencinya mereka kepada saya dan mereka tidak menginginkan saya.Ayah merasa jengkel terhadap saya dan Ibu terus menerus mengingatkan saya bahwa saya lahir karena kecelakaan.Mereka tidak menghendaki saya.Saya senang mereka mati!"

Dalam minggu-minggu berikutnya, saya terus berusaha menolongnya, tetapi kehilangan jejaknya segera sesudah itu, namun, kepedihan dan kemarahannya tetap terukir jelas di dalam ingatan saya.

Apa yang saya dan Sally temukan di Afghanistan pada awal tahun 70-an, bukan hanya beberapa orang barat yang terluka dan lari dari persoalan-persoalan mereka, melainkan suatu keseluruhan sub budaya dari orang-orang yang terluka.Selama sepuluh tahun terakhir kami telah menginvestasikan hidup kami untuk menolong orang yang terluka secara emosional, dan mendapati bahwa tidak ada lapisan masyarakat yang kebal terhadap kepedihan akibat hubungan yang retak.

Seorang pemuda kelas atas yang datang kepada kami untuk konseling melukiskan bagaimana ayahnya memaksany untuk menyaksikan ibunya dipukuli dan ditusuk dengan pisau.Seorang wanita muda mengisahkan tentang penghinaan dan penganiayaan yang ia alami di tanagn ayahnya, saudara-saudara laki-lakinya dan kakeknya.Seorang pemuda lain menceritakan bagaimana orangtuanya menyerahkan dia kepada kakek dan neneknya, hanya karena mereka tidak menghendakinya.Selanjutnya, kakek dan neneknya itu memasukkannya ke panti asuhan pada usia 5 tahun.Disana ia dipukuli setiap hari minggu jika menolak pergi ke gereja.Beberapa tahun kemudian ia menjadi Kristen melalui pelayanan kami di Afghanistan dan ia kembali pulang ke rumah untuk menyatakan kasih dan maafnya kepada orangtuanya dengan membawa sebuah hadiah.Ketika melihatnya, ibunya berteriak-teriak kepadanya dengan penuh kemarahan dan tidak mengijinkannya masuk.Seorang suami muda y ang ganteng sambil menangis mengatakan bahwa seingatnya ia tidak pernah mendengar kata-kata "Aku mengasihimu" dari ayahnya yang seorang pengacara.

Dunia kita dilanda epidemi kepediahan.Dengan merajalelanya perceraian dan penganiayaan anak-anak yang berteriak melalui berita-berita nasional, tidaklah heran bahwa bagi banyak orang konsep tentang Allah sebagai Bapa menimbulkan tanggapan penuh kemarahan, kebencian dan penolakan.Karena mereka tidak pernah mengenal seorang ayah atau bapa yang ramah dan peduli, sehingga mereka mempunyai pandangan yang terbalik mengenai kasih Bapa Surgawi. Dalam banyak kasus, orang-orang yang terluka ini memilih untuk menyangkal atau mengabaikan kehadiaranNya.

John Smith, kawan saya dari Melbourne- Australia-menceritakan tentang seorang remaja jalanan yang keras, yang memberinya kesempatan untuk menceritakan kepadanya tentang Allah.
"Oke Bung," katanya, "seperti apakah Allah?"
John yang baru saja lulus dari sekolah teologia berkata tanpa berpikir, "Ia sama seperti seorang ayah."
Mata anak muda itu memancarkan kebencian."Jika ia seperti ayahku, kau boleh memilikinya!!!"

Belakangan John mengetahui dari seorang pekerja sosial bahwa ayah anak muda tersebut telah memperkosa saudara perempuannya berulangkali dan memukul ibunya.

Luka-luka Emosional........

Pengalaman masa kanak-kanak yang negatif bukan satu-satunya faktor yang menghalangi kita untuk memahami Allah sebagai Bapa.Banyak orang mengalami suatu hambatan secara emosional dan mental ketika mereka berusaha untuk memanggil Allah"Bapa" karena mereka tidak mengenal-Nya secara pribadi.

Ada perbedaan mengenal tentang-Nya dan mengenal-Nya secara pribadi.Yohanes 1:12 berkata, "tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa untuk enjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya"

Untuk menjadi anak-anak Allah kita harus percaya bahwa Yesus Kristus datang sebagai anak Allah, mati dan dibangkitkan supaya dosa-dosa kita dapat diampuni.Kemudian kita harus meminta agar Ia mengampuni kita dan menjadi Tuhan atas kehidupan kita.Kita harus membaktikan hidup kita untuk belajar dan menaaati firman Allah, dan menyembah hanya Dia.

Ada orang yang mempunya kesulitan berhubungan dengan Allah sebagai bapa karena sepanjang hidup, mereka diajar untuk menghormati-Nya, dan bagi mereka itu berarti menyapa-Nya dengan sebutan "Dikau".Memakai istilah informal seperti "Papa, Papi " atau "Bapa" tampak tidak menghormati abgi mereka.Namun alkitab mengajar kita untuk menyebut Allah sebagai "Bapa" ketika kita berdoa(Mat 6:9), dan bahwa Ia ingin mempunya hubungan yang akrab dan mesra dengan kitya, anak-anakNya.

Beberapa hambatan yang paling umu bagi kita untuk memahami hati Bapa adalah luka-luka emosional.Luka-luka tersebut seringkali menghasilkan "jaringan bekas luka" yang membuat kita ragu untuk mempercayai-Nya -sepenuhnya sebagai Bapa kita.

Hidup Dalam Segala Kelimpahan (1)

Oleh: Sunanto Choa

Yohanes 10:10 “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

[block:views=similarterms-block_1]

Sebagian besar dari saudara mungkin sudah pernah membaca atau mempelajari kutipan ayat di atas. Saya yakin kita semua pasti menyenangi janji Yesus yang indah dalam ayat tersebut. Banyak pengkotbah yang sangat suka mengutip ayat ini sebab ayat ini memang “enak didengar” oleh telinga jemaat. Namun saya menemukan banyak sekali orang kristen yang salah mengartikan hidup dalam segala kelimpahan yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus ini. Kebanyakan orang mengartikan hidup kelimpahan tersebut dengan memiliki kekayaan materi dan kesuksesan duniawi.

Apakah yang dimaksud Yesus dengan hidup dalam segala kelimpahan ? Jika yang dimaksud hidup dalam segala kelimpahan adalah dalam hal materi maka Tuhan Yesus telah berdusta sebab banyak orang kristen yang hidup sungguh-sungguh tidak berkelimpahan dalam materi, bahkan rasul Paulus jelas tidak berkelimpahan secara materi bahkan bisa dikatakan dia miskin secara materi sebab kadang ia kelaparan dan telanjang. Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud hidup dalam segala kelimpahan ini ?

Saya mengenal seorang orang kristen yang masih relatif berusia muda tetapi sudah sukses dalam bisnisnya. Anak muda ini merintis usaha dari nol dan dalam beberapa tahun berhasil menjadi jutawan baru sehingga bisa memiliki mobil mewah dan rumah besar. Banyak orang mengatakan anak muda ini “diurapi dalam bisnis” oleh Tuhan sebab selain itu dia juga banyak memberi untuk pekerjaan Tuhan. Banyak teman-temannya yang ingin menjadi seperti pemuda yang “sukses” ini sebab mereka mengira pemuda ini telah mengalami kebahagiaan dalam hidupnya . Akan tetapi, setelah menyelidiki kehidupannya saya menyimpulkan bahwa anak muda ini sama sekali tidak hidup dalam segala kelimpahan. Saya menemukan orang muda ini sama sekali tidak bisa dikatakan bahagia meskipun ia memiliki harta yang melimpah. Bahkan saya iba (kasihan) dengan anak muda ini sebab justru kekayaan dunia ini telah membuat hidupnya menderita. Hal ini bisa terjadi sebab keberhasilan dalam bisnisnya tidak diimbangi oleh keberhasilan (baca: pertumbuhan) dalam hidup kerohaniannya.

Percayalah, saya bukan penganut ajaran teologia kemiskinan yang mengajarkan untuk menjadi rohani seseorang harus hidup dalam kemiskinan. Philip Yancey mengatakan “Selama hidupNya di dunia ini Yesus banyak menolong orang miskin agar mereka bisa keluar dari kemiskinan mereka sekalipun Ia berkata berbahagialah orang yang miskin dan lemah”. Bila kita semua hidup miskin secara materi, lalu bagaimana kita bisa memberi kepada orang lain ? Bagaimana kita bisa menjadi berkat bila tidak terlebih dahulu diberkati oleh Tuhan ? Bagaimana kita bisa melakukan pekerjaan Tuhan bila tidak ada yang memberikan dana untuk menyokong pekerjaan tersebut ?

Banyak orang yang berpikir bahwa kepercayaan kekristenan hanyalah tentang menuju ke sorga di masa depan. Hidup dalam segala kelimpahan yang dijanjikan oleh Yesus merupakan janji yang sangat indah dan itu jauh dari sekedar kelimpahan secara materi. Sangat sedikit orang kristen yang berhasil mencapai tingkat kehidupan yang penuh kelimpahan ini. Oh tahukah anda bahwa Yesus telah menyediakan hidup yang begitu indah dan berbahagia bagi kita semua ? Tentu saja Ia tidak menjanjikan hidup yang mudah dan tanpa masalah sebab selama kita hidup di dunia ini mustahil untuk hidup tanpa ada masalah. Tetapi Ia menjanjikan di tengah-tengah dunia yang penuh masalah ini kita bisa hidup bahagia dalam segala kelimpahan sebab damai sejahteraNya akan mememelihara hati dan pikiran kita. Dia menjanjikan kehidupan yang penuh dengan sukacita dan kemenangan bagi setiap kita. Inilah sebuah tingkatan kerohanian yang mengalir seperti sungai sehingga kemanapun kita pergi maka kita akan membawa berkat, kehidupan dan pemulihan bagi orang lain ( Yeh 47:9-12). Maukah anda memiliki kehidupan yang seperti itu ?

Hidup Dalam Segala Kelimpahan (2)

Oleh: Sunanto Choa

Mat 10:39 “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”

Di ayat ini Yesus mengatakan “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku maka ia akan memperolehnya”. Nyawa itu identik dengan kehidupan sebab bila kita kehilangan nyawa berarti kita kehilangan kehidupan. Dengan kata lain Yesus bermaksud mengatakan jika kamu ingin memperoleh hidup yang berkelimpahan maka kamu terlebih dahulu harus kehilangan nyawa karena aku. Disinilah banyak orang kristen yang mengalami kegagalan sebab kehilangan nyawa menuntut penyangkalan diri, kematian daging dan kematian terhadap diri sendiri .Untuk dapat memiliki hidup dalam segala kelimpahan kita dituntut untuk mati terhadap diri sendiri (mati terhadap keakuan).

Pengajaran tentang kehidupan berkelimpahan memang disukai banyak orang tetapi pengajaran tentang kematian terhadap diri sendiri yang menuntut penyangkalan diri dan memikul salib tidak disukai banyak orang. Padahal keduanya saling berhubungan dan tidak terpisahkan sebab untuk memperoleh janji tentang hidup berkelimpahan ada syarat yang harus kita penuhi yaitu mati terhadap diri sendiri (keakuan). Kasih Tuhan memang tidak bersyarat tetapi janjiNya bersyarat. Tuhan tetap mengasihi kita sekalipun kita tidak taat kepadaNya tetapi jika kita tidak taat maka ada konsekuensinya yaitu kita tidak akan menerima penggenapan janjiNya tentang hidup berkelimpahan ini.

Saya menemukan begitu banyaknya pengajaran tentang hidup berkelimpahan yang tanpa disertai pengajaran tentang salib. Hal ini sangat berbahaya sehingga banyak anak Tuhan terjerumus ke jalan yang salah. Akibat pengajaran yang tidak seimbang ini, banyak orang yang berhasil dalam ukuran dunia tetapi gagal di mata Allah. Tuhan telah menaruh beban di hati saya untuk membawa umatNya masuk ke tanah perjanjian dan memperoleh hidup dalam segala kelimpahan seperti yang dijanjikan Yesus kepada kita semua. Oleh karena itu saya begitu sedih setiap kali menyaksikan orang kristen yang sukses dalam ukuran dunia namun gagal di mata Allah.

Janganlah takut bila saat ini anda merasa sangat kosong, hancur dan berakhir sebab jika itu benar-benar pekerjaan salibNya maka pekerjaan tersebut akan berhasil dalam apa yang dimaksudkanNya bagi anda. Jika pekerjaan itu memang berhasil maka anda akan naik lebih tinggi dibanding tempat sebelumnya. Salib memang melibatkan krisis, rasa sakit dan penderitaan. Jalan menuju golgota itu penuh dengan kesakitan, hinaan dan cercaan yang bisa menggoncangkan jiwa kita. Namun setelah kita mati tersalib bersama Dia maka kuasa kebangkitanNya akan memberikan kehidupan yang baru bagi kita yaitu kehidupan yang berkelimpahan. Inilah jalan satu-satunya untuk memperoleh hidup dalam segala kelimpahan yaitu jalan salib yang sempit, penuh kesakitan dan hinaan !

Jodoh (Perspektif Psikologis)

Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D

Perjodohan memang masalah yang pelik. Berapa banyak di antara kita yang begitu yakin akan jodoh kita sebelum menikah namun mengalami kebingungan setelah menikah? Sebelum menikah dengan pasti kita mengatakan bahwa dia adalah jodoh kita tetapi setelah menikah, dengan keyakinan yang sama kita berkata bahwa dia bukan jodoh kita.

[block:views=similarterms-block_1]

Salah satu kesalahpahaman yang acap muncul adalah keyakinan prematur bahwa seseorang yang baru kita jumpai adalah jodoh kita. Saya mengatakan prematur sebab kita mengklaim bahwa dia adalah jodoh kita jauh sebelum kita memastikan adanya kecocokan. Bahkan ada di antara kita yang langsung mengklaim "Dia adalah jodoh saya!" pada pertemuan pertama. Terlalu tergesa-gesa dan tidak bijaksana!

Klaim bahwa seseorang adalah jodoh hanya boleh kita ajukan setelah kita berhasil membangun kecocokan, bukan sebelumnya. Jodoh adalah akhir bukan awal dari proses menyesuaikan diri untuk mencapai kecocokan. Dalam praktik konseling kerapkali saya mendengarkan keluh kesah orang yang menyesali nasibnya karena telah memilih pasangan yang keliru. Masalahnya adalah kadangkala saya harus mengiyakan bahwa memang mereka telah keliru memilih pasangan hidup. Begitu banyak perbedaan yang diabaikan dan begitu banyak peringatan yang dikesampingkan demi memenuhi hasrat untuk menikahi si jantung hati. Malangnya, setelah pernikahan si jantung hati ternyata lebih banyak menimbulkan sakit hati.

Kecocokan antara dua orang yang berbeda sudah tentu merupakan hasil kerja keras yang tak kenal lelah, namun sebelumnya diperlukan kriteria yang jelas dan tepat. Kriteria adalah saringan pertama menuju pelaminan; saringan kedua adalah kecocokan. Jika pasangan tidak memenuhi kriteria, jangan berharap kita akan mampu menjalin kecocokan. Kadang saya melihat kebalikannya: Sudah tahu tidak memenuhi kriteria namun terus berusaha mencocok-cocokkan. Hasil akhirnya adalah kefrustrasian dan keputusasaan.

Suami seperti apakah yang layak kita pertimbangkan dan istri seperti apakah yang seharusnya kita perhitungkan? Kepada Saudara yang belum menikah saya ingin membagikan kriteria pemilihan pasangan hidup yang saya timba dari Efesus 5:22-33. (Sudah tentu termaktub dalam kriteria ini bahwa Saudara hanya akan memilih pasangan yang seiman dalam Kristus.) Kepada Saudara yang pria, inilah kriteria dasar yang layak Saudara pertimbangkan tatkala memilih istri: Carilah wanita yang takut akan Tuhan dan takut akan Saudara. Kepada Saudara yang perempuan inilah kriteria yang layak Saudara pertimbangkan dalam memilih suami: Carilah pria yang mengasihi Tuhan dan mengasihi Saudara.

Ketundukan kepada suami haruslah berawal dari dan berdasar pada ketundukan kepada Tuhan. Tidak selalu kita dapat tunduk dengan mudah kepada suami (atau kepada siapapun) namun jika kita tunduk kepada Tuhan yang meminta kita untuk tunduk kepada suami, maka ketundukan kepada suami akan lebih dimungkinkan. Ketundukan merupakan sikap yang keluar dari karakter pribadi; jika kita berkarakter keras, kepada siapa pun kita akan sulit untuk tunduk, termasuk kepada Tuhan. Jadi, kita mesti membangun karakter yang bersedia tunduk dan Tuhan adalah pihak pertama yang kepada-Nya kita tunduk, setelah itu barulah kita tunduk kepada manusia, dalam hal ini kepada suami.

Ketundukan, tidak bisa tidak, berkaitan erat dengan takut. Takut sudah tentu tidak sama dengan ketakutan sebab ketakutan merupakan reaksi terhadap perasaan diteror. Tuhan tidak meneror kita, jadi, tidak seharusnyalah kita ketakutan kepada Tuhan. Kita perlu merasa takut kepada Tuhan dan dari rasa takut ini muncullah ketundukan dan hormat kepada-Nya. Demikian pulalah terhadap suami. Istri mesti memiliki rasa takut kepadanya karena tanpa rasa takut, ia akan sulit menghormati dan tunduk kepada suami. (Saya membayangkan betapa sulitnya bagi istri yang "berani" kepada suami untuk takluk kepadanya.) Jadi, kepada wanita saya ingin membagikan nasihat, carilah suami yang dapat Saudara hormati dan kepadanya Saudara takut. Ini akan memudahkan Saudara tunduk kepadanya "dalam segala sesuatu."

Tunduk juga berkaitan dengan hormat. Biasanya kita hanya akan menghormati orang yang kita kagumi dan salah satu hal yang menggugah kekaguman kita adalah karakter yang berintegritas. Kepada pria saya ingin mengingatkan, bangunlah karakter yang baik dan berintegritas karena inilah yang akan mengundang respek sejati. Janganlah Saudara mencari wanita yang tunduk kepada Saudara karena ia tidak mandiri dan justru memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain. Memang, ia takut kepada Saudara namun bukan karena kagum, melainkan karena terancam bahwa ia tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan pelindung. Ini bukanlah dasar yang baik. Sebaliknya, janganlah Saudara menjadi teror bagi istri dan membuatnya ketakutan. Suami yang berbahagia adalah suami yang mendapatkan istri yang takut bukan ketakutan kepadanya sebab dari rasa takut inilah akan muncul respek dan ketundukan.

Sekarang kepada istri saya mengimbau, carilah suami yang mengasihi Tuhan dan mengasihi diri Saudara sepenuhnya. Pria yang mengasihi Tuhan akan mengutamakan Tuhan dalam hidupnya dan akan berupaya keras hidup menyenangkan hati Tuhan. Ia tidak ingin berdosa sebab ia tidak ingin mendukakan hati Tuhan yang mengasihi dan dikasihinya. Ini adalah karakteristik yang harus dicari oleh wanita. Karakteristik kedua yang harus Saudara temukan ialah carilah suami yang mengasihi Saudara sepenuh hati. Artinya, ia hanya mencintai Saudara dan ia begitu mengasihi Saudara sehingga ia senantiasa ingin memberi yang terbaik kepada Saudara.

Jadi, kepada suami, saya mengimbau, carilah istri yang Saudara sangat cintai, bukan sekadar mencintai. Bagi Saudara ia adalah satu- satunya wanita yang Saudara inginkan dan tidak ada lagi selain dirinya yang Saudara rindukan. Kepadanyalah Saudara ingin memberi bagian terbaik dari hidup Saudara dan bersamanyalah Saudara ingin membagi hidup ini. Salah satu cara menguji cinta adalah dengan melewati rentang waktu yang relatif panjang, paling tidak setahun. Dalam kurun itu cinta tidak boleh berkurang, sebaliknya cinta makin harus bertumbuh dan mendalam. Dengan cinta yang kuat dan dalam itu barulah Saudara melangkah ke pelaminan.

Kita tidak dapat memprediksi akhir pernikahan, tetapi kita bisa memastikan awal pernikahan baik atau buruk. Pernikahan yang baik dimulai dengan takut akan Tuhan dan takut akan suami serta oleh kasih akan Tuhan dan kasih akan istri. Inilah saringan pertama perjodohan; setelah lulus kriteria mendasar ini barulah kita melangkah bersama membangun kecocokan. Jika kita berhasil melewati saringan kedua, silakan masuk ke dalam pernikahan yang Tuhan berkati dengan damai sejahtera.

Sumber: PARAKALEO No. 4 Edisi: Oktober-Desember 2004

Jodoh

Penulis : Yakub B. Susabda, Ph.D

Memilih jodoh yang tepat bagi orang beriman, betul-betul suatu upaya penuh pergumulan. Mengapa tidak, karena hal menurut pimpinan Tuhan dalam hal jodoh, ternyata mempunyai sisi-sisi yang begitu kompleks. Allah adalah Allah yang hidup, dan ternyata tidak menginginkan pergumulan yang sama pada setiap anak-anak-Nya. Kepada yang diberi banyak Ia menuntut banyak (Lukas 12:48b), dengan kata lain, kepada yang diberi sedikit Allah juga menuntut pertanggungjawaban yang sedikit. Sulit dipahami jikalau pada individu-individu tertentu Allah seolah-olah begitu longgar sehingga pernikahan dengan yang "tidak seiman" (yang jelas-jelas tidak sesuai dengan prinsip Alkitab -- 2Korintus 6:14) dapat dengan begitu mudah diselesaikan dengan membawa pasangannya kepada Tuhan. Sebaliknya, begitu banyak pasangan-pasangan seiman, bahkan dengan komitmen pelayanan rohani yang tinggi ternyata sepanjang hidupnya berurusan dengan berbagai masalah yang begitu sulit diselesaikan. Apakah mereka salah memilih jodoh? Mungkin juga tidak, tetapi coba perhatikan kasus di bawah ini.

[block:views=similarterms-block_1]

Yuni (bukan nama sebenarnya) lahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen yang semuanya aktif di gereja. Yuni sendiri sudah ikut mengajar Sekolah Minggu sejak ia masih di bangku SMA, dan ia terus- menerus menduduki jabatan dalam kepengurusan di Komisi Pemuda gerejanya. Keluarga orangtua Yuni adalah keluarga yang akrab, saling mengasihi dan saling mendukung. Sejak kecil ia merasakan betapa keterbukaan dan berbagi perasaan adalah pengalaman hidup sehari-hari. Tidak heran jikalau Yuni tumbuh menjadi pribadi yang gampang bergaul dan mempunyai banyak teman.

Aneh, tetapi mungkin memang sudah jodohnya, karena Yuni tertarik dan kemudian menikah dengan Toni (bukan nama sebenarnya) seorang penginjil muda yang brilian yang baru menyelesaikan kuliah S-2. Pacaran mereka berjalan baik-baik saja, karena keduanya memang tak suka ribut. Pada tahun pertama pernikahan mereka, Yuni sudah sering mengeluh tentang Toni yang terlalu pendiam dan lebih suka duduk di depan komputer daripada ngobrol dengan Yuni. Ia melarang Yuni bekerja, karena takut menjadi batu sandungan bagi jemaat. Bahkan, bergaul dengan pemuda-pemudi di gerejanya dirasakan oleh Toni sebagai hal yang kurang pantas. Begitu juga kedekatan dengan ibu-ibu muda yang dianggapnya sebagai "kebiasaan ngerumpi" yang tidak baik. Toni ingin Yuni menjadi seperti ibu pendeta senior yang sehari-hari di rumah atau menemani suaminya dalam berbagai pelayanannya. Akibatnya, Yuni betul-betul tertekan dan tidak tahan. Ia kehilangan sukacita dan seringkali bertanya di dalam hatinya, "Apakah pernikahannya keliru? Apakah Toni sebenarnya bukan jodoh yang disediakan Tuhan baginya?"

Apakah yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi teman dengan kasus seperti ini? Nah, beberapa prinsip di bawah ini mungkin dapat melengkapi Anda:

A. Mengenal siapa klien Anda.

Melihat kasus di atas, rasanya Anda dengan mudah dapat mengenal siapa sebenarnya Yuni. Mungkin dapat dikatakan bahwa Yuni lahir dan dibesarkan di tengah keluarga Kristen yang cukup harmonis dan sehat sehingga ia dapat mengembangkan bakat dan kebutuhan sosial yang cukup sehat. Ia melihat dan mendambakan hubungan suami istri sebagai hubungan yang sifatnya pribadi, yaitu hubungan antardua pribadi manusia yang utuh dan saling membutuhkan.

Tidak heran jikalau ia menginginkan kedekatan pribadi dengan Toni, suaminya. Ia mempunyai kebutuhan primer "social- relational" yang dalam istilah Abraham Maslow disebut "love and belongingness". Ini adalah kebutuhan pribadi dari individu dengan fase kematangan yang cukup tinggi. Yuni mungkin mewarisi kebutuhan ini melalui pengalaman belajarnya sejak kecil. Dalam keluarga orangtuanya, hubungan antarindividu yang akrab, diwarnai dengan canda, pengalaman bersama, dan kebiasaan membagikan perasaan dan pikiran menjadi realita sehari-hari.

[Abraham Maslow`s hierarchial needs merupakan manifestasi fase-fase kematangan pribadi seorang. Individu dengan kematangan pribadi paling rendah mempunyai kebutuhan primer "physical", kemudian lebih tinggi dari itu kebutuhannya adalah "security", lebih tinggi lagi barulah "love and belongingness". Di atas itu kebutuhan individu menjadi "self- esteem". Lebih tinggi lagi dari "self-esteem" adalah kebutuhan "aesthetica", dan paling atas adalah kebutuhan individu yang sangat matang yaitu kebutuhan "selfactualization".]

Lain halnya dengan keluarga dimana Toni dibesarkan. Sayang sekali kita tidak mempunyai informasi cukup tentang itu. Mungkin kita dapat meraba jikalau Toni juga dari keluarga Kristen yang cukup baik dimana tanggung jawab sangat diutamakan. Mungkin dari kecil, ia dituntut untuk memikul tanggung jawab yang besar dengan risiko disiplin yang keras, yang... banyak dikaitkan dengan Tuhan. Suatu bentuk orientasi hidup yang biasanya disertai dengan kurangnya kedekatan-kedekatan antarpribadi dalam keluarga. Alhasil, lahirlah seorang Toni, yang penuh tanggung jawab, tak mau menjadi batu sandungan, karena memang kebutuhan primernya adalah "sukses dalan pelayanan". Baginya, ngobrol, bertukar pikiran adalah pemborosan waktu. Toni tidak membutuhkan Yuni sebagai satu pribadi yang utuh yang dapat diajak bersekutu. Baginya, fungsi dan peran Yuni itulah yang terpenting.

Jadi, pasangan Toni dan Yuni ini adalah pasangan dari dua individu yang masing-masing mempunyai kebutuhan primer yang berbeda. Toni tak mungkin dapat membahagiakan Yuni, begitu juga sebaliknya, jikalau masing-masing tidak menyadari bahwa pernikahan adalah komitmen hidup bersama dengan tujuan-tujuan (objective pernikahan Kristen) yang hanya bisa tercapai melalui adaptasi. Dalam pernikahan, akomodasi hanya terbentuk melalui kerelaan menanggalkan bagian-bagian dari diri dan mengadopsi hal-hal baru yang selama ini belum dimilikinya. Tentu, Yuni tak perlu belajar untuk mengadopsi kebutuhan "aesthetica" dari Toni yang ternyata keropos tanpa mode "love and belongingness". Yang diperlukan Yuni adalah kemampuan menyesuaikan diri, yaitu spirit empati penerimaan dan pengertian atas kekurangan Toni. Lain halnya dengan Toni, ia harus belajar untuk membutuhkan dan menerima Yuni sebagai satu individu yang utuh, yang perasaan dan pikirannya patut diresponi secara pribadi.

B. Mengenal area-area pertumbuhan.

Toni dan Yuni bisa ditolong untuk saling mengenal keunikan masing-masing dan bahkan dilatih untuk beradaptasi saling memberi kebutuhan primer masing-masing. Meskipun demikian, kesadaran tersebut tidak dengan sendirinya akan membuahkan pertumbuhan yang positif, kecuali mereka masing-masing mengenal area-area pertumbuhan yang sedang mereka kerjakan. Area-area pertumbuhan ini bisa menjadi pegangan bagi konselor untuk menemukan arah dari pelayanan konselingnya.

PERTAMA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan hukum alam atau hukum kewajaran hidup (laws of nature). Jikalau Toni berani menikahi Yuni, dia seharusnya tahu bahwa dia adalah tulang punggung, "bread winner" (pencari nafkah) yang dapat memberi kebutuhan kebutuhan primer untuk seluruh keluarga, bahkan memberi rasa aman dan bahagia pada Yuni. Begitu juga Yuni, jikalau ia berani menikah dengan Toni, dia harus rela untuk menjadi ibu rumah tangga yang merawat, menghormati dan melayani suaminya. Itulah hukum kewajaran hidup yang semua orang harus patuhi. Penolakan terhadap hukum ini biasanya menjadi pertanda perlunya terapi yang lebih profesional.

KEDUA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan hukum hati nurani (laws of conscience). Untuk menolong mereka, konselor juga harus mempunyai pegangan apakah mereka mematuhi hukum hati nurani atau tidak. Sebagai contoh, Toni, sebagai suami seharusnya mempunyai kesadaran hati nurani bahwa berada di depan komputer tanpa menghiraukan Yuni selama berjam-jam adalah hal yang tidak wajar. Begitu juga Yuni, seharusnya peka bahwa menunggu dan menuntut perubahan dari pihak Toni saja adalah tidak fair.

KETIGA adalah area pertumbuhan yang sesuai dengan tuntutan hukum Allah (God`s laws). Tuntutan ini hanya diberikan untuk orang- orang percaya, karena kepada mereka sajalah Allah memberikan Roh Kudus untuk menolong meresponi secara positif tuntutan yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Sebagai anak Tuhan, Toni seharusnya sadar bahwa sebagai kepala keluarga kepemimpinannya seharusnya dihargai dan menghasilkan dampak hormat dan kasih dari seisi rumah tangganya (1Timotius 3). Begitu juga Yuni, seharusnya ia sadar bahwa sebagai istri panggilannya adalah menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya (Kejadian 2:18).

C. Mengenal keunikan anugerah Allah yang disediakan bagi orang- orang percaya.

Sampai sekarang, banyak konselor Kristen yang masih belum menyadari hak istimewa yang Tuhan sediakan bagi orang-orang percaya. Akibatnya, tanpa disadari arah dan isi pelayanan konseling Kristen seringkali tidak berbeda dari konseling sekuler. Secara khusus dalam kasus Toni dan Yuni di atas, sebagian besar konselor akan memakai "kasih yang alami" sebagai pegangan untuk menyatukan mereka berdua. Toni mencintai Yuni dan begitu juga sebaliknya, dan konselor akan menstimulir kasih tersebut sebagai mo513 untuk membangun hubungan yang harmonis, saling menyesuaikan diri dan saling memberi kebutuhan masing- masing. Itulah kira-kira yang konselor-konselor selalu usahakan.

Apakah konseling dengan prinsip seperti ini akan berhasil? Ya, ada kemungkinan berhasil, khususnya bagi individu-individu yang sehat dan matang jiwanya. Individu yang sehat dan matang jiwanya hanyalah membutuhkan stimulan dan situasi yang baru dimana mereka dapat berinteraksi dengan peran-peran yang baru pula. Dengan kata lain, kalau mereka diingatkan dengan cepat mereka akan membenahi diri dan mampu beradaptasi. Karena masalah yang mereka hadapi hampir selalu hanyalah sistim yang terbentuk di luar kesadaran mereka.

Lain halnya dengan individu yang kurang matang jiwanya. Konseling dengan bermodalkan "kasih yang alami" saja akan sia- sia walaupun klien-klien tersebut merasa saling mencintai dan menginginkan kehidupan pernikahan yang harmonis. Nah, dalam konteks kemungkinan seperti inilah konselor perlu betul-betul menyadari dan menggantungkan diri pada keunikan anugerah Allah yang disediakan bagi orang-orang percaya. Mengapa demikian?

Sebagai orang Kristen kita mengenal empat macam love, yaitu Phileo (kasih antara saudara), Storge (kasih orangtua), Eros (kasih antara laki-laki dan wanita), dan Agaphe (kasih Allah). Semua natural love hanyalah perpaduan dari ketiga macam love yang pertama. Sehingga, apa pun dan bagaimanapun level kematangan love tersebut, tetapi sifatnya manipulatif dan pusatnya pada diri karena spiritnya adalah pemenuhan kebutuhan individu itu sendiri. Kalau individu klien berada pada fase kematangan terendah, misalnya, maka seperti yang dikatakan A. Maslow, kebutuhannya adalah physical. Nah pada level ini, kata "I love you", tak lain daripada "I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan physical yang saya butuhkan". Kamu cantik, sexy, atau kaya sehingga kamu bisa memberikan uang yang banyak, rumah yang bagus, mobil yang mewah, dan sebagainya. Lain halnya, dengan individu pada fase ke-2, yaitu fase dengan kebutuhan primer "security". Kalau ia mengatakan "I love you", artinya adalah "I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan rasa aman dalam jiwa saya". Kamu pribadi yang setia, tak suka main perempuan, rajin bekerja, penuh tanggung jawab sehingga menikah dengan kamu jiwa saya aman. Begitulah seterusnya, semua natural love adalah manifestasi kebutuhan pribadi, bagaimanapun level kematangan jiwanya. Individu dengan kematangan jiwa paling tinggi pun rasa cintanya manipulatif. Mungkin ia bisa menjadi pemenang Nobel perdamaian, tetapi jikalau ia mengatakan "I love you" sebenarnya masih manipulatif karena artinya "I love you karena kamu bisa memberikan kebutuhan "selfactualization" padaku". Kamu rela, bahkan mendukung keinginanku mati untuk prinsip kebenaran yang kuyakini. Sekali lagi arah dari natural love ini pun "centripetal" ke dalam, untuk pemenuhan kebutuhan jiwanya sendiri. Tidak heran jikalau Paulus mengatakan bahwa orang yang rela mati dibakar untuk orang yang dia cintai pun, tanpa kasih agaphe dari Allah dalam Kristus perbuatannya sia- sia, kosong, hanya seperti gong yang berdengung (1Korintus 13).

Memang kehadiran kasih agaphe juga ditandai dengan fenomena "kesabaran, kebaikan, penguasaan diri, dan sebagainya (1Korintus 13)," tetapi semua fenomena itu unik dan tak sama dengan yang muncul dari natural love. Oleh sebab itu, Paulus menyebut itu semua sebagai buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23).

Nah, kembali pada kasus Toni dan Yuni, saya doakan supaya sebagai konselor Kristen, Anda dapat mensyukuri keunikan anugerah yang disediakan bagi orang-orang percaya. Toni dan Yuni tak perlu mempertanyakan "apakah pasangan mereka bukan jodoh yang Tuhan sediakan", karena apa yang sudah diijinkan Allah untuk menyatu sebagai suami istri tak boleh diceraikan baik itu secara emosional maupun faktual (Matius 19). Persoalan mereka akan teratasi jikalau mereka dapat menerima dan meresponi kasih agaphe yang sudah dianugerahkan Allah pada mereka.

Tuhan memberkati setiap anak Tuhan yang rela berjerih payah di dalam kebenaran-Nya.

Sumber: PARAKALEO No. 4 Edisi: Oktober-Desember 2004

Kecemasan, Kekhawatiran dan Ketegangan

Penulis : Bagus Pramono

MASALAH

Tekanan mental atau kecemasan yang diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan mungkin terjadi (bayangan). Kecemasan akan mencengkeram kita bila kita membarkan kedagingan kita, yang adalah musuh Allah. Meyakinkan kita bahwa Allah tidak cukup besar untuk menolong kita dari masalah kita.

[block:views=similarterms-block_1]

PANDANGAN ALKITAB

Yesus memberitahu murid-murid-Nya untuk tidak khawatir hanya akan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka, karena Allah, Bapa Sorgawi, mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka dan akan memenuhinya dengan sukacita. Dia hanya ingin agar kita memberi dia tempat yang utama dalam hidup kita (Matius 6:31-33). Kita harus membiarkan Allah mengambil semua kecemasan dan masalah kita; Dia selalu memperhatikan semua yang kita pedulikan (1 Petrus 5:7).

Matius 6:31-33 6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Roma 8:31-32 8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

Filipi 4:6-9 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. 4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. 4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

1 Petrus 5:7 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Ibrani 13:5-6 13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." 13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

REFERENSI :

Kecemasan tidak akan menghasilkan yang baik, tetapi kepercayaan kepada Allah akan membawa perbaikan :

Yosua 1:9 1:9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."

Tuhan akan membebaskanmu dari segala kecemasanmu :

Mazmur 34:3-5 34:3 (34-4) Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! 34:4 (34-5) Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. 34:5 (34-6) Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

Mengapa cemas? Allah akan menolongmu :

Mazmur 127:1-2 127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. 127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Jiwa yang tidak senang berat rasanya dan butuh nasihat :

Amsal 12:25 Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.

Merasa cemas tidak membuat lebih baik, tetapi kepercayaan kepada Allah akan membawa perbaikan :

Lukas 12:23-34 HAL KEKUATIRAN 12:23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian. 12:24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! 12:25 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? 12:26 Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? 12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 12:28 Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! 12:29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 12:30 Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 12:31 Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 12:32 Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. 12:33 Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."

Bila tergoda untuk merasa cemas, Allah akan membantu untuk menolaknya :

1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Masalahmu bukanlah merupakan akhir dunia, tetapi merupakan permulaan dari berkat Allah :

Yakobus 1:2-5 1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.

PENYELESAIAN :

Kecemasan adalah dosa yang harus diakui. Kita bisa temukan di 1 Yohanes 1:9. Allah menuntut kita agar kita setuju dengan-Nya bila Dia mengatakan kepada kita bahwa kita tidak perlu cemas dan kecemasan adalah dosa terhadap-Nya. Penyangkalan bahwa kecemasan bukanlah dosa, sama saja artinya kita mebodohi diri kita sendiri dan menganggap Allah seorang pembohong. Bila kita mengakui dosa-dosa kita, Allah akan mengampuni dan membersihkan kita dari semua pelanggaran dalam hidup kita (1 Yoh 1:8-10).

Kecemasan adalah keterbatasan iman yang harus ditingkatkan. Bila kita cemas, kita menghina Allah, karena sama saja dengan mengatakan, "Allah, Engkau tidak cukup besar untuk menangani masalah ini dalam hidupku". Beberapa kali Yesus berkata, "Hai kamu orang kurang percaya!" Dia pasti merasa terhina dan merasa karena umat Tuhan yang sepertinta sangat mengenal Tuhan, tetap cemas akan masalah-masalah yang bagi Tuhan itu sangat mudah untuk mengatasinya.

Jangan terus berdosa dalam ketidakpercayaan ini. Gantikan kecemasan dengan iman yang bertumbuh. Beginilah caranya: Iman datang dari pendengaran akan Firman Allah. Ketika kita membaca bacaan tentang apa yang telah dilakukan Yesus bagi mereka yang membutuhkan kamu akan merasa lebih mudah mempercayaiNya dalam masalah yang sedang kamu hadapi.

Kecemasan adalah kebiasaan yang harus diubah. Sama seperti kebiasaan buruk lainnya. Kebiasaan buruk haruslah digantikan dengan kebiasaan yang baik.

Ingatlah, definsi kecemasan adalah: tekanan mental, kekuatiran ....." Karena itu agar tebebas dari tekanan mental yang merupakan kebiasaan ini, kamu harus belajar, dengan bantuan Allah, untuk membiasakan memikirkan hal-hal yang baik. Petunjuk-petunjuk untuk itu dapat ditemukan di Filipi 4:8.

DOA :

Bersyukurlah kepada Allah dan mengakui bahwa Dia tidak akan meninggalkan atau membiarkan kita. Allah selalu memperhatikan kebutuhan kita. Buatlah suatu komitmen terhadap Allah untuk membaca Firman-Nya dan berdoa tiap hari dan tetap berpikir tentang hal yang benar dan baik dan adil.

Kecewa kepada Allah

Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong

Dua hari yang lalu dalam suatu kesempatan yang baik, saya bertemu dengan dua orang saudara saya, Pdt. Dr. Caleb Tong dan Pdt. Dr. Joseph Tong. Saya menjemput mereka di bandara dan waktu di bandara seseorang datang kepada saya dan bertanya, Pak Stephen ya? Saya bilang, Ya . Kami berjabat tangan. Anda ikut kebaktian di mana? Saya bertanya padanya dan dia menjawab, Ya, dulu pernah satu dua kali mendengar khotbah Pak Stephen Tong. Kemudian saya ke gereja-gereja yang lain. Sesudah itu keliling sini, keliling sana, tidak menetap. Lalu saya bertanya, Sekarang ke gereja mana? Jawabannya, Tidak ke gereja. Saya bertanya, Sekarang tidak ke gereja? Dia merokok dengan satu tangannya ditaruh di belakang. Asap rokoknya terus mengepul seraya berbicara dan ngomong dengan saya. Saya rasa dia sudah melarikan diri dari Tuhan. Lalu saya bertanya, Mengapa tidak ke gereja? Dia menjawab, Kecewa. Kecewa dengan siapa? tanya saya. Terus terang kecewa kepada Tuhan, setelah mengatakan kalimat itu, dia lalu pergi.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya tidak habis-habisnya memikirkan kalimat itu. Berhakkah? Berhakkah manusia yang dicipta kecewa terhadap Sang Penciptanya? Ini yang menjadi pemikiran saya. Who are we? We think we deserve the right to claim we are disappointed by God. Siapakah kita yang berhak mengatakan, Aku dikecewakan oleh Tuhan. Aku kecewa terhadap Tuhan.

Kalimat ini membuat saya memutar pikiran sepanjang satu hari itu. Teologi apakah ini? Teologi ajaran apakah yang mengajar manusia, sehingga berani mengatakan, Allah mengecewakan saya. Kalau Allah mengecewakan seseorang, hanya karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, Allah berhutang kepada saya dan Dia lupa bayar, maka saya kecewa. Kedua, Allah menipu saya, akhirnya saya dirugikan, maka saya kecewa. Ketiga, Allah berjanji sesuatu, akhirnya Dia tidak melunaskannya, sehingga saya kecewa. Tiga presuposisi ini, semuanya tidak memiliki dasar Alkitab. Allah tidak pernah berhutang kepada manusia. Teologi yang benar mengatakan, manusia berhutang kemuliaan Allah dan tidak bisa membayar sendiri. Yang seharusnya dikatakan adalah kitalah yang mengecewakan Tuhan, bukan Tuhan yang mengecewakan kita. Allah tidak pernah menjanjikan sesuatu yang Dia sendiri tidak melunaskannya, kecuali janji itu adalah semacam tafsiran manusia dan misleading (penyesatan) dari orang yang salah mengerti Alkitab. Jadi, Allah tidak berhutang kepada saya, Allah tidak sembarang berjanji kepada saya, Allah tidak mungkin menipu saya.

Jika demikian apakah penyebabnya? Penyebab pertama adalah adanya pengkhotbah-pengkhotbah yang memberikan tafsiran yang salah terhadap ayat-ayat Alkitab. Misalnya, yang percaya kepada Tuhan pasti dapat kekayaan, pasti dapat hidup yang subur, makmur di dalam materi. Yang percaya kepada Tuhan pasti tidak ada mara-bahaya, penyakit, kesulitan, dan kemiskinan. Misalnya lagi, jikalau engkau memberikan persembahan, Tuhan akan mengembalikan sepuluh kali lipat ganda. Apakah saudara pernah mendengar khotbah semacam ini? Hal ini terjadi sejak kira-kira 25 tahun yang lalu, selangkah demi selangkah merambat masuk ke dalam mimbar-mimbar gereja yang tidak bertanggung jawab. Tetapi setiap statement yang tidak benar, bisa juga mendapatkan tunjangan dari Kitab Suci. Jadi ada ayat-ayat yang sepertinya mendukung statement itu, karena dimengerti secara fragmentaris, dan bukan secara totalitas. Karena mengambil ayat sebagian-sebagian lalu mengkhotbahkannya, sangat mungkin terjadi misleading bagi orang lain yang mendengarnya.

Kedua, pengertian yang tidak membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain, mengakibatkan tidak diperolehnya prinsip total Kitab Suci. Mengambil suatu keputusan melalui bagian-bagian, lalu membuat statement. Hal ini sangat membahayakan. Saudara sebagai pengkhotbah, sebagai pemimpin gereja, sebagai pembawa firman, sebagai pemberita kehendak Tuhan, harus menghindarkan diri dari hal-hal semacam itu.

Saya percaya, bukan dia saja, mungkin seluruh Indonesia berani mengatakan, Aku kecewa terhadap Tuhan. Mungkin sudah puluhan juta orang pernah mempunyai ajaran salah yang menuju pada konklusi bahwa Allah menipu dia, Allah tidak melunaskan janji-Nya, Allah berhutang kepada dia sehingga dia berani mengatakan, Saya kecewa kepada Tuhan.

Tahun 1965, kalau saya tidak salah ingat, gunung Agung meletus di Bali. Lavanya mengalir begitu cepat, sehingga banyak orang yang tidak sempat mengungsi, mendadak terkena lava. Pada waktu itu saya berada di Bandung, lalu seorang wartawan datang kepada saya, Pak Stephen, bolehkah saya tunjukkan kira-kira 180 foto yang saya ambil dengan cepat pada waktu orang-orang terkena lava itu? Saya sedang makan ketika wartawan itu datang dan duduk di samping saya. Waktu saya melihat foto-foto tersebut, rasanya saya ingin muntah. Ada orang yang sedang tidur, lavanya datang dan saat itu juga separuh badannya menjadi tulang, dan separuhnya masih daging. Di tengah-tengah sambungan antara daging dan tempat tulang itu, ada satu garis putih yang besar dan bengkak, seperti kulit babi yang digoreng jadi rambak / krupuk. Bagian yang terkena api panas itu langsung melembung. Satu bagian masih daging biasa, bagian yang lain, matang menjadi seperti rambak. Meskipun saya mau muntah tapi saya dikejar oleh kuriositas, jadi satu per satu foto tersebut saya lihat sambil mau mengeluarkan air mata, sambil mau menangis, sambil mau berteriak, tetapi tidak bisa. Namun ada beberapa foto yang menggugah teologi saya, yaitu lava yang sudah dekat kira-kira tiga meter lagi, dan dalam beberapa detik akan terkena lava, tetapi orang tersebut tidak lari, ia sedang berlutut berdoa kepada dewa. Waktu saya lihat, saya berpikir, Wah! Ini begitu beda dengan orang Kristen. Mengapa ada orang Kristen pada hari lancar, dia berani berdosa. Sedikit rugi, langsung mencacimaki Tuhan Allah. Mengapa orang kafir waktu mereka menghadapi kecelakaan, mereka tidak memaki-maki dewa mereka. Mereka minta pertolongan dewa, jangan sampai memusnahkan mereka. Mereka mengaku kesalahan, mengaku dosa. Pemikiran ini terus mempengaruhi saya sampai sekarang, sudah lebih dari 30 tahun.

Pemikiran itu adalah, Why?&Why? & What causes that? What causes it to be like that? Apa salahnya pemberitaan kita? Apa salahnya khotbah kita, sehingga anggota kita selalu merasa dia sepatutnya menerima anugerah Tuhan dan tidak boleh dirugikan apapun oleh Tuhan, kalau tidak, Allah harus dicela, dimaki, dipersalahkan, dan akhirnya dia keluar dari gereja.

Lalu dari situ, pemikiran saya mulai berkembang pada the theology of suffering, the theology of worship, the teology of understanding grace, theology of resistant to the tribulation. Berkembanglah begitu banyak pemikiran saya semenjak melihat 180 foto tersebut. Mengapakah orang-orang Asia dengan sedikit kesulitan, meninggalkan gereja, keluar dari gereja? Mengapa orang Yahudi yang dibantai, dibunuh dengan gas, dihancurkan hidupnya, enam juta setengah jiwa, di dalam holocaust, tetapi mereka tetap menyembah Allah, tetap takut kepada Tuhan dan mereka tidak pernah meninggalkan iman mereka? Jadi, what s wrong? Apa yang salah di dalam pemberitaan kekristenan? Jawaban saya adalah satu kalimat, Kita lebih suka memberitakan Allah itu kasih adanya, mengobral murah kasih Allah daripada berani mengkhotbahkan Allah itu suci dan adil, Dia akan menghakimi dosa seluruh dunia.

Dari konklusi ini, pemikiran saya berkembang lagi, di manakah hamba-hamba Tuhan yang berani menyatakan tahta kemarahan Tuhan, keadilan Tuhan, kesucian Tuhan, untuk mengingatkan bangsa dan zaman ini? Semakin lama semakin sedikit. Tetapi pendeta yang berusaha memberikan injil palsu supaya gerejanya bertumbuh, supaya lebih banyak orang mendengar khotbahnya dengan kalimat, Percayalah Tuhan, semua penyakit akan disembuhkan, semua kesulitan diatasi, semua akan diberikan kepada engkau begitu banyak sekali, bahkan di dalam aliran Pantekosta dan Kharismatik sudah teracun satu pikiran: dengan banyak mujizat yang dilihat, orang akan beriman.

Namun hari ini saya akan menunjukkan dua prinsip. Prinsip pertama, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujizat pun, namun banyak orang yang percaya melalui dia. Karena sifat lurus, jujur, berani, dan tidak mau dipengaruhi oleh dosa sehingga dia berkhotbah dengan kuasa luar biasa. Itu catatan Alkitab. Yohanes tidak pernah melakukan satu mujizat pun, teatpi yang percaya karena dia banyak sekali. Kedua, Islam adalah satu agama yang tidak pernah mengembangkan anggota mereka melalui daya tarik mujizat. Tidak pernah hal itu terjadi. Pada zaman filsuf David Hume, one of the greatest scepticist in the history of human philosophy, ia mengatakan bahwa salah satu sebab yang dipakai oleh orang Kristen untuk membuktikan agama Kristen sebagai satu-satunya agama yang sah adalah tidak adanya mujizat pada agama lain, tetapi hanya ada pada agama Kristen dan dimuat di dalam Kitab Suci. Tetapi cara dia melawan kekristenan justru dengan pertanyaan pernahkah mujizat yang dicatat dalam Kitab Suci orang Kristen, terjadi? Itupun belum bisa dibuktikan. Maka memakai bukti bahwa Kristen ada mujizat maka Kristen itu sah, pada hakekatnya tidak pernah mempunyai dukungan bukti. Apakah yang dicatat dalam Kitab Suci sungguh-sungguh pernah terjadi? Jadi dia menjadi scepticist. Itu namanya to destroy from the foundation the seeking of Christian foundation.

Orang Kristen pada zaman itu selalu memakai fondasi-fondasi yang salah yang sebenarnya bukan fondasi untuk membangun iman. Kalau kita membiasakan diri menjadi pemberita, hoki, fat choi, property, kesuksesan sebagai imbalan kalau percaya kepada Tuhan, maka kita akan menciptakan orang-orang yang akhirnya melarikan diri dari kekristenan dengan kalimat, Aku tidak lagi ke gereja karena aku kecewa kepada Tuhan. Saudara seharusnya mempersiapkan diri menjadi hamba Tuhan yang bertanggung jawab dalam pemberitaan firman, sehingga anggotamu selalu menuntut, Saya jangan menipu Tuhan, saya jangan berhutang kepada Tuhan, saya harus menepati apa yang saya janjikan kepada Tuhan. Dan bukan berkata, Tuhan berutang kepada saya, Tuhan menipu saya, apa yang Tuhan janjikan, tidak saya dapatkan, maka saya berhak melawan dan kecewa kepada Dia. Kiranya renungan pendek ini menjadi kekuatan bagi kita untuk menegakkan kembali kebenaran di dalam zaman ini.

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 39 - Maret 1999

Kecil-Kecil Pembunuh

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Jikalau ditanyakan kepada kita bagian tubuh kita yang mana yang paling sangat berbahaya tetapi sangat kecil (namun juga mempunyai pengaruh luar biasa terhadap seseorang), apakah itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah lidah.

Lidah adalah anggota tubuh kita yang kecil namun pengaruhnya sangat luar biasa. Dalam Yakobus 3 dijelaskan dalam ayat 1 ,“…. janganlah diantara kamu mau menjadi guru …. karena akan dihakimi menurut ukuran yang berat.” Maksudnya disini adalah terkadang sebagai guru sadar atau tidak sadar kita banyak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati murid kita entah karena murid nakal atau karena murid hiperaktif atau bahkan karena kurang pintar.



Lidah adalah bagian tubuh yang sangat sulit untuk dikendalikan. Berbeda dengan kuda, kuda yang nakal sekalipun kita bisa mengendalikannya dengan menggunakan kekang pada mulut kuda dan dengan pecutan bisa mengendalikan jalannya kuda sesuai kehendak kita. ( ayat 3). Bahkan dalam ayat 4 dikatakan sebuah kapal yang besar dan anginnya keras dapat dikendalikan dengan kemudi dari juru mudi. Tetapi sangat berbeda dengan lidah, lidah sama sekali tidak bisa dikekang.

Mana yang lebih baik, pikir dahulu sebelum bicara atau langsung bicara tanpa pikir panjang? Pasti yang lebih baik adalah pikir dulu baru bicara. Akan tetapi kebanyakan orang tanpa berpikir panjang langsung berbicara tanpa banyak memikirkan akibatnya. Betul bukan? Dan apa dampaknya? Dampaknya adalah sakit hati, kekesalan, emosi bahkan dendam karena perkataan yang menyakitkan.

Apakah dampak negatif lidah? Lidah digambarkan seperti api. Api dari kecil bisa menyambar dan menghanguskan rumah. Api yang sudah menyala tidak dapat dikendalikan dan dampaknya adalah negatif, menghanguskan. Lidah seperti itu, dalam Yakobus digambarkan lidah buas, seperti racun yang mematikan.

Ada beberapa contoh yang menggambarkan lidah sebagai racun yang mematikan dan lidah yang kecil dapat menjadi pembunuh:

1. Seseorang anak kecil yang pelajaran di sekolahnya kurang, orang tuanya selalu mengatakan ”bodoh”akibatnya adalah dia menjadi anak yang minder dan jadi anak yang ”kurang” di sekolahnya.

2. Seorang pemudi yang dikatai-katai orang tuanya ”ucapan yang mengutuk” seperti kamu akan jadi perawan tua dan lain sebagainya akan membuat pemudi itu menjadi sakit hati dan kata-kata itu akan berbekas di hatinya dan dapat membunuh kepercayaan dirinya untuk menemukan pasangan hidupnya. selain itu juga bisa menimbulkan dendam atau yang parahnya adalah bisa membuat orang itu bunuh diri karena perkataan yang menyakitkan.

Luar biasa dampak negatif dari lidah maka dari itu Yakobus mengingatkan kepada kita untuk menjaga lidah kita. Hati-hati dalam berkata karena sekali kita mengucapkan satu perkataan, perkataan itu tidak bisa ditarik kembali dan ketika hendak berbicara pikirkan apakah perkataan kita menyinggung hati dan menyakitkan bahkan membunuh perasaan orang yang di sekitar kita.

Dalam Yak 3:9 lidah mempunyai fungsi ganda sekaligus yang pertama adalah memuji Tuhan dan di satu sisi kita mengutuk orang yang diciptakan menurut gambar Allah. Ini dimaksudkan sesungguhnya lidah bisa punya pengaruh positif kalau kita berkata yang membangun, menghibur, menguatkan, meneguhkan tetapi bisa membunuh jika itu menyakitkan termasuk juga gosip yang tidak berguna yang kadang kala menyakitkan hati orang lain.

Kecil-kecil pembunuh. Janganlah jadikan lidah kita sebagai sesuatu yang membunuh seseorang tetapi jadikan lidah sebagai penguat orang lain. Tuhan memberkati kita menjaga lidah kita. Amin.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (3)

Oleh: Pdt. Eric Chang

Memahami Sifat Kehidupan Kekristenan

Kecuali anda memahami sifat kehidupan Kekristenan, anda tidak akan dapat bertahan. Paulus bukan hanya tidak mengeluh tentang hal-hal ini, ia bahkan bermegah karena hal-hal itu dan bersukacita di dalam penderitaannya. Ia sungguh hebat. Ia sesungguhnya seorang Superman rohani karena dapat bertahan menanggung semuanya itu. Barangkali anda berkata kepada saya, "Aku mengerti maksud anda. Jangan mengingatkan aku lagi, aku sudah tangkap maksudnya. Untuk menjadi seorang Kristen, kita perlu kemampuan untuk bertahan. Tetapi Rasul Paulus seorang Superman dan aku bukan. Aku tidak dapat bertahan. Jadi biarkan si Superman maju terus dan menanggung semua itu." Nah, apakah anda ingin menjadi Superman?

[block:views=similarterms-block_1]

Benarkah Paulus Seorang Superman?

Benarkah Paulus seorang Superman? Kita baca di Roma 8:37 bahwa Tuhan selalu menjadikan kita lebih dari pemenang. Itu sepertinya gambaran "mimpi" dari kehidupan Kekristenan - "lebih dari pemenang". Tetapi bagi banyak di antara kita cukup puas untuk menjadi pemenang, jangankan "lebih dari" pemenang. Kita tidak dapat mengalami apa yang "lebih dari" itu. Kita mempunyai cukup banyak masalah untuk mengalami kemenangan. Dalam dunia tinju, kadang-kadang kita menyaksikan pertandingan dimana kedua petinju saling meninju satu dengan yang lainnya sampai lebam biru dan hitam, sementara para juri mengalami kesulitan untuk memutuskan yang mana menang dengan meraih angka lebih. Namun ada juga pertandingan dimana benar-benar ada pemenang K.O. yang jelas, dimana yang kalah terbaring di atas kanvas. Pemenang K.O. inilah contoh dari "lebih dari pemenang".

Jadi ketika Paulus berkata "lebih dari pemenang", ia tidak bermaksud bahwa anda menang dengan nilai angka, tetapi menang tanpa tandingan. Jadi Paulus kelihatannya sedang berbicara tentang suatu Kekristenan Superman, bukan? Tetapi ini bukan pengalaman kebanyakan orang Kristen. Apa yang akan terjadi kalau anda tidak mengalami kekuatan yang berlebihan itu? Anda menjadi jera dan mungkin menderita frustrasi. Justru akan terjadi sesuatu yang sangat berbahaya, yaitu suatu rasa bersalah. Anda mulai bertanya-tanya misalnya, "Apakah aku sudah lahir baru? Aku membaca di Alkitab bahwa kita lebih dari pemenang, tetapi aku tidak. Mengapa?" Apakah ini pengalaman anda?

Kemudian anda pandang ke sekeliling kepada saudara-saudara yang lain. Apakah saya saja yang mengalami kekalahan? Anda segera menemukan bahwa mereka juga tidak lebih baik dari anda. Mereka juga berbabak-belur. Kenyataannya, mereka juga bukan Superman. Kemudian anda melihat di sekeliling, adakah orang-orang Super di sekitar anda? Bagaimana dengan pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin di gereja anda? Bahkan mereka juga kelihatannya memiliki kelemahan di sana sini. Apakah Superman juga membuat kesalahan? Mungkin mereka sedikit lebih baik, namun yang pasti mereka bukan Superman.

Apakah Kita Sedang Bertempur Dalam Peperangan yang Kalah?

Sekarang anda mempunyai masalah. Anda mulai merasa sangat kecewa. Anda mulai bersikap sinis. Apabila hal ini menjadi lebih buruk, anda mulai merasa putus asa. Anda mulai membuat kesimpulan bahwa kehidupan Kekristenan tidak mungkin dijalani. Ternyata pahlawan-pahlawan yang anda segani, para pemimpin di gereja, tidak begitu sempurna juga. Perasaan putus asa ini mulai mencengkram anda, membuat kehidupan Kekristenan anda merosot menjadi semakin lemah. Anda tidak dapat menang. Tidak ada seorangpun, bahkan tidak pula para pemimpin, dapat menang. Kita sedang berperang dalam peperangan yang kalah.

Apakah jalan keluarnya? Saya melihat begitu banyak orang Kristen yang menjadi semakin negatif. Segala sesuatu yang mereka lihat tampaknya tidak ada harapan. Mereka berada di ujung keruntuhan. Tetapi ketika anda membaca surat Rasul Paulus, apakah ia berpikir seperti demikian? Ia tidak berpikir seperti ini karena ia tidak berpikir seperti anda dan saya. Paulus memang tidak dapat dikalahkan tetapi ia bukan Superman.

Dari Manakah Gagasan Superman Ini Datang?

Saya akan menerangkan apa yang saya maksudkan dengan pernyataan saya yang terakhir. Tetapi pertama-tama kita harus meninjau gagasan tentang "Superman" ini, dan memahami sifat kerohanian yang sejati. Kita harus berusaha untuk mengerti dari mana datangnya kesalahan gagasan tentang "Superman" ini, karena kalau anda memulai dengan pemikiran superman, anda akan mengalami kerugian, dan melakukan kesalahan yang serius.

Gagasan ini datang dari seorang ahli filsafat Jerman yang bernama Friedrich Nietzsche. Orang ini adalah seorang ahli filsafat yang anti-kristen. Meskipun ayahnya seorang pendeta, ia melawan segala sesuatu tentang kekristenan. Bukanlah suatu perkara yang luar biasa untuk orang-orang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen kemudiannya berbalik dan melawan kekristenan karena jenis kekristenan yang mereka lihat di rumah. Nietzsche adalah seorang yang sangat pandai tetapi entah mengapa ia memiliki obsesi untuk melawan Tuhan. Dari sekian banyak buku yang ditulisnya, salah satunya berjudul "Anti-Kristus", di mana ia menyatakan dirinya sebagai Anti-Kristus. Ia berbalik melawan Allah karena Allah disampaikan kepadanya dengan cara yang salah. Tetapi dengan berbaliknya dari Allah, ia tidak ada lagi tujuan hidup. Ia telah kehilangan semua arti hidup. Menolak Injil bearti menolak semua dasar pengharapan. Tidak ada suatu apapun yang kekal, segala sesuatu adalah fana. Nietzsche menjadi gila pada usia 45 tahun dan meninggal 11 tahun kemudian, yaitu tahun 1900.

Menjelang akhir perang dunia kedua, berakhir jugalah impian Nazi akan satu bangsa yang super. Namun demikian, gagasan ini dilanjutkan oleh beberapa seniman kartun. Manusia masih saja ingin mempelajari untuk mempercayai dirinya sendiri. Tetapi siapakah yang dapat kita percayai?

Baru-baru ini saya dengar dari berita mengenai seorang pria di Cina yang menyembah Mao Tse Tung. Ia mengumpulkan segala macam potret Mao Tse Tung: dalam buku-buku kecil, lencana-lencana atau patung-patung. Tujuannya adalah mengumpulkan 25,000 barang-barang seperti itu. Di dalam kamarnya tergantung potret Mao Tse Tung yang sangat besar. Setiap hari ia membakar kemenyan di depan potret Mao itu. Mengapa ia melakukan hal tersebut? Karena Mao Tse Tung merupakan superman baginya.

Karena tidak seorangpun yang sesuai dengan gambaran Superman, seniman-seniman kartun masih dapat membayangkan seorang pria yang cakap dengan rambutnya yang bergelombang, bentuk tubuh V dengan otot-otot yang besar, berpakaian biru yang ketat dengan mengenakan mantel dipunggungnya yang akan menolongnya untuk terbang di udara. Inilah hal-hal yang kita lakukan hanya di dalam mimpi. Pernahkah anda terbang dalam mimpi? Pasti kita pernah terbang dalam mimpi. Jikalau anda tidak dapat menjadi Superman dalam kehidupan sehari-hari, setidak-tidaknya anda dapat menjadi satu dalam mimpi!

Kebohongan Dari Menjadi Superman Rohani

Jadi pemujaan akan pencapaian manusia adalah inti kepada gagasan Superman itu. Karena itu, penerapan gagasan Superman ke dalam kehidupan kekristenan adalah suatu penyimpangan yang besar. Sayangnya, pemikiran semacam ini masih kuat dalam gereja. Kita masih dapat melihat pemikiran tentang pengembangan diri ini dengan maksud untuk mencapai status Superman rohani. Kita telah diindoktrinasi oleh sistem pendidikan masa kini sehingga kita percaya pada gagasan pengembangan diri sendiri yang terus-menerus ini.

Mengapa kita belajar sungguh-sungguh? Pengembangan diri sendiri. Kita belajar supaya kita dapat berkembang dari satu tingkat pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dari satu derajat ke derajat yang lain. Kita belajar untuk mengembangkan memori kita dan konsentrasi kita. Kita bahkan dapat minum pil untuk mengembangkan "kemampuan otak". Dengan segala usaha ini, kita mengembangkan diri sendiri. Ketika kita datang ke gereja, tidakkah kita lakukan hal yang sama? Mengapa anda mempelajari Alkitab anda? Anda berkata, "Saya ingin mengetahui kehendak Allah." Mengetahui kehendak Allah biasanya hanya sebagian kecil dari alasan yang sesungguhnya. Alasan yang sesungguhnya adalah untuk mengembangkan pengertian anda tentang Firman Allah, bukan? Bukankah hebat apabila seseorang mengajukan pertanyaan dalam pelajaran Alkitab, anda membuka Kitab Suci pasal ini dan itu kepada mereka dan anda mampu mencelikkan mata mereka. Mereka semua memandang kepada anda, mengagumi pengertian anda yang begitu dalam tentang Kitab Suci. Tentu saja, anda tidak akan berkata bahwa anda melakukannya untuk mengesankan orang lain. Anda akan berkata bahwa anda ingin mengetahui kehendak Allah. Tetapi jikalau anda sudah mengetahui kehendak Allah dengan begitu baik, mengapa anda tidak dapat hidup berkemenangan?

Bagaimana dengan doa? Tentu saja itu sangat rohani. Tetapi berdoa bisa saja tidak begitu rohani. Kita dapat berdoa dengan cara seperti "meditasi transendental". Kita memusatkan pikiran kita dan mengembangkan akal budi kita. Hal ini dapat menolong kita untuk memfokuskan kemampuan mental kita. Adalah sehat bagi pikiran dan jiwa kita untuk meluangkan 10 menit waktu untuk memusatkan seluruh perhatian dengan tenang. Kita terjual kepada gagasan pengembangan diri. Jika anda memiliki alasan-alasan yang tersembunyi untuk menggembangkan diri sendiri ketika mempelajari Alkitab dan berdoa, anda telah kehilangan intinya dan anda tidak akan mengalami kemajuan rohani dalam kehidupan kekristenan anda.

Apakah Program Pelatihan Pemuridan Mendorong Kita Menjadi Superman? Anda boleh berkata, bagaimana tentang pelatihan pemuridan? Tentu saja dengan segala tingkat pelatihan pemuridan yang berbeda, anda dapat bertumbuh secara rohani dan dapat hidup dalam kehidupan kekristenan yang berkemenangan. Jikalau anda sudah menyelesaikan tingkat dasar dan anda masih bergumul untuk hidup berkemenangan, sebagai jalan keluarnya anda akan melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Program ini sungguh akan mendorong anda untuk menjadi Superman. Kerohanian yang sejati sekarang tidak begitu jauh dari jangkauan kita. Apakah semua pelatihan seperti ini sungguh berhasil? Apakah anda mendapati anda hidup dalam kemenangan? Pernahkah anda mengalami setelah mengikuti beberapa pelatihan, dengan tiba-tiba anda memiliki beberapa sifat Superman dalam hidup anda? Pada kenyataannya, meskipun anda mulai menyadari bahwa anda baru setengah jalan untuk menjadi Superman, namun anda harus rendah diri tentang itu. Tetapi begitu anda mencapai setengah jalan untuk menjadi Superman, tidak begitu mudah lagi untuk merendahkan diri. Tetapi anda masih ingin mencoba. Jadi kita ada banyak orang di gereja yang mencoba untuk mengerti bagaimana menjadi lebih rendah hati. Semua kekuatannya dikeluarkan di dalam pergumulan untuk merendahkan diri.

Namun anda tetap frustrasi. Barangkali Anda berkata: "Setelah menyelesaikan semua sesi dalam pelatihan-pelatihan pemuridan ini, kapan saya benar-benar akan hidup berkemenangan? Jikalau jalan satu-satunya untuk mencapai kesuksesan adalah dengan melanjutkan pelatihan ke tingkat selanjutnya, saya tidak tahu apakah saya akan berhasil sampai ke sana. Kehidupan Kekristenan seperti ini sangatlah sukar". Izinkan saya menyatakan hal ini kepada anda. Jikalau kita mengikuti semua pelatihan pemuridan dengan maksud untuk mengalami kemajuan rohani, dalam pengertian untuk menjadi Superman, anda telah salah besar. Bahkan lebih buruk lagi, sesi-sesi dalam pelatihan itu akan menjadi berbahaya bagi anda. Pelatihan-pelatihan itu sebenarnya sangat berbahaya apabila anda mengikutinya dengan motif yang salah. Saya sangat menguatirkan hal ini. Pelatihan sangat berharga, akan tetapi setiap sesuatu yang berharga dapat disalahgunakan. Di sinilah bahayanya.

Inti Dari Kerohanian

Jadi kalau begitu, bagaimana kita harus melanjutkan? Seperti yang telah kita simpulkan, kita harus mengerti inti dari apa yang Paulus katakan kepada kita. Kecuali kita mengerti hal itu, kita tidak akan pernah dapat hidup berkemenangan. Anda harus pikirkan dengan saksama 2 Korintus 12:10, "Ketika aku lemah, maka aku kuat". Paulus tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Superman. Pada kenyataannya, ia tidak pernah menjadi Superman. Lebih menakjubkan lagi, ia selanjutkan berkata di 2 Korintus 13:4, "Sesungguhnya Ia disalibkan karena kelemahan-Nya" untuk menunjukkan bahwa bahkan Kristuspun bukan Superman. Cara yang berbeda untuk menyusun ayat ini ialah "Yesus telah disalibkan sebagai seorang lemah". Di Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah tampil sebagai Superman. Sepanjang Injil Yohanes, Yesus tidak pernah melakukan apapun dengan kekuatan-Nya sendiri. Tatkala anda tidak berfungsi dengan kekuatan sendiri, itu berarti bahwa anda sendiri bukan apa-apa dan hanya Allahlah segalanya dalam hidup anda.

Kecuali anda mengerti hal ini, anda tidak mengerti apa-apa tentang kehidupan kekristenan. Jangan bayangkan bahwa satu hari kelak anda dapat mencapai tingkat dimana anda dapat berfungsi dengan kekuatan Superman. Karena apabila anda mencapai tingkat itu, anda tidak membutuhkan Allah lagi. Tetapi selama anda masih bergantung sepenuhnya kepada Allah, itu berarti anda selalu lemah.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (1)

Oleh: Pdt. Eric Chang

Bagian keempat dan terakhir dari satu seri khotbah yang terpusat pada 2 Korintus 12:9

Kekristenan Yang Bagaimana?

Kita sedang hidup dalam suatu masa dimana banyaknya pengajar-pengajar yang mengatakan bahwa Tuhan sedang memberkati anda apabila tidak ada kesukaran-kesukaran, apabila semuanya berjalan dengan lancar. Tetapi Paulus berbicara tentang kesukaran-kesukaran, penderitaan-penderitaan dan semua jenis kehinaan yang menimpa dirinya sebagai sesuatu yang dapat membuat ia bersukacita dan bangga. Kekristenan semacam ini dapat disebut sebagai kekristenan yang tak dapat dikalahkan, tidak mudah untuk menyerah. Kekristenan semacam ini sangat sulit ditemukan pada zaman ini.

[block:views=similarterms-block_1]

Jenis khotbah-khotbah yang kita dengar hari-hari ini di Amerika Utara dan berbagai tempat lainnya adalah apabila anda mengalami penderitaan-penderitaan dan kesukaran-kesukaran, itu bukanlah dari Tuhan. Apabila anda miskin, itu bukanlah kehendak Allah. Apabila anda menderita sakit penyakit, itu juga bukanlah kehendak Allah. Semua penyakit harus disembuhkan. Setiap kemiskinan harus disingkirkan. Apabila anda miskin, itu karena anda tidak memiliki iman. Kalau anda memiliki iman anda dapat meminta sebuah mobil Cadillac, atau Mercedes. Kalau anda tidak mendapatkan Cadillac, berarti anda tidak memiliki iman. Kekristenan semacam inilah yang sedang dikabarkan di seluruh dunia.

Dengan kekristenan semacam ini, anda heran apakah anda membaca Alkitab yang sama dengan yang dibaca oleh rasul Paulus. Kalau saja dia mendengarkan semuanya ini, ia akan heran kalau-kalau tidak ada seorangpun yang dapat mengerti tentang apa yang ia sudah tuliskan. Apakah Anda Sedang Menjalani Kehidupan Kekristenan Yang Berkemenangan? Hari ini, saya ingin membahas sesuatu yang amat penting - yaitu, intisari dan sifat kehidupan Kekristenan. Apakah kehidupan Kekristenan yang berkemenangan itu? Apakah anda hidup di dalamnya? Apakah rahasia kekuatan rohani? Apakah anda memiliki kekuatan rohani dalam hidup anda? Apakah kerohanian yang sejati itu? Kalau saya meminta anda untuk mendefinisikannya, tahukah anda apa itu kerohanian? Pertanyan-pertanyan ini sangat penting. Tanpa kuasa rohani, kita tidak dapat menjalankan kehidupan kekristenan.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (2)

Oleh: Pdt. Eric Chang

Ketika Aku lemah Maka Aku Kuat

Saya ingin menarik perhatian anda pada 2 Korintus 12:10, "Ketika aku lemah, maka aku kuat". Perhatikan setiap kata. Sudah jelas ada dua bagian dalam kalimat ini. Bagian terakhir dalam kalimat ini adalah: "Aku kuat". Apakah anda kuat? Apakah anda merasa anda kuat? Sepanjang minggu ini, apakah anda memiliki kekuatan untuk mengatasi semua masalah yang anda hadapi? Kalau kita melihat pada kalimat ini, kita cenderung ingin menekankan bagian keduanya, bukan? "Aku kuat" - inilah bagian yang menarik bagi kita.

[block:views=similarterms-block_1]

Anda dapat memikirkan pasal-pasal yang sejajar yang Rasul Paulus gunakan, seperti Filipi 4:13, "Aku dapat melakukan segala sesuatu di dalam Kristus." Ah, inilah kehidupan Kekristenan yang indah "Aku dapat melakukan segala perkara". Paulus memiliki kemampuan untuk bertahan dalam setiap kesukaran. Anda dapat melemparkan segala sesuatu kepadanya dan ia tetap kuat. Ia seorang Kristen semacam itu. Bagaimana dengan anda dan saya? Kita ditimpa masalah sedikit saja dan kita jatuh. Sayangnya hidup ini penuh dengan masalah. Sebagai akibatnya, kita menemukan diri kita sendiri sering kali jatuh. Kapan kita dapat bangkit? Barang kali ketika kita ke gereja. Jadi selama 6 hari kita jatuh, dan pada hari ke-7, kita mengumpulkan sedikit kekuatan untuk bangkit. Tetapi dengan kondisi yang demikian, kita akan mengalami defisit yang tak terbatas. Saya takut kalau pada waktu yang akan datang apabila saya datang untuk berkhotbah lagi, saya tidak akan melihat anda lagi, karena defisit itu telah mengakibatkan kebangkrutan rohani.

Hal-hal Apakah Yang Dibanggakan Oleh Rasul Paulus?

Tetapi kemampuan Paulus untuk bertahan sangat mengagumkan. Bacalah saja daftar yang panjang di 2 Korintus 11:22-30. Apakah anda melihat hal-hal yang Paulus lihat sebagai sesuatu yang layak dibanggakan? Inilah sungguh-sungguh seorang yang hebat benar. Silakan anda melihat daftar tersebut. Yang mana satu dapat ditanggung anda? Ia mengalami karam kapal tiga kali, dan terkatung-katung di tengah-tengah laut Mediterranian yang dingin. Maukah anda mencobanya? Mungkin Paulus itu seorang perenang yang baik, sehingga ketika kapal mulai tenggelam, itu tidak menjadi masalah. Tetapi kalau anda tidak tahu bagaimana untuk berenang, barangkali Tuhan tidak akan menguji anda dengan cara ini?

Jika anda seorang missionari yang melayani Tuhan, sepenuh waktu bekerja sebagai pemberita Injil, tentu saja anda akan berpikir bahwa Tuhan akan meratakan jalan-Nya bagi anda. Tetapi apa yang Ia lakukan? Ia mengizinkan kapal anda tenggelam. Anda boleh saja protes: "Tetapi Tuhan, maafkan aku, itu bukan caranya memperlakukan hamba-Mu. Yang penting bukan aku bisa berenang atau tidak, tetapi menggantung-gantungkan hamba-Mu di tengah air laut seperti ini pasti bukan caranya untuk memperlakukan hamba-Mu! Tuhan, kalau Engkau melakukan hal ini sekali saja kepadaku, aku masih dapat memaafkan-Mu. Tetapi tiga kali!? Ini tidak dapat diterima. Pada waktu pertama kali aku sudah punya cukup banyak masalah, tetapi tiga kali, aku tidak sanggup menerimanya. Bukan saja karena Alkitabku basah dan hancur, tetapi semua catatan khotbahku hilang dan aku tidak dapat mengingat apa yang akan kukhotbahkan."

Saya ragu-ragu apakah iman kekristenan anda cukup kuat untuk mengatasi hal ini. Saya percaya iman anda tidak sanggup untuk mengatasinya, jika kekristenan anda adalah semacam ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah mengizinkan satu perkara buruk pun terjadi kepada anda. "Inilah aku hamba-Mu, siap untuk diutus dan memberitakan Firman-Mu. Tentu saja Tuhan akan meratakan jalan-Nya bagiku, benarkah?" Dan apa yang terjadi? Lif mogok, dan anda menderita malu ketika anda coba membetulinya, dan anda tidak berhasil. Jadi anda lari ke lantai bawah dan mendapati anda telah ketinggalan bis. Sudah pasti ini bukanlah caranya memperlakukan seorang hamba Tuhan.

Anda mengalami beberapa masalah lalu anda berkata, "Tuhan, mengapa Engkau memperlakukan aku seperti ini?" Itulah sebabnya saya berkata anda perlu mengerti intisari dari Kekristenan. Anda mungkin saja sudah dibesarkan dalam Kekristenan yang semacam ini, yaitu selama anda berjalan dalam kehendak-Nya, maka semuanya akan menjadi lancar. Ia boleh saja tidak meratakan jalan anda dengan bunga-bunga mawar, tetapi paling tidak bukan dengan begitu banyaknya duri.

Ketika Paulus menuliskan hal-hal itu di 2 Korintus 11, apakah tujuannya? Apakah ia menulis untuk menggerutu melawan Tuhan? Ia menuliskan hal-hal ini untuk membuktikan kepada jemaat Korintus bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan yang sejati (ayat 23). Inilah yang menjadi penghubung antara bagian pertama dan bagian kedua dari 2 Korintus 11. Paulus mengatakan: "Apakah mereka hamba-hamba Tuhan? Aku lebih lagi. Apakah buktinya? Kapalku karam." Bukankah ini hal yang menakjubkan? Kapal mereka tidak tenggelam dan dengan demikian mereka bukan hamba Tuhan yang sejati. Inikah pemikirannya? Apakah saya lagi membuat lelucon? Anda bacalah dan temukanlah, kalau anda dapat menemukan penghubung yang lain.

Saya baru saja membaca sebuah buku dalam dua minggu terakhir, dan kemarin saya sampai pada bagian akhir dari buku tersebut. Ketika saya membuka halaman berikutnya, saya sulit sekali mempercayai mata saya. Judul dari bagian itu justru bertepatan dengan apa yang saya khotbahkan hari ini, yaitu bukti-bukti kwalifikasi yang menunjukkan bahwa Paulus layak menjadi seorang rasul. Ia merujuk kepada nas yang sama yang saya tuliskan dalam buku catatan saya lebih dari 5 minggu yang lalu. Bukankah ini sesuatu yang luar biasa? Penulisnya membahas hal yang sama persis dengan yang saya bicarakan sekarang.

Bukti-bukti Kerasulan

Paulus menyebut kesukaran-kesukaran, pukulan-pukulan dan lemparan-lemparan batu sebagai bukti yang sungguh-sungguh menunjukkan kerasulannya. Ini sangat mengagumkan. Dalam perikop itu, ia tidak menunjuk kepada penglihatannya ketika dalam perjalanan ke Damsyik. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, ia mengklaim dirinya sebagai rasul yang sejati, bertentangan dengan mereka yang mengklaim diri sebagai rasul-rasul sejati, dengan argumen bahwa mereka seharusnya tahu bahwa ialah seorang rasul yang sejati justru karena lemparan-lemparan batu, pukulan-pukulan dan peristiwa kapal karam yang harus ia alami demi Injil.

Ketika Paulus keluar untuk berkhotbah, ia tidak mengharapkan Tuhan untuk melembutkan hati orang banyak supaya mereka tidak akan melemparinya dengan batu atau memukulnya. Kadang-kadang, saya keheranan mendengar banyak orang berkata, atau saya membaca dalam majalah-majalah, bahwa bukti dari kebaikan Allah adalah kalau mereka pergi ke sana dan hati orang-orang di situ sudah dipersiapkan. Mereka menerima sambutan yang baik sekali. Bahkan meskipun pada awalnya ada sedikit permusuhan, hati orang-orang yang mendengar telah diubahkan begitu mereka sampai di sana. Penerimaan dari para pendengar tentu saja kadang-kadang merupakan bukti dari pekerjaan Tuhan dalam hati manusia. Tetapi sudahkah kita mengerti kenyataan bahwa pertentangan yang hebat terhadap suatu khotbah sering kali merupakan bukti yang pasti bahwa Roh Kudus sedang bekerja dengan penuh kuasa di dalam hati para pendengar untuk menyatakan dosa mereka dan perlunya untuk berpaling kepada Tuhan supaya diselamatkan (misalnya dalam Kisah Rasul 7)?

Rasul Paulus yang malang ini dilempari batu sementara di waktu yang lain ditinggalkan untuk mati. Ia dirajam batu dengan hebat sekali sehingga berlumuran darah seluruh tubuhnya. Ia dipukul sampai pingsan dalam suatu timbunan tanah sehingga mereka menyangka ia sudah mati. Jika anda melihat wajah rasul ini, anda akan melihat banyak sekali bekas-bekas luka di seluruh wajahnya. Dan bekas-bekas luka ini, disebut Paulus sebagai "tanda-tanda kematian Yesus di dalam tubuhnya" (2 Korintus 4:10). Tidak, Paulus tidak selalu diterima dengan sambutan yang hangat.

Dan berapa kali dia dipukuli? Setiap kali Paulus dipukul, ia dipukul dengan memakai cambuk, 39 pukulan di punggungnya. Setiap kali cambuk itu mengenai tubuhnya, itu akan mengambil keluar sedikit dari kulitnya. Ketika cambuk itu mengenai tubuhnya terdapat 4 atau 5 sayatan pada waktu yang sama. Ia diberikan 40 pukulan kurang 1 sebagai tindakan belas kasihan menurut ketentuan hukum Yahudi. Dapatkah anda tahan menderita satu pukulan seperti itu, apalagi lima? Bagaimana keadaan punggung rasul Paulus? Inikah penyambutan yang baik? Tetapi anda mungkin berpikir bahwa tentu saja kalau Roh Kudus bekerja melalui Paulus, kuasa dari perkataannya akan menginsafkan para pendengarnya dan mereka akan jatuh tersungkur di atas tanah dan bertobat. Nah, ketika Stefanus di Kisah Para Rasul 7 berkhotbah dengan penuh kuasa, ia dirajam batu sampai mati. Mengapa Tuhan tidak melindungi hamba-Nya yang berharga ini, tetapi sebaliknya membiarkannya untuk dirajam dengan batu sampai mati?

Beranikah anda pergi dan memberitakan Injil? Jangan berpikir bahwa Tuhan akan meratakan jalanmu. Pada umumnya, Ia tidak akan melakukan itu. Mungkin kadang-kadang, tetapi jarang sekali Ia akan meluruskan jalanmu, sebagaimana yang anda lihat dalam Alkitab.

Kehidupan Kristen Yang Tak Terkalahkan (4)

Oleh: Pdt. Eric Chang

Dapatkah anda melihat bahaya dari gagasan Superman ini? Anda harus mengerti dengan jelas. Jangan bayangkan bahwa anda dapat mencapai tingkat dimana anda memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga anda dapat berfungsi sendiri secara rohani. Jangan pernah berpikir bahwa kehidupan kekristenan anda itu umpama baterai yang dapat dicas dengan pelatihan-pelatihan, pelajaran Alkitab dan doa. Anda diisi ke tingkat yang tertentu, supaya setelah waktu doa dan pelajaran Alkitab, anda dapat keluar dan berlari untuk waktu yang lama dengan cas dari baterai itu. Kemudian anda kembali kepada Allah untuk dicas ulang hanya apabila anda merasa bahwa cas itu mulai berkurang. Ini sama sekali tidak benar. Kita harus hidup dalam kelemahan saat demi saat, dan senantiasa menarik kekuatan dari-Nya. Kekristenan Yang Berbeda - Bermegah Dalam Kelemahan Apa yang Paulus maksudkan ialah: "Ketika aku lemah, ketika itu jugalah aku menjadi kuat". Itu berarti untuk menjadi kuat kapanpun, anda harus menjadi lemah. Hal ini sangat penting untuk anda mengerti. Kedua bagian dari kalimat ini tidak akan pernah dapat dipisahkan. Saat anda merasa lemah, itulah saatnya untuk bersyukur pada Tuhan. Inilah yang dimegahkan oleh Paulus. Apakah anda merasakan kesakitan dalam tubuh anda seperti saya? Paulus berbicara tentang duri di dalam dagingnya. Cobalah menusukkan duri ke dalam tubuhmu dan rasakan seperti apa rasanya. Itu gambaran kesakitan yang dasyat di dalam daging. Banyak sarjana berusaha untuk memahami artinya. Tidak seorangpun dapat menyatakan dengan pasti. Jika anda selalu mengeluh kepada Tuhan mengapa anda mengalami rasa sakit di tubuh, anda belum memahami rahasia kehidupan Kristen. Justru dalam kelemahan itulah kuasa Allah akan dinyatakan di dalam diri anda. Justru di ayat inilah, Paulus membanggakan hal yang satu ini: kesakitannya. Ini kekristenan yang sama sekali berbeda. Bilamana anda mengalami kekurangan, itu merupakan kesempatan Allah untuk memperlihatkan kuasa-Nya kepada anda, dan melalui anda kepada orang lain. Anda semua tahu ceritera tentang Joni, seorang wanita atlit yang sangat menarik. Tulang lehernya patah, mengakibatkan lumpuh dari leher ke bawah. Ia seorang wanita yang masih muda dan seluruh hidupnya harus dihabiskan di atas kursi roda. Mengapa Allah mengizinkan hal seperti ini terjadi? Namun melalui kehidupannya, tak terhitung banyaknya orang telah diberkati. Mengapa? Justru karena kuasa Tuhan dinyatakan di dalam kelemahannya. Bagaimana Kita Menghadapi Masalah-masalah Kita? Namun saat anda merasa kurang sehat, anda merasa kurang senang. Saya sering kali merasakan sakit punggung yang melemahkan. Perhatikan kata "melemahkan". Setiap penyakit dan rasa sakit melemahkan kita. Untuk menjadikan Paulus lebih kuat, Allah harus pertama-tama melemahkannya dulu dengan menusukkan duri ke dalam dagingnya. Mengertikah anda prinsip ini? Barangkali kita belum mencapai tahap di mana Allah dapat menusukkan duri ke dalam daging kita. Kita mengalami kesulitan mengatasi masalah-masalah kecil yang kita hadapi setiap hari. Kualitas Kekristenan kita dapat dilihat dari cara kita menghadapi masalah-masalah kita. Ingatkah anda tentang "The Queen of the Dark Chambers" (Ratu Kamar Gelap), bagaimana matanya begitu peka terhadap sinar cahaya sehingga ia harus hidup di dalam kegelapan? Betapa tragisnya! Ia harus hidup di dalam kegelapan siang dan malam. Ia secara harfiah hidup di dalam kegelapan. Sekali lagi melalui kelemahannya kuasa Allah dinyatakan dan jutaan orang diberkati melalui kehidupannya. Kelemahan Kita - Kesempatan Allah Kelemahan anda merupakan kesempatan Allah untuk menunjukkan betapa dahsyat kuasa-Nya di dalam hidup anda. Inilah kemuliaan Kekristenan. Bukan karena anda tidak ada masalah tetapi justru di dalam setiap masalah, ada kekuatan untuk mengatasinya, bahkan patah tulang leher ataupun kelumpuhan. Di mana lagi kuasa Allah akan dinyatakan di dalam kehidupan kita? Apakah kemuliaan Allah dinyatakan melalui saya karena saya mengendarai sebuah Mercedes? Saya tidak perlu menjadi orang Kristen untuk mengendarai Mercedes. Tetapi saya perlu menjadi orang Kristen untuk memuliakan Tuhan, untuk mengizinkan kuasa-Nya dinyatakan melalui saya dengan duri di dalam daging. Saya tidak membutuhkan kuasa Allah untuk hidup di dalam sebuah rumah yang bagus dan besar. Tetapi saya membutuhkan kuasa Allah ketika demi Injil, saya tidak ada tempat tinggal sama sekali. Betapa Bahagianya Menjadi Lemah Di awal pengalaman kekristenan saya, saya melihat kuasa Allah dinyatakan melalui saudara Yang. Ia memiliki rahasia rasul Paulus dalam kehidupan kekristenannya. Ia menerima kemiskinan karena memberitakan Injil. Itu merupakan sesuatu yang ia banggakan dan megahkan. Seperti yang telah saya bagikan sebelumnya, kami hidup bersama selama beberapa bulan. Menurut anda, apa yang paling banyak saya pelajari darinya? Bukan bagaimana cara membaca Alkitab, atau bagaimana dapat berdoa berjam-jam. Tetapi dari cara ia mengatasi masalah-masalah dan kesukaran-kesukarannya, saya belajar apa itu kemuliaan Allah. Kami berdua tidak mempunyai uang. Kadang-kadang, hanya ada satu ikan kecil untuk kami berdua. Tidak ada uang bahkan untuk membeli sayur. Kami punya uang cukup hanya untuk membeli beras. Saya masih ingat ucapan syukur dan pujiannya kepada Tuhan untuk ikan yang kecil itu. Ia selalu dikejar-kejar polisi. Ini terjadi di Shanghai. Sukacitanya di dalam Tuhan saat menghadapi setiap masalah yang membuat saya melihat kemuliaan Allah. Mengertikah anda rahasia ini? Paulus berkata bahwa "Aku disalibkan dengan Kristus" (Galatia 2:19). Bukan "Aku telah disalibkan" (I was), tetapi "Aku disalibkan"(I am). Disalibkan berarti dianggap sebagai penjahat. Itu juga berarti penderitaan dan kematian. Penyaliban merupakan lambang dari kelemahan yang total. Inilah yang dipandang Paulus sebagai pusat kehidupannya. Justru di situlah ia menikmati persekutuan dengan Kristus. Apakah anda mempunyai pengalaman semacam ini dengan Kristus? Di Ucapan Bahagia (Matius 5:3-12), kita dapat melihat bahwa setiap ucapan bahagia itu ada hubungannya dengan kelemahan. "Berbahagialah orang yang miskin": orang miskin itu lemah. "Berbahagialah orang yang lemah lembut": orang yang lemah lembut adalah orang lemah. "Berbahagialah orang yang dianiaya": mereka dianiaya karena mereka tidak ada pertahanan. Demikianlah caranya Tuhan membuka pengajaran-Nya. Ia ingin menegaskan kepada kita bahwa seluruh rahasia kehidupan Kekristenan ialah bahwa Allah itu Allah bagi yang lemah. Kuasa-Nya dinyatakan hanya melalui kelemahan. Daud disebut sebagai seorang yang berkenan di hati Allah (Kis 13:22). Apakah karena ia Superman? Justru sebaliknya. Ia seorang yang sangat menghargai kenyataan bahwa Allah mengasihi dan hidup di antara orang yang miskin, yang rendah hati, dan yang lemah, dan ia menulis, "Tuhan itu dekat dengan orang yang patah hati, dan menyelamatkan mereka yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:18) Sebenarnya ucapan bahagia yang satu ini, "Berbahagialah orang yang lemah lembut", adalah berdasarkan perkataan Daud di Mazmur 37:11, "Orang-orang yang lemah lembut akan mewarisi negeri (atau bumi)". Anda Merasa Cukup Puas, Sehingga Anda Tidak Mengalami Tuhan Saya telah mengalami keajaiban Tuhan di dalam hidup saya. Anda dapat melihatnya di dalam kesaksian saya. Saya telah banyak kali mengalami pernyataan kuasa Allah di dalam hidup saya. Tetapi yang mengkuatirkan saya adalah saya jarang mendengar orang lain membagikan pengalaman yang serupa. Saya bertanya-tanya mengapa anda tidak mengalami keajaiban pekerjaan Allah. Apakah karena saya Superman dan anda bukan? Bukan, saya bukan Superman. Saya bukan apa-apa. Justru karena itu, Allah dapat bekerja dalam hidup saya. Karena di dalam kelemahan dan kekurangan saya, Allah menyatakan Diri-Nya kepada saya. Masalahnya ialah anda jauh lebih "super" dari saya. Anda tidak mengalami kekurangan yang saya alami dan itulah sebabnya anda tidak mengalami Tuhan. Itulah sebabnya saya menyesal untuk anda. Anda terlalu mewah. Saya tidak berkata bahwa anda kaya, tetapi anda berkecukupan, jadi anda tidak perlu mengalami persediaan Tuhan. Pernah terjadi di Shanghai saya tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Allah melakukan suatu yang ajaib untuk saya. Ia tidak akan membiarkan saya dalam kelaparan. Jika Ia Apakah anda ingin mengalami kehidupan kekristenan yang tidak terkalahkan seperti yang Paulus alami? Apakah anda ingin memiliki kuasa rohani seperti yang dialaminya di dalam kehidupan kekristenan anda? Apakah Allah kita nyata bagi anda? Berbahagialah orang yang miskin dan yang lemah karena Allah akan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Siapkah anda menjadi miskin dan lemah supaya anda dapat mengalami kehidupan yang tak terkalahkan seperti Paulus?

Keintiman Yang Membuahkan Kuasa

Oleh: Sunanto

Belum lama ini dunia kekristenan sedikit digoncangkan oleh terbitnya dua buku yang dianggap menyesatkan yaitu buku The Da Vinci Code dan The Gospel of Judas. Herannya saya sama sekali tidak tertarik untuk membaca dua buku laris yang menimbulkan kontroversi ini. Bagi saya mau terbit seratus buku seperti diatas tetap tidak akan menggoyahkan iman kekristenan saya.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu mempelajari /membahas buku-buku seperti ini tetapi kita seharusnya tidak perlu membuang energi begitu banyak untuk membahas atau memperdebatkannya bila mayoritas orang kristen memiliki pengalaman iman yang sejati bersama dengan Kristus. Orang-orang kristen yang benar-benar mengalami Kristus bukan saja tidak akan mudah terpengaruh dengan pengajaran sesat bahkan mereka tidak akan takut sekalipun harus kehilangan nyawa demi Kristus. Jemaat dalam gereja mula-mula menjadi bukti bahwa iman yang sejati tidak akan goyah sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Itulah sebabnya walaupun gereja mula-mula tidak memiliki sarana dan sumber daya seperti kita yang miliki (bahkan mereka tidak memiliki Alkitab yang dicetak) saat ini tetapi mereka dipakai oleh Allah untuk mengubah dunia.

Dalam bukunya ‘Sepuluh Pemikiran Besar Dari Sejarah Gereja’ (terbitan momentum), Mark Shaw menulis tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dengan menikmati Dia selamanya. Sebelum bertobat saya adalah pecandu rokok dan pornografi tetapi ketika saya mengalami perjumpaan dengan Kristus maka saya dengan sendirinya tidak tertarik lagi dengan rokok dan pornografi. Sebelum bertobat saya sangat menikmati rokok dan pornografi tetapi ketika mengalami pertobatan dalam usia 18 tahun dan menerima kasih sejati dari Allah, semua kesenangan dunia itu menjadi tidak ada artinya.

Memang selagi dalam proses pertumbuhan kadangkala mengalami kejatuhan tetapi saya memutuskan untuk bangkit setiap kali tersandung sampai akhirnya mengalami kemenangan. Seorang anak kecil yang sedang belajar jalan sangat wajar bila ia jatuh sebab kejatuhan/kegagalan merupakan bagian dalam proses pembelajaran. Setelah selama 14 tahun berjalan bersama Yesus, semakin hari saya semakin mencintaiNya. Dia lebih berharga dari emas dan lebih indah dari permata, tidak ada satu halpun di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan Yesus.

Janganlah berfokus kepada dosa tetapi fokuskan diri pada keintiman dengan Allah dan belajarlah menikmati Allah maka dengan mudah kuasa dosa dapat dipatahkan. Kita harus memiliki sasaran untuk mencapai sebuah tingkat rohani dimana Tuhan menjadi kerinduan dan kesukaan kita yang terbesar. Kita harus menjadi orang-orang yang dipimpin dan hidup oleh Roh sehingga kemanapun kita pergi maka kita akan membawa pengaruh yang positif. Gereja mula-mula berhasil menjungkirbalikkan dunia sebab hidup mereka dipenuhi oleh Roh Kudus.

Jonathan Edwards, salah satu tokoh kebangunan rohani meyakini bahwa bukit nyata dari sebuah kebangunan rohani adalah adanya sebuah gelombang kasih dan pelayanan bagi dunia. Orang-orang kristen yang telah disentuh oleh api kebangunan sejati akan memiliki hati yang berkobar-kobar bagi Allah. Ketika kita telah mengalami indahnya jamahan kasih Allah maka dengan sendirinya kita akan rindu membagikan pengalaman tersebut kepada orang lain.

Keintiman dengan Allah akan menghasilkan orang-orang kristen yang memiliki kuasa Roh untuk mengubah dunia. Menurut Rick Joyner, keintiman dengan Allah merupakan salah satu hal yang paling cepat menular di muka bumi ini. Doa saya semoga anda tertular dan kemudian menularkannya pada orang lain !

Kelemahlembutan dan Kelegaan

Penulis: Tozer, A.W.

Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5).

Di dalam dunia manusia, kita tidak mendapati sesuatu pun yang mendekati kebajikan-kebajikan yang dibicarakan oleh Yesus dalam kata-kata pembukaan Khotbah di Bukit yang terkenal itu. Sebagai pengganti "miskin di hadapan Allah", kita justru mendapati kesombongan yang tinggi; bukan orang yang berduka cita, tetapi para pemburu kesenangan; bukannya kelemahlembutan, malah arogansi; bukan orang yang lapar akan kebenaran, kita malah mendengar orang-orang berkata, "Aku kaya raya dengan harta yang bertambah dan tidak membutuhkan apa-apa lagi"; sebagai ganti belas kasihan, kita mendapati kekejaman; bukannya kesucian hati, melainkan imaginasi-imaginasi yang jahat; bukannya pembawa damai, kita justru mendapati manusia yang bertikai dan saling membenci; bukan bersukacita ketika dizalimi, mereka segera membalas dengan semua senjata yang mereka miliki.

[block:views=similarterms-block_1]

Berdasarkan moralitas seperti inilah masyarakat kita terbentuk. Situasi yang ada penuh dengan hal-hal tersebut; kita bernafas, makan dan minum bersama hal tersebut. Kebudayaan dan pendidikan juga memperkuat situasi ini dan tidak berbuat apapun untuk merubahnya. Ada banyak literatur dibuat untuk mendukung ivie bahwa hidup dalam nilai-nilai di atas adalah kehidupan yang normal. Tak heran bila iblis memanfaatkan hal ini untuk membuat perjuangan hidup kita semua lebih sulit. Semua rasa sakit hati dan kepedihan bersumber langsung dari dosa-dosa kita. Kebanggaan, egoisme, dendam, keserakahan adalah sumber-sumber penyakit moral yang mempengaruhi kedagingan manusia.

Dalam dunia seperti ini rasanya suara yang digemakan Yesus seperti berasal dari dunia yang lain : dunia yang baik dan aneh. Adalah baik bahwa Dia bicara karena tak ada seorangpun dapat melakukan hal tersebut dan adalah baik bagi kita untuk mendengarkanNYA. Kata-kataNya adalah inti dari kebenaran. Dia tidak mengemukakan pendapat, Yesus tak pernah beropini. Dia tak pernah menduga-duga, Dia sudah tahu sebelumnya dan Dia selalu tahu. Kata-kataNYA tak seperti Salomo yang mengumpulkan kebijakan yang ada atau hasil dari pengamatan tajam terhadap kehidupan. Dia bicara dari kepenuhanNYA sebagai anak Allah dan kata-katanya adalah kebenaran itu sendiri. Hanya Dia yang dapat mengatakan "diberkatilah" dengan penuh otoritas karena Dia sendirilah Yang Diberkati itu sendiri. Dia datang dari atas untuk menurunkan berkat bagi umat manusia. Dan kata-katanya diikuti oleh perbuatan yang jauh lebih besar dari yang pernah dilakukan oleh siapapun di muka bumi ini. Ini adalah kebajikan untuk kita dengarkan.

Sebagaimana kebiasaan Yesus, Dia memakai kata "lemah lembut" dalam kalimat yang singkat dan padat dan barulah kemudian menjelaskannya. Dalam kitab Matius jugalah Dia mengatakan pada kita hal-hal lebih lanjut tentang kelemah lembutan dan mengaplikasikan itu dalam kehidupan kita. "Marilah kepadaKU semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Di sini kita melihat 2 hal kontras yaitu beban dan istirahat. Beban yang dimaksud disini bukanlah beban pribadi - walaupun aneh kedengarannya bagi orang yang pertama kali mendengarnya - tetapi adalah beban yang dipikul seluruh umat wanusia. Di dalamnya tidak termasuk tekanan akibat kemiskinan atau kerja lembur. Tetapi lebih dalam lagi dari itu, beban ini dirasakan baik oleh si kaya maupun si miskin, karena harta ataupun bersantai tidak dapat membebaskan kita dari beban ini.

Beban yang dipikul umat manusia amatlah berat dan bersifat menghancurkan. Kata yang digunakan Yesus memiliki arti," beban yang dipikul atau kerja yang dilakukan hingga titik nadir kelelahan". Secara sederhana, kelegaan adalah dibebaskan dari beban tersebut. Ini bukanlah apa yang secara aktif kita lakukan tetapi apa yang kita alami ketika kita berhenti melakukan sesuatu. Kelemahlembutan-Nya, itulah kelegaan. Mari kita amati beban kita. Secara keseluruhan beban tersebut adalah sesuatu yang berhubungan dengan manusia batiniah. Hal tersebut menyerang hati dan pikiran lalu merambah tubuh kita dari dalam. Pertama adalah beban kesombongan. Jerih lelah demi cinta diri semiiri sebenarnya amat membebani. Pikirkan baik-baik, bukankah kebanyakan kesedihan anda berasal dari ucapan seseorang yang menganggap remeh anda? Selama anda menempatkan diri anda sehagai tuhan kecil, yang kepadanya anda harus setia maka akan ada selalu orang-orang yang kesenangannya adalah melawan berhala anda tersebut. Jika demikian, bagaimana anda dapat berharap untuk menemukan kedamaian dalam diri? Hati anda yang berusaha keras melindungi diri anda dari apapun yang mengganggu kehormatan anda mulai dari dari opini buruk teman maupun lawan sampai hal-hal kecil lainnya, tidak akan pernah membiarkan pikiran anda untuk beristirahat. Teruskan perang ini bertahun-tahun dan akhirnya beban ini menjadi tak tertahankan. Namun anak-anak manusia terus menerus membawa beban ini, menantang setiap perkataan yang diucapkan untuk menentang mereka, menciut di bawah kritikan, tertekan di bawah tindakan peremehan, dan gelisah tidak bisa tidur jika ada orang lain yang Iebih unggul daripada mereka.

Sungguh beban seperti ini tidaklah perlu dipikul. Yesus memanggil kita pada kelegaan-Nya dan kelemahlembutan adalah metode-Nya. Orang yang lembah lembut tak pernah peduli siapa yang lebih hebat darinya, karena sudah semenjak jauh sebelumnya dia menyadari bahwa penghargaan yang diberikan dunia tidaklah layak untuk dikejar. la mengembangkan bagi dirinya sendiri sense of humor yang menyenangkan dan belajar untuk berkata "Oh, jadi kamu telah diremehkan? Mereka pilih orang lain ketimbang kamu? Mereka bergunjing bahwa kemampuan kamu rendah? Dan sekarang kamu terluka karena dunia mengatakan hat-hal tentang kamu yang sebenarnya adalah pendapat kamu tentang dirimu sendiri? Baru kemarin kamu mengatakan kepada Tuhanmu bahwa kamu adalah "nothing", hanyalah debu. Di mana konsistensimu? Ayo, rendahkanlah dirimu dan berhentilah memikirkan pada apa yang dipikirkan manusia."

Orang yang lemah lembut bukanlah si pengecut yang terperangkap oleh rasa rendah dirinya. Namun, dalam kehidupan moralnya ia mungkin seberani singa dan sekuat Simson. Bedanya dia telah berhenti membodohi dirinya sendiri. Dia telah menerima cara pandang Tuhan terhadap hidupnya. Dia tahu bahwa dia lemah dan tak berdaya seperti yang dikatakan Tuhan padanya, tetapi juga pada saat bersamaan dia tahu bahwa dalam pandangan Tuhan dia adalah seorang yang berharga, bahkan lebih penting daripada para malaikat. Di dalam dirinya sendiri, ia bukan apa-apa; di dalam Allah, ia segalanya. Inilah semboyan hidupnya. Dia tahu benar bahwa dunia tidak akan memancingnya sebagaimana Tuhan memandangnya dan dia berhenti kuatir tentang pandangan dunia. Dia dengan santai dan puas membiarkan Tuhan menempatkan nilai-nilai dirinya. Dia akan dengan sabar menantikan hari dimana segalanya akan mendapat label harganya masing-masing dan hal-hal yang memang sejatinya berharga akan tampak. Dan orang-orang benar akan bersinar dalam kerajaan Bapa. Dia bersedia menunggu hari itu.

Sementara masa penantian, dia akan mendapatkan tempat istirahat bagi jiwanya. Ketika dia berjalan dalam kelemahlembutan, dia dengan senang hati akan membiarkan Tuhan membelanya. Keinginan lama untuk membela dirinya sendiri hilang. Dia telah menemukan kedamaian dalam kelemahlembutan.

Dia juga akan mendapatkan kelepasan dari beban kepura-puraan. Yang saya maksudkan bukanlah kemunafikan, tapi naluri wajar manusia untuk menampilkan yang terbaik di depan mata dan menyembunyikan kemiskinan jiwa kita. Karena dosa telah memainkan banyak trik jahat atas kita, dan salah satunya adalah merasuki kita dengan rasa malu yang salah. Jarang sekali ada pria atau wanita yang benar-benar berani menjadi dirinya sendiri tanpa berusaha mengendalikan impresi yang ingin mereka timbulkan pada orang lain. Rasa takut yang timbul kalau-kalau orang lain mengetahui siapa diri mereka sebenarnya menggerogoti diri mereka seperti binatang pengerat. Manusia berbudaya selalu dihantui ketakutan bahwa suatu saat ada orang lain yang lebih berbudaya daripada dirinya. Manusia terpelajar takut bertemu dengan mereka yang lebih terpelajar. Manusia kaya berkeringat dingin, takut kalau-kalau pakaiannya, mobilnya atau rumahnya suatu hari kelak terlihat murahan dibanding si kaya lain. Apa yang disebut "masyarakat" sesungguhnva digerakkan oleh motivasi ini dan kelas masyarakat miskin malah mungkin sedikit lebih baik.

Janganlah menertawakan hal ini. Beban-beban ini sungguh nyata dan sedikit demi sedikit membunuh korban-korban dari cara hidup yang jahat dan tidak alami ini. llmu jiwa tercipta bertahun-tahun melalui hal-hal ini, menjadikan kelemahlembutan yang sejati tidak nyata seperti mimpi dan bintang yang jauh di langit. Kepada semua korban penyakit yang menggerogoti ini, Yesus berkata "Kamu harus menjadi seperti anak kecil" (Matius 18:3). Karena anak-anak kecil tidak pernah membandingkan; mereka mendapat kesenangan dari apa yang mereka dapat tanpa mengaitkannya dengan orang lain atau hal lain. Hanya setelah menjadi semakin dewasa, dosa mulai berkuasa dalam hati dan muncullah iri hati dan dengki. Lalu mereka tidak bisa lagi menikmati apa yang mereka miliki jika orang lain memiliki sesuatu yang lebih besar atau lebih baik. Pada usia yang sangat muda, beban yang menyakitkan itu mulai masuk ke dalam jiwa mereka yang Iembut dan tidak pernah meninggalkan mereka sampai Yesus membebaskan mereka.

Sumber beban yang lain adalah kepalsuan. Saya yakin kebanyakan orang hidup dalam ketakutan tersembunyi kalau-kalau suatu hari mereka cerobah dan secara kebetulan teman atau musuh mereka akan mengintip jiwa mereka yang miskin dan kosong. Jadi mereka tak pernah tenang. Orang-orang yang pintar selalu tegang dan waspada dalam ketakutan mereka bahwa sewaktu-waktu mereka terjebak untuk mengatakan sesuatu yang "biasa-biasa saja" atau yang bodoh. Orang yang banyak bepergian khawatir jika suatu hari mereka bertemu dengan beberapa Marco Polo yang mampu menceritakan beberapa tempat terpencil yang tak pernah mereka kunjungi.

Situasi yang tidak wajar ini adalah bagian dari warisan dosa kita yang menyedihkan, tapi dalam masa ini diperburuk oleh keseluruhan cara hidup kita. Iklan misalnya, sangat menggantungkan diri pada kebiasaan manusia untuk berlagak. Banyak kursus-kursus yang ditawarkan dalam berbagai bidang pengetahuan manusia sesungguhnya menarik keinginan korban untuk tampil istimewa dalam sebuah pesta. Buku-buku dijual, pakaian-pakaian dan kosmetika terus menerus dijajakan dengan mengambil untung di atas keinginan untuk tampil berbeda dari diri kita yang sebenarnya. Kepalsuan adalah satu kutukan yang akan sirna ketika kita berlutut di kaki Yesus dan menyerahkan diri pada kelemahlembutan-Nya. Maka kita tidak akan memikirkan lagi tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kita selama Tuhan berkenan kepada kita. Hakekat sebenarnya dari diri kita menjadi jauh lebih penting dan penampilan kita tidak menduduki skala kepentingan yang lebih rendah. Selain dosa tak ada hal yang membuat kita malu. Hanya keinginan jahat untuk menjadi istimewalah yang membuat kita menampilkan sesuatu yang berbeda Hari keadaan kita yang sesungguhnya.

Pusat dunia ini sedang dihancurkan di bawah beban kesombongan dan kepura-puraan ini. Tidak akan ada kelepasan dari beban ini jika kita terpisah dari kelemahlembutan Kristus. Baik, argumentasi yang baik kelihatannya sedikit membantu, tapi nyatanya sifat buruk ini begitu kuat sehingga jika kita menekannya di suatu tempat, sifat tersebut akan muncul di tempat lain. Kepada semua pria dan wanita di mana pun, Yesus berkata, "Datanglah padaKu dan Aku akan memberi kelegaan." Kelegaan yang ditawarkan adalah kelegaan kelemahlembutan-Nya, kelegaan yang datang dari kemampuan untuk menerima diri kita sendiri apa adanya dan berhenti berpura-pura. Akan dibutuhkan keberanian pada awalnya tetapi akhirnya anugrah yang dibutuhkan akan datang bersamaan dengan proses pembelajaran kita, proses membagi kuk yang baru dan mudah bersama dengan Anak Allah yang kuat. Dia menyebutnya "kuk-Ku" dan Dia akan berjalan di sisi sana sementara kita berjalan di sisi yang lain.

Tuhan, jadikan aku seperti seorang anak kecil. Bebaskan aku dari desakan untuk bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan kedudukan atau gengsi atau posisi. Aku akan menjadi sederhana dan bersahaja seperti seorang anak kecil. Bebaskan aku dari sikap berlagak dan berpura-pura. Ampunilah aku karena aku hanya memikirkan diriku. Tolonglah aku melupakan diriku dan menemukan damai sejahteraku yang sejati dalam memandang-Mu. Aku merendahkan diriku di hadapan-Mu supaya Engkau menjawab doa ini. Letakkan di atasku kuk-Mu yang mudah, yaitu melupakan diri sendiri, sehingga melaluinya aku mendapat kelegaan. Amin.

Sumber: The Best of A.W. Tozer. ed. Warren W. Wiersbe. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1991. p.28 - 33.

Kerja Terus, Terus Kerja

Penulis : Saumiman Saud

Kerja terus dan terus kerja, kapan berhentinya? Suatu pertanyaan yang selalu terngiang ditelinga kita bukan? Ada orang bilang ia harus kerja sampai tua kalau tidak sia-sia hidupnya, sebaliknya ada yang bilang kalau kerja terus sampai tua juga sia-sia, kapan santainya?. Ada lagi orang yang bekerja pagi, siang, sore dan malam, dan istirahatnya kalau sudah jatuh sakit, dan ada yang lebih ekstrem lagi biarlah kerja terus dan terus kerja sampai mati, yang penting banyak uang masuk, jadi uang dicari terus, namun tidak pernah memakainya.

[block:views=similarterms-block_1]

Kita juga sering mendengar orang mengatakan bahwa "Waktu adalah uang", namun Jack Collins dalam bukunya Work Smarter Not Harder tidak setuju dengan prinsip ini. Menurut beliau, pada kenyataannya justru "Kerja adalah sama dengan uang", bila anda berpendapat bahwa waktu adalah uang cobalah berhenti bekerja, dan periksalah berapa banyak uang yang datang dengan sendirinya. Dengan kata lain "kerja" itu sangat penting, sehingga tidak heran ada orang yang sampai setengah mati kerja hanya untuk sesuap nasi, itu tidak salah, ketimbang ia tidak mau kerja tetapi tetap perlu sesuap nasi.

Di dalam dunia yang penuh persaingan bisnis ini, masing-masing orang diperhadapkan dengan berbagai perlombaan, untuk menciptakan prestasi dan prestise yang paling tinggi. Semua orang ingin sukses, semua orang ingin berhasil, tidak ada yang bercita-cita untuk gagal, dan bukan hanya itu bila perlu apabila saya berhasil maka engkau yang harus gagal, sebab engkau akan menjadi saingan bila engkau juga berhasil. Zaman sekarang ini, kalau orang bekerja selama dua belas sampai lima belas jam sehari bukan merupakan barang aneh lagi. Sebaliknya hal ini malah telah menjadi seperti suatu "keharusan". Bahkan sisa pekerjaan dari kantor di bawa pulang ke rumah sebagai bahan lembur.

Istilah "Cukup" dan "Puas" seakan-akan tidak berlaku lagi. Jadi yang muncul dalam benak masing-masing orang yakni bersaing, bersaing, dan bersaing terus. Jika kita tidak mau kerjakan pekerjaan ini orang lain mau. Jika kita tidak terima pekerjaan itu, orang lain menerima. Jika kita minta harga yang lebih mahal, orang lain berani memberikan harga yang lebih murah! Jika kita berani terima pekerjaan itu dengan untung yang minimal, orang lain berani menerimanya dengan tidak untung sesenpun atau rugi, yang penting pekerjaan itu harus menjadi miliknya. Inilah hal-hal umum yang sedang terjadi di kalangan dunia bisnis. Mereka menganggap bahwa tujuan utama bekerja adalah mencari uang dan kekayaan, namun lain dengan konsep Alkitab, Allah mengajar kita bekerja untuk Allah.

Bekerja bagi Allah merupakan suatu kegiatan kita untuk memenuhi Amanat dan tujuan hidup Sorgawi. Bekerja merupakan suatu pelayanan sekaligus merupakan ibadah. Tuhan Yesus mengatakan "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan (Mat 11:28-30)". "Kelegaan" yang dilukiskan oleh Tuhan Yesus di sini adalah kelegaan atau ketenangan roh kita, suatu kelegaan atau kepercayaan kepada janji-janji dan persediaan Allah untuk berbagai kebutuhan kita yang paling dalam, paling pribadi, dan paling didambakan . Ini berarti bahwa waktu bersenang dan bersantai, kebebasan dari bekerja; sesungguhnya dimulai di pekerjaan. Semua ini akan terjadi tatkala kita berhenti mengandalkan pekerjaan kita dan mulai mempercayakan Tuhan Yesus untuk menyediakan berbagai kebutuhan kita.

Sebuah kisah yang benar-benar terjadi, pada suatu hari di penghujung tahun 1969, di dalam sebuah perpustakaan penelitian dari Universitas California di Berkeley, seorang pemuda tiba-tiba mengamuk. Ia masuk perpustakaan sambil berteriak histeris kepada rekan-rekan mahasiswa yang terheran-heran, ":STOP!,STOP! Anda sudah mulai mendahului saya!" Pemuda ini kemudian ditangkap, tetapi kejahatan apakah sebenarnya yang telah dilakukannya? Tidak ada. Ia hanya stress!! "Orang lain sudah mulai mendahului saya" katanya.

Sementara anda mulai bekerja, orang lain berolah-raga, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain dipromosikan naik pangkat, mereka telah mendahului anda. Sementara orang lain membaca buku yang anda belum baca, orang itu telah mendahului anda. Sementara tetangga baru membeli mobil mewah, orang itu telah mendahului anda.

Sementara banyak sementara yang orang lain telah mendahului anda.

Jadi tidak pernah ada rasa puas dan ini cenderung menjadikan pekerjaan kita sebagai berhala. Kita begitu diikat, seakan-akan kalau tanggal merah saya tutup toko, orang lain sudah mendahului anda. Berapa banyak orang yang terjebak dalam kasus ini? Apalagi kalau hari minggu tutup toko, langganan semuanya bisa lari, lalu anda tetap membuka toko sehingga tidak ada waktu datang ke gereja. Kita sering mendengar ada orang dengan bangga bercerita kepada temannya, bahwa sudah bertahun-tahun ia tidak pernah mengambil cuti. Atau mereka begitu sibuk sehingga waktu untuk istirahat sehari sajapun tidak ada. Lalu teman-temannya mulai mumuji dia, wah hebat; ini dia yang paling giat. Sementara yang lain menasihati dia, kerja tidak usah dipaksa, ia merasa ini suatu kebanggaan. Sebab ia bisa bekerja "mati-matian".

Saya bersyukur sebagai hamba Tuhan di gereja sudah disediakan waktu sebulan untuk cuti, dan tahun ini setiap hamba Tuhan di gereja diharuskan mengambil cuti tersebut. Namun sayang, bagi saya cuti itu berarti menghabiskan dana, mungkin suatu saat gereja juga memikirkan kompensi cuti buat hamba Tuhannya. Saya mengajak kita mengubah konsep bahwa cuti jangan diartikan dengan malas bekerja. Tetapi istirahat untuk memperbaharui semangat.

Memang, dalam waktu yang singkat sumber utama identitas orang Kristen adalah dilihat dari pekerjaannya. Biasanya sesudah kita berkenalan dengan seseorang dengan menyebut nama, kita biasanya menjelaskan apa pekerjaan kita. Baru-baru ini saya sempat berkenalan dengan tetangga yang ada di seberang rumah (kebetulan masih kampung), lalu saya tanya "Mas, apa kerja anda? dengan malu dan suara yang agak kecil hampir tidak kedengaran oleh telinga ia menjawab "Cleaning service di sebuah klinik". Ia agak sungkan menyebut pekerjaannya, coba bandingkan dengan orang yang mempunyai jabatan yang tinggi misalnya direktur atau pimpinan perusahaan, biasanya dengan bangga dan suara yang agak keras ia menyebutkan pekerjaannya.

Selain itu ada semboyan yang berbunyi "Kita belum melayani Tuhan benar-benar bila kita tidak berjuang mati-matian." Dengan letih tetapi bangga kita cenderung untuk berjuang habis-habisan daripada diam berkarat. Padahal menurut saya kedua-duanya sama tak masuk akal. Kerja bagi orang percaya identik dengan pelayanan. Masalahnya adalah bagaimana konsep kita terhadap pekerjaan itu? Apa tujuan utama kita bekerja? Menjadi kayakah atau ada yang lain?

Saya pikir orang kristen harus mempunyai konsep yang benar dahulu tentang pekerjaan itu, bukan sekadar untuk mencari kekayaan. Berbahaya sekali apabila kita mempunyai konsep yang keliru ini, kita boleh menghalalkan segala pekerjaan, yang penting kaya. Namun kalau tujuannya merupakan pelayanan itu lain soal, itu berarti segala pekerjaan yang kita lakukan haruslah yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Menurut Markus 6:30-34, Yesus dengan sengaja mencari kelegaan sesudah letih melayani orang lain. Ia juga menganjurkan kepada murid-murid-Nya melakukan hal yang sama. Kehidupan Yesus sungguh seimbang, Ia melaksanakan semua tugas yang dipercayakan Allah Bapa kepada-Nya dengan sempurna. Bila begini cara Yesus hidup, maka dengan sendirinya kita perlu teladani. Seandainya hari ini anda sudah terlanjur membentuk kebiasaan bekerja yang kelewat batas tanpa istirahat, maka mungkin akan "sangat sulit" bagi anda untuk merubahnya. Tetapi, ingatlah bahwa "sangat sulit" bukan berarti tidak bisa atau mustahil!! Tetapi "sangat sulit" itu berarti bisa berubah, asalkan kita mau mencobanya.

Ada dua cara untuk memanfaatkan waktu yang senggang tatkala kita sudah berlelah kerja selama ini :

  • Berhentilah menjejali pikiran dengan seluk-beluk kehidupan yang tiada habis-habisnya ini, soalnya memang tidak pernah habis.
    Juruselamat kita Yesus Kristus dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak dapat melayani Allah dan manusia pada saat yang sama. Tetapi betapa kerasnya kita berusaha untuk mengatasi ini! Perkataan Tuhan Yesus di dalam Matius 6 dapat kita simpulkan menjadi : "Jangan memaksa diri melakukan apa yang hanya dapat ditangani oleh Allah." Setiap pagi anda harus dengan sengaja memutuskan untuk tidak membiarkan rasa kuatir, rasa takut, rasa cemas, rasa was-was yang senantiasa menyita waktu anda dan merampas saat santai anda. Buang semua itu, untuk memulai pelayanan kita hari ini. Sebagai orang Kristen tentunya kita membuka setiap hari dengan saat teduh dan membaca Alkitab, sehingga sejak pagi hari saja kita mengisi diri kita dengan firman Tuhan.
  • Mulailah mengambil waktu untuk bersantai, karena waktu yang disediakan saat senggang adalah untuk santai.
    Sesudah menciptakan dunia, Allah beristirahat, nah kita sekarang diperintahkan untuk meniru-Nya. Lihat Efesus 5:1 "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" Bahasa Yunani dari "Jadilah penurut-penurut" diterjemahkan dari "mimeomai", melalui kata ini nantinya muncul istilah "Mimik atau meniru". Kata jadilah "penurut-penurut ini muncul dalam bentuk "terus-menerus" dan memberi kesan kebiasaan tetap atau artinya selama-lamanya harus menurut. Jadi kesimpulannya kita harus menjadi penurut-penurut Allah secara terus-menerus; termasuk di dalam mengambil waktu senggang ini,agar supaya istirahat bisa hadir di dalam kehidupan kita. Tempatkanlah Yesus Kristus di pusat kehidupan kita, Ia harus berada di tempat yang seharusnya sebelum kita dapat mengharapkan dunia kita berputar mulus.

Pada suatu malam seorang bapak yang kecapaian setelah membanting tulang seharian berjalan terseok-seok ke rumahnya. Ia baru melewatkan hari yang penuh dengan tekanan, desakan dan tuntutan di tempat kerjanya. Ia sangat mendambakan saat rileks dan penuh ketenangan. Dengan letih ia mengambil surat kabar dan berjalan menuju kamar belajar. Baru saja ia membuka sepatu, tiba-tiba anak lelakinya yang baru berusia lima tahun melompat ke atas pangkuannya. Wajahnya berbinar-binar dengan riang. "Hai, Pa.............yuk kita main!"

Bapak ini sangat mengasihi anaknya, tetapi kebutuhan akan sedikit waktu untuk diri sendiri saat itu lebih besar daripada untuk bermain dengan si kecil. Tetapi bagaimana caranya mengatur hal ini? Ketika itu surat kabar sedang memuat berita hangat mengenai satelit bulan dan gambar yang besar planet bumi. Sang ayah mendapat ide lalu menyuruh anaknya mengambil gunting dan transparent tape. Dengan cepat digunting-guntingnya gambar bumi tadi dalam bentuk yang tidak beraturan lalu memberikan tumpukan teka-teki gambar itu kepada sang anak. "Coba kau sambung-sambung kembali potongan ini. Setelah selesai kamu boleh kembali, lalu kita bermain bersama-sama, Okey"

Dengan segera anak itu berlari ke kamarnya sementara si ayah menarik nafas lega. Tetapi kurang dari sepuluh menit kemudian si anak sudah muncul membawa gambar yang sudah selesai direkat dengan sempurna. Dengan terheran-heran ayahnya bertanya: Bagaimana caranya kau melakukannya dengan begitu cepat nak?" "Ah gampang ayah, di balik gambar ini kan ada gambar orang. Bila orang itu dipersatukan, bumi juga akan bersatu."

Demikianlah halnya hidup ini bila kita menempatkan manusia dengan benar, akan terjadi hal-hal yang mengherankan dengan dunia kita ini; terutama dengan diri kita sendiri. Saya menjamin bahwa pada analisa akhir atas hidup anda yaitu pada saat anda berhenti dan menoleh pada cara anda menghabiskan waktu, maka penggunaan waktu senggang akan jauh lebih penting daripada untuk membanting tulang. Jangan menunggu sampai penyakit sudah datang, baru menikmati hidup ini. Jangan tunggu sampai sudah tinggal sisa hidup kita baru sungguh-sungguh menikmati waktu senggang. Saya hendak mengutip apa yang dikatakan salah seorang pendeta di Surabaya. Beliau mengatakan sewaktu muda orang-orang bekerja mati-matian menjual tenaga (kesehatan), lalu setelah uangnya banyak, masa tuanya penuh penyakit, dan saat itulah orang berusaha mati-matian untuk membeli lagi kesehatan. Jadi sepertinya sia-sia bukan?

Orang Kristen yang bertanggung jawab untuk bekerja, tentunya juga ia akan memilih pekerjaan yang baik dihadapan Tuhan dan manusia. Kekristenan tidak mengajar kita menjadi penganggur, sebab Allah kita bukan "penganggur", tetapi Allah kita justru Allah yang bekerja sepanjang sejarah dengan karya ciptaan-Nya sungguh ajaib. Kerja bukan dosa, asalkan kita mengerjakan segala sesuatu yang berkenan dihadapan Allah. Jikalau pandangan kita semua tentang pekerjaan sudah mengarah ke arah pelayanan bagi Tuhan, maka apapun profesi atau kerja kita asalkan tidak bertentangan dengan Tuhan; maka lakukanlah dengan penuh tanggung-jawab, dengan demikian tidak ada yang merasa malu dengan pekerjaannya; sebab semuanya ditujukan untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk diri sendiri lagi.

Memang di dalam dunia realita ini orang-orang bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan yang ada, tidak mungkin orang yang buta huruf lalu bekerja sebagai manager atau direktur, kecuali perusahaannya itu warisan orang tua. Saya tidak mengatakan orang yang buta huruf atau yang miskin akan gagal terus, tetapi asalkan ia rajin dan giat; banyak sekali contoh konkret yang sudah sering kita lihat; mereka yang seperti ini tidak sedikit yang akhirnya menjadi konglomerat.

Prinsip utamanya sebagai orang kristen tentunya "kerja dengan penuh takut kepada Tuhan". Kerja itu penting; namun istirahat itu juga penting. Marilah kita ambil jalan tengah yakni mementingkan kedua-duanya, dengan demikian maka tidak ada alasan lagi bahwa pekerjaan kita menghalangi kita melayani Tuhan. Saya mengerti sekali bagi anda yang hidup di Amerika ini, rasanya setiap hari itu penuh dengan pekerjaan. Yang di computer, hari-hari penuh dnegan projek dan deadline. Suami �isteri harus kerja, apalagi ada beban membayar uang cicilan rumah, semakin tertekan untuk bekerja mati-matian. Saya juga mengerti kalau anda ada yang bekerja harus berdiri selama 8 jam, kalau masih kuat tambah lagi pekerjaan lain yang 8 jam lagi, jadi di dalam satu hari anda berjuang 16 jam. Kemudian sesudah pulang ke rumah harus lagi mengurus pekerjaan yang di rumah, dari mulai bersih-bersih rumah sampai cuci pakaian, belum lagi mengurus anak-anak. Saya tidak tahu anda istirahatnya berapa lama?

Nah kalau hal ini berjalan terus-menerus, timbul pertanyaan pula, uang yang anda cari itu untuk apa? Untuk membayar dokter pada waktu anda sakit? Sekali lagi, kerja itu penting, kesehatan itu juga penting, mari jaga keseimbangannya.

Ketika Hati Anda Terluka

Penulis : Floyd Mc Lung

Ia seorang remaja putri yang pemalu, dan agak lebih tinggi dibandingkan kebanyakan remaja lainnya.Saya sangat lelah.Saya enggan berbicara dengan seorang gadis remaja yang pemalu.Saya baru saja selesai mengajar sekelompok orang Afrika Selatan tentang Hati Allah Bapa, dan saya benar-benar ingin istirahat.Namun, saya merasa saya harus mendengarkan baik-baik apa yang gadis ini ingin katakan.

[block:views=similarterms-block_1]

Pertanyaan-pertanyaannya seperti tidak berarti pada awalnya, tetapi kemudian saya mulai bertanya-tanya dalam hati apakah ia sedang berusaha menyampaikan sesuatu yang lain.Saya menunggu.Ketika ia selesai bicara, Saya bertanya apakah ada hal lain yang ingin ia sampaikan.Ia tampak lega.Ia duduk disebelah saya di ruang pertemuan kecil dan sesak itu dan berbisik di telinga saya, bolehkah saya menangis di bahu Anda? Tentu jawab saya, tetapi apakah kamu dapat memberitahu saya mengapa?

Matanya berlinang air mata ketika ia menceritakan kisahnya.Ayahnya telah meninggal ketika ia masih kecil.Sejak itu ia tidak mempunyai bahu siapa pun untuk menangis, tidak ada ayah untuk diajak bicara tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada padanya, tentang kekecewaannya, prestasinya di sekolah dan rencana-rencananya.Ada kepedihan di dalam hatinya ketika ia merindukan lengan ayahnya yang besar dan penuh kasih yang dahulu biasa merangkul dan menghiburnya.

Ia menangis di bahu saya tanpa malu-malu, kemudian kami berbicara kepada Bapa kami di surga.Bersama-sama kami meminta kepadaNya untuq menyembuhkan kepedihannya dan mengisi kekosongan dalam hidupnya.

Dan Dia melakukannya.Saya bertemu gadis ini beberapa tahun kemudian ketika saya kembali ke Afrika Selatan.Mula-mula saya tidak mengenalinya, tetapi ketika ia mengingatkan saya akan doa khusus kami, saya kembali ingat kejadian itu.Ia berterima kasih kepada saya untuk saat kebersamaan kami dan menceritakan bagaimana kejadian tersebut membuat segalanya berbeda.Dalam waktu yang singkat itu ia telah mengalami hati Bapa.

Wanita muda ini telah menderita suatu luka emosional yang sangat dalam, yang menghalanginya menikmati sepenuhnya hubungan dengan Bapa.Dunia kita penuh dengan orang-orang yang menyimpan luka-luka yang tidak kelihatan , sebagaian besar berasal dari masa kecil mereka, tetapi juga banyak yang terluka karena tekanan dan persoalan kehidupan modern.Allah Bapa kita ingin menyembuhkan luka-luka tersebut dengan memastikan persekutuan yang manis dan tulus dengan anak-anakNya.

Alkitab berbicara secara khusus mengenai perlunya kesembuhan luka-luka emosional dan menggambarkan ini sebagai bagian dari proses pentahiran.Dalam PL, penulis kitab Yesaya menunjuk kepada masa yang akan datang ketika Allah akan mengutus seorang juruselamat untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan keegoisan .Ia menggambarkan juruselamat sebagai seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan(Yes 53:3).Selanjutnya dikatakan bahwa penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, dan bahwa oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kesembuhan ini ialah untuk kesalahan egoisme kita maupun akibat dari sikap kita yang egoisparut dan luka yang kita simpan dalam kepribadian dan perasaan kita.Dalam Yesaya 61 penulis berkata bahwa Juruselamat ini akan menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara(dan) merawat orang-orang yang remuk hatimemberitakan pembebesan kepeada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara(ayat 1).Mereka yang beruka akan diberi minyak untuk pesta(ayat 3).Dalam Mazmur 34:19 Daud berkata bahwa Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang remuk jiwanya.Dalam Mazmur 147:3 Ia berkata bahwa Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.Ini adalah kabar baik untuk dunia yang hancur.

Walaupun Allah telah menawarkan segalanya kepada kita, banyak orang masih membayangkan Ia duduk di surga, terpisah dari realitas kepedihan dan kekerasan dunia yang jatuh ini.Mengapa Ia menciptakan kita untuk kemudian meninggalkan kita? mereka bertanya dengan getir.

Namun, Allah bukanlah penyebab masalah kita, dan Ia tidak meninggalkan kita sendirian dalam penderitaan kita.Ia datang dan tinggal diantara kita.Ia menjadi manusia.Ia menanggung segala kesengsaraan kita, bahkan lebih lagi .

Ia menciptakan manusia, tetapi manusia menolak Dia.Ia mengirim utusan dan nabi untuk mengingatkan manusia bahwa Dialah pencipta mereka, tetapi mereka merajam nabi-nabi dan membunuh utusan-utusanNya.Maka akhirnya Allah mengutus Yesus untuk menyatakan diriNYa.Sang pencipta melangkah masuk ke dalam ciptaanNya, tetapi ciptannya itu menolak untuk mengakui Dia.Dan sesungguhnya, mereka menyalbikan Kristus di kayu salib.Lalu, apa yang dilakukan Sang Pencipta?Ia mengubah kekejaman manusia yang terbesar itu menjadi sumber pengampunan manusia!Kita membunuh Dia, tetapi Ia memakai tindakan kita yang paling egois untuk menjadi sumber pengampunan kita.

Yesus Kristus adalah penyembuh orang yang terluka .Ia tahu bagaimana perasaan kita dapat terkuka.Benar, Ia telah dicobai dengan setiap pencobaan yang telah kita alami.Ia tahu bagaimana perasaan kita dapat terluka.Benar, Ia telah di cobai dengan setiap pencobaan yang telah kita alami.

Kelahiran-NYa sendiri dipertanyakaan, dan reputasi Ibu-Nya difitnah.Ia lahir dalam kemiskinan.SukuNya terasing dan ditempat asalnya Ia di olok-olok.Ayahnya mati ketika ia masih muda dan pada tahun-tahun kemudian Ia berkelana di jalan-jalan dan kota-kota tanpa tempat tinggal.Ia disalah pahami dalam pelayananNya.Semua itu Ia lakukan untuq Anda dan saya.Ia lakukan itu untuk menyatukan diri dengan kelemahan kelemahan kita:Sebab Imam Besar yang kita punyai, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.Seba itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita mendapat pertolongan kita pada waktunya(Ibr 4:15-16)

Allah Bapa mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menjembatani keterpisahan kita dariNya.Keterpisahan karena keegoisan kita itu merupakan pusat dari banyak luka emosional.Jika dibiarkan tanpa ditangani, seringkali hal itu berkembang menjadi apa yang saya sebut sebagai sindrom Saul, yang menyebabkan keterasingan dari Allah dan orang lain.Yesus datang untuk membawa pendamaian sebagai ganti keterasingan, kesembuhan sebagai ganti luka, dan keutuhan sebagai ganti kepribadian yang terkeping-keping.

SINDROM SAUL..

Ia seorang laki-laki jangkung yang menarik banyak perhatian.Warna rambutnya yang kemerah-merahan dan janggutnya yang dipotong rapi membuatnya semakin gagah.Ia bersikap sebagai seorang raja dan kemanapun ia pergi, mata orang mengikutinya.

Ia mempunyai kemampuan untuk menarik banyak orang kepada dirinya, untuk mengerahkan mereka bagi suatu tujuan dan mengilhami mereka untuk perkara-perkara besar.Orang-orang tidka takut untuk memepercayakan mimpi-mimpi rahasia dan pengharapan mereka kepadanya.Ia seorang pemimpin diantara pemimpin.

Paling tidak itulah yang mereka pikir.

Dibawah bahu yang bidangdari pemimpin yang jangkungdan bertampang hebat ini terdapat hati yang dipenuhi kecemburuan dan ketakutan.Begitu dalam rasa tidak amannya, begitu tidak pasti dasar kepribadiannya,sehingga sedikit gejala kebesaran orang lain yang ada disekitarnya dianggap sebagai ancaman terhadap kedudukannya.

Kebanyakan dari pengikutnya begitu terpesona terhadap kemampuannya memimpin dan berkomunikasi sehingga mereka tidak melihat keinginannya yang fanatik untuk mempunyai kekuasaan yang mutlak.Tetapi, beberapa pria yang tanggap mulai ragu-ragu.

Kecemerlangannya dalam strategi perang dan kemampuannya yang luar biasa untuk melakukan yang tepat pada waktu yang tepat meyakinkan pengikut-pengikutnya yang tidak dekat dengannya akan kehebatannya, tetapi membingungkan mereka yang dekat dengannya.Dia adalah orang yang diurapi Tuhan, pikir mereka.Tampaknya ia selalu benar.Mereka tidak mau memikirkan tentang yang nyata:pelanggaran-pelanggarannya terhadap prinsip, kekurangan pengabdiannya, ketidak relaannya untuk mempromosikan orang lain, kemarahannya dan ketidasabarannya, semua itu membuatnya tidak memenuhi persyratan seorang raja.Sesungguhnya, mereka sangat bingung dan malu terhadap ledakan amarahnya yang tersembunyi dan serangan-serangan kemurungan dan depresi.

Akhirnya ada satu orang yang tidak lagi bingung tentang karakter raja ini: Samuel, yang telah mengurapinya sebagai raja.

Dalam suatu tindakan yang taat, nabi ini telah mengurapi kepala raja dengan minyak, berdoa baginya, dan dengan berbuat demikian meneguhkan laki-laki ini untuk memerintah suatu bangsa.Berbeda dengan orang lain, Samuel tidak terkesan dengan kekuatannya sendiri.Ia telh belajar sejak masa kanak-kanak bahwa hanya ada satu tanggapan yang dapat diterima atas panggilanNya:ketaatan yang tulus seperti anak-anak.

Dan sekarang hatinya gusar.Bukan dengan kemarahan yang tak terkendali, melainkan dengan kemarahan yang sdh selayaknya.Cukup sudah.Ia telh menunggu dengan sabar, mengawasi kehancuran di dalam kerajaan karena ketidakjujuran dan ketidaktaatan sang raja.Ia melihat kegelisahan raja yang amat dalam.Pergumulannya yang menyakitkan untuk mendapatkan penghargaan dan keamanan dalam puji-pujian pengikutnya.Nabi telah bergumul bermalam-malam mengenai raja, dalam doa syafaat dan deraian air mata.Ia telah berpuasa berhari-hari , memohon Allah untuk mengubah sikap raja, dan untuk menolongnya mendapatkan rasa aman itu dalam perkenanAllah.Tetapi semua itu sia-sia.

Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel:Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul Raja, sebab ia telah berbalik daripada aku dan tidak melaksanakan firmanKu(I Samuel 15:10)

Dalam beberapa detik konfrontasi yang dasyat, segalanya telah berlalu; otoritas raja diambil daripadanya.Ia tetap pada kedudukannya-benar-tetapi itu bukan jaminan akan otoritasnya.Tetapi otoritas datang dari watak, dari ketaatan dan pengurapan Allah.

Penyelidikan yang cermat atas kehidupan Saul menunjukkan suatu polasuatu daur yang mengerikan dan nyata dari perasaan rendah diri dan luka-luka emosionalSindrom Saul

I Samuel 15:17 berkata bahwa Saul kecil dalam pemandangannya sendiri Ini tidka bias disalahartikan sebagi kerendahan hati, sebab jika itu yang dimaksud Samuel, maka tidak perlu mengganti sauls ebagai Raja.Yang dikatakan Samuel ialah bahwa meskipun Saul merasa dirinya kecil dan memandang rendah dirinya sendiri, ia tetap bertanggung jawab atas segala perbuatannya di hadapan Allah.Rasa rendah diri bukanlah alasan untuk tidak taat.

Dalam 1 Samuel 15 ditunjukkan karakteristik Saul berkenaan dengan kompleks rendah diri yng tidak ditangani itu: keras kepala(degil) dan pemberontakpendurhakaan(pemberontakan) adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala(ayat 23), sombong ---Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan(ayat 12), takut kepada manusiaAku telah berdosa tetapi aku takut kepada rakyat(ayat 24), dan tidak taatMengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan?sesungguhnya mendengarkan(menaaati) lebih baik daripada korban(ayat 22).Digambarkan dengan sederhana, sindrom Saul ialah sebagai berikut:

RENDAH DIRI => BERONTAK => SOMBONG => TAKUT KEPADA MANUSIA => TIDAK TAAT => RENDAH DIRI dst.

Persoalan yang satu menyebabkan persoalan yang lain.Jika kita tidak menangani luka-luka bathin menurut cara Allah, hal itu akan membuat kita memberontak kepada Allah, yang selanjutnya menghasilkan kesombongan.Kesombongan adalah lebih banyak mempedulikan apa kata orang daripada apa kata Tuhan, yang menghasilkan takut akan manusia.Takut kepada manusia pasti akan mengakibatkan ketidaktaatan.Mungkin saja kita masih berbuat banyak untuk Tuhan, tetapi kita menjalankan suatu agama yang terdiri dari pekerjaan yang mati.

Orang-orang yang PALING TERLUKA yang saya kenal juga adalah orang-orang yang PALING SOMBONG DAN PALING MANDIRI.Luka-luka bathin membuat kita sangat rentan terhadap sindrom yang ganas ini dan tak seorangpun yang kebal terhadapnya.Untuk membantu mengenali sindron saul ini, saya telah melukiskan beberapa gejala yang tampak bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari:

  • Penarikan diri atau pengucilan diri.Sindrom Saul menyebabkan kita memisahkan diri dari orang lain.Penarikan diri dapat merupakan cara untuk menutupi atau membenarkan penolakan kita untuk mengampuni merek yang menyakiti kita atau berkompromi dengan mereka yang tidak sependapat dengan kita.
  • Sifat ingin memiliki(posesif).Mentalitas pelayananku, kelompokku, pendapatku, pekerjaanku, tempatku di gereja adalah mementingkan diri sendiri dan berasal dari sikap membangkang.Alkitab mengajar bahwa pemberontakan/pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenungitu datangnya dari neraka(I Samuel 15:23).Sikap aku dulu adalah dosa.
  • Mental kami versus mereka.Ketik kita terperangkap dalam sindrom Saul, kita mulai berpikir dalam istilah kami dan merekamereka yang setuju dengan kami versus mereka yang tidak setuju.Pola pikir ini menandai bukan saja kita tidak sepaham, tetapi juga menghakimi orang lain dan menciptakan perpecahan dalam gereja.
  • Manipulasi.Orang yang sombong dan terlalu mandiri dapat bersikap manipulatif dengan menolak bekerja sama, menuntut caranya sendiri, mengritik, atau terus menghakimi apa yang dikerjakan oleh orang lain.Kita me-rohani-kan dalih-dalih kita, dan itulah sebabnya mengapa manipulasi kita dapat lebih berbahaya.
  • Tidak mau diajar.Sindrom Saul menyebabkan kita tertutup bagi orang lain.Kita menolak untuk menerima koreksi dan ajaran dari orang lain.Hati kita menjadi sangat keras.
  • Sikap suka mengritik dan menghakimi.Kita membenarkan hal ini dengan berbagai cara, tetapi semuanya itu dapt disederhanakan menjadi fitnah dan menghakimi motivasi orang lain.
  • Tidak sabar.Kita ppikir cara kita lebih baik, dan menolak untuk menunggu orang lain yang tidak setuju atau tidak mengerti.
  • Curiga/tidak percaya.Sindrom Saul membuahkan kecurigaan.Kita menuduh orang lain tidak mempercayai kita, tetapi seringkali itu hanyalah proyeksi dari ketidakpercayaan kita sendiri, mencerminkan kemandirian kita dan berkaitan lebih banyak dengan kebutuhan kita daripada kebutuhan orang lain.
  • TIdak setia.Memanfaatkan keraguan, luka hati atau kebutuhn orang lain untuk berpihak kepada kita, dan bukan membangun kesatuan, kasih dan pengampunan serta pendamaian.
  • Tidak berterima kasih.Kita berfokus kepada apa yang kita pikir seharusnya dilakukan untuk kita daripada seberapa banyak yang sudah dilakukan untuk kita.
  • Idealisme yang tdiak sehat.Kita memberhalakan suatu cara/metode, standar atau program dan menempatkannya diatas orang, khususnya mereka yang tidak sependapat dgn kita.Hal-hal yang ideal menjadi lebih penting daripada kesatuan atau sikap hati yang benar.

Meskipun sindrom Saul seringkali hanya merupakan suatu gejala dari rasa terluka dan rasa ditolak yang tidak diselesaikan, hal ini tetap egois dan salah, dan harus ditangani dengan tidak tanggung-tanggung.Tidak ada masalah pemberontakan atau rasa rendah diri yang tidak bisa ditangani dengan kerendahan hati dan kehancuran hati yang sungguh-sungguh..

Alkitab menjanjikan bahwa jika kita merendahkan hati, maka Allah akan mengasihani kita(Yak 4:6,7)Kita takut direndahkan, tetapi itu bukan yang dimaksud Allah ketika dikatakan bahwa kita harus merendahkan hati.Kerendadahan hati ialah kerelaan untuk berdiri di pihak Allah menentang dosa kita sendiri.Banyak orang akan lebih menghormati kita, dan bukan sebaliknya, jika kita merendahkan hati dan mengakui kebutuhan kita.Saya percaya Allah senantiasa menghargainya.

Jika Anda terperangkap dalam sindrom Saul ini, Anda tidak akan pernah bebas sebelum Anda menerima tanggung jawab untuk bertobat dari sikap yang salah ini.Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain untuk persoalan Anda, atau berdalih untuk dosa Anda, Rendahkanlah hati Anda di hadapan Allah dan orang lain.Berserulah kepadaNya dalam doa yang sungguh-sungguh.

Bertahun-tahun yang lalu saya melihat gejala ini dalam hidups aya sendiri.Saya disakiti oleh rasa tidak aman yang sangat mendalam, namun saya juga amat sombong dan terlalu mandiri.Saya rindu untuk diterima dan diakui tetapi terlalu sombong untuk mengakui kebutuhan saya akan bantuan.Saya dihantui oleh apa pendapat orang lain tentang diri saya, khususnya pemimpin-pemimpin lain.Hanya ketika saya merendahkan hati di hadapan orang lain dan bertobat di hadapan Allah, Dia melepaskan saya dari sindrom Saul ini.Saya membuat perjanjian dengan Allah bahwa saya ingin Dia membereskan hal-hal tersebut dalam hidup saya, lebih daripada saya menginginkan kepemimpinan, perhatian, atau penerimaan dari orang lain.Saya menyebutnya sebagai perjanjian Yusuf.Suatu hari saya berada berdua saja dengan Allah di sebuah hutan di Belanda dan saya berseru kepadaNya.Saya katakana kepada Bapa bahwa berapapun harga yang harus saya bayar, saya ingin supaya Dia mencabut keluar dari hidup saya pemberontakan, kesombongan dan ketakutan saya kepada manusia.

Saya katakana kepada Allah bahwa saya dapat menunggu sepanjang 12 tahun seperti Yusuf di Mesir, tetapi saya tidak mau mengambil jalan pintas untuk membenarkan hidup saya di hadapan-Nya.Itu doa yang sangat mahal, tetapi saya tidak pernah menyesal.Allah mendengar saya pada hari itu dan membuat beberapa perubahan penting dalam hidup saya.

Bebas dari rasa takut kepada manusia.

Kita tidak akan pernah benar-benar bebas untuk mengasihi Allah Bapa jika kita dikuasai oleh takut kepada manusia.Alkitab mengatakan bahwa takut kepada orang mendatangkan jerat, mendatangkan perangkap.Kita menjadi tawanan dari rasa takut, selalu khawatir tentang apa pendapat orang lain, didominasi oleh perbuatan orang lain dan bukan firman Allah.Apakah Anda merasa bahwa Anda selalu menengok ke belakang, berusaha untuk memusingkan apa yang orang-orang katakana tentang Anda?Apakah Anda menentukan tindakan Anda berdasarkan penilaian manusia daripada apa yang berkenan kepada-Nya.Jika iya, Anda terikat oleh takut kepada manusia.

Obat untuk takut kepada manusia ialah takut akan Allah!.Takut akan Allah buknalah suatu ketakutan secara emosional, atau takut akan murka Allah.Alkitab memberi defenisi yang jelas tentang takut akan Allah:

  • Takut akan Allah ialah membenci dosa.Amsl 8:13 berkata,Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan
  • Persahabatan dan keakraban dengan Allah sama dengan takut akan Tuhan.Mazmur 97:10 mengatakan, Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan! dan Mazmur 25:14 mengatakan, Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia.
  • Takut akan Tuhan ialah menghormati-Nya dan takjub kepadaNya.Mazmur 33:8 berkata, biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!
  • Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat dan pengetahuan.Amsal 1:7 mengatakan, Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.

Takut akan Tuhan tidak ditunjukkan dengan semacam tampang suci di wajah Anda, juga bukan dengan semacam suara yang bergetar ketika Anda berdoa.Itu tidak dinyatakan melalui gaya Anda berpakaian atau berapa banyak peraturan yang telah Anda taati.

Secara sederhana, takut akan Allah berarti mengasihi-Nya sedemikian rupa sehingga kita membenci apa yang Dia benci.Kebencian seperti ini tidak lahir dari kefanatikan agamawi, atau refleksi dari kebudayaan kita.Takut akan Tuhan datang dari keakraban dengan-Nya, sehingga selaras dengan karakternya, kita mengasihi apa yang Dia kasihi dan membenci apa yang Ia benci.Takut akan Tuhan bukanlah kemarahan yang membabi buta melainkan kemarahan terhadap dosa yang membinasakan.Takut akan Tuhan adalah melihat kekuatan dosa yang kejam, menipu, menindas dan menghancurkan, dan membencinya karena dosa adalah dosa.

Takut akan Tuhan tidak terjadi secara kebetulan.Hal itu tinggal di dalam kita karena kita memilih untuk takut akan Dia(Amsal1:28, 29, 2:1-5), dan mengutamakan-Nya dalam hidup kita.Takut akan Tuhan datang karena kita muak dan jemu dikuasai dan dimanipulasi oleh takut kepada manusia, oleh dominasi ketakutan kita sendiri dan rasa tidak aman.Takut akan Tuhan datang karena kita berseru dan mencari-Nya, mengejar-Nya dan merindukan-Nya dengan sangat.

Sindrom Saul dapat dipatahkan.Anda dapat dibebaskan, tetapi ada harga yang harus dibayar.Jika Anda menginginkan kesembuhan bathin dan mengenal kasih Bapa, anda harus memilih untuk takut akan Dia.Amsal 14:26 mengatakan, Dalam takut akan Tuhan ada ketentraman yang besar.Adalah kerendahan hati dan takut akan Tuhan yang akan membawa kita kepada hati Allah Bapa, dan membimbing kita kepada keutuhan dan harga diri.

Bagaimana Allah memulihkan hati yang luka..

Dalam tulisan yang lain, saya telah menyusun langkah-langkah menuju kesembuhan dari luka-luka emosional dan psikologis.Saya tidak memasukkan langkah-langkah tersebut sebagai resep ajaib atau jimat untuk dilambai-lambaikan ke hadapan wajah Allah.Kebenaran dari tiap-tiap langkah itu harus diterapkan dalam hidup kita ketika kita siap untuk itu dengan bimbingan Roh Kudus(jika Anda tidak tahu bagaimana cara dibimbing Roh Kudus, mintalah kepadaNya untuk menolong Anda.Dia berjanji akan menolong mereka yang meminta kepadaNya.Ambil tiap langkah dan terapkan secara pribadi ke dalam keadaan Anda.

Jika masalah Anda kompleks, Anda mungkin membutuhkan bantuan dari seorang penasihat yang professional atau seorang psikolog.Pada tulisan lain terlampir pedoman untuk memilih penasihat yang professional atau psikolog.Anda mempunyai hak untuk bertanya kepada mereka sebelum mengijinkan mereka menanyai Anda.Jangan sekali-kali membiarkan diri Anda ditolong atau dinasehati seseorang kecuali Anda merasa aman terhadap orang tersebut dan yakin bahwa ia memang terampil dan cakap.

Kita tidak harus hidup dalam luka emosional yang permanent.Karena kasih bapa Surgawi kita kepada kita dan karena Yesus telah menderita untuk kita, kita tidak perlu terus menanggung luka-luka tersebut seumur hidup kita.Kita dapat dipulihkan dan dibebaskan untuk hidup dalam sukacita kasih-Nya.Namun, kita harus bersedia membayar harganya.

Langkah Potensi Hidup

Oleh:

Langkah ke 1

Langkah pertama untuk mencapai potensi hidup kita yang maksimal adalah PERLUASLAH WAWASAN kita. Kita harus mampu memandang kehidupan ini dengan mata iman. Kita harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang akan kita raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dari dirimu, didalam benak kita, dalam percakapanmu, meresap ke pikiran alam bawah sadar kita, dalam perbuatan kita dan dalam setiap aspek kehidupan kita. (Yohanes 10:10)

[block:views=similarterms-block_1]

Langkah ke 2

Langkah kedua untuk mencapai POTENSI hidup kita yang maksimal adalah MENGEMBANGKAN gambar diri yang sehat. Itu aartinya kita harus melandasi gambar diri kita diatas apa yang TUHAN katakana tentang kita. Keberhasilan kita meraih tujuan, sangat tergantung pada bagaimana kita memandang diri kita sendiri; sebab hal itu menentukan TINGKAT KEPARCAYAAN diri kita dalam bertindak. Fakta menyatakan bahwa, kita tidak akan pernah melesat lebih tinggi dari apa yang kita bayangkan mengenai diri kita sendiri. (Mazmur 139:14-16)

Langkah ke 3

Langkah ketiga untuk mencapai potensi hidup yang maksimal adalah temukan kekuatan dibalik pikiran dan perkataan kita. Target utama serangan musuh adalah pikiran kita. Ia tahu sekiranya ia berhasil MENGENDALIKAN & MEMANIPULASI seluruh kehidupan kita. Sungguh, pikiran menentukan perilaku, sikap dan gambar diri. Pikiran menentukan tujuan. Itulah sebabnya Alkitab memperingatkan kita untuk senantiasa menjaga pikiran. (Ibrani 3:1)

Losing Is Winning - In So Many Ways

(Kehilangan sama dengan Mendapatkan - "dalam banyak cara...")

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela. Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melempakan sepatu Anda yang sebelah juga ?" Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."

[block:views=similarterms-block_1]

Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup - jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.

Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik. Ini semua dapat diartikan: supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.

" Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan. "

Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain. Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. " Semoga kita menjadi orang yg bijak "

Materialisme

IBLIS ITU BERNAMA MATERIALISME

Seorang teman menjelaskan fasilitas-fasilitas dari telpon seluler yang dimilikinya. Telpon itu canggih, bisa digunakan untuk memotret, mendengarkan lagu, mendengarkan radio, mengakses internet, dan tentu saja untuk menelpon dan mengirim sms. Saya bertanya: ”Kenapa beli hape sampe yang harganya mahal begitu?”

[block:views=similarterms-block_1]

”Biar trendi bos! Lu jangan-jangan gak ngikutin perkembangan
teknologi ya?” Saya berpikir, sebenarnya apa sih tujuan utama dari
telpon selular tersebut? Bukankah hanya untuk menghubungi seseorang
atau mengirim sms?

Dulu, televisi menyiarkan informasi atau hiburan. Tetapi, sekarang televisi menawarkan iklan-iklan yang membuat orang gatal mata. Barang-barang yang ditawarkan oleh media membuat air liur seseorang turun. Hiburan yang ditayangkan tidak lagi mendidik, yang disajikan hanyalah sinetron-sinetron yang menyajikan masalah percintaan, keluarga, kuasa, dan yang lebih penting lagi: jualan Tuhan. Tidak heran bila orang-orang yang menontonnya kehilangan gairah kerja. Mereka terpengaruh acara-acara tersebut. Mereka ingin menjadi seperti apa yang disajikan oleh televisi.

Untuk mengirim surat, dulu orang perlu pergi ke kantor pos, kini hanya diperlukan seperangkat unit komputer yang diperlengkapi oleh internet. Hanya dengan sekali ’klik’, berita yang kita kirim bisa sampai hanya dalam waktu tidak sampai 3 menit ke seluruh dunia.
Kemudahan-kemudahan itu memang menyenangkan, bisa menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Tetapi, kemudahan-kemudahan tersebut menurunkan kualitas hidup seseorang.

Dengan kemajuan teknologi, kini orang mulai menjadi individualis,
tidak lagi memikirkan orang lain, yang dipikirkan hanyalah
kepentingannya sendiri. Teknologi yang sedemikian mudahnya itu kini
menjadi tuhan baru bagi manusia. Visi hidup manusia untuk bekerja kini
berubah: dapatkan uang lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak, dan
lebih banyak lagi. Mereka bekerja kalau perlu 7 X 24 jam seminggu
untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Iblis dengan sempurna
memperdaya manusia. Tuhan ditinggalkan demi kesenangan semu yang
ditawarkan Iblis.

Tuhan tidak lagi diindahkan, tempat ibadah adalah suatu museum
dimana hanya ada beberapa orang saja yang mengunjunginya. Persekutuan
pribadi yang indah dan menyenangkan dengan Tuhan tidak lagi dilakukan.
Saya bertanya kepada seseorang teman: ”Bagaimana saat teduhmu hari
ini?” ”Wah udah lama banget gue gak saat teduh, sibuk banget nyari
duit yang banyak. Musti berangkat kerja pagi-pagi.” ”Kalo malem lu
kemana?” ”Malem ngedugem dong” ”Sampe kapan lu seperti itu?” ”Sampe
mati kali gue kaya gini. Seneng sih. Nanti kalo udah mau mati, baru
deh gue tobat, rajin ke gereja.”

Sebenarnya, pantaskah menunggu hingga detik terakhir dari hidup di
atas dunia ini untuk mengadakan transaksi dari urusan hidup yang
paling penting, menyelesaikan utang-piutang dengan Allah? Selama hidup
Allah memberikan kesempatan untuk bertobat, untuk mengambil jalan
keselamatan yang ditawarkan. Tetapi, bila dengan sengaja orang
tersebut menolak Kristus, dan minta diselamatkan di hari-hari terakhir
hidupnya; saya hanya bisa memberikan kalimat dari apa yang tertulis di
Alkitab: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21)

Mungkin kita khawatir bila tidak bisa mendapatkan apa yang kita
inginkan. Mungkin kita khawatir dengan apa yang akan kita makan hari
ini. Tetapi Tuhan Yesus berfirman: Sebab itu janganlah kamu kuatir dan
berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu
memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat 6:31-
33)

Memahami Perceraian dengan Duka yang Dalam

Penulis : Eka Darmaputera

SEMUA orang tahu, bahwa salah satu pilar "perkawinan kristiani", adalah "indisolubilitas"-nya. Artinya, "sekali terikat, pantang ia terurai" "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6). Pertanyaannya adalah, apakah itu berarti bahwa "perceraian" lalu mutlak tidak dimungkinkan sama sekali? Dan bila begitu, bagaimana kita mesti menyikapi realitas terjadinya begitu banyak perceraian - dan yang cenderung semakin lama semakin banyak -- termasuk di kalangan orang-orang kristen sendiri?

[block:views=similarterms-block_1]

Dulu, dengan adanya larangan mutlak tersebut, orang yang semula berniat untuk bercerai, mungkin lalu mengurungkan hasratnya. Itu ketika rasa hormat orang kepada gereja masih lumayan tinggi. Tapi kini? Kalau mau cerai, ya cerai saja - apa pun kata gereja. Emangnya gua pikirin?

Kita tentu tidak boleh dengan mudah bertukar prinsip, semudah kita berganti baju. Ya! Namun, saya kira, kita juga tidak boleh secara membabi-buta, mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas tidak relevan dan tidak efektif lagi.

PADA suatu petang, saya kebetulan mendengarkan sebuah acara "talk show" sebuah radio amatir di Jakarta. Wah, geram sekali saya mendengarnya! Geram, bukan hanya karena bahasa si narasumber yang amat buruk, tetapi terutama karena pernyataan-pernyataannya.

Ia mengklaim diri sebagai seorang "teolog", tapi lagaknya jauh lebih mirip seorang "ideolog". Nada bicaranya seolah-olah jurubicara kebenaran, padahal yang saya dengar adalah banyak ketidakbenaran. Acaranya konon "interaktif", tapi yang terjadi adalah, ia cuma mau bicara, tak mau mendengar.

Berulang-ulang narasumber tersebut mengatakan, "Masalah begini harus kita sikapi secara "teologis", jangan cuma secara etis". Waktu itu yang dibicarakan adalah masalah istri yang kebetulan juga seorang "wanita karir".

Astaga, pikir saya. Dengan memisahkan -- bahkan mempertentangkan - keduanya, saya betul-betul sangsi, apakah yang bersangkutan tahu benar apa itu "teologi" dan apa itu "etika". Dugaan saya, tidak.

Sebab, apa gunanya "teologi", bila tidak diterjemahkan secara "etis", sehingga mampu memberi pegangan hidup yang kongkret? "Teologi" macam beginilah yang menghasilkan penganut-penganut fanatik, tapi tanpa "etika". Contoh ekstremnya, adalah para teroris itu.

Sebaliknya "etika", saya akui, juga tak akan bermanfaat bila tidak dilandasi oleh keyakinan "teologis" yang jernih dan pasti. "Etika" macam begini, tidak akan mampu memenuhi fungsinya, yaitu memberi pegangan apa bagi tingkah laku. Sebab semuanya tergantung "si-kon".

Si narasumber memang banyak menyebut ayat-ayat alkitab. Tapi seolah-olah tidak mau tahu, bahwa alkitab tidak hanya terdiri dari satu-dua ayat "favorit". Ia juga tidak mau tahu, bahwa di dalam alkitab sendiri, pemahaman teologis itu berkembang. Tidak se-"statis", se"beku", dan se-"mandek" seperti yang ia kehendaki. Bahwa Tuhan ternyata jauh lebih luwes dan penuh pengertian, ketimbang banyak penganut fanatiknya!

KESAN saya tentang si "teolog" tersebut saya tuliskan di sini, karena saya ingin agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Untuk menyikapi "perceraian", o, dengan mudah saya dapat mengutipkan beberapa ayat alkitab untuk Anda. Dan percakapan selesai. Tapi selesai jugakah masalahnya?

Bahwa kita harus dengan sepenuh hati menghormati tradisi yang kita warisi, sikap saya tegas, "ya". Bahwa karenanya kita tidak boleh gampang-gampang mengabaikannya, sikap saya juga tegas, "ya". Namun, sikap tersebut toh tetap belum menjawab pertanyaan: apakah ada gunanya mempertahankan suatu aturan yang tak lagi dipatuhi dan dipedulikan orang?

Apakah kita mesti berkeras kepala mempertahankannya, semata-mata karena, seperti kata "teolog" di atas, kita harus bersikap "teologis" -- bukan "etis"? Atau lebih bijak bila kita kerek turun saja bendera keyakinan kita, memenuhi tuntutan dunia?

Saya menolak kedua-duanya. Yang harus kita coba lakukan adalah menangkap inti pesan alkitab yang kita yakini bersifat mutlak dan apriori selalu benar. Tapi inti pesan itu masih harus kita perhadapkan dengan realitas yang ada. Sedemikian rupa, sehingga kita tidak begitu saja bersikap menyerah terhadap kenyataan atau menafikan kenyataan. Melainkan "menelanjangi" kenyataan di bawah terang kebenaran Firman.

Dengan begitu, kita "memahami" dan "menghayati" kebenaran Firman Tuhan itu, dalam perspektif konteks realitas kehidupan kita yang nyata - kini dan di sini. Kita tidak sekadar mengulang-ulang apa yang telah dikatakan sejak ribuan tahun silam, tetapi menghadirkannya untuk menyapa kita -- sekarang.

TENTANG "perceraian", alkitab agaknya punya satu suara. "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia". Matius menulis begitu (19:6). Markus menulis begitu (10:8). Seluruh alkitab secara implisit juga mengatakan itu.

Namun, di dalam kesamaan tersebut, toh kita mendapati ada nuansa yang berbeda-beda. Tidak bertentangan, tapi juga tidak persis sama. Misalnya, antara Markus dan Matius. Menurut versi Markus, "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan ." (10:11). Sedang menurut versi Matius, "Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah" (19:9).

Artinya, baik Markus maupun Matius, mereka sepakat mengatakan bahwa "perceraian" tidak dikehendaki Tuhan. Namun demikian, bagi Markus, larangan itu bersifat mutlak (= unconditional). Sedang menurut versi Matius, larangan tersebut masih membuka ruang - betapa pun kecil -- bagi "pengecualian" (= exceptional).

Bagaimana menanggapi perbedaan tersebut? Menurut William Barclay, karena injil Markus itu lebih "tua" usianya dibandingkan dengan injil Matius, maka besar kemungkinan, Markus-lah yang lebih akurat. Bercerai itu salah. Mustahil. Titik.

Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kesaksian Matius lalu tidak ada artinya. Adanya versi yang berbeda-beda, menunjukkan bahwa variasi pemahaman, perkembangan, dan perubahan, dihargai. Versi Matius menunjukkan, betapa dalam perjalanan waktu, terjadi perubahan sikap dan pemahaman. Yaitu dari sikap yang sangat ketat dan cenderung "kaku", ke sikap yang lebih "terbuka" dan "fleksibel". Karena itu, kini terbuka ruang bagi "pengecualian". Ini wajar sekali, bukan?

Kecenderungan seperti ini, saya tahu, tentu ada bahayanya. Yaitu semakin lama, orang bisa semakin jauh dari "api" atau "semangat" yang asli dan mula-mula. Orang menjadi kompromistis. Standar moralnya semakin lentur; semakin rendah.

Tapi tidak boleh hanya ditafsirkan begitu. Sebab "akomodasi" atau "penyesuaian diri", adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Tanpa akomodasi, orang akan terisolasi. Hanya akan menjadi sekumpulan orang-orang yang aneh dan nyeleneh; eksklusif dan eksentrik. Karena itu, tidak menarik. Padahal tugas kita adalah untuk membuat orang tertarik kepada Kristus. Nah, bagaimana kita dapat membuat orang tertarik, bila kita sendiri tidak menarik?

Dalam hal Matius, kita yakin, bahwa nilainya sebagai Firman Tuhan tidak jadi berkurang sedikit pun, hanya karena variasi tersebut. Mengapa? Oleh karena variasi tersebut masih berada dalam batas yang tidak melanggar prinsip yang mutlak dan universal. Masih dalam "zona" yang dapat ditorerir. Masih tetap berpegang pada prinsip, bahwa Tuhan tidak menghendaki perceraian.

PERTANYAAN kita adalah: bagaimana sesuatu yang tidak diperkenankan, kok dimungkinkan? Inilah, saudara, yang namanya "kekecualian" itu! Atau, meminjam istilah Karl Barth, suatu "possible impossibility". Sesuatu yang pada hakikatnya tidak mungkin, tapi dalam kenyataannya mungkin - bahkan banyak -- terjadi.

Sebut saja, sebagai contoh, adalah peperangan, penyakit, pencobaan, dan sebagainya. Semua ini jelas tidak dikehendaki Allah sejak awalnya. Sekiranya saja manusia tidak jatuh ke dalam dosa, semua itu pasti tidak akan ada. Tapi kini, setelah dosa hadir, bisa terjadi situasi-situasi ekstrem, yang tidak "pas" lagi bila dihadapi berdasarkan norma-norma yang lazim.

Misalnya, dengan sangat berduka kita mengatakan, bahwa bisa saja ada situasi tertentu, di mana melanjutkan perkawinan akan berakibat jauh lebih buruk ketimbang memutuskannya. Situasi "kekecualian", di mana kita justru bersikap kejam dan tidak mencerminkan kasih, bila memaksakan perkawinan seperti itu terus berlanjut.

Menyaksikan perceraian, kemungkinan besar, Allah juga menangis. Seperti "sang ayah" dalam perumpamaan Yesus juga menangis, ketika anak bungsunya memaksa pergi meninggalkan rumah. Ia tahu tindakan itu amat salah. Namun begitu, ia tidak menghalang-halanginya. Ia -- dengan hati hancur - membiarkan anak itu pergi. Seperti kita juga dengan hati hancur, terpaksa membiarkan sebuah perkawinan berakhir dengan perceraian.

Yang jelas salah adalah, bila "kekecualian" kita anggap sebagai "aturan umum". Lalu orang dengan begitu mudahnya memutuskan tali perkawinan, seperti orang mematahkan sebuah ranting kering. Ini tidak membuat Tuhan sedih. Tapi murka.

Sumber: www.glorianet.org

Mematahkan Belenggu Materialisme

Oleh: Sunanto

Saat ini kita hidup dalam sebuah jaman yang sangat bersifat
konsumtif dan materialistis. Ketika saya masih kecil dulu, pusat
perbelanjaan (Mal) yang saat ini menjamur dimana-mana masih sangat
jarang sekali. Tanpa disadari banyak orang kristen yang terjebak
dengan gaya hidup yang konsumtif dan materialistik ini. Memiliki
kelimpahan bukanlah hal yang buruk tetapi dikendalikan oleh kelimpahan
merupakan sebuah bentuk penyembahan berhala (keserakahan). Tuhan tidak
melarang kita untuk memiliki kelimpahan tetapi Ia tidak ingin kita
menjadi orang yang sengsara oleh karena keserakahan.

Ketika berada di Calcutta, Miller diperingatkan untuk tidak memuji
barang-barang yang ada dia lihat di rumah-rumah yang dia kunjungi
sebab saudara-saudara seiman disana akan memberikan barang-barang
tersebut kepada orang yang memujinya. Kelimpahan materi tidaklah dapat
menjamin kebahagiaan seseorang malahan justru bisa membuat hidup orang
tersebut semakin menderita. Sikap hidup yang senantiasa mengucap
syukur dan berserah total kepada Tuhan merupakan kunci untuk menuju
hidup yang bahagia. Bila kita tahan uji dalam kesesakan padang gurun
ini maka segala keserakahan akan lenyap. Baru setelah itu kita siap
untuk menerima warisan yang telah disediakan oleh Bapa kita.

Tujuan utama Tuhan memberkati hidup kita bukan untuk kenikmatan
pribadi kita sendiri melainkan agar kita bisa memberkati orang lain.
gaya hidup yang bersifat konsumtif dan materialistis. Ingatlah bahwa
hidup kita ini bukan milik kita lagi sebab kita telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar (I Kor 6:20). Marilah kita
mempersembahkan diri kita secara total kepadaNya dan hidup hanya untuk
menyenangkanNya !

Memberikan Pujian

Penulis : Arvan Pradiansyah

Seorang pengemis duduk mengulurkan tangannya di sudut jalan. Tolstoy, penulis besar Rusia yang kebetulan lewat di depannya, langsung berhenti dan mencoba mencari uang logam di sakunya. Ternyata tak ada. Dengan amat sedih ia berkata, "Janganlah marah kepadaku, hai Saudaraku. Aku tidak bawa uang."

[block:views=similarterms-block_1]

Mendengar kata-kata itu, wajah pengemis berbinar-binar, dan ia menjawab, "Tak apa-apa Tuan. Saya gembira sekali, karena Anda menyebut saya saudara. Ini pemberian yang sangat besar bagi saya."

Setiap manusia, apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar: ingin dipuji, diakui, didengarkan dan dihormati.

Kebutuhan ini sering terlupakan begitu saja. Banyak manajer yang masih beranggapan bahwa orang hanya termotivasi uang. Mereka lupa, nilai uang hanya bertahan sampai uang itu habis dibelanjakan. Ini sesuai dengan teori Herzberg yang mengatakan bahwa uang tak akan pernah mendatangkan kepuasan dalam bekerja.

Manusia bukan sekadar makhluk fisik, tapi juga makhluk spiritual yang membutuhkan sesuatu yang jauh lebih bernilai. Mereka butuh penghargaan dan pengakuan atas kontribusi mereka. Tak perlu sesuatu yang sulit atau mahal, ini bisa sesederhana pujian yang tulus.

Namun, memberikan pujian ternyata bukan mudah. Jauh lebih mudah mengritik orang lain.

Seorang kawan pernah mengatakan, "Bukannya saya tak mau memuji bawahan, tapi saya benar-benar tak tahu apa yang perlu saya puji. Kinerjanya begitu buruk." "Tahukah Anda kenapa kinerjanya begitu buruk?" saya balik bertanya. "Karena Anda sama sekali tak pernah memujinya!"

Persoalannya, mengapa kita begitu sulit memberi pujian pada orang lain?

Menurut saya, ada tiga hal penyebabnya, dan kesemuanya berakar pada cara kita memandang orang lain.

Pertama, kita tidak tulus mencintai mereka. Cinta kita bukanlah unconditional love, tetapi cinta bersyarat. Kita mencintai pasangan kita karena ia mengikuti kemauan kita, kita mencintai anak-anak kita karena mereka berprestasi di sekolah, kita mengasihi bawahan kita karena mereka memenuhi target pekerjaan yang telah ditetapkan.

Perhatikanlah kata-kata di atas: cinta bersyarat. Artinya, kalau syarat-syarat tidak terpenuhi, cinta kita pun memudar. Padahal, cinta yang tulus seperti pepatah Perancis: L`amour n`est pas parce que mais malgre. Cinta adalah bukan "cinta karena", tetapi "cinta walaupun". Inilah cinta yang tulus, yang tanpa kondisi dan persyaratan apapun.

Cinta tanpa syarat adalah penjelmaan sikap Tuhan yang memberikan rahmatNya tanpa pilih kasih. Cinta Tuhan adalah "cinta walaupun". Walaupun Anda mengingkari nikmatNya, Dia tetap memberikan kepada Anda. Lihatlah bagaimana Dia menumbuhkan bunga-bunga yang indah untuk dapat dinikmati siapa saja tak peduli si baik atau si jahat. Dengan paradigma ini, Anda akan menjadi manusia yang tulus, yang senantiasa melihat sisi positif orang lain. Ini bisa memudahkan Anda memberi pujian.

Kesalahan kedua, kita lupa bahwa setiap manusia itu unik. Ada cerita mengenai seorang turis yang masuk toko barang unik dan antik. Ia berkata, "Tunjukkan pada saya barang paling unik dari semua yang ada di sini!" Pemilik toko memeriksa ratusan barang: binatang kering berisi kapuk, tengkorak, burung yang diawetkan, kepala rusa, lalu berpaling ke turis dan berkata, "Barang yang paling unik di toko ini tak dapat disangkal adalah saya sendiri!"

Setiap manusia adalah unik, tak ada dua orang yang persis sama. Kita sering menyamaratakan orang, sehingga membuat kita tak tertarik pada orang lain. Padahal, dengan menyadari bahwa tiap orang berbeda, kita akan berusaha mencari daya tarik dan inner beauty setiap orang. Dengan demikian, kita akan mudah sekali memberi pujian.

Kesalahan ketiga disebut paradigm paralysis. Kita sering gagal melihat orang lain secara apa adanya, karena kita terperangkap dalam paradigma yang kita buat sendiri mengenai orang itu. Tanpa disadari kita sering mengotak-ngotakkan orang. Kita menempatkan mereka dalam label-label: orang ini membosankan, orang itu menyebalkan, orang ini egois, orang itu mau menang sendiri. Inilah persoalannya: kita gagal melihat setiap orang sebagai manusia yang "segar dan baru". Padahal, pasangan, anak, kawan, dan bawahan kita yang sekarang bukanlah mereka yang kita lihat kemarin. Mereka berubah dan senantiasa baru dan segar setiap saat.

Penyakit yang kita alami, apalagi menghadapi orang yang sudah bertahun-tahun berinteraksi dengan kita adalah 4 L (Lu Lagi, Lu Lagi -- bahasa Jakarta). Kita sudah merasa tahu, paham dan hafal mengenai orang itu. Kita menganggap tak ada lagi sesuatu yang baru dari mereka. Maka, di hadapan kita mereka telah kehilangan daya tariknya.

Sewaktu membuat tulisan ini, istri saya pun menyindir saya dengan mengatakan bahwa saya tak terlalu sering lagi memujinya setelah kami menikah. Sebelum menikah dulu, saya tak pernah kehabisan bahan untuk memujinya. Sindiran ini, tentu, membuat saya tersipu-sipu dan benar-benar mati kutu.

Pujian yang tulus merupakan penjelmaan Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Maka, ia mengandung energi positif yang amat dahsyat. Saya telah mencoba menerapkan pujian dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang saya jumpai: istri, pembantu yang membukakan pagar setiap pagi, bawahan di kantor, resepsionis di kantor klien, tukang parkir, satpam, penjaga toko maupun petugas di jalan tol.

Efeknya ternyata luar biasa. Pembantu bahkan menjawab ucapan terima kasih saya dengan doa, "Hati-hati di jalan Pak!" Orang-orang yang saya jumpai juga senantiasa memberi senyuman yang membahagiakan. Sepertinya mereka terbebas dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan.

Pujian memang mengandung energi yang bisa mencerahkan, memotivasi, membuat orang bahagia dan bersyukur. Yang lebih penting, membuat orang merasa dimanusiakan.

Sumber: Indonesia Business Online

Menanam Benih Ketakutan

Penulis : Charles Nieman

SETAN memakai empat metode dalam usahanya untuk menanamkan benih ketakutan ke dalam hati anda, di mana benih itu akan tumbuh dan berbuah.

METODE I : KATA-KATA

Kata-kata akan diucapkan kepada anda dengan satu cara atau cara lainnya, baik oleh orang lain atau oleh roh-roh jahat yang berbicara langsung kepada alam sadar anda. ".dan Tobia mengirim surat untuk menakut-nakuti aku" (Nehemia 6:19). Nehemia mengetahui apa yang akan dilakukan Tobia dan tidak jatuh ke dalam rencananya. Seringkali, kata-kata yang menakutkan akan diucapkan kepada anda oleh orang-orang Kristen yang bermaksud baik, yang kebetulan tulus namun salah.

[block:views=similarterms-block_1]

Bagaimana anda tahu bahwa iblis sedang berbicara kepada anda? Ketika anda mendengar kata-kata seperti ini: " Tetapi.", "bagaimana kalau.." dan "bagaimana cara Allah akan melakukan hal itu bagimu". Allah tidak memakai kata-kata "bagaimana kalau", "tetapi" dan "bagaimana caranya". Kadang-kadang anda mungkin akan memiliki pikiran-pikiran yang terdengar seperti ini: "Namun bagaimana kalau uang itu tidak datang tepat pada waktunya?". "Bagaimana cara Allah akan melakukan hal itu bagimu?" . "Bagaimana kalau engkau tidak disembuhkan ketika mereka mendoakanmu? Apa yang harus dilakukan selanjutnya?".

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang untuk menanamkan benih ketakutan di dalam hati anda. Pada saat tertentu dalam hidup saya sendiri, saya menghadapi apa yang nampaknya seperti sebuah masalah yang tidak dapat diatasi. Akhirnya saya bertanya kepada Tuhan bagaimanakah IA akan memenuhi kebutuhan saya. JawabanNya mengubah hidup saya. Ia berkata," Charles, bagaimana caranya bukan urusan atau tanggungjawabmu. Bagaimana caranya adalah tanggung jawabKU. Tanggung jawabmu adalah mempercayai Firman Allah. Tanggung jawabKU adalah menjadikannya nyata!"

Puji Tuhan! Saya berpaling kepada iblis dan menyampaikan kepadanya apa yang baru saja saya dengar, dan iblis diam! Sejak hari itu hingga sekarang, saya tidak pernah mengkhawatirkan bagaimana cara Allah menyelesaikan. Ingat, Alkitab berkata bahwa semua janji Allah adalah "YA" dan "PASTI".

METODE II : SETAN AKAN BERUSAHA MEMBUAT ANDA TAKUT TERHADAP BESARNYA MASALAH

Tuhan menyatakan hal ini kepada bangsa Israel dalam hukum-hukumNya mengenai perang.

"Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak daripadamu, maka janganlah engkau takut kepadanya, sebab Tuhan Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari Mesir menyertai engkau. Apabila kamu menghadapi pertempuran, maka seorang imam harus tampil ke depan dan berbicara kepada rakyat dengan berkata kepada mereka: Dengarlah hai orang Israel! Kamu sekarang menghadapi pertempuran melawan musuhmu, janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu. Lagi para pengatur pasukan itu harus bebicara kepada atentara demikian: Siapa takut dan lemah hati ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar hati seperti hatinya". (Ulangan 20:1-4,8)

Ketakutan dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain. Karena alasan itulah, Musa menyuruh para perwira untuk pulang ke rumah setiap orang yang merasa takut. Gideon juga tahu bagaimana ketakutan bekerja. Ia mulai dengan tentara yang berjumlah tiga puluh ribu orang. Kemudian Allah menyuruh Gideon untuk memerintahkan setiap orang yang takut agar pulang ke rumah. Dua puluh ribu orang kembali ke rumah. Sebelum mereka pergi berperang, Gideon kembali mengurangi jumlah tentaranya dari sepuluh ribu menjadi tiga ratus. Dengan tiga ratus orang yang tidak takut, Gideon mampu memenangkan pertempuran yang dahsyat.

Janganlah biarkan besarnya masalah menakutkan anda. Tidak ada musuh yang lebih besar dari kemampuan BAPA. Angkatlah pandangan anda dari masalah dan pandanglah solusinya: Firman Allah. Ingatlah, makin lama anda memandang masalah itu, masalah itu akan semakin mempengaruhi hati anda. Yeremia berkata,"Mataku mempengaruhi hatiku." (Ratapan 3:51 - King James)

METODE III : SETAN AKAN MENGINGATKAN ANDA KEPADA KEGAGALAN DI MASA LAMPAU, KEGAGALAN ANDA DAN KEGAGALAN ORANG LAIN.

Anda perlu memperhatikan apa yang anda dengar. Jangan dengarkan kesaksian kegagalan orang lain. Saya sangat berhati-hati dengan siapa yang saya dengarkan. Anda harus berhati-hati karena dari hati andalah mengalir kekuatan hidup anda (Amsal 4:23). Kekuatan ini bisa baik atau buruk. Tipe kekuatan apa pun yang mengalir keluar akan menentukan kualitas hidup dan kepemimpinan anda.

Ketika anda pertama kali hidup dengan iman, ada kemungkinan yang cukup besar bahwa anda akan mengalami kegagalan. Saya mengalaminya. Setan akan berusaha memperlihatkan kegagalan di masa lampau itu kepada anda. Alkitab berkata bahwa Allah akan melepaskan anda dari rasa malu pada masa muda anda. Kita semua pernah muda di dalam Tuhan pada saat tertentu dan tidak tahu banyak hal. Kita tergesa-gesa di dalam iman dan kita jatuh. Baiklah bangunlah, bersihkan diri anda dan teruslah berjalan. Anda akan berhasil dengan suatu cara yang agung dan mulia, merebut setiap kemenangan, melewati setiap pencobaan!

METODE IV : SETAN AKAN MEMBUAT ANDA MERASA TERTUDUH KARENA TIDAK CUKUP BELAJAR, TIDAK CUKUP BEERDOA, TIDAK CUKUP BERPUASA, TIDAK CUKUP SERING KE GEREJA

Sederhananya, ia (iblis) akan mengambil apapun tempat berpijak yang anda berikan kepadanya. Ia akan berdiri di belakang anda dan menuduh anda. Definisi kata "Penuduhan" adalah "menyampaikan penghakiman terhadap, menjatuhkan vonis atas, dan diikuti hukuman". "Demikianlah sekarang tidak ada penuduhan bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging melainkan menurut roh." (Roma 8:1).

Tidak ada penghakiman yang melawan anda, tidak ada vonis yang dijatuhkan kepada anda, dan tidak ada hukuman yang menanti anda. Setan tidak berhak menghukum anda. Bila anda tidak melakukan hal-hal yang anda tahu harus anda lakukan, bertobatlah. Kata "Bertobat" artinya "berbalik dari dosa dan berpaling kepada Allah". Definisi hurufiahnya berarti "Mengubah pikiran anda dan pergi menuju ke arah yang lain". Iblis tidak memiliki hak untuk masuk dan berbuat apapun juga terhadap anda. Setan datang untuk mencuri dari anda. Untuk itu bertobatlah, akuilah dan mintalah kepada Allah untuk mengampuni anda.(*)

Sumber: Buku Mematahkan Belenggu Ketakutan (Hal 35 - 41)

Menentukan Pilihan

Oleh:

"Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas."-Amsal 22:1

[block:views=similarterms-block_1]

Jika saya bisa menciptakan sebuah istilah sebagai sinonim dari "berpikir positif," maka istilah itu adalah memilih yang terbaik. Karena ketika kita memeriksa segala kemungkinan yang ada, berarti kita sedang membuat daftar tentang semua pilihan yang ada. Kita sedang "memilih yang terbaik"! Proses tersebut dimulai ketika kita mempertimbangkan pilihan kita yang pertama: menjadi seorang percaya ataukah bukan.

Sekali kita memilih untuk berjalan di jalan iman, kita akan terus-menerus menemui persimpangan-persimpangan itu di mana jalan di depan kita bercabang, sehingga kita perlu mengajukan pertanyaan ini: "Jalan manakah yang harus aku tempuh sekarang?" Lalu kita perlu untuk "memilih yang terbaik." Bertanyalah: "Kemanakah aku mau pergi?" dan "Jalan manakah yang akan membawaku ke sana?" Berhati-hatilah dalam memilih.

Ayat renungan kita pagi ini menuntun kita untuk dapat menentukan pilihan yang terbaik: "Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar."

Ketika George Beverly Shea masih muda, dia mempunyai keinginan untuk meniti karir besar yang dapat membawanya pada kemasyhuran dan keberuntungan. Ibunya sungguh-sungguh prihatin akan hal itu. Pada suatu hari, ketika George akan berlatih piano, dia menemukan selembar puisi yang diletakkan oleh ibunya di atas pianonya. Puisi itu berjudul I"d rather have Jesus ("Lebih baik aku memiliki Yesus"), yang kini menjadi suatu lagu rohani yang terkenal di dunia.

Setelah membacakan kata-kata yang terdapat dalam puisi tersebut, George Beverly Shea menyerahkan seluruh talenta yang dimilikinya kepada Yesus. Hasilnya? Nyanyiannya telah membawa puluhan ribu orang kepada Kristus.

Hari ini kita mempunyai banyak pilihan. Sebagian dari pilihan itu akan menjadi kecil dan kurang berarti, namun sebagian lagi mungkin akan memberikan pengaruh yang besar bagi masa depan kita. Pilihlah dengan hati-hati. Buatlah pilihan sambil memohon sungguh-sungguh kepada Tuhan dalam doa.

"Ya Tuhan, aku menyadari bahwa ada banyak pilihan yang terbentang di hadapanku. Namun pagi ini aku berdoa, biarlah Roh Kudus sendiri yang senantiasa menuntunku untuk dapat menentukan pilihan terbaik bagiku yang sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak-Mu."

Mengapa Tuhan Mengijinkan Kita Kecewa

Oleh: Sunanto

Saya menemukan banyak orang kristen yang mundur sebab mereka mengalami kekecewaan dalam hidup mereka. Mereka kecewa terhadap saudara seiman, pemimpin rohani bahkan kecewa kepada Tuhan. Kekecewaan merupakan hal yang wajar dalam kehidupan ini, malah sebenarnya kekecewaan itu dibutuhkan bagi pertumbuhan rohani kita. Kasih yang terbesar tumbuh dalam tanah kekecewaan yang tak tertahankan terhadap kehidupan ini.

Setiap kali kita merasa kecewa terhadap sesuatu sebenarnya kita telah menggantungkan kebahagiaan kita kepada hal yang mengecewakan kita. Kekecewaan pasti akan terjadi sebab akibat natur dosa yang kita bawa menyebabkan kita cenderung meletakkan kebahagiaan kita di luar Tuhan. Respon kita menghadapi kekecewaan sangat penting sebab hal itu akan menentukan apakah kita akan naik atau turun. Milikilah sikap yang positif dan bersyukur saat menghadapi kekecewaan sebab hal itu pasti akan menyebabkan kita menjadi naik. Rajawali tidak takut dengan badai tetapi ia justru terbang semakin tinggi saat badai datang. Orang kristen yang memiliki iman sejati akan semakin kuat saat badai kehidupan datang menerpanya.

Satu hari Tuhan mengijinkan saya kehilangan seseorang yang sangat saya kasihi sehingga saya sangat kecewa dan hati saya serasa mau mati. Malamnya saya bermimpi melihat sebuah makam dengan batu nisan yang bertuliskan nama saya. Lewat mimpi tersebut Tuhan hendak berbicara bahwa Ia mengijinkan hal itu untuk mematikan keakuan saya. Proses pengosongan memang sangat menyakitkan tetapi tanpa pengosongan tidak akan ada pengisian. Kita harus semakin kecil dan Kristus harus semakin besar. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal 2:20a). Mengatakan atau menghafalkan ayat ini tidak sukar tetapi untuk mengalaminya sangat sukar.

Mengenai ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran

Sumber : Fernando

"Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." (Amsal 12:25) "Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku dan melepaskan aku dari segala kegentaranku." (Mazmur 34:5)

[block:views=similarterms-block_1]

"Janganlah kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:6- 7)

"Karena itu rendahkalah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.Serahkanlah segala kekuatiran kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu." (I Petrus 5:6- 7). Baca juga Mazmur 55:23.

"Yesus berkata kepada murid-muridNya: "Karena itu aku berkata kepadamu : Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir akan pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian. Perhatikanlah burung- burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di anatara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta (menurut terjemahan Alkitab versi NIV adalah satu jam) pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain? (Lukas 12:22-26, bandingkan juga dengan Matius 6 : 25-34).

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 42:6)

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang- tulangmu." (Amsal 3:5-8)

"Demikianlah juga roh membantu kita dalam kelemahan kita: sebab kita tidak tahu, bagaimana seharusnya harus berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:26-28)

"Allahku akan memenuhi segala keperluanku menurut kekayaaan dan kemuliaanNyadalam Kristus Yesus." (Filipi 4:11)

Rasul Paulus menemukan kekuatannya dalam Tuhan, ia menyaksikannya sebagai berikut:

"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara ; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu , tiga kali mengalami karam kapal. Sehari semalam aku terkatung-katung di tengah- tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahay penyamu, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahay dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapardan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut hal lainlagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah ? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita. Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku,�Tetapi jawab Tuhan kepadaku:"Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahankulah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan di dalam kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah maka aku kuat." (II Korintus 11:23-30,12:9-10)

"Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah penolongku aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6)

"Berharaplah kepada Tuhan hai Israel dari sekarang sampai selama- lamanya" (Mazmur 131:1)

Baca juga: Mazmur 139:23

Kemungkinan penyebab trauma dan ketakutan adalah : konflik, masalah kesehatan, kondisi bahaya, kematian, kebutuhan yang tak terpenuhi, masalah spiritual, kepercayaan sesat dan sebagainya.

"Secara alkitabiah, tidaklah salah jika kita mencoba untuk hidup lebih realistis dalam menghadapi masalah. Karena mengabaikan suatu bahaya merupakan tindakan yang salah dan bodoh. Namun jugalah salah jika kita kita hidup dalam kekuatiran. Untuk kekuatiran semacam ini kita harus menyerahkannya kepada Tuhan yang dapat melepaskan kita dari tekanan-tekanan seperti itu dan membebaskan kita untuk hidup lebih realistis dan memenuhi kebutuhan kita dan sesama kita."(DR Garry R Collins, Christian Counselling)

Ada beberapa saran umum yang dapat mengurangi ketakutan, kekhwatiran dan kecemasan anda:

DOSA DALAM HIDUPMU - Terkadang ketakutan dan kecemasan merupakan hasil dari dosa dan kesalahan kita. Jika kita melakukansuatu dosa akan timbul kecemasan dan ketakutan, hal ini dimungkinkan, karena Tuhan menginginkan perhatian kita. Tindakan yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi seperti ini adalah bertobat dan mencari pengampunanNya.

TIDUR - Normalnya manusia membutuhkan waktu 8-9 jam untuk tidur setiap harinya. Kurang tidurdapat meningkatkan kecemasan. Istirahatlah yang cukup. Jika anda menghadapi kendala ini, anda dapat mencari pertolongan-Nya melalui doa atau bahkan mencari bantuan seorang psikolog.

BERSIKAP LEBIH REALISTIS - Banyak orang khawatir dan cemas akan hal- hal yang tak pernah terjadi terhadap mereka.Bersantailah. Pusatkan pikiran anda pada kegiatan anda pada hari itu. Nikamati hidup anda.

DENGARKANLAH- musik yang lembut dan santai, ada banyak musik-musik kristen yang cukup lembut (seperti lagu penyembahan) yang dapat membantu anda untuk lebih dekat dengan Tuhan. Jika mungkin dengarkanlah kaset-kaset kotbah dari pembicara yang menjadi favorit.

KESENANGAN- lakukanlah sesuatu yang anda rasa dapat anda nikmati. Adalah baik untuk mengambil waktu sejenak untuk rekreasi, tinggalkan rasa khawatir anda dan bergembiralah.

BERBICARA- Jangan simpan kecemasan anda, adalah baik jika anda meringankan beban anda dengan berbagi (sharing) dengan orang-orang yang dapat anda percayai dan kenal seperti sahabat, keluarga, pendeta atau konselor. Jika hal ini benar-benar mengganggu anda, jadwalkanlah waktu yang tetap setiap minggu untuk sharing dengan seseorang yang anda percaya.

BERTINDAK - ambil tindakan yang praktis, untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan anda, jangan paksakan diri, karena hal ini hanya akan meningkatkan kecemasan anda.

OLAHRAGA - studi kesehatan menunjukkan bahwa dengan berolahraga dapat menurunkan tingkat kecemasan kita. Jika anda cukup sehat cobalah untuk berolahraga, seperti berjalan santai, lari, berenang atau olahraga laiinya yang dapat anda lakukan.

PERTOLONGAN PROFESIONAL - Ada banyak organisasi yang bersedia untuk menolong orang yang sering terserang kecemasan termasuku Midwest Center for Stress and Anxiety (stresscenter.com). Anda dapat mencari informasi juga melalui internet dengan menggunakan kata kunci: anxiety, panic attacks, agrophobia. Anda juga harus mampu mencari pertolongan di sekitar daerha anda dengan mencoba berkonsultasi dengan dokter atau Pendeta atau Romo gembala gereja anda.

Menggapai Tujuan

Penulis : Janner, Pasaribu

Kejadian 25:28-34
28 Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
29 Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang.
30 Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. 31 Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
32 Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"
33 Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.
34 Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.

Berikut ini ada lima aspek yang perlu Anda pertimbangkan untuk menggapai tujuan.


  • Untuk mencapai tujuan, pertama, Anda perlu bekerjasama dengan Tuhan, Anda perlu taat pada rencana-Nya, selain itu harus ada penyerahan total kepada-Nya. Kedua, kita perlu bekerjasama dengan orang lain, dimulai dari dukungan doa mereka.
  • Kerja yang konsisten. Setelah Allah menetapkan tujuan, yang perlu kita lakukan adalah fokus untuk menyelesaikannya. Walaupun orang mengecewakan kita, tetaplah maju di jalan yang sudah Ia sediakan bagi kita.
  • Fokus yang berarti memastikan pandangan kita pada tujuan di depan dan tidak membiarkan diri kita dipengaruhi oleh apapun.
  • Sering kali tujuan yang Allah berikan menuntut keberanian untuk bertindak. Keberanian adalah kesediaan kita untuk beraksi walaupun hasilnya masih samar. Kita dapat melakukan ini karena Tuhanlah yang memintanya. Semakin dalam iman kita kepada-Nya, semakin besar keberanian itu nantinya.
  • Kembangkan gaya hidup yang secara sadar terus bergantung pada Tuhan. Kita sering tergoda untuk mencapai suatu tujuan dengan kekuatan sendiri dan melupakan Tuhan. Hati-hati kesuksesan sejati membutuhkan ketergantungan total pada Sang Pencipta.


Pokok pemikiran di atas bukanlah suatu standar untuk mengukur diri kita, tapi arahan untuk menolong kita untuk maju di jalur yang benar. Bila Anda belum menetapkan tujuan, carilah seseorang yang sudah melakukannya. Belajarlah terbuka untuk hal-hal baru, dan untuk perubahan.

Sumber: Sentuhan Hati Vol 6 No 7 Mei 2005

Menjadi Pemecah Masalah

Oleh: Philip Kuncoro

Dalam hal masalah hidup pada dasarnya ada 2 jenis manusia :

(a) Troublemaker = biang kerok/ pembuat masalah
Ini biasanya adalah orang-orang yang terluka, yang suka cari gara-gara. Masalah kecil sering mereka besar-besarkan.

(b) Problem solver = pemecah masalah
Ini adalah tipe yang matang, yang suka mendamaikan suasana dan mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada. Tipe ini suka membuat masalah besar menjadi kecil, masalah kecil menjadi tidak ada!

Salah satu tokoh alkitab yang merupakan tipe problem solver adalah Yusuf. Kita akan melihat bagaimana Yusuf mengatasi masalah demi masalah yang dihadainya dengan sukses.

Seni Mengatasi Masalah Hidup

Setiap hari kita menghadapi masalah hidup yang beragam. Jadi masalah selalu ada, yang penting adalah bagaimana kita merespon masalah itu. Kita akan belajar dari Yusuf tentang hal ini.

Inilah daftar permasalahan besar yang dihadapi Yusuf:

1. Menghadapi kecemburuan dan iri hati

Masalah besar pertama yang dihadapi Yusuf adalah rasa iri hati dari saudara-saudaranya. Hal ini terjadi karena beberapa sebab:

(a) Ia merupakan anak favorit ayahnya (Kejadian 37:3)
Entah kenapa Yakob lebih mengasihi Yusuf dibanding ke 11 saudaranya yang lain. Ia memperlakukan Yusuf secara berbeda. Terbukti ia minta dibuatkan jubah yang mewah bagi Yusuf.

(b) Ia pernah melaporkan kejahatan saudara-saudaranya (Kejadian 37:2)
Kakak-kakaknya semakin jengkel kepada Yusuf karena ia suka melaporkan kejahatan mereka kepada sang ayah. Lalu bagaimana Yusuf merespon masalah ini? Ada 2 sikap yang diambil Yusuf:

Yang pertama, ia menunjukkan kasih kepada saudara-saudaranya (Kejadian 37:13-17). Ketika disuruh sang ayah untuk mencari kakak-kakaknya yang sedang menggembalakan kambing domba, Yusuf mencari mereka sampai ketemu. Ia bahkan harus tanya kesana-kemari untuk dapat menemukan mereka. Ini menunjukkan bahwa Yusuf sungguh-sungguh mengasihi mereka. Ini sikap yang luar biasa: tetap mengasihi meskipun dibenci!

Kedua, ia tidak membalas perlakuan saudara-saudaranya. Sekalipun dalam beberapa kesempatan kakak-kakaknya berkata kasar kepada Yusuf, tapi Yusuf tetap berkata hormat kepada mereka. Ini menunjukkan kelapangan hati Yusuf yang luar biasa (Roma 12:17).

2. Menghadapi ketidaknyamanan (Kejadian 37:18-20)

Masalah ke dua yang dihadapi Yusuf adalah ketidaknyamanan yang tiba-tiba dialaminya. Dia dimasukkan ke dalam sumur, lalu di jual kepada pedagang Ismail ke Mesir sebagai budak. Lalu bagaimana respon Yusuf?

(a) Ia tetap tenang
Sekalipun menderita Yusuf tidak panik dan putus harapan. Ia tahu hidupnya aman ditangan Tuhan yang mengasihinya! Tetap tenang di tengah keadaan yang tidak nyaman/penderitaan adalah ciri orang beriman!

(b) Ia tidak menyalahkan Tuhan
Yusuf juga tidak mengumpat dan menyalahkan Tuhan atas masalah yang ia hadapi.
Ia tahu ada rencana Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Hanya ia belum tahu apa itu rencana Tuhan ke depan atas hidupnya.

3. Menghadapi godaan terus menerus (Kejadian 39:7)

Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar. Tapi masalah kemudian justru datang dari istri potifar. Ia menggoda Yusuf terus menerus! Jadi, bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Puncaknya, ketika istri Potifar mengajaknya tidur. Lalu, apa respon Yusuf?

(a) Yusuf tidak mau mendengarkan bujukan istri Potifar (Kejadian 39:10)
Dosa masuk ke dalam hidup kita biasanya melalui indera kita. Bisa melalui mata, sentuhan, atau telinga. Hebatnya Yusuf: ia menutup telinganya terhadap bujuk rayu dosa. Bandingkan dengan Hawa yang justru membuka telinganya untuk ditipu si ular (akhirnya ia jatuh).

(b) Yusuf lari dari godaan dosa (Kejadian 39:12)
Yusuf sadar bahwa ia bukan superman, maka ketka bjuk rayu istri Potifar sudah demikian hebat, ia lari meninggalkannya. Kadang-kadang untuk menghindari dosa kita harus berani lari dari stuasi yang memojokkan!
Contoh: kalau kita kerja di kantor yang curang dan korup, maka jalan keluar terbaik barangkali pindah kerja!

4. Menghadapi tuduhan palsu (Kejadian 39:12-15)

Istri Potifar berang terhadap Yusuf, lalu ia membuat tuduhan palsu bahwa Yusuf mau memperkosanya. Akhirnya Yusuf dimasukan ke dalam penjara. Bagaimana Yusuf merespon masalah ini?

(a) Ia tetap tegar
Sebenarnya sulit tetap tegar ketika seseorang dibatasi kebebasannya (dipenjara).
Bandingkan: banyak koruptor yang tiba-tiba "sakit keras" setelah dinyatakan polisi sebagai terdakwa! Tapi Yusuf memang luar biasa, ia tetap tegar dan tidak menjadi sakit di dalam penjara! Ini menunjukkan bahwa Yusuf memiliki ketahanan mental yang luar biasa!

(b) Ia tidak menjadi pahit hati
Sebenarnya ada alasan kuat bagi Yusuf untuk pahit hati, terutama kepada Tuhan. Ia sudah berusaha keras menjaga kekudusan, eh.. malah masuk penjara! Tapi Yusuf memilih untuk tidak pahit hati. Ia malahan lebih berserah pada Tuhan. Ia tahu tidak ada peristiwa yang terjadi dalam hidupnya tanpa ada rencana Tuhan yang indah di dalamnya!

5. Menghadapi tidak adanya rasa terima kasih (Kejadian 40:4)

Di penjara, Yusuf berbuat kebaikkan dengan cara berhasi menafsirkan mimpi juru minuman dan makanan raja. Dan akhirnya si juru minuman dibebaskan. Namun sayang, setelah keluar penjara, juru minuman raja melupakannya! Lalu bagaimana Yusuf merespon situasi ini ? Sebenarnya ada 2 pilihan yang bisa diambil Yusuf:

(a) Ngambek dan berhenti berbuat baik
Yusuf bisa berpikir buat apa berbuat baik kalau hanya untuk dilupakan dan tidak diberi terima kasih.

(b) Terus berbuat baik
Ternyata ini yang dipilih Yusuf. Sekalipun dilupakan orang ia tetap terus berbuat baik di penjara. Ia menjadi tawanan teladan. Ia tetap suka menolong orang, entah diberi terimakasih atau tidak! Terbukti ketika dimintai tolong menafsirkan mimpi Firaun ia tetap mau melakukannya.

6. Menghadapi kekuasan dan tanggung jawab (Kejadian 41:37-45)

Akhirnya Tuhan melepaskan Yusuf dari penjara, setelah ia berhasil menafsirkan mimpi Firaun. Lalu Yusuf malah dianugerahi kedudukan tinggi di istana Firaun.Menurut seorang penafsir yang diterima Yusuf meliputi:

(1) Yusuf menjadi orang ke dua setelah Firaun (setara dengan perdana mentri)

(2) Ia diberi wewenang untuk mengurusi semua milik Firaun termasuk kekayaan, istana, bahkan kekuasaan Firaun.

(3) Ia diberi Gelar kebangsawanan

(4) Ia diberi kedudukan yang sangat terhormat

(5) Ia diberi/dihadiahi istri oleh Firaun.

Bagaimana Yusuf merespon hal ini ? Kekuasaan bukan hanya anugerah tetapi juga tanggung jawab.

(a) Yusuf melakukan pekerjaannya dengan baik bertanggung jawab (Kejadian 41:46-57)
Yusuf bekerja secara excellent. Tugas yang dia emban untuk mengatur Mesir dan menghindarkan Mesir dari bahaya kelaparan berhasil ia laksanakan dengan sempurna!

(b) Yusuf tetap rendah hati
Yusuf tidak takabur dan menjadi besar kepala. Sekalipun kedudukannya sangat tinggi, ia tetap memiliki jiwa hamba, sebagaimana ia tunjukan ketika mengurusi rumah Potifar.
Jadi rupanya Tuhan mempersiapkan Yusuf untuk mengurusi Mesir dengan jalan menjadikannya pengurus rumah Potifar! Ketika kita rendah hati, maka Tuhan akan memberi promosi!

7. Menghadapi kenangan buruk masa lalu (Kejadian 51:50-52)

Yusuf telah menjadi sosok yang terbuang dan disia-siakan oleh kakak-kakaknya. Kini setelah memiliki kekuasaan, ia punya kesempatan untuk membalas dendam.

Bagaimana respon Yusuf dalam hal ini? Ada 2 pilihan yang bisa diambil Yusuf?

(a) Dia memelihara dendam dan membalas dendam
Yusuf bisa menuruti emosinya dan kemudian melampiaskan dendam itu secara total. Ia bisa berprinsip, mata-ganti mata, gigi ganti gigi agar impas.

(b) Dia tidak mendendam dan tidak membalas dendam
Ternyata pilihan ke dua ini yang diambil Yusuf. Ia memilih untuk menyisihkan dendam dan menggantinya dengan pengampunan. Hanya orang yang berjiwa besar yang bisa melakukan hal ini.

Menjadi Serupa Seperti Karakter Kristus

Oleh: Sunanto

Rom 8:29 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

[block:views=similarterms-block_1]

Tujuan Yesus datang ke dunia ini bukanlah hanya sekedar untuk menyelamatkan umat manusia. Tujuan utama Yesus adalah untuk membawa umat manusia ke dalam kemuliaan atau untuk menjadi serupa seperti Dia. Oleh karena itu sebelum Dia meninggalkan dunia ini, Yesus memberikan sebuah pesan yang disebut juga amanat agung yaitu untuk menjadikan semua bangsa muridNya. Menjadi murid Kristus itu artinya lebih dari sekedar percaya dan diselamatkan. Anehnya, kita malah suka menyalahkan orang lain yang tidak mau berubah, padahal seharusnya jika kita benar-benar berfungsi sebagai terang dan garam dunia maka mereka ( baca: dunia) pasti akan terpengaruh oleh terang tersebut. Kita tidak dapat memerintahkan kegelapan untuk pergi melainkan kita harus menyalakan terang sehingga dengan sendirinya kegelapan itu pasti pergi. Jika gereja Tuhan benar-benar menjadi terang maka dengan sendirinya kuasa kegelapan yang selama ini mencengkram bangsa ini pasti akan pergi. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang selama ini menjadi akar kebobrokan bangsa ini pasti dapat dicabut sampai ke akar-akarnya jika kita sebagai umat Tuhan bangkit untuk menjadi terang.

Proses pembentukan untuk menjadi serupa seperti karakter Kristus memang tidak mudah dan tidak terjadi secara instan. Malah sebaliknya proses itu amat menyakitkan dan biasanya melibatkan krisis dalam kehidupan kita. Sebuah krisis pasti akan berkembang dalam hidup kita sebelum kita memilih untuk mengikuti kehendak Allah. Hal ini terjadi sebab kita cenderung untuk tidak menanggapi dorongan yang lembut dari Allah untuk membawa kita ke tempat di mana Dia meminta kita untuk mempersembahkan seluruh hidup kita kepadaNya. Saat krisis itu terjadi maka kita bisa memilih untuk menyerah atau menolak kepada kehendak Allah. Setiap kali kita memilih untuk menyerah maka semakin kita dibentuk menjadi lebih serupa dengan karakter Kristus Semakin tinggi tingkat penyerahan hidup kita maka semakin banyak karakter Kristus yang terpancar dalam kehidupan kita.

Tuhan mengijinkan kita mengalami penderitaan dan kekecewaan sebab Ia ingin kita mengalami perubahan. Max lucado berkata “Allah mengasihimu apa adanya tetapi Ia menolak membiarkan anda seperti itu. Ia ingin agar anda menjadi persis seperti Yesus.” Orang-orang harus mengalami penderitaan dan kekecewaan dalam hubungan mereka dengan orang disekelilingnya sebelum mereka menyadari bahwa mereka perlu berubah. Hanya bila kita merasa cukup muak dengan penyakit yang kita derita maka kita dapat melepaskan diri dari penyakit itu. Percayalah, setiap kekecewaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita akan membawa kita pada sebuah posisi yang mana kita menyadari hanya Tuhanlah yang sanggup membahagiakan hidup kita. Kita dapat menggunakan penderitaan untuk mengakhiri penderitaan. Saya sendiri telah mengalami bagaimana pahitnya menelan pil kekecewaan dan kegagalan tetapi pada akhirnya semua itu mendatangkan kebaikan dan keindahan bagi hidup saya.

Francis fragipane mengatakan ketika kita berfokus untuk menjadi serupa seperti Kristus maka kebangunan rohani yang sebenarnya telah terjadi dalam hidup kita. Tujuan hidup kita bukanlah melayani melainkan untuk mengenal Allah dengan intim sehingga dari pengenalan itu akan lahir pelayanan yang sejati. Untuk dapat mengenal Allah dengan intim maka kita harus mengalami proses pembentukan karakter sehingga karakter kita menjadi serupa karakter Kristus. Hidup kita akan menjadi berkat dan membawa pengaruh besar bagi lingkungan di sekitar kita bila kita memiliki karakter Kristus. Keluarga, lingkungan, kota dan bangsa kita akan bisa melihat kemulianNya dinyatakan bila hidup kita telah dubahkan menjadi serupa seperti karakter Kristus !

Menuding

Oleh: Bagus Pramono

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." (Kejadian 3:12-13).

[block:views=similarterms-block_1]

Setiap orang mempunyai tendensi "menuding", bandingkan dengan ayat diatas, ternyata sikap itu adalah reaksi dosa Adam. Ia seharusnya bisa langsung mengakui kesalahannya, dan tidak melemparkan kepada Hawa yang melemparkannya lagi kepada ular. Agaknya sulit bagi seseorang mengakui bahwa dia turut bersalah dalam suatu kasus, dan sebaliknya selalu ingin melemparkan kesalahan kepada pihak lain.

Tuding-menuding juga wujud dari sikap kesombongan. Seorang yang saleh beribadah tak jarang menuding orang lain dengan stardard dirinya yang dirasa lebih saleh. Dengan demikian, kesalehan seseorang bisa menyeretnya berbuat dosa. Karena didalam setiap tindak-kebaikan dan kesalehan kita, masih akan terselip kejahatan dan kesalahan. Misalnya, ketika memberi/sedekah kita bisa diam-diam mengharapi pujian; ketika kita berdoa, kita bisa ngelantur (riya); ketika kita berkotbah, kita belum tentu berperilaku seperti yang dikotbahkan, ketika menolong, kita sering mengharapkan (bahkan menuntut) pamrih, dll. Singkatnya, ketika kita berbuat jahat maka betul kita berbuat jahat, namun tatkala kita berbuat baik-pun masih terselip perbuatan-perbuatan jahat. Yesus mengecam orang-orang yang hanya pandai menuding kesalahan orang luar, dan itu disebutNya sebagai munafik: "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu (orang lain)." (Matius 7:5)

Yesus telah mencanangkan revolusi moral-etika, Ia memurnikan moral sampai kepada sumbernya. Yesus mengajar bahwa tendensi dosa bukan dari perbuatannya secara kasat mata. Dengan jelas Yesus mengungkapkan potensi dosa dari sumbernya, yaitu hati dan pikiran dari manusia. Salah satu contoh, tentang hukum zinah, tidak sebatas seseorang itu "ketahuan berbuat zinah". Yesus meluruskannya dengan stardard baru yaitu menyatakan bahwa "membayangkan zinah sudah termasuk zinah!" (Matius 5:27-30). Dari contoh pengajaran ini, baiklah kita menimbang. Perlukah menuding sepihak, bahwa suatu tendensi zinah dilimpahkan saja kepada seorang wanita cantik dengan tubuh aduhai, kemudian kita menyalahkan si wanita itu seharusnya menutup rapat tubuhnya, padahal mata dan hati si laki-lakilah yang bermasalah.

Dalam kehidupan rumah-tangga, tak jarang terjadi, entah istri atau suami atau anak-anak melakukan kesalahan. Terhadap pihak yang bersalah itu, seringkali kita selalu menuding kesalahannyasecara terus menerus tanpa memperhatikan pihak yang bersalah itu sudah meminta maaf. Susah sekali bagi seseorang mengampuni dan melupakan perbuatan salah dari keluarganya itu. Misalnya, seorang suami pernah berbuat salah, katakanlah, ia berselingkuh, kemudian ia kembali kepada istrinya, dan istrinya menerimanya kembali dan memaafkannya. Tapi ternyata pemberian maaf itu tidak sepenuhnya, sepanjang hidup si-suami ini terus-menerus "dituding" oleh si istri, suami senantiasa diingatkan, bahkan teror sehari-hari bahwa dia pernah berbuat ini dan itu. Akibatnya, meskipun suami-istri ini tetap hidup bersama, namun si istri lebih rela kehilangan kebahagiaan dan ketenangan rumah tangganya, gara-gara si-istri kecanduan "menuding" suaminya.

Tuding-menuding ada dalam kehidupan beragama, Kristianitas seringkali mendapat banyak tudingan: Tuhanmu tiga, mengapa menyembah manusia, Roh Kudus itu bukan Tuhan tapi malaikat, mengapa memakan makanan haram, ibadah cara kafir dan seterusnya dilontarlah oleh kalangan "agama lain". Ternyata bukan dari kalangan luar saja Kekristenan mendapat tudingan. Diantara orang-orang Kristiani sendiri juga sarat "tuding-menuding", diantara kita juga terjangkit penyakit kecanduan menuding ibadah saudara kita dari aliran lain. Golongan dari gereja baru menuding saudara tuanya yang Gerejanya dipimpin oleh seorang raja, tanpa menyadari kalau dia sendiri juga bergereja di gereja yang dipimpin oleh seorang pendeta/gembala yang merangkap owner, direktur dan bendahara dan itu bagaikan "kerajaan kecil"nya. Seorang Kristen yang lain menuding golongan lainnya sebagai golongan "sesat". Aliran baru menuding gereja lama tak memiliki Roh, sebaliknya aliran lama balik menuding ibadah cara baru itu adalah bentuk pengawuran. Aliran baru yang merasa dirinya paling Alkitabiah menuding-nuding kelompok lainnya tidak Alkitabiah. Akhirnya rasa "paling Alkitabiah" ini menyeret pada dosa lain yaitu kesombongan. Aliran satu menuduh aliran lain mengkultuskan manusia dan tak menyadari dirinya sendiri toh juga mengkultuskan pendetanya. Kelompok "anti Arab" menuding kelompok Kristen lain yang menggunakan istilah serapan dari bahasa Arab untuk memanggil Tuhan. Belum lagi soal doktrin dan tradisi gereja, terjadi pula tuding-menuding, menyerang, melecehkan dan lain-lain. Yang lebih parah, kita sering lebih suka mengingat-ingat yang jelek-jelek saja. Seperti sikap si-istri tadi, gereja yang satu kecanduan merincikan kesalahan-kesalahan suatu gereja lainnya tanpa menghiraukan bahwa gereja yang ditudingnya itu telah melakukan reformasi dan pembenahan-pembenahan.

Ketika kita bersikap seperti itu, kita ini justru menempatkan diri kita seperti preman-preman agama di Jakarta yang suka mengedor-gedor pintu café dan tempat-tempat hiburan yang dituding "maksiat", dan menempatkan dirinya sendiri sebagai polisi moral-kesucian. Pihak atheis bisa tertawa ngakak melihat kelucuan sikap orang-orang yang bertuhan dan beragama, dan ini tentulah bukan kesaksian yang baik.

Seperti Adam, kita susah menuding diri sendiri, Adam seharusnya bisa langsung mengaku dia berdosa melanggar perintah Tuhan, tetapi ia lebih merasa nyaman menuding Hawa, dan Hawa-pun menuding pihak lainnya. Dari sini dapat kita mengerti bahwa "menuding" adalah justru sebuah reaksi dosa. Adalah perbuatan baik mengingatkan saudara kita akan dosa/ kesalahan yang diperbuatnya, namun ternyata kita sering tidak memberikan peringatan dengan kasih, dan tanpa perlu mendakwa. Tetapi kita lebih asyik menuding dengan pandangan picik bahwa kita sendiri saja yang benar. Patut disayangkan, seorang yang mempunyai tendensi menuduh-nuduh, mendakwa dan menelanjangi kesalahan pihak lain seringkali lupa bahwa matanya sendiri masih kelilipan batu besar.

"Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus." (1 Korintus 8:12)

Menyesal - If Only !

Oleh: Mang Ucup

Naomi telah rela mengorbankan mahkota kesuciannya untuk Eddy,
begitu juga masa mudanya dia, dimana dia berpacaran dengan Eddy selama
lima tahun lebih, tetapi kenyataan disamping Naomi, Eddy masih
memiliki perempuan lainnya. Hal inilah yang membuat Naomi ngambek dan
dalam keadaan emosi ia telah memutuskan hubungannya dengan Eddy. Naomi
merasa sangat menyesal atas keputusan ini sehingga walaupun
kejadiannya telah bertahun-tahun yang lampau, tetapi rasa menyesalnya
tidak pernah bisa hilang. Hal ini membuat Naomi selalu sedih apabila
mengingat kejadian tsb.

[block:views=similarterms-block_1]

Perasaan menyesal adalah perasaan yang paling sering dibahas
setelah cinta. Pada umumnya orang menyesal atas keputusan atau pilihan
yang salah. Coba dahulu (If only) Gw kawin dengan si Ucup hidup Gw
kagak bakalan sengsara seperti sekarang ini. Coba dahulu Gw memilih
jurusan ini pasti Gw sudah jadi kaya. Orang menyesal karena memilih
pasangan hidup yang salah, memilih karier atau sekolah yang salah,
memilih mobil/barang yang salah dan bisa juga menyesal karena telah
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan, tetapi dalam
keadaan emosi atau tidak sadar ia melakukan hal tsb.

Memang dengan mudah dan gagah kita bisa mengucapkan: "Mati takkan
menyesal, luka takkan menyiuk" tetapi kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri, jutaan manusia di dunia ini merasa menyesal atas keputusan
maupun pilihan yang telah mereka lakukan , walaupun sebenarnya tidak
ada alasan bagi mereka untuk menyesal, sebab yang memilih dan
mengambil keputusan adalah mereka sendiri, jadi wajarlah kalau mereka
yang harus menanggung akibatnya.

Tempat dimana paling banyak orang menyesal adalah di penjara, yang
satu menyesal karena telah melakukan kesalahan sedangkan yang lain
menyesal kok sampai bisa sampai masuk bui begitu !

Orang menyesal bisa terjadi karena telah melakukan sesuatu atau
karena tidak melakukan sesuatu. Naomi menyesal karena telah memutuskan
hubungannya; sedangkan si Pulan menyesal karena tidak melanjutkan
sekolahnya. Kejadian-kejadian tsb dalam bahasa kerennya lebih dikenal
dengan nama "counterfactual thinking" atau memikirkan hal yang
berlainan dengan kenyataan, sambil berandai-andai "if only", coba
Naomi tidak memutuskan hubungannya dengan Johny pasti ia sudah punya
keluarga yang bahagia.

Pada saat Olympiade si pemenang medali perak merasa menyesal dan
berandai-andai coba Gw lari lebih cepat dikit azah pasti Gw udah jadi
juara utama. Hal ini disebut sebagai "Upward Counterfactual" atau
berandai-andai dengan melihat keatas. Sedangkan si pemenang medali
perungu merasa bahagia coba kalho Gw lari lebih lambat dikit azah
pasti Gw kalah, jadi dalam hal ini ia berandai-andai dengan melihat
kebawah. Hal ini disebut "Downward Counterfactual

Maka dari itu salah satu obat pelipur lara pada saat kita menyesal
sebaiknya kita jangan melihat keatas melainkan melihat kebawah -
Downward Counterfactual. Apakah Naomi bisa membina keluarga bahagia
apabila ia tidak putus dengan Johnny, belum tentu, bahkan mungkin akan
disakiti terus menerus seumur hidupnya, jadi sebenarnya lebih baik
putus daripada disakiti terus-menerus.

Dalam soal esek-esek pemikiran pria dan perempuan berbeda,
perempuan kebanyakan menyesal karena telah melakukan hubukan sek
pranikah, sedangkan banyak pria merasa menyesal karena tidak melakukan
hubungan sek sebelumnya nikah.

Pada umumnya orang merasa jauh lebih menyesal di dalam kehidupannya
untuk hal-hal yang tidak pernah ia lakukan. Seandainya dahulu saya
berani mengambil keputusan untuk buka usaha sendiri, pasti tidak bakal
hidup kere seperti sekarang ini ! Seandainya saya mau memilih jurusan
IT pasti saya tidak akan jadi pengangguran ! Seandainya aku tidak
terlalu banyak memilih, pasti aku tidak jadi perawan tua. Perasaan
menyesal untuk hal yang tidak dilakukan pada umumnya jauh lebih lama
daripada untuk hal-hal yang telah dilakukan.

Perasaan menyesal itu bisa juga timbul bersamaan dengan perasaan
bersalah, banyak orang menyesal karena tidak melakukan sesuatu untuk
orang yang mereka kasihi. Hal ini baru mereka sadari setelah orang
yang mereka kasihi tsb meninggal dunia, sehingga tidak mungkin bisa di
ulang balik ataupun diperbaikinya.

Sedangkan rasa menyesal untuk hal yang telah dilakukan jauh lebih
cepat hilangnya. Aku nyesal karena telah mengatakan perkataan kasar.
Aku nyesal karena telah beli tas yang mahal.

Oleh sebab itulah sebagai prinsip dan pegangan utama bagi mang
Ucup, pada saat saya bimbang untuk mengambil keputusan, lebih baik
mengambil keputusan yang salah daripada menghindar. Walaupun demikian
dalam soal hubungan antar sesama manusia sebaiknya jangan mengambil
keputusan yang final, kalau ribut sedikit langsung minta cerai ataupun
putus seperti juga pepatah apabila sangkar burung telah kita tutup
jangan harap burung tsb akan bisa dan mau balik lagi.

Rasa menyesal dalam soal apapun juga tidak akan berakibat fatal
seperti kalau salah memilih agama, sebab menyesal setelah itu adalah
sesalan abadi yang tidak akan bisa diperbaiki lagi, sebab percuma azah
lho nyani "If only I believe " pada saat lho dipanggang di api neraka
! Kagak ada yg bisa nolong lho lagi ! Sampai jadi keripik gosong lho
bakal ada disitu terus ! For ever & ever tuh !

Dan apakah Anda tahu bahwa bukan hanya sekedar manusia saja yang
mempunyai masalah "counterfactual thinking" dan rasa menyesal ini,
melainkan Sang Pencipta juga pernah mengalami hal yang sama seperti
umat-Nya. Setelah Allah menciptakan manusia, dikirimkan-Nya-lah Air
Bah dan dalam Kitab Suci tercantum "maka MENYESAL-lah Tuhan, bahwa Ia
telah menjadikan manusia di bumi" (Kejadian 6:6).

Menyikapi Bunuh Diri, Diiring Simpati

Penulis : Eka Darmaputera

Masih dalam rangkaian pembahasan Hukum Keenam, "JANGAN MEMBUNUH", kini kita akan membahas sekadarnya masalah "bunuh diri". Tentu saja! Sebab kalau masalah "euthanasia" saja yang notabene tak pernah secara eksplisit muncul dalam alkitab kita bicarakan, betapa lagi soal "bunuh diri".

[block:views=similarterms-block_1]

Ditambah lagi akhir-akhir ini, ketika jumlah peristiwa bunuh diri meningkat keras dan kian sering terjadi. Dari yang dilakukan karena orang karena tak tahan terus-menerus diimpit kemelaratan, sampai pada yang dilakukan oleh orang yang na´uzibillah kaya-rayanya. Ingat konglomerat yang terjun bebas dari tingkat 56 sebuah hotel?

Dari yang pelakunya orang dewasa, sampai yang pelakunya, astagafirulah, masih sangat belia. Ingat anak 12 tahun yang gantung diri, lantaran keluarganya tidak mampu menyediakan uang 2,500 rupiah? Dan . jangan lupa Anda sebutkan, semakin populernya metode terorisme dengan "bom bunuh diri"!

Alkitab, baik PL maupun PB, ada menyebutkan beberapa kasus bunuh diri. Ada yang melakukannya karena soal harga diri, seperti yang dilakukan oleh Ahitofel (2 Samuel 17:23), Abimelekh (Hakim-Hakim 9:54), atau Saul (1 Samuel 31:4-5). Prinsip mereka agaknya, "Lebih baik mati berkubur debu, ketimbang hidup berkalung malu".

Tapi ada pula yang melakukannya dengan prinsip yang lain, yaitu prinsip, "Kurelakan tubuhku hancur lebur, asal semua sama-sama jadi bubur". Inilah yang melatar-belakangi tindakan nekat Samson, (Hakim-Hakim 16:23-31) dan Zimri (1 Raja-Raja 16:18).

Yudas, si orang Iskariot itu? O, dia lain lagi. Ia menggantung diri, membawa penyesalan yang menurut perasaannya tak mungkin terobati, atas kesalahan yang dalam anggapannya tak mungkin terampuni (Matius 27:3-5). Alasan yang masuk akal juga, sebab apa sih yang lebih menjijikkan dari pada mengkhianati cinta?

* * *

SEBENARNYA, bagaimana sikap Alkitab? Sangat jelas dan amat tegas! Alkitab menolak dan mengutuk keras. Sebagaimana kita ketahui, ia mengutuk setiap bentuk "pembunuhan".

Sabda Allah melalui Nuh, "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya . sebab Allah membuat manusia menurut gambar-Nya sendiri" (Kejadian 9:5-6). Karena itu, walau terempas ke dasar penderitaan yang terdalam sekali pun, seorang anak Tuhan seperti Ayub tetap menolak dengan tegas anjuran untuk bunuh diri (Ayub 2:9-10).

Di mata orang Yahudi, "bunuh diri" adalah "suatu tindakan yang sengaja dilakukan, dengan tujuan menghancurkan diri sendiri". Jadi, sepenuhnya negatif! Sepenuhnya destruktif!

Sebab itu dalam adat mereka, mayat orang yang meninggal karena bunuh diri harus dipertontonkan secara terbuka, tak boleh ada perkabungan baginya, dan pantang dikuburkan sampai matahari terbenam. Lagi pula . mesti dikuburkan terpisah dari yang lain.

Namun, toh di cela-cela keketatan mereka menaati hukum yang sangat termashur itu, hebatnya, mereka juga cukup realistis. Mereka menyadari, bahwa dalam kehidupan nyata bisa saja muncul kasus-kasus ekstrem, di mana tindakan bunuh diri yang resminya tidak benar itu justru diperlukan.

Penulis sejarah, Yosefus, mencatat peristiwa yang mengerikan sekaligus mengesankan sehubungan dengan itu. Ketika benteng Masada diserang musuh, dan segala harapan mempertahankannya telah punah, apa yang terjadi? Eliezer, sang panglima, memerintahkan pasukannya membantai semua orang Israel yang ada, dan setelah itu membunuh diri mereka sendiri!

"Kita masih punya pilihan bebas, yaitu untuk mati secara terhormat .," demikian ia berseru, "Biarlah perempuan-perempuan kita mati ketimbang dicemari, dan laki-laki kita membuktikan bahwa mati lebih baik ketimbang jadi budak . Kematian membawa kemerdekaan bagi jiwa . Karena itu, tak sudi diperhamba, marilah paling sedikit kita mati sebagai orang-orang merdeka!". Heroik sekali. Hari itu Yosefus mencatat, ada 960 orang membunuh diri mereka.

* * *

NAMUN Yosefus juga mencatat sisi yang lain dari persoalan kita. Dalam hal ini, ia malah ikut langsung terlibat. Tatkala dalam insiden Yotapata, ia mengimbau dengan sangat agar orang-orang Yahudi tidak bunuh diri.

Dalam imbauannya itu ia berkata, antara lain, "Mengapa kalian menyia-nyiakan kesatuan yang begitu indah antara tubuh dan jiwa, dan ingin menceraikannya? Takut mati bagi seseorang yang mesti mati, adalah sama pengecutnya, dengan orang yang ingin mati ketika ia belum seharusnya mati.

Ketahuilah, bahwa tak ada kepengecutan yang lebih besar, dari pada tindakan seorang nakhoda yang, lantaran takut pada badai yang akan datang, lalu menenggelamkan seluruh kapal, bahkan sebelum prahara itu benar-benar tiba.

Sesungguhnya, bunuh diri adalah tindakan melawan kodrat, dan sekaligus tindakan melecehkan Tuhan. Mereka yang mati terhormat memenangkan kemuliaan, tapi yang mati karena bunuh diri mewarisi kekelaman".

Begitulah bagi orang Yahudi, bunuh diri adalah dosa. Walaupun kadang-kadang sekali, bisa saja seseorang dibenarkan merelakan nyawa karena iman, demi keyakinan, dan untuk Allah-nya.

Kata Yesus, "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal" (Yohanes 12:25)

* * *

TAPI dalam kenyataan, kita tahu, iman bukan satu-satunya motif orang mencabut nyawa sendiri. Malah boleh dikatakan, yang begini termasuk jarang sekali. Yang lebih sering terjadi adalah, orang melakukannya karena "menthok".

Karena semua jalannya seolah-olah membentur tembok. Ia tak mungkin ke mana-mana lagi. Ia tak punya pilihan apa-apa lagi.

Orang melakukannya, karena merasa tak sanggup lagi memikul beratnya beban kehidupan. Tak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Karena tenaganya telah terkuras habis. Semangatnya telah padam. Dan yang ia rasakan sekarang, hanyalah kesakitan dan kepenatan semata-mata, sementara di depan ia tak melihat secercah pun cahaya pengharapan atau kemungkinan perbaikan. Sebab itu, mengapa memperpanjang derita?

Masalah bunuh diri, saya akui, adalah masalah etis. Tapi mengingat sifat permasalahannya, penting sekali saya tekankan, bahwa "masalah etis" ini wajib kita bahas dengan "sikap etis" pula! Ini perlu saya tekankan, karena - sebagaimana berulang-ulang saya kemukakan -- betapa sering orang membusungkan dada berkata hendak menegakkan moral, tapi praktik dan cara-caranya sama sekali tidak bermoral.

"Sikap etis" yang saya maksud adalah, sikap bersedia menempatkan diri dalam posisi dan situasi si pelaku. Melihat dari sudut pandangnya. Ikut tergetar oleh sedu sedannya. Ikut tersayat oleh kepedihannya. Mendengar dengan jelas rintihannya yang tak terucapkan.

Maksud saya, kita tidak datang sebagai seorang guru yang mau mengajari, atau sebagai seorang pengkotbah yang mau mencerca, atau sebagai seorang penasihat yang berpretensi bijak dan tahu semua. Tapi datang semata-mata sebagai sahabat.

Bukan dengan menyandang kaidah-kaidah moral, tapi dengan mulut mencibir. Melainkan datang membawa empati dan simpati, yang memancar langsung dari hati. Tidak asal membenarkan, sebab kita mesti membuat penilaian. Tapi penilaian yang kita buat, adalah penilaian dari dalam situasi si penderita. Penilaian yang memahami sepenuhnya pilihan-pilihan yang kongkret, sulit, dan pelik, yang dihadapi saudara kita.

* * *

DENGAN berbekal sikap seperti itu, maka yang pertama-tama harus kita katakan adalah, bahwa bunuh diri selalu terjadi dalam konteks dan realitas kehidupan yang tidak sehat, tidak wajar, dan tidak ideal. Dalam situasi normal, sikap yang wajar tentu saja adalah berusaha mempertahankan, memelihara, bahkan mengembangkan kehidupan. Bukan justru dengan sengaja menghilangkannya.

Karena itu, dalam situasi normal, jelas sekali bunuh diri adalah sesuatu yang absurd. Tidak dapat dibenarkan. Ia melawan naluri kehidupan. Sekiranya semua berjalan normal, hampir tak mungkin orang bunuh diri karena terpaksa.

Sebenarnnya kita atau siapa pun tak perlu mengatakan bahwa "bunuh diri itu salah". Sebab, kalau cuma itu, siapa yang belum tahu? Semua sudah mengetahuinya. Lagi pula tak seorang pun yang menginginkannya.

Mungkin yang belum banyak orang tahu adalah, bahwa kitalah yang tidak normal, apabila dalam situasi yang tidak normal, kita mau memaksakan ukuran-ukuran yang normal.

Yang paling penting dalam permasalahan kita, sebenarnya bukan soal benar-tidaknya atau boleh-tidaknya bunuh diri. Sekali lagi, ini telah jelas bagi semua.

Yang jauh lebih penting untuk dinyatakan dan ditanyakan adalah: bagaimana sikap kita ketika mengatakannya? Apakah dengan cemooh? Atau dengan simpati?

O saudaraku, dengarkanlah apa yang saya katakan ini! Yaitu bahwa tak ada kesempatan lain, di mana KASIH dan SIKAP KRISTIANI SEJATI begitu dibutuhkan, dari pada ketika saudara kita sedang berada di ambang bunuh diri.

Sayang sekali, yang lebih sering terjadi adalah mereka sendirian. Sendiri, tanpa teman sepenanggungan. Persis seperti ketika di senja itu, di taman Getsemane, Yesus hanya membutuhkan teman berjaga, tapi mesti kecewa.

Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadmeny.html

Namanya Juga Anak Muda, Pak

Penulis : Eka Darmaputera

Tubuhnya yang kecil serta wajahnya yang naif, tak dapat menyembunyikan usianya yang memang baru belasan. Tepatnya, 16 tahun. Bagi saya, "anak" ini mewakili generasi sebayanya. Mungkin tak semuanya, namun paling sedikit ya sebagian dari mereka. Pagi itu ia -- sebut saja namanya "Irene" -- datang, meminta agar pernikahannya dapat diberkati di gereja. Tentu saja saya terkejut. Saya mengenal benar "anak" ini. Ia pernah jadi "anak didik" saya.

[block:views=similarterms-block_1]

"Mengapa begitu cepat? Dan mengapa begitu tiba-tiba?", tanya saya. "Saya sudah hamil empat bulan, pak", jawabnya. "Hamil? Empat bulan?" "Ya, pak". "Apa yang terjadi? Dengan siapa?" Lalu ia pun bercerita. Bla bla bla. Tanpa beban. Setelah itu, giliran saya ber"khotbah". Bla bla bla. Sangat penasaran.

Akhirnya saya bertanya, "Apa kamu tidak menyesal?". "Menyesal sih menyesal, pak". "Menyesal karena apa yang telah kalian lakukan, atau sekadar karena kamu hamil?" "Ya terutama karena saya hamil, pak. Sebab sebenarnya saya ´kan masih pengen sekolah, pak". "Itu artinya kamu tidak menyesal karena "dosa" yang telah kamu lakukan. Begitu, bukan?," tanya saya - wah, gemasnya! "Yah, namanya juga anak muda, pak, " jawabnya. Enteng sekali.

SAYA setuju dengan Barclay yang mengatakan, bahwa etika Kristen harus berbicara mengenai masalah "seks pra-nikah" ini dengan serius. Bukan saja karena jumlahnya semakin banyak, tetapi terutama karena kegiatan seksual ini-- dengan lambat, tapi pasti -- kian menahbiskan diri sebagai kegiatan seksual yang "normal". Sekiranya tidak terjadi wabah HIV/AIDS, kecenderungan ini pasti kian tak terbendung.

Namun begitu, banyak orang toh memilih diam atau sekadar mencaci-maki tak keruan. Orang-orang yang menolak seks pra-nikah dengan sepenuh keyakinan kian terpinggirkan. Karenanya, enggan menampilkan posisinya dengan lantang dan terus terang.

Di Barat, sejak puluhan tahun silam, malah muncul teolog-teolog kristen yang justru membela praktik ini. Salah satunya yang paling terkenal, adalah Joseph Fletcher. Profesor etika Kristen ini antara lain menulis, "Kultus keperawanan agaknya akan menjadi benteng perlawanan terakhir terhadap kebebasan seks, dan pasti akan ambruk. Sebab kini, berkat perkembangan di bidang kedokteran, orang bisa bebas melakukan kegiatan seksualnya tanpa dibayangi ketakutan seperti sebelumnya".

Memang tidak semua yang dikatakan Fletcher itu salah. Namun, saya mohon, jangan pula pandangan-pandangannya itu kita telan bulat-bulat. Sebab tidak semua yang walaupun dikatakan oleh seorang profesor, bermanfaat bagi kekristenan.

Ini telah diingatkan oleh seorang teolog lain, Malcolm Muggeridge, yang mengatakan, "Kita telah membiarkan seniman-seniman kita dengan bebas menghancurkan kesenian; penulis-penulis kita menghancurkan kesusastraan; sarjana-sarjana kita menghancurkan keilmuwanan; dan agamawan-agamawan kita menghancurkan agama. Kita mengembang-biakkan barbarian di rumah kita sendiri".

Kebungkaman banyak orang terhadap masalah seks pra-nikah, adalah ke"diam"an yang berbahaya. Seperti diilustrasikan oleh eksperimen terkenal dari seorang psikolog, Profesor John Court.

Seekor katak ia taruh di sebuah wadah yang berisi air dingin. Pelahan-pelahan sekali, suhu air itu dinaikkan. Sedikit demi sedikit, sampai akhirnya ke titik didih. Namun yang mengherankan adalah, katak itu kalem-kalem saja. Tak sedikit pun ia berusaha menyelamatkan diri. Rupanya proses perubahan itu berlangsung begitu lambatnya, sehingga katak itu nyaris tak merasakan apa-apa. Karena ke"diam"annya itulah, ia mati.

APA yang disebut sebagai "revolusi seks", juga demikian. Ia terjadi dengan bergugurannya "tabu-tabu" - tidak sekaligus, melainkan satu demi satu. Tidak kentara. Eksperimen di atas mengingatkan, justru karena itulah "revolusi" ini layak kita cermati dengan serius. Sebelum kita terkejut, lalu cuma bisa tergagap-gagap.

Dalam salah satu refleksi kita yang terdahulu saya telah menyinggung, bagaimana orang moderen cenderung memisahkan "seks" dari "pernikahan". "Seks pra-nikah" adalah salah satu wujudnya.

Menurut Barclay, ada tiga alasan yang paling kerap dikemukakan orang, guna membenarkan kegiatan seksual yang dilakukan sebelum -- atau di luar -- perkawinan.

Pertama, adalah ANTISIPASI. Ini adalah kegiatan seksual yang dilakukan oleh sepasang anak manusia yang saling mencinta. Begitu rupa, sehingga mereka merasa yakin dan pasti, bahwa pada suatu saat mereka akan menikah.

Meng"antisipasi" pernikahan mereka yang "pasti" itulah, mereka tanpa ragu melakukan hubungan seks."Apa salahnya? Kami toh pasti akan menikah".

Tindakan yang mereka lakukan itu, mungkin secara esensial memang belum dapat dikategorikan sebagai "zinah". Motivasi mereka pun boleh jadi memang tulus. Namun, toh ada dua hal yang perlu dikemukakan.

(a) mereka mengatakan, bahwa untuk mengekspresikan cinta kasih mereka yang murni itulah, mereka melakukan hubungan seks. Pertanyaan saya adalah, mengapa tidak sebaliknya? Mengapa mereka tidak mengekspresikannya, justru dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum mereka benar-benar suami-istri? Bukankah salah satu ekspresi cinta yang sejati. adalah kesanggupan mengendalikan diri ?

Kemudian, (b), apa sih yang betul-betul pasti di dunia ini? Dari mana mereka bisa begitu yakin, bahwa mereka pasti akan menikah - pada satu hari? Dalam hidup ini, anak-anakku, tak ada yang 100% pasti. Buktinya amat banyak. Tidak bijaklah mengantisipasi sesuatu, yang di luar daya kita untuk meng"antisipasi"nya!

ARGUMENTASI kedua, saya sebut saja, SIMULASI. Atau "coba dulu baru beli". Kata mereka, "Membeli baju atau sepatu saja ´kan perlu mencoba dahulu. Apa lagi mau menikah. Sebab itu "mencoba" itu perlu, agar orang mengetahui dengan pasti, bahwa memang "dia"lah orangnya, dengan siapa ia akan menghabiskan seluruh sisa umurnya. Caranya? Dengan "hidup bersama" dulu. "Hidup bersama" dijadikan "simulasi" atau "tiruan" hidup perkawinan yang sesungguhnya.

Argumentasi ini sepintas lalu terkesan masuk akal. Tapi sebenarnya ia mengandung salah-perkiraan yang fundamental! Salah besarlah, orang yang menyangka bahwa hidup perkawinan itu dapat disimulasikan. "Hidup bersama" tidak pernah mungkin menggambarkan "hidup perkawinan" yang sesungguhnya.

Dalam kaitan ini, Barclay mengemukakan sebuah analogi yang menarik. Tentang seorang yang memutuskan, untuk beberapa bulan hidup di daerah kumuh bersama-sama dengan orang-orang miskin. Dengan jalan itu, ia berharap bisa mengalami secara langsung dan pribadi, bagaimana rasanya jadi orang melarat itu.

Maksud yang mulia! Tapi salah perhitungan. Tinggal di daerah kumuh memang dapat memberikan banyak pengalaman berharga. Tapi tetap tidak mungkin membuat orang benar-benar mengetahui "bagaimana sih rasanya jadi orang melarat itu" .

Mengapa? Sebab ada perbedaan yang sangat mendasar. Si relawan bisa setiap saat meninggalkan situasi kemiskinan itu. Pengalamannya dapat menjadi bagaikan petualangan dan ekskursi yang romantis, seperti ketika orang berlibur dengan berkemah di hutan. Tidak enak, tapi nikmat. Sedang orang-orang miskin itu? Mereka tidak punya pilihan lain. Seumur hidup mereka, mereka sudah terperangkap oleh kemelaratan mereka. Dan ini melahirkan dua sikap, bahkan mentalitas, yang berbeda!

Intinya adalah, "perkawinan" tidak pernah dapat di"eksperimen"kan. Sebab perkawinan adalah sebuah "komitmen". Orang tidak dapat meng"eskperimen"kan komitmen. Yang mungkin hanyalah, "menerima" atau "menolak". Tidak ada peluang untuk "coba-coba".

KETIGA, adalah alasan yang mengatakan bahwa ESENSI adalah segala-galanya. Perkawinan itu lebih daripada sekadar secarik kertas atau sebuah seremoni. Esensi sebuah perkawinan adalah komitmen untuk membangun relasi. Inilah yang terpenting, dengan atau tanpa perkawinan. Dengan atau tanpa formalitas.

Argumentasi yang jitu, bukan? Esensi dan kualitas tentu saja memang lebih utama ketimbang bungkus luarnya. Tapi apakah itu berarti, formalitas tidak ada nilainya? Kenyataan menunjukkan, walaupun formalitas bukan segala-galanya, tapi orang memerlukannya.

Sebuah "kontrak kerja", misalnya, memang tidak menjamin adanya komitmen yang tulus dari kedua belah pihak. Tapi paling sedikit ia memberi "pegangan". Orang bisa melakukan tindakan hukum bila itu dilanggar.

Yang saya khawatirkan adalah, orang yang mengatakan bahwa "komitmen, bukan formalitas yang penting", sebenarnya adalah orang yang menolak komitmen.

Orang yang mengatakan bahwa formalitas pernikahan tidak penting -- sebab hanya cinta kasih, relasi dan komitmen-lah yang penting -- sering adalah orang yang menolak untuk memberi komitmen "resmi".

Mereka masuk dari pintu depan, tapi diam-diam menyiapkan "pintu darurat" di belakang. Agar sewaktu-waktu mereka bisa melarikan diri dari komitmen dan relasi, yang selalu mereka katakan paling penting itu. Dan melarikan diri dengan mudah, tanpa direpotkan oleh tetek-bengek formalitas, seperti mengurus surat cerai, dan sebagainya. Nah., ketahuan "belang"nya, kan?

Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadanak.html

Pandangan Kristen Tentang Pekerjaan Sehari-hari

Semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci. Alkitab mengatakan dalam Amsal 14:23, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan kita hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik.

[block:views=similarterms-block_1]

Secara tidak wajar kita telah membagi-bagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan Yesus. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.

Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang di Efesus tentang pekerjaan, dia berkata, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus." (Efesus 6:5)

Itu berarti bahwa setiap orang Kristen hendaknya menganggap pekerjaannya suci. Kita perlu menyadari bahwa ketika kita pergi bekerja, kita bekerja bukan hanya untuk majikan kita tetapi juga untuk Yesus.

Sebagai seorang pendeta saya telah melihat banyak orang yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka agar mereka bisa masuk dalam "pelayanan Kristen sepenuhnya". Menurut mereka, ini berarti menjadi pendeta atau penginjil atau staf dalam suatu organisasi Kristen. Tuhan memanggil orang-orang untuk melakukan pekerjaan semacam ini, dan ini baik sekali. Namun bagaimanapun hal itu tidak menjadikan pekerjaan ini lebih suci daripada pekerjaan lain.

Dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa setiap hari adalah hari yang kudus, setiap tempat adalah suci, dan setiap perbuatan merupakan pelayanan rohani jika seorang hidup dan berjalan di dalam Roh. Jika kita tidak mengerti hal itu, maka kita akan tidak senang dalam pekerjaan kita. Dan kita tidak mau menyadari bahwa Tuhan ingin kita melayani Dia di mana pun kita berada.

Pekerjaan kita merupakan tempat yang terbaik untuk bersaksi bagi Yesus dan melayani-Nya. Berikut ini beberapa petunjuk tentang bagaimana kita melakukannya:

Jangan sombong.
Dalam Matius 5:16 Yesus berkata, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Pekerjaan merupakan tempat menaruh pelita yang bagus sekali, tetapi terang kita harus bercahaya, bukan semakin meredup. Orang lain harus melihat terang itu bukan pelitanya. Orang yang menganggap diri benar selalu menjengkelkan di mana-mana, tetapi khususnya dalam pekerjaan.

Jangan suka mengomel.
Jangan selalu bicara dengan tinggi hati kepada mereka yang belum diselamatkan yang ada di sekitar saudara, mereka akan membenci bila melihat Saudara datang. Kolose 4:5,6 berkata, "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." Orang Kristen yang bekerja sambil berkhotbah kepada orang lain perlu mengerti bahwa mimbar adalah tempat untuk berkhotbah. Tidak seorang pun pernah bisa dibawa pada Yesus dengan jalan mengomelinya.

Jangan kendur.
Orang Kristen yang bekerja harus dapat memikul lebih banyak daripada bagian pekerjaan mereka. Benar-benar merupakan dosa bagi orang percaya kalau mereka melakukan kurang daripada yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Efesus 6:6 berkata, "Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah."

Dengan kata lain, kita jangan hanya memperhatikan jam, melainkan menjadi hamba-hamba Kristus yang melakukan kehendak Allah dengan segenap hati. Kita seharusnya mempunyai reputasi karena pekerjaan yang baik sehingga bila seorang pengusaha pergi ke kantor tenaga kerja untuk mencari tenaga baru, ia akan berkata, "Jika kamu mempunyai seorang tenaga kerja Kristen, kirimkan ke tempat saya." Kolose 3:23 mengatakan kepada kita, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

Jangan menurun.
Jangan biarkan hidup kekristenan Saudara mundur, jangan pernah berkompromi. Bersukacitalah selalu, karena sukacita dari Allah adalah kekuatan Saudara. Saudara perlu menghimpun sukacita itu pada pagi hari sebelum Saudara berangkat bekerja. Saudara perlu hidup berkemenangan dalam pekerjaan itu, sebab orang-orang yang tidak mengenal Tuhan sedang memperhatikan Saudara. Saya telah mengamati bahwa sebagian besar orang di tempat kerja tidak begitu tertarik pada soal sorga atau neraka, apa yang mereka ingin ketahui adalah bagaimana bekerja dengan berhasil pada hari Senin. Jika mereka melihat kemenangan dalam hidup Saudara, mereka akan ingin mengetahui penyebabnya.

Dalam 1Petrus 3:15 Rasul menulis, "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu." Dan kita harus melakukannya dengan lemah lembut dan rasa hormat. Bila orang lain melihat kita hidup penuh kemenangan dalam pekerjaan kita maka kita akan memiliki kesempatan yang sangat efektif untuk bersaksi.

Sebagai orang Kristen kita perlu melihat bahwa pekerjaan sehari-hari kita memiliki arti yang kekal, sebab kita melayani Yesus sementara kita bekerja.

Sumber: Tise

Pembaharuan Pikiran

Oleh: Sunanto

Rom 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Dalam artikel sebelumnya saya telah membahas tentang proses perubahan (metamorfosis) manusia batiniah yang memakai contoh proses perubahan yang terjadi pada ulat kepompong menjadi kupu-kupu. Beberapa waktu yang lalu ketika berkunjung ke sebuah toko buku, secara kebetulan saya melihat sebuah buku bergambar yang dengan sangat jelas menggambarkan proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu. Lewat buku itu saya semakin memahami proses metamorfosis yang terjadi dari ulat menjadi kupu-kupu. Sebelum seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu, ia harus lebih dulu membungkus dirinya dalam sebuah kepompong yang ia buat sendiri. Hari demi hari sang ulat merajut tanpa lelah sampai seluruh dirinya terbungkus oleh kepompong yang biasanya akan tergantung di sebuah batang pohon. Di dalam kepompong tersebut sang ulat mengisolasi dirinya dari dunia luar dan melepaskan kulit lamanya agar ia bisa berubah menjadi kupu-kupu. Proses pelepasan kulit lama ini menggambarkan proses pembaharuan pikiran yang harus dialami oleh semua orang yang ingin mengalami proses perubahan menjadi manusia baru. Perhatikan, sang ulat tidak melepaskan kulit lamanya sebelum ia terisolasi (terpisah dari dunia luar) di dalam kepompong. Seringkali Tuhan akan membawa kita ke dalam posisi yang mirip seperti ulat dalam kepompong dimana kita merasa terpisah dari dunia ini dan dicekam oleh perasaan kesepian. Saya sendiri pernah mengalami masa-masa kesepian saat Tuhan sedang membentuk saya untuk menjadi lebih serupa dengan Dia. Dalam masa-masa kesepian ini Tuhan memulihkan hidup saya dan melepaskan banyak kepercayaan (pola pikir) saya yang lama.

Cara kerja dan tampilan sebuah aplikasi dalam sebuah komputer sangat tergantung dari program (skrip,pikiran) dari aplikasi sofware tersebut. Sebagai seseorang yang dulunya pernah bekerja sebagai programmer saya sangat memahami bahwa untuk mengubah sebuah isi aplikasi maka perlu mengubah programnya (otaknya). Bila saya salah dalam menulis skrip program dari sebuah aplikasi maka dapat dipastikan aplikasi komputer yang saya buat tersebut akan bekerja dengan tidak semestinya. Demikian juga untuk mengubah seorang manusia maka perlu mengubah pikirannya. Kita semua merupakan orang-orang yang telah diprogram pikirannya sedemikian rupa dan program tersebut mempengaruhi tingkah-laku luar kita. Apa yang kita pikirkan akan menjadi apa yang kita katakan dan apa yang kita katakan akan menjadi apa yang kita buat. Untuk menilai seseorang kita dapat menilainya dari kata-kata yang ia ucapkan sebab kata-kata tersebut mencerminkan pikiran orang tersebut. Ada orang tertentu yang mudah marah atau tersinggung bila di kritik sebab pikirannya telah diprogram untuk marah bila di kritik. Ada orang yang mudah nangis bila ditekan sebab pikirannya telah diprogram untuk menangis bila sedang mengalami tekanan.

Beberapa tahun yang lalu, Indonesia dikejutkan dengan meledaknya bom Bali yang berdaya ledak sangat dasyat sehingga mengakibatkan jatuhnya banyak korban. Polisi bekerja dengan baik sehingga salah satu pelakunya tertangkap yaitu yang bernama Amrozi. Saya sangat terkejut ketika melihat ekspresi muka Amrozi yang penuh tawa saat muncul di televisi. Bahkan ia tidak merasa menyesal atau takut dengan hukuman mati yang mengancamnya. Ia percaya bahwa ia telah melakukan jihad dan pasti akan masuk surga bila mati nanti. Kisah Amrozi ini menggambarkan bagaimana seseorang yang telah di cuci otak ( diprogram) sedemikian rupa sehingga ia sampai tega melakukan sebuah tindakan terorisme yang tidak berprikemanusiaan.

Pernahkah anda menonton sebuah pertunjukkan di mana terdapat seseorang sedang di hipnotis ? Saya pernah beberapa kali melihatnya dalam sebuah acara yang disiarkan oleh sebuah stasiun TV. Dalam adegan tersebut seseorang yang disebut ahli hipnotis akan mengatakan beberapa kata ke alam bawah sadar dari orang yang sedang dihipnotis. Orang yang sedang terhipnotis tersebut akan melakukan apa yang diperintahkan ke dalam pikirannya sampai ia “dibangunkan” oleh sang penghipnotis. Bila anda pernah menyaksikan maka anda pasti akan tertawa menyaksikan tingkah laku dari orang yang sedang dihipnotis tersebut. Namun tahukah anda bahwa tanpa disadari kita semua sebenarnya sedang tidur/terhipnotis? Tahukah anda bahwa kita semua hidup dalam sebuah ilusi sampai Roh Kudus “membangunkan” diri kita untuk hidup dalam realita (kebenaran)? Dunia ini dipenuhi oleh manusia-manusia yang sedang tidur dan tidak menyadari apa yang sedang mereka buat. Oleh karena itu Tuhan memerintahkan kita untuk berubah oleh pembaharuan pikiran. Dengan kata lain kita diperintahkan untuk bangun/sadar dari semua ilusi yang telah menghipnotis hidup kita.

Salah satu ilusi yang kita miliki adalah bahwa untuk menjadi bahagia kita membutuhkan sesuatu atau seseorang. Salah satu kebodohan manusia adalah kita percaya bahwa kita tidak dapat hidup tanpa berada dalam sebuah kelompok. Manusia memang makhluk sosial dalam pengertian untuk memenuhi kebutuhan hidup maka kita saling membutuhkan tetapi kita sebenarnya tidak membutuhkan orang lain untuk menjadi bahagia. Kebahagiaan yang sejati bersumber dari dalam yaitu dari sukacita dan sejahtera oleh Roh bukan bersumber dari luar. Merupakan sebuah ilusi bila kita tidak dicintai oleh seseorang maka kita tidak dapat berbahagia sebab ternyata ada wanita cantik yang dicintai dan dikejar-kejar oleh banyak pria tetap saja ia tidak merasa bahagia. Sebenarnya orang lain tidak memiliki kekuatan untuk membuat kita bahagia atau menderita. Tatkala kita berubah menjadi manusia baru yang telah mengalami pembaharuan pikiran (pencerahan) maka tidak ada seorangpun yang dapat membuat kita kecewa lagi.

Karir, jabatan, harta, keluarga dan sahabat bukanlah sumber kebahagiaan kita sebab semuanya itu tidak kekal dan dapat berubah dalam sekejab. Karir kita dapat menurun, harta kita dapat ludes dibakar api dalam sekejab, sahabat kita dapat berubah sikap menjadi seorang penghianat. Kebahagiaan yang sejati terjadi bila kita telah mengalami pencerahan dan bersentuhan dengan realita dari kehidupan ini. Pembaharuan pikiran merupakan sebuah proses pencerahan/penyadaran dimana kita menyadari bahwa selama ini kita telah hidup dalam sebuah ilusi. Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus diberikan kepada kita untuk membawa kita kepada seluruh kebenaran. Roh Kudus diberikan kepada kita sebagai penolong agar kita dapat mengalami proses pembaharuan pikiran sehingga kepercayaan-kepercayaan kita yang salah dapat digantikan oleh kebenaran Firman Allah. Yesus berkata, “ Kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran akan memerdekakanmu”. Yesus yang juga adalah Firman kebenaran datang ke dunia ini untuk memberikan kehidupan yang berkelimpahan agar kita menjadi orang yang bebas dan merdeka. Jadilah manusia yang merdeka dan setelah itu bantulah orang lain agar mereka bisa mengalami hidup dalam kemerdekaan yang sejati ini!

Perubahan Adalah Pekerjaan Roh Kudus

Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, yang menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah dan menciptakan sebuah kapasitas baru untuk mengenal Allah.

[block:views=similarterms-block_1]

Engkau tidak dapat memilih hari lahirmu sendiri! Tidak seorangpun pernah mampu melakukan hal itu. Di saat kita hadir di sini, hari lahir kita telah dipilih. Dan, walaupun ilmu pengetahuan kedokteran sudah sedemikian maju, bukanlah hal mudah untuk memilih hari lahir seseorang. Perubahan disebut kelahiran baru. Itu adalah awal kehidupan rohani. Dan sama seperti kehidupan jasmani, engkau tidak bisa memilih hari lahir rohanimu. Orang muda telah sering salah mengerti tentang apa sesungguhnya perubahan itu. Beberapa orang telah mencari pengalaman Jalan ke Damaskus, dengan melupakan bahwa bahkan Paulus membutuhkan tiga tahun menyepi di padang pasir Arabia sebelum dia siap untuk memulai pelayanan publiknya. Pada pihak lain yang ekstrem, mereka tidak yakin apakah mereka telah berubah sama sekali, tetapi berasumsi bahwa mereka pasti telah berubah sejak mereka dibesarkan di dalam gereja. Beberapa orang telah membuat komitmen kepada Kristus, dan ketika mereka tidak menemukan diri mereka mengalami perubahan yang ajaib dalam tabiat pada pagi hari setelah malam pengucapan komitmen itu, mereka berkesimpulan bahwa mereka belum berubah dan menunggu hingga suasana emosional berikutnya untuk mencobanya lagi. Menemukan arti perubahan, kemudian, menjadi luar biasa penting. Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, dan hal itu menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah. Kapankah anak yang hilang itu berubah? Ketika dia berada di kandang babi. Dan dimanakah anak yang hilang itu berada segera setelah perubahannya? Masih di kandang babi! Beberapa orang biasanya menambahkan pada titik itu, "Tetapi dia tidak tinggal lama di sana." Itu benar. Tetapi apa yang berubah pada saat perubahannya? Yang berubah adalah sikapnya. Dia masih harus melalui perjalanan panjang untuk mencapai rumah bapanya, tetapi sikapnya terhadap bapanya telah melalui sebuah perubahan besar. Dan perubahan sikap itu mempersiapkan jalan untuk perubahan- perubahan yang akan mengikutinya. Perubahan menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. Tidak ada seorangpun yang mampu makan atau bernafas untuk dirinya sendiri hingga mereka dilahirkan. Dan sementara dirasakan masih mungkin untuk mempercepat proses perubahan dengan menempatkan dirimu di dalam sebuah suasana rohani, usaha pada kehidupan yang berbakti akan menjadi tidak berarti apa-apa kecuali pekerjan sulit dan membosankan hingga engkau dilahirkan secara rohani. 1 Korintus 2:14 berkata, "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani." Salah satu mujizat yang dihasilkan Roh Kudus pada saat perubahan adalah menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. "Untuk melayani Dia dengan benar, kita harus dilahirkan di dalam Roh Suci. Ini akan menyucikan hati dan memperbarui pikiran, memberikan kita kapasitas baru untuk mengenal dan mengasihi Allah. Tidak masalah jika engkau berasal dari latar belakang atheis atau Kristen sejati, engkau harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat kerajaan surga. Yesus berkata kepada Nikodemusi dalam Yohanes 3:3, "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." Dan engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau tidak. Adalah benar bahwa perbedaan perubahan sama seperti mekanisme perbedaan emosional manusia kita, tetapi pengalaman perubahan masih lebih khusus. Sedikit demi sedikit, mungkin secara tanpa disadari oleh penerima, pengaruh yang dibuat cenderung untuk menarik jiwa kepada Kristus. Hal ini mungkin diterima melalui merenungkan tentang Dia, melalui pembacaan Alkitab, atau melalui pendengaran akan firman yang disampaikan pengkhotbah. Tiba-tiba, saat Roh itu datang dengan seruan yang langsung, jiwa itu dengan sukacita menyerahkan dirinya kepada Yesus. Pernahkah "tiba-tiba" itu terjadi terhadapmu? Pernahkah engkau bergantung pada kelakuan baikmu, posisimu di dalam gereja, atau warisan Kristen turun-temurunmu untuk memastikan keselamatanmu? Atau apakah engkau memusatkan perhatianmu pada kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahanmu dan berkesimpulan berdasarkan hal itu bahwa engkau belum pernah berubah? Ketika engkau mengerti apa perubahan itu, engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau belum. Bila anda ingin melihat hal-hal lain yang perlu berubah dalam hidup kita, ikutilah pendalaman Alkitab online - melalui email melalui Dian Ministry dengan mendaftar melalui email admin@dianweb.org dan anda akan mendapatkan seorang pembimbing untuk membantu anda mempelajari firmanNya.

Pesan yang Tak Terucapkan

Oleh : Mundhi Sabda Hardi Lesminingtyas

Ketika Dika duduk di kelas 4 SD, saya harus mondar-mandir berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolahnya. Pasalnya, menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan itu tercatat sebagai anak yang bermasalah.

[block:views=similarterms-block_1]

Saat saya tanyakan apa masalahnya, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga Dika selalu murung dan suka melamun. Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lembut saya pun bertanya kepada Dika "Apa yang kamu inginkan, Nang?" Walaupun saya telah menggunakan panggilan kesayangan "Nang", tetapi Dika hanya menggeleng tak bersemangat. "Dika ingin ibu bersikap seperti apa?" tanya saya "Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat.

Beberapa kali saya dan wali kelas mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kami pun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog. Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu memberitahukan hasil test IQ Dika. Angka kecerdasan rata-rata Dika mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160.

Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Dengan santun psikolog itu pun menyarankan kami untuk datang kembali seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya psikolog dapat menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam, membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal.

Ketika psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...." Dikapun menulis jawaban : "Membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja" Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjawalkan kapan waktunya menggambar, bermain puzzle, bermain basket, membaca buku cerita, main game di computer dan sebagainya.

Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Namun ternyata permintaan Dika hanya sederhana : diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.

Sayapun menjadi ingat apa yang tertulis dalam I Kor 13 : 11 yang berbunyi "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu" Saya menjadi sadar bahwa anak-anak tidak bisa dituntut untuk berbicara, berperasaan dan berpikir sama dengan orang dewasa. Anak-anak memiliki dunia tersendiri yang pada masanya (masa kanak-kanak) sangatlah indah namun tidak bisa diperpanjang waktunya, apa lagi diulang kembali. Sayapun berpikir, kalau sekarang tidak diberi kesempatan untuk bermain dengan bebas, mau kapan lagi Dika akan menikmati masa kanak-kanaknya? Saya sadar bahwa dalam waktu yang tidak lama, Dika akan akan tumbuh menjadi dewasa dan harus meninggalkan sifat kanak-kanaknya.

Ketika psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dikapun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu" Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.

Ketika psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ...", Dika pun menjawab "Menganggapku seperti dirinya" Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya, dan sikap hidup saya yang efisien, suka bekerja keras, disiplin, hemat, serta gigih untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya.

Setelah membaca Matius 18 : 1-5, saya menyadari bahwa sikap saya justru bertolak belakang dengan Tuhan Yesus. Saya menginginkan Dika bersikap seperti orang tuanya, tetapi Tuhan Yesus justru menyatakan bahwa yang terbesar dalam kerajaan sorga adalah orang-orang merendahkan diri dan menjadi seperti anak-anak. Ayat-ayat itu mengingatkan bahwa siapapun; termasuk para orang tua, harus belajar supaya bisa rendah hati dan tulus seperti anak-anak. Kebanyakan seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.

Ketika psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak : .." Dikapun menjawab "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang kubuat adalah dosa"

Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anak pun akan memilih untuk berbohong atau tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Masalah baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah atau menghentikannya.

Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, supaya ia bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang, anak tidak melakukan kesalahan yang serupa.

Memang dalam Alkitab dikatakan bahwa orang tua senantiasa perlu mendidik anak-anaknya dari waktu ke waktu. Teguran-teguran yang mendidik dan penuh hikmat dari orang tua memang akan menjadi karangan bunga yang menghias kepala anak-anak. Tetapi Alkitab pun mengajarkan tata cara untuk menasehati. Jadi teguran, ajaran dan didikan yang tepat, akan lebih efektif bila dilakukan dengan cara yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.

Ketika psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....." Dika pun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk Dika.

Ketika saya tanyakan tentang hal-hal penting apa yang ingin selalu dibicarakan bersama saya, Dika menjelaskan bahwa ia ingin selalu menggunakan waktu yang sempit itu untuk mendengarkan kisah Sadrah, Mesakh dan Abednego yang disertai Tuhan selama dalam perapian, atau Kisah tentang orang Samaria yang baik hati, atau kisah Tuhan Yesus yang memberi makan 5.000 orang. Dika juga ingin saya bisa melucu, menirukan Zakeus yang pendek atau tertawa girang karena kemenangan Daud atas Goliat.

Dika juga ingin saya mempunyai waktu untuk menjawab tebakan-tebakan lucu yang diajukannya. Dika merasa bosan kalau setiap hari saya mengajarinya mengerjakan PR atau menerangkan ulang topik-topik pelajaran dengan bahasa dan gaya yang sama menyebalkannya dengan guru-guru di kelasnya. Dika merasa tidak nyaman karena sejak jam 07.00 - 13.00 harus berhadapan dengan guru-guru yang otoriter, sorenya harus berhadapan dengan guru lesnya yang dianggap cerewet, kemudian malamnya selama 2 jam ia harus berhadapan dengan muka ibunya namun dalam wujud seperti guru yang bawel. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa hikmat dan pengenalan akan Tuhan tidak kalah pentingnya dengan kemampuan intelektual. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan. Kasih kepada Allah justru harus diajarkan dan dibicarakan kepada anak-anak pada waktu duduk di rumah, di perjalanan serta pada saat berbaring dan pada saat bangun (Ulangan 6 : 4-7)

Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang .....", Dikapun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku".

Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar. Namun sebagai manusia, orang tua pun tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya, sama seperti apa yang dituntut orang tua kepadanya.

Ketika psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ........" Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar " Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adik-adikku" Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang bandannya hampir setinggi saya, sudah tidak pantas dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah.

Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih. Saya jadi merinding setelah mengingat kisah Yusuf yang mendapat perlakuan istimewa dari ayahnya. Tindakan Yakup yang menganakemaskan Yusuf telah membuat iri anak-anaknya yang lain, yang kemudian bersama-sama melakukan penganiayaan terhadap Yusuf (Kej 37 : 1-36).

Pada secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ....." Dika menulis kata "tersenyum". Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya. Senyuman hangat seorang ayah justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak untuk meneladani ayahnya. Tuhan Yesus yang mengemban tugas berat dari BapaNya saja tidak pernah menolak anak-anak yang datang kepadaNya. Ia justru memeluk dan memberkati anak-anak (Mark 10:13-16)

Ketika psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku...." Dika pun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus" Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata "Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki. Waktu itu saya merasa bahwa panggilan tersebut wajar-wajar saja, karena hal itu merupakan sesuatu yang lumrah di kalangan masyarakat Jawa.

Ketika psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Sunda namun dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya

Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak, tetapi hak-hak anak sendiri terabaikan. Kepada banyak orang, saya berkampanye tentang pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choise" yang menyerukan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan". Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak sendiri, dengan memanggilnya secara tidak hormat dan tidak bermartabat.

Dalam diamnya anak, dalam senyumnya yang polos, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Saya bersyukur karena saya sempat mengetahui pesan-pesan tersebut. Sayapun menyadari betapa pentingnya saya belajar seperti Hana. Dengan doa dan bermandikan air mata, Hana memohon kepada Tuhan untuk diberikan anak. Kepada Tuhan juga ia menyerahkan anaknya untuk dibentuk oleh imam Eli sesuai dengan kehendak Allah. Kalau saja saya bersikap seperti Hana, saya yakin Tuhanpun akan menyertai anak-anak saya seperti Tuhan menyertai Samuel (I Samuel 3 : 1-21 dan 4 :1a).

Sungguh disayangkan memang, ayah Dika tidak sempat tahu bahwa ada banyak pesan yang mengisyaratkan betapa dalamnya luka hati Dika. Ayah Dika yang tidak mau mengganti pola didik yang diturunkan orang tuanya di masa lalu, dengan pola didik Tuhan Yesus yang penuh kasih, merupakan penyebab utama ketidakharmonisan hubungannya dengan Dika. Seandainya ayah Dika bersedia meneladani Tuhan Yesus, maka tidak akan ada kemarahan di hati anaknya. Efesus 6 :1-4 telah mengajarkan kepada kita bagaimana mendidik anak. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para ayah (orang tua) tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para ayah harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat Tuhan, dan bukan berdasarkan pengalaman masa lalu dan ambisi-ambisinya.

Pesan : Allah menenun sejak anak-anak berada dalam kandungan (Mzm 139 :13). Sebagai pihak yang dipercaya menjaga tenunan Allah, orang tua wajib terus menenun sebagai pertanggungjawaban dan bukti cinta kita terhadap Tuhan. Supaya anak-anak layak dipersembahkan kepada Tuhan, orang tua hanya boleh menenun sesuai hikmat dan kebijaksanaan yang berasal dari-Nya, bukan berdasarkan ambisi pribadinya. Orang tua tidak boleh asal menenun, tetapi harus berusaha supaya hasil tenunan itu semotif dengan tenunan yang telah direncanakan Allah.

Tulisan ini diambil dari buku "Tangan Yang Menenun" yang diterbitkan KAIROS BOOKS. Posting ulang tulisan ini didedikasikan untuk anak-anak Indonesia yang memperingati Hari Anak Nasional pada tanggal 24 Juli 2006.

Penulis buku "Tangan Yang Menenun" yang mengisahkan perjuangan orang tua tunggal dalam mengajar anak tentang kasih dan takut akan Tuhan. Juga menulis buku "Melewati Lembah Air Mata" yang merupakan kesaksian hidup bagaimana menyikapi kegagalan dan berdiri tegak di atas puing-puing kehancuran.

Pornografi

Penulis : RP Borrong

Kata pornografi, berasal dari dua kata Yunani, porneia (porneia) yang berarti seksualitas yang tak bermoral atau tak beretika (sexual immorality) atau yang popular disebut sebagai zinah; dan kata ????? grafe yang berarti kitab atau tulisan. Kata kerja porneuw (porneo) berarti melakukan tindakan seksual tak bermoral (berzinah = commit sexual immorality) dan kata benda pornh (porne) berarti perzinahan atau juga prostitusi. Rupanya dalam dunia Yunani kuno, kaum laki-laki yang melakukan perzinahan, maka muncul istilah pornoz yang artinya laki-laki yang melakukan praktik seksual yang tak bermoral. Tidak ada bentuk kata feminin untuk porno. Kata grafh (grafe) pada mulanya diartikan sebagai kitab suci, tetapi kemudian hanya berarti kitab atau tulisan. Ketika kata itu dirangkai dengan kata porno menjadi pornografi, maka yang dimaksudkannya adalah tulisan atau penggambaran tentang seksualitas yang tak bermoral, baik secara tertulis maupun secara lisan. Maka sering anak-anak muda yang mengucapkan kata-kata berbau seks disebut sebagai porno. Dengan sendirinya tulisan yang memakai kata-kata yang bersangkut dengan seksualitas dan memakai gambar-gambar yang memunculkan alat kelamin atau hubungan kelamin adalah pornografi.

[block:views=similarterms-block_1]

Pornografi umumnya dikaitkan dengan tulisan dan penggambaran, karena cara seperti itulah yang paling banyak ditemukan dalam mengekspos masalah seksualitas. Akhir-akhir ini dalam masyarakat kita ada istilah baru yaitu porno aksi. Yang dimaksudkan kiranya adalah penampilan seseorang yang sedikit banyak menonjolkan hal-hal seksual, misalnya gerakan-gerakan yang merangsang atau cara berpakaian minim yang menyingkap sedikit atau banyak bagian-bagian yang terkait dengan alat kelamin, misalnya bagian dari paha. Tetapi tidak semua penonjolan atau penyingkapan itu dapat disebut sebagai porno aksi, sebab di kolam renang misalnya, memang "halal" bagi siapapun untuk berpakaian mini, bahkan memang dengan hanya berbusana bikini (pakaian renang yang hanya menutup alat kelamin). Jadi soal porno aksi itu sangat relatif, tergantung motivasi manusianya.

Tulisan ini hanya akan menoroti masalah pornografi, yang akhir-akhir ini cukup ramai diperbincangkan dalam masyarakat, terutama saat-saat seperti sekarang ketika sebagian besar masyarakat kita sedang melaksanakan ibadah puasa.

Pornografi diartikan sebagai:


  • tulisan, gambar/rekaman tentang seksualitas yang tidak bermoral,

  • bahan/materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual,

  • tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu birahi orang yang melihat atau membaca,

  • tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran, dan

  • penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas.


Kriteria

Berdasarkan definisi tersebut, maka kriteria porno dapat dijelaskan sebagai berikut:


  • sengaja membangkitkan nafsu birahi orang lain,

  • bertujuan merangsang birahi orang lain/khalayak,

  • tidak mengandung nilai (estetika, ilmiah, pendidikan),

  • tidak pantas menurut tata krama dan norma etis masyarakat setempat, dan

  • bersifat mengeksploitasi untuk kepentingan ekonomi, kesenangan pribadi, dan kelompok.


Dari pengertian dan kriteria di atas, dapatlah disebutkan jenis-jenis pornografi yang menonjol akhir-akhir ini yaitu:

  • tulisan berupa majalah, buku, koran dan bentuk tulisan lain-liannya,

  • produk elektronik misalnya kaset video, VCD, DVD, laser disc,

  • gambar-gambar bergerak (misalnya "hard-r"),

  • program TV dan TV cable,

  • cyber-porno melalui internet,

  • audio-porno misalnya berporno melalui telepon yang juga sedang marak diiklankan di koran-koran maupun tabloid akhir-akhir ini. Ternyata bahwa semua jenis ini sangat kental terkait dengan bisnis. Maka dapat dikatakan bahwa pornografi akhir-akhir ini lebih cocok disebut sebagai porno-bisnis atau dagang porno dan bukan sekadar sebagai pornografi.


Karena pornografi terkait dengan bisnis, maka dampaknya bagi masyarakat sangat luas, baik psikologis, sosial, etis maupun teologis. Secara psikologis, pornografi membawa beberapa dampak. Antara lain, timbulnya sikap dan perilaku antisosial. Selain itu kaum pria menjadi lebih agresif terhadap kaum perempuan. Yang lebih parah lagi bahwa manusia pada umumnya menjadi kurang responsif terhadap penderitaan, kekerasan dan tindakan-tindakan perkosaan. Akhirnya, pornografi akan menimbulkan kecenderungan yang lebih tinggi pada penggunaan kekerasan sebagai bagian dari seks. Dampak psikologis ini bisa menghinggapi semua orang, dan dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang parah dan menjadi ancaman yang membawa bencana bagi kemanusiaan.

Dilihat dampak sosialnya, dapat disebutkan beberapa contoh, misalnya meningkatnya tindak kriminal di bidang seksual, baik kuantitas maupun jenisnya. Misalnya sekarang kekerasan sodomi mulai menonjol dalam masyarakat, atau semakin meningkatnya kekerasan seksual dalam rumah tangga. Contoh lain ialah eksploitasi seksual untuk kepentingan ekonomi yang semakin marak dan cenderung dianggap sebagai bisnis yang paling menguntungkan. Selain itu, pornografi akan mengakibatkan semakin maraknya patologi sosial seperti misalnya penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Dapat ditambahkan bahwa secara umum pornografi akan merusak masa depan generasi muda sehingga mereka tidak lagi menghargai hakikat seksual, perkawinan dan rumah tangga.

Dari segi etika atau moral, pornografi akan merusak tatanan norma-norma dalam masyarakat, merusak keserasian hidup dan keluarga dan masyarakat pada umumnya dan merusak nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti nilai kasih, kesetiaan, cinta, keadilan, dan kejujuran. Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan masyarakat sehingga tercipta dan terjamin hubungan yang sehat dalam masyarakat. Masyarakat yang sakit dalam nilai-nilai dan norma-norma, akan mengalami kemerosotan kultural dan akhirnya akan runtuh dan khaos.

Selain itu, secara rohani dan teologis dapat dikatakan bahwa pornografi akan merusak harkat dan martabat manusia sebagai citra sang Pencipta/Khalik yang telah menciptakan manusia dengan keluhuran seksualitas sebagai alat Pencipta untuk meneruskan generasi manusia dari waktu ke waktu dengan sehat dan terhormat.

Dampak

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pornografi membawa dampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Maka tidak bisa lain, harus ada usaha bersama seluruh masyarakat melawan pornografi supaya tidak semakin jauh menjerumuskan kita kepada pengingkaran akan hakikat kita sebagai manusia yang dikaruniai segala sesuatu oleh sang Pencipta, termasuk seksualitas untuk tugas dan tujuan mulia, yaitu menciptakan generasi manusia secara berkelanjutan dengan keadaan sehat jasmani dan rohani, jiwa dan raga.

Pornografi pastilah merusak kehidupan umat manusia pada umumnya, kini dan di masa yang akan datang. Maka sangat diperlukan adanya usaha bersama melawan pornografi secara efisien.

Yang pertama-tama, adalah pendidikan seks dalam keluarga dan institusi agama. Bagaimanapun pornografi tidak akan mungkin lagi terbendung. Maka pertahanan yang seharusnya diperkuat, yaitu pendidikan terhadap generasi muda dan orang dewasa supaya pengaruh kuat pornografi tidak menjerumuskan.

Kedua, rasanya pemerintah memang harus menertibkan media dan pelaku pornografi melalui konstitusi dan kesadaran produsen. Kiranya media perlu mawas diri supaya tidak mendukung arus pornografi. Usaha lain yang penting adalah pemblokiran cyber-porno melalui kebijakan konstitusi negara, atau usaha pribadi, khususnya keluarga. Cyber-porno merupakan tekanan pornografi yang paling kuat dan paling mudah bagi mereka yang punya saluran internet. Tetapi yang paling penting adalah pengendalian diri konsumen terhadap informasi yang terkait dengan pornografi. Tanpa pengendalian diri ini, upaya konstitusi apapun rasanya taka akan bermanfaat.

Akhirnya dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk menyiasati pornografi. Mungkin kita tidak harus menjadi munafik dengan kondisi masyarakat modern yang memang sangat terbuka. Saya kira kita tidak bisa menutup-nutupi kenyataan kuatnya pengaruh pornografi dalam masyarakat kita. Pastilah bukan usaha-usah penghancuran yang menjadi jalan terbaik menyiasati pengaruh pornografi. Yang terutama adalah kesadaran bahwa membiarkan pornografi merusak fisik, jiwa dan rohani kehidupan kita karena mengeksploitasi seksualitas yang seharusnya kita hargai dan muliakan sebagai anugerah yang sangat penting dari sang Pencipta.

Sumber: Suara Pembaruan Daily

Putri Bambu

Penulis : Andar Ismail

INI dia batang bambu yang kuperlukan! Betul-betul besar! Mungkin ini yang terbesar di lereng Gunung Fuji ini," kata petani itu kepada istrinya. Maka, ditebangnya batang itu.

Tetapi, alangkah terkejutnya petani itu dengan istrinya. Di dalam rongga batang itu ternyata ada seorang bayi perempuan mungil seperti boneka. Dengan hati-hati mereka membawa bayi itu pulang dan merawatnya. Ia diberi nama Putri Bambu.

[block:views=similarterms-block_1]

Putri Bambu memang ajaib. Hanya dalam beberapa tahun saja ia sudah tumbuh menjadi gadis cantik jelita dan lemah lembut. Dari pagi buta sampai jauh malam ia rajin membantu keluarga petani itu. Seluruh penduduk desa menyukai dia.

Kemudian hari, raja pun mendengar kabar tentang Putri Bambu. Lalu raja mengirim utusannya untuk meminta Putri Bambu pindah ke istana dan menjadi selirnya. Nah, kalau raja mencari selir, ceritanya jadi seru.

Cerita tentang Putri Bambu terdapat dalam beberapa versi di Jepang, Korea, dan Tiongkok. Budaya di negeri-negeri itu menjunjung tinggi keistimewaan, keindahan, dan kegunaan pohon bambu.

Coba kita lihat keistimewaannya. Mengapa bambu tidak tumbang atau patah batangnya ketika diterpa badai dan angin topan? Apakah karena akarnya dalam? Bukan! Akar pinus lebih dalam. Apakah karena batangnya kuat? Juga bukan! Pohon ek dan jati lebih kuat batangnya. Kalau begitu, apa sebabnya bambu bisa bertahan terhadap angin kencang?

Rahasia ketahanan bambu terhadap angin kencang terletak pada sikapnya. Ketika diterpa badai, pohon-pohon lain berdiri kaku dan tegak seakan-akan menantang kekuatan angin. Akibatnya, ranting dan batangnya bisa patah. Sebaliknya, bambu justru merunduk dan menunduk. Bambu membiarkan diri diarahkan oleh tiupan angin sampai termiring-miring atau melengkung.

Sifat lentur itu menyebabkan pohon bambu mampu bertahan dalam badai dan topan. Sifat lentur itu memulihkan kembali sikap tegak bambu setelah badai berlalu. Pohon lain berkonfrontasi terhadap angin, padahal bambu beradaptasi.

Itu bukan berarti bahwa bambu menyerah pada angin. Ia justru bertahan. Akarnya tetap berpegang pada pijakannya. Bahkan, akarnya justru kian mendalam. Badai justru membuat bambu menjadi lebih kuat.

AGAKNYA kita bisa belajar dari bambu. Bukankah kita pun bagaikan pohon yang sewaktu-waktu diterpa oleh badai dalam bentuk berbagai persoalan, kesulitan dan penderitaan? Apakah sikap kita menghadapi terpaan angin yang kencang? Apakah kita menantang atau melawan angin seperti pohon-pohon lain? Bisa jadi kita akan patah dan tumbang. Ataukah kita bersikap lentur seperti pohon bambu, yaitu merunduk dan menunduk sampai termiring-miring sekalipun?

Dengan sikap itu kita bisa bertahan dan kemudian pulih kembali. Sifat lentur yaitu berkeluk dan melengkungkan diri adalah rahasia untuk bertahan.

Sepanjang hidup berbagai persoalan, kesulitan dan penderitaan datang menerpa kita. Kristus menyuruh kita bertahan. Kepada para rasul Ia bersabda, "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu" (Lukas 21:19). Pengarang anonim surat Ibrani pun menulis tentang "bertahan dalam perjuangan yang berat" (lihat Ibrani 10:19- 39).

Bambu bisa menjadi guru. Oleh sebab itu, bambu dijunjung dalam budaya Kung Fu Tse di Jepang, Korea, dan Tiongkok.

Dalam seni lukisnya, bambu adalah lambang estetika. Dalam filsafatnya, bambu adalah lambang ketahanan. Dalam pedadoginya, bambu adalah lambang ketekunan. Selanjutnya karena rongga kosong pada bambu, maka dalam agama Kung Fu Tse bambu adalah lambang pengosongan dan pemurnian batin. Pokoknya, bambu adalah bagus dan berguna. Sebab itu lahir cerita Putri Bambu.

Apa yang terjadi ketika raja menyuruh Putri Bambu pindah ke istana? Putri itu menulis surat, "Maaf Baginda, hamba lebih berguna di desa daripada di istana."

Raja mengutus kembali utusannya dan memberi lebih banyak hadiah untuk Putri Bambu. Tetapi Putri Bambu tetap menolak. Kemudian raja menyuruh pasukannya untuk memaksa Putri Bambu. Tetapi Putri Bambu cepat-cepat bersembunyi di hutan. Ia masuk ke dalam rongga pohon bambu. Di manakah sekarang Putri Bambu? Sampai hari ini ia masih ada dalam rongga tiap batang bambu. Kadang-kadang ia menampakkan diri pada orang yang betul-betul mencintai bambu.

Sumber: Suara Pembaruan Daily

Rayap-Rayap Pernikahan

Oleh: Ayub Yahya

Coptotermes dan Sedoterme, adalah dua jenis rayap yang paling cepat
menyerang bangunan. Akhir Maret 2006, binatang kecil dari ordo
Isoptera ini mendadak ngetop. Enggak tanggung-tanggung, ia ketahuan
merusak Istana Negara dan Istana Merdeka!

[block:views=similarterms-block_1]

Pejabat negara ikutan kebakaran jenggot. Menteri Pekerjaan Umum jadi punya tugas tambahan. Para pakar rayap Indonesia, ikut sibuk. Wajar saja, karena rayap ternyata bisa membahayakan keselamatan Presiden Yudhoyono. Layaknya teroris saja!

Di Indonesia, masalah rayap bukan hal baru. Para pakar mengklaim 50
persen gedung di Jakarta telah diserang rayap. Tiap tahun kerugian
mencapai sekitar Rp 238 miliar. Jumlah yang fantastis untuk ukuran
hewan seimut rayap.

Gerogotan rayap memang bisa membahayakan. Pelan tapi pasti,
bangunan semegah apa pun, bisa hancur gara-gara rayap. Rayap sanggup
menembus penghalang fisik. Bahkan, gedung dengan struktur yang sangat
kokoh pun tidak bebas rayap. Jadi, satu-satunya cara adalah dengan
melakukan pencegahan dan perawatan. Harus ada antisipasi.

Demikian juga dengan hidup pernikahan. Sebuah pernikahan yang
dibangun di atas cinta yang menggebu, di atas komitmen yang begitu
kuat sekalipun, tidak lantas imun dari "rayap-rayap". Maka, adalah
baik dan perlu kita mengantisipasinya. Minimal mengenalinya.

Berikut beberapa "rayap" berbahaya yang bisa menggerogoti dan
menghancurkan hidup pernikahan kita.

Pertama, harapan yang tidak realistis. Seperti cinta romantis ala
dongeng pengantar tidur, Cinderella, Putri Salju, Beauty and the
Beast, yang selalu berakhir indah. Seakan-akan pernikahan isinya
melulu kebahagiaan. Tanpa masalah. Hanya ada keajaiban. Penuh bunga.
Kemesraan yang tidak pernah berlalu.

Padahal, jelas tidak begitu kan. Pernikahan tidak melulu berisi
bunga. Kadang juga berisi kerikil. Atau, kalau pun berisi bunga;
bunga bangkai berduri. Jadi sudah bangkai, berduri pula. Pernikahan
juga tidak selalu berselimut kemesraan. Kadang juga ada kebosanan,
tangisan, keruwetan.

Kedua, berkurangnya sikap saling mengerti. Kesalahan kecil, bisa
bikin ledakan emosi mahahebat. Herannya, waktu pacaran pengertian
bisa terjembatani begitu mulus. Berjalan dengan begitu kuat. Tapi
setelah menikah, tingkat pengertian kerap bagai terjun bebas ke
titik nadir. Toleransi menjadi rendah sesudah menikah.

Waktu pacaran, kakinya doi terantuk batu saja langsung heboh. Seolah mendadak ada gempa bumi. Kaki doi dipijit, diusap-usap, disayang-sayang. Keadaan bisa terbalik 180 derajat setelah menikah. "Matamu ke mana sih?"

Ketiga, berkurangnya tekad untuk mempertahankan pernikahan.
Menganggap pernikahan seolah sesuatu yang sekali pakai lalu buang.
Berantem dikit, pengen cerai. Kesal dikit, bilangnya, "Sudah deh,
kembalikan aku ke rumah orang tuaku!" Bila badai mengguncang biduk
rumah tangga, kita lekas putus asa. Enggak punya daya juang untuk
mempertahankan. Gampang menyerah.

Lalu bagaimana kita menangani "rayap-rayap" penggeregot itu,
sehingga pernikahan kita tetap kokoh kuat?

Yaitu, dengan membangun sikap positif. Mikha 6:8, "Hai manusia,
telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut
Tuhan daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan
hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Konteks ayat ini adalah umat Tuhan yang sudah terjebak dalam ibadah
yang legalistis. Tuhan ingin umat-Nya itu tidak hanya terpaku pada
aturan-aturan formal keagamaan, tapi juga memperhatikan hidup sehari-
hari. Sebab ibadah kepada Tuhan tidak hanya soal kultis, tapi juga
soal etis.

Namun, ayat ini juga bisa dikenakan dalam konteks hidup pernikahan,
khususnya dalam "membasmi rayap-rayap penggerogot" tadi. Adil,
mencintai kesetiaan, dan rendah hati.

Adil artinya, apa yang kita ingin pasangan kita lakukan kepada kita, lakukan lebih dahulu kepadanya. Kalau kita ingin pasangan kita
menghargai kita, hargailah ia lebih dulu. Kalau kita ingin pasangan
kita bersikap baik kepada kita, bersikap baiklah lebih dulu kepada
ia, dan seterusnya.

Mencintai kesetiaan, teguh pada janji, komit dengan tanggung jawab.
Enggak suka nyeleweng, lalu cari-cari alasan pembenaran. Setia
kepada sesama, setia kepada Tuhan. Kesetian harus dimulai dari
perkara-perkara sederhana.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-
perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."
(Lukas 16:10). Jadi jangan harap kita bisa setia dalam hidup
pernikahan kita, kalau janji mau nonton saja, misalnya, kerap
diingkari.

Rendah hati tumbuh dari kesadaran bahwa kita membutuhkan pasangan
kita. Kita ini seumpama burung dengan satu sayap. Pasangan kita
punya sebelah sayap yang lain. Kita hanya bisa terbang kalau
menggunakan kedua sayap tersebut.

Rendah hati juga berarti, kesediaan untuk meminta maaf, kalau salah. Kesediaan memberi maaf dan memahami bahwa pasangan kita pun bisa khilaf.

Rendah hati juga membuat mulut kita ringan dan tulus mengucapkan
terima kasih dan memuji.

Resolusi

Penulis : L Wilardjo

Resolusi ialah ketetapan hati. Itu adalah kebulatan tekat untuk mengambil sikap, melakukan tindakan, serta menunjukkan perilaku baru yang berbeda dengan yang sudah-sudah. Lazimnya yang baru ini lebih baik daripada yang dulu.

[block:views=similarterms-block_1]

Tahun Baru sering dipakai untuk menetapkan resolusi bagi diri sendiri. Pada orang-orang yang menjalani hidupnya dengan sadar dan serius, resolusi biasanya didahului oleh perenungan yang mendalam dan doa yang khusyuk. Kita mohon perkenan Tuhan agar kita diberi-Nya kemauan keras dan ketegaran iman untuk mengatasi kelemahan kita. Agar kita tak tergelincir oleh godaan untuk menyimpang dari resolusi kita.

Tekad nasional
Resolusi juga dapat ditetapkan secara nasional. Presiden JF Kennedy mencanangkan tekat bahwa anak bangsa Amerika akan mencapai bulan sebelum akhir dasawarsa 1960-an. Tekat itu terwujud saat Neil Armstrong dan Edwin Aldrin menapakkan kakinya di bulan tahun 1969.

Sebelumnya, Amerika berkebulatan tekat untuk membuat bom atom lebih dulu dari Jerman. Itu juga tercapai dengan sukses uji coba proyek Manhattan-nya J Robert Oppenheimer di Gurun Alamogordo, menjelang akhir Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik.

Ketika Ronald Reagan mewarisi Amerika yang compang-camping dari Jimmy Carter, ia mencanangkan Proyek Perang Bintang. Dalam kemunduran ekonomi yang parah, pajak justru diturunkan untuk menggerakkan sektor riil. Strategic Defence Initiative (Prakarsa Pertahanan Strategik) yang dijuluki Kartika Yuda (Star Wars) juga memicu kegairahan luar-biasa dalam litbangtek (technological R & D). Maka, Amerika pun mencuat sebagai negara adidaya.

Berusaha mati-matian
Keberhasilan menggenapi tekat yang telah diikrarkan itu tidak lepas dari kerja keras habis-habisan. Tidak ada ungkapan "panas-panas tahi ayam" bagi bangsa yang besar itu. Begitu pula dengan semangat bushido dan tekat samurainya, bangsa Jepang menggarap Restorasi Meiji yang dicanangkan di masa bertakhtanya Kaisar Matsuhito.

Jepang tak mau kalah maju dengan Barat. Segala daya dan dana dikerahkan untuk menimba iptek dari Eropa. Dari sebuah negara tertutup yang diwarnai persaingan berdarah di antara para shogun penguasa perang (warlords) yang dijumpai Komodor Perry di dasawarsa awal, abad ke-19, Jepang muncul sebagai negara modern yang sejajar dengan negara-negara Barat yang maju.

Bulan-bulanan nasib
Menetapkan suatu resolusi dan secara konsisten berusaha mewujudkannya adalah hal yang positif. Ini lebih baik daripada melaksanakan apa yang disebut Lili Tjahyadi sebagai Kebijaksanaan Doris Day (Kompas, 29/12/2005). "Apa pun yang akan terjadi, (pasti) akan terjadi. Kita tak bisa melihat masa depan." (Whatever will be, will be. The future"s not ours to see).

Sepintas lalu nyanyian Doris Day ini mengungkapkan kepasrahan orang beriman, tetapi sebenarnya tidak. Doris Day melantunkan fatalisme, yakni sikap menyerah kepada nasib, seperti warga Thebes dalam tragedi-tragedi Sophocles dengan tokoh-tokohnya, Oedipus, Jocasta, Creon, Antigone, dan sebagainya. Banjir bandang dan tanah longsor diterima dengan sabar-tawakal dan tidak membangkitkan kemarahan kepada pembabat hutan yang menggunduli punggung bukit.

Iman harus dicerminkan dalam amal perbuatan. Berserah dalam iman tidak berarti berpangku tangan dan mimpi mendapatkan rezeki nomplok. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tidak akan terberantas hanya dengan istighotsah dan zikir massal, tanpa dibarengi dengan perjuangan nyata. Dan usaha nyata itu tidak berhenti dengan pencanangan kata-kata, tetapi harus terus-menerus dilakukan dengan konsisten. Bahkan, resolusi yang lebih baru lagi, seperti memberantas KKN dengan semangat "bersama kita bisa", pamornya sudah mulai pudar.

"Restorasi Meiji" yang dilakukan BJ Habibie dengan memajukan iptek, menetapkan industri-industri strategis, membangun kapet-kapet, dan mengirim anak- anak muda yang cerdas ke luar negeri untuk menempuh pendidikan sampai aras S3 tidak berhasil. Mengapa? Antara lain karena tidak ada konsistensi dalam kebijakan pemerintah. Anak-anak muda itu kebanyakan berhasil dalam studinya, tetapi pemanfaatannya amburadul.

Demikian pula kita belum melihat konsistensi dalam tekat untuk menjadikan kelapa sawit sebagai "primadona" agroindustri dan agrobisnis Indonesia. Tekat untuk mengalahkan Malaysia di bidang perkelapasawitan dan untuk memakai produk-produk kelapa sawit sebagai pengentas 50 persen dari rakyat miskin dalam sepuluh tahun juga terancam bernasib "panas-panas tahi ayam".

Dari enam bidang yang telah ditetapkan sebagai fokus penelitian yang akan didanai Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, kelapa sawit tidak disebutkan secara spesifik. Mungkin semua itu karena presiden dan menristeknya sudah ganti.

Ora et labora
Agaknya di awal tahun 2006 kita perlu memperbarui kebulatan tekat kita sebagai bangsa. Masokisme intelektual yang dikeluhkan Komaruddin Hidayat dan fatalisme yang disiratkan lagu Doris Day harus dihapus dan diganti dengan resolusi yang tegas tetapi realistik, artinya sesuai dengan taraf kemampuan kita.

Resolusi itu juga harus berarti ora et labora (berdoa dan bekerja), dan doa kita seperti doa Donald M McKay: "Oh, Lord, teach us to accept the unalterable, but not to be complacent in the face of the alterable." ("Ya, Allah, ajarlah kami untuk menerima takdir, tetapi tidak berpuas diri menghadapi hal-hal yang dapat diubah.")

Sumber: Kompas Senin, 02 Januari 2006

Sebuah Pengampunan

Oleh:Saumiman Saud

“dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat
berguna baik bagimu maupun bagiku” (Filemon 1 :11). Jikalau Filemon
bukan pengikut Kristus yang sejati, maka persoalan yang dialaminya
sangat gampang dibereskan. Ada seorang budaknya yang mencuri barang,
sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku maka si budak tersebut
harus dibunuh, maka sesudah itu habis perkara. Atau kalau Filemon
tidak mau melakukannya sendiri ia bisa membayar orang untuk
melakukannya.

[block:views=similarterms-block_1]

Yang menjadi sulit karena Filemon ini adalah orang percaya, istilah
kita Filemon itu orang Kristen. Itu sebabnya Filemon tidak ada pilihan
lain. Ia telah belajar bagaimana mengasihi, maka ia harus
mempraktekkan kasih itu. Ia bahkan belajar juga tentang bagaimana
mengasihi musuh, maka ia harus melakukannya juga. Makanya kalau kita
ketemu ada orang yang mengaku percaya pada Tuhan Yesus pada hari ini,
namun ia masih melakukan tindakan “balas dendam”, “tidak ada kasih”
kita tentu harus pertanyakan kekeristenannya.

Pertanyaan sekarang, apa yang dilakukan Filemon terhadap budaknya ini? Jawabannya ia mengampuni budaknya. Atas dasar apa ia mengampuni budaknya itu?

  1. Filemon harus mengampuni, karena Tuhan Yesus lebih dahulu telah mengampuni dirinya.

Firman Tuhan mengajarkan kita harus mengampuni musuh bahkan orang-orang yang menganiaya kamu. Hal ini sudah Tuhan Yesus praktekkan ketika Ia hidup sebagai manusia di dunia ini. Bahkan ketika suatu hari Petrus bertanya kepada Yesus harus berapa kali kita mengampuni orang lain. Yesus seakan-akan memberikan jawaban kepada Petrus bahwa kita selama-lamanya harus mengampuni orang lain. Perhatikan Matius 18 :22 “ Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”.

Makanya Filemon sangat bergumul terhadap kasusnya. Apabila ia melakukan kesalahan di dalam mengambil tindakan, maksudnya bila ia memutuskan hal yang bertentangan dengan pengajaran Yesus, maka akan mempengaruhi orang-orang percaya pada waktu itu. Paling sedikit terhadap jemaat yang berada di dalam rumahnya.

Sebenarnya tradisi masyarakat Yunani ­Roma tidak ada kamus kalau harus ada perasaaan takut kepada “budak” yang berontak. Sang tuan sebebas-bebasnya melakukan apa saja terhadap si budak itu. Namun kalau Filemon tidak melakukannya, bukan berarti ia takut pada budak itu. Tetapi lebih dari itu ia takut pada Tuhan yang dilayaninya. Itu sebabnya maka kita lihat Onesimus berhasil menghindari hukuman yang semestinya .

Filemon bukan orang Kristen biasa atau istilah kita Kristen KTP, namun ia seorang yang aktif terlibat di dalam pelayanan di Kolose. Itulah sebabnya maka rasul Paulus menyebutnya sebagai “teman yang setia” dan “teman sekerja”. Panggilan ini juga sebagai suatu penghormatan kepada Filemon. Rupanya selain ia seorang Kristen, karakter hidupnya juga baik. Tidak semua orang Kristen yang memiliki karakter yang baik seperti Filemon. Kekristenan menjadi distorsi kadang bukan karena ulah orang-orang luar, namun sering kali karena ulah orang-orang Kristen sendiri yang tidak menjadi contoh.

Bukan itu saja, selain isterinya Apfia dan anaknya Arkhipus, juga ada kaum wanita dan jemaat lain yang aktif di dalam pelayanan bersama Filemon. Itu sebabnya jikalau Filemon mengalami pergumulan tentu hal semacam itu pernah di ceritakan juga pada rekan-rekan pelayanannya. Iman kepercayaan seseorang akan bertumbuh dan semakin teguh bila mendengar kesaksian dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang memuliakan nama Tuhan. Sebaliknya bila ada peristiwa-peristiwa yang tidak memuliakan nama Tuhan terjadi tentu sangat berdampak terhadap kehidupan rohani orang-orang Kristen lainnya. Sebagai salah seorang pelayan Tuhan dalam hal ini pasti banyak mata yang sedang menyoroti kehidupan Filemon. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi Filemon sudah tentu perlu disingkapi dengan berbagai pertimbangan. Apabila ia salah mengambil keputusan, sangat mempengaruhi pelayanannya pada masa mendatang..

Sebagai budak Filemon, tentu Onesimus sangat beruntung. Sudah pasti ia diperlakukan sangat baik oleh sang tuan. Namun kita tidak tidak tahu pergumulan apa yang dialami oleh Onesimus sehingga ia kesalahan yakni mencuri barang milik Filemon, dan nampaknya Filemon masih menutup sebelah mata. Sehingga memungkinkan Onesimus melarikan diri. Untungnya tatkala Onesimus melarikan diri ia mencari orang yang tepat yakni rasul Paulus yang waktu itu masih di penjara tahanan rumah. Sebenarnya sesuai dengan hukum yang ada pada waktu, menyembunyikan seorang budak yang melarikan diri juga termasuk suatu kesalahan besar. Dan kalau hal ini dilakukan oleh Paulus, sangat memungkinkan di dalam hati Paulus tersisa suatu pengharapan yang pasti bahwa Onesimus itu masih dapat diselamatkan. Mengingat kembali dirinya sendiri yang diubah Tuhan begitu luar biasa, tentu tidak menutup kemungkinan hal ini berlaku bagi Onesimus.

  • Filemon harus mengampuni, karena kehidupan budaknya sudah diperbaharui.

    Kalau kita ditanya bagaimana Onesimus dapat bertemu dengan Paulus, maka secara pasti caranya kurang jelas namun ada yang memperkirakan kemungkinan besar Epafras sang pendiri dan gembala sidang di Kolose (Kol 4 :12) yang memperkenalkannya kepada Paulus. Mereka bertemu di rumah “sewa” Paulus di Roma (Kis 28 :30). Dan di sanalah Paulus memimpin Onesimus percaya kepada Tuhan Yesus. Arti nama Onesimus itu sendiri adalah berguna, namun yang berguna ini telah menjadi tidak berguna karena mencuri barang tuannya (ay 18). Memang benar kata pribahasa, “gara ­gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Nama baik Onesimus telah rusak karena ia melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi sang tuan. Dalam kondisi yang demikian tentu ia telah kehilangan kepercayaan. Namun karena Onesimus sudah bertobat, maka saat ini dia bukan lagi Onesimus yang “tidak berguna” tetapi ia menjadi “sangat berguna”. Itu sebabnya, Filemon tidak punya alasan lagi untuk menghakimi Onesimus. Apalagi pengampunan
    yang dialami Filemon dari Tuhan Yesus mendahului pertobatannya.

    Dengan kesetiaannya bersama-sama dengan rasul Paulus dan juga keakrabannya dengan Paulus, bahkan Paulus telah menganggapnya sebagai anak rohani ( Fil 1 : 11-13). Paulus merasa sudah saatnya ia wajib mengembalikan Onesimus pulang, karena hukum Romawi menuntut agar semua budak pelarian itu harus kembali kepada tuan mereka. Bagi Paulus saat ini merupakan saat yang tepat, itu sebabnya bersamaan dengan Tithikus menuju ke Kolose digunakan Paulus untuk mengirim kembali Onesimus ini.

    Paulus tidak pernah memaksa Filemon menerima Onesimus kembali, karena bagi Paulus apabila Filemon secara terpaksa menerima Onesimus tidak ada gunanya, akan menjadi bebannya saja. Padahal kalaupun Paulus mau memaksakan Filemon juga bisa, karena sesungguhnya Filemon sendiri juga hasil buah penginjilan rasul Paulus (1:19). Jadi secara rohani Filemon berhutang juga pada Paulus.

    Kita harus mengerti perasaan Filemon. Tidak gampang baginya menerima orang yang pernah menyakiti hatinya, lalu kembali ke rumahnya. Bukan itu saja, Paulus mengatakan bahwa anggaplah ia sebagai saudara, bukan lagi sebagai hamba. Lihat Fil 1:16 “ bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan”. Jadi Onesimus yang pernah menyakiti Filemon ini bukan hanya akan tinggal kembali bersama-sama dengan Filemon dan statusnya juga berubah dari seorang budak menjadi saudara. Sekali lagi kalau bukan hanya karena mengingat Anugerah Tuhan yang juga pernah dialmi oleh Filemon, sudah tentu dia tidak sanggup.

    Tanggal 10 September 2005 sebuah harian sore memuat kesaksian singkat saya yang berjudul Makna sebuah Pengampunan, isinya kira-kira demikian :
    “ Kejadian Sabtu itu merupakan peristiwa yang tidak terlupakan, memang tanggal persisnya saya tidak ingat, namun saya ingat tahun 1982. Waktu itu kebetulan saya sebagai guru Agama kelas enam di sebuah sekolah Kristen. Suasana kelas tidak begitu menyenangkan, sehingga kalau kita yang sedang mengajar sering terpancing kemarahan. Waktu itu kebetulan saya baru saja memperingatkan anak-anak supaya tidak berisik, namun kemudian saya mendengar di bangku paling depan ada dua anak wanita tetap saja ngobrol dan tertawa-tawa. Saya tidak dapat menahan emosi, itu sebabnya anak itu mendapat hukuman.

    Dasar anak Mami barangkali, sehingga baru dihukum begitu, langsung ia menangis. Ceritanya tidak sampai di sini, tetapi rupanya ketika ia pulang ke rumah melaporkan kejadian ini pada kakak lakinya. Kira-kira jam dua siang , kakaknya datang ke rumah saya, tanpa ba-bi-bu dia langsung melempari batu ke rumah, sesudah saya keluar dan tiba-tiba dia sempat meninju ke arah saya. Saya berusaha menjelaskan duduk perkaranya, namun orang itu tidak mau tahu, ia seperti “kesetanan’ seakan-akan ingin menghancurkan saya. Waktu itu saya sempat sempoyongan, namun tidak terbersit di dalam hati saya untuk membalas, walaupun adik-adik saya sudah siap menyongsong ke luar dari belakang untuk membalas. Saya hanya berkata “ Jangan lakukan itu!! ”.

    Selesai itu, rumah saya dikerumuni banyak orang, sepertinya ada kejadian yang luar biasa, mereka pada umumnya pengin tahu apa yang sedang terjadi. Ada yang minta saya segera lapor pada polisi, ada pula yang mengatakan minta ganti rugi. Waktu itu saya hanya berpikir, apa yang harus saya lakukan? Perlukah saya menuntut ganti rugi? Bukankah saya sebagai guru Agama di sekolah, saya orang Kristen; rasanya tidak sesuai dengan iman kepercayaan saya untuk melakukan hal tuntut-menuntut. Itu sebabnya saya memutuskan untuk tidak menuntutnya dan minta ganti rugi.

    Dua jam kemudian ayahnya datang ke sekolah, dan dipertemukan dengan saya. Waktu itu dia mewakili keluarga minta maaf atas kejadian ini. Saya terima dan memaafkannya, walaupun sesungguhnya saya tahu di dalam hati bergumul sekali. Sebagai guru Agama saya mengajarkan Firman Tuhan supya mengampuni orang lain, sementara saya diminta menuntut pembalasan, walaupun saya berhak. Saya tidak bisa bayangkan seandainya waktu itu kedua orang adik saya juga ikut-ikutan membalas, bagaimana mungkin saya melanjutkan profesi saya sebagai seorang guru Agama?

    Saya bersyukur untuk kejadian ini yang melatih saya sabar dan menahan diri. Bagi saya kejadian ini merupakan suatu kemenangan, di hati saya tidak tidak tersimpan kebencian dan dendam termasuk terhadap anak itu, sebab saya tahu Tuhan Yesus telah terlebih dahulu mengampuni saya, dan Dia juga yang akan memberikan kesanggupan pada saya untuk mengampuni orang lain, seperti yang tertulis di dalam Kolose 3:13 “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.


  • Filemon harus mengampuni, karena sebagai orang percaya ia mesti mempraktekkan Kasih Karunia Tuhan ini

    Filemon menghadapi kasus pergumulan yang cukup berat. Sesuai suarat pengantar rasul Paulus, ia diminta menerima Onesimus di rumah, tinggal bersama dan hidup sebagai saudara, bukan sebagai budak lagi. Itu berarti Filemon harus melupakan semua kejadian pada masa-masa lalu. Itu berarti Filemon harus menerima kembali Onesimus apa adanya. Itu berarti Filemon harus dengan rendah hati menyambut Onesimus. Itu juga berarti Filemon harus berjuang keras melawan unsur manusia di dalam dirinya yang tidak menghendaki pengampunan uini terjadi. Sama seperti yang Tuhan Yesus laakukan terhadap kita, Ia membenci dosa yang kita lakukan, namaun Ia tidak pernah mebenci kita. Kalau hari itu Filemon berhasil melakukan semuanya hanya itu semata-mata karena Kasih Karunia dari Tuhan Yesus yang memberikan dia kekuatan.

    Sering kali kita mendengar keluhan dari mereka yang pernah jatuh ke dalam dosa kemudian bertobat, Tuhan Yesus sudah mengampuni dosanya namun orang-orang di sekitar termasuk juga orang ­orang di gerja tidak dapat menerimanya. Contoh konkretnya sewaktu rasul Paulus baru bertobat ia juga merasakan demikian, jemaat di Yerusalem takut menerimanya. Namun Barnabas yang percaya akan pertobatan Paulus ia dapat menerimanya (Kis 9 :26-28). Begitu juga sewaktu ada sekelompok orang menyeret seorang perempuan yang berbuat dosa, maka Tuhan Yesus meminta kepada siapa yang tidak berdosa supaya melemparnya dengan batu terlebih dahulu. Namun satu-persatu mundur, tidak ada berani melakukannya, karena mereka sadar bahwa mereka juga adalah orang berdosa. (Yohanes 8 : 7)

    Lewis B. Smedes di dalam bukunya yang berjudul Mengampuni & Melupakan (Forgive & Forget) menuliskan ada empat tahap Pemberian Maaf.

    Tahap pertama adalah sakit hati; ketika seseorang menyebabkan Anda sakit hati begitu mendalam dan secara curang sehingga Anda tidak dapat melupakannya. Anda terdorong ke tahap pertama krisis pemberian maaf.

    Tahap yang kedua adalah membenci ; Anda tidak bisa mengenyahkan ingatan tentang seberapa besar Anda sakit hati, dan Anda tidak bisa mengharapkan musuh Anda baik-baik saja. Anda kadang-kadang menginginkan orang yang menyakiti Anda juga menderita seperti Anda.
    Tahap ketiga adalah menyembuhkan; Anda diberi sebuah “mata ajaib” untuk melihat orang yang menyakiti hati Anda dengan pandangan baru. Anda disembuhkan, Anda menolak kembali aliran rasa sakit dan Anda bebas kembali.

    Tahap yang keempat adalah berjalan bersama; Anda mengundang orang yang
    pernah menyakiti hati Anda memasuki kembali dalam kehidupan Anda. Kalau ia datang secar tulus amak Anda berdua akan menikmati hubungan yang dipulihkan kembali.

    Filemon memasuki tahap keempat, hubungannya harus dipulihkan kembali dengan Onesimus. Ia mengundang kembali orang yang pernah menyakiti hatinya kembali ke dalam hidupnya. Sekali lagui, Sola Gracia, hanya Anugerah yang memungkinkan semua ini terjadi. Kalau hari ini Anda dan saya sadar bahwa kita adalah orang berdosa, sudah tentu kita tidak akan menganggap remeh orang-orang yang pernah jatuh ke dalam dosa. Beda antara kita dengan meraka hanya, “Dosa yang diperbuatnya sudah ketahuan, sedangkan dosa yang diperbuat kita belum ketahuan”. Tatkala Tuhan Yesus berada di atas kayu salib, salah satu ucapan Agung-Nya adalah “Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” Permisi Tanya beranikan kita membuka hati kita menerima orang-orang yang pernah menyakiti kita kembali? Saya tidak tahu siapa mereka? Mungkin mereka itu adalah orang tua kita? Anak-anak kita? Keponakan kita? Pasangan kita? Amantan pacar kita? Sekali lagi sya tidak tahu siap mereka? Kalau Filemon
    bisa mengampuni Onesimus maka kita juga semestinya harus bisa melakukannya. Mari teladanilah perbuatan Filemon ini. Mari teladi Tuhan Yesus juga. Sebelum kita datang memohon pengampunan kepada-Nya, sesungguhnya Ia telah mengampuni kita. Lalu, mengapa kita begitu sulit mengampuni orang lain? (Saud’S)

  • Seksualitas

    Penulis : Herlianto

    Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; disana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya di pegang-pegang. Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem. Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat birahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur pahlawan-pahlawan perang. . . . Walaupun hal itu dilihat oleh adiknya, Oholiba, ia lebih birahi lagi dan persundalannya melebihi lagi dari kakaknya. (LAI-TB, Yehezkiel 23:2-5,11)

    [block:views=similarterms-block_1]

    Ada orang mengatakan bahwa Alkitab bukanlah kitab yang suci karena ia berbau porno seperti terbaca pada ayat di atas. Membaca konteks ayat itu, kita tahu bahwa gambaran itu adalah simbolisasi dari perilaku umat Tuhan di Samaria dan Yerusalem yang disalahkan Tuhan. Namun, yang menjadi masalah mengapa perilaku dosa umat itu digambarkan dengan perilaku dosa seks?

    [block:views=similarterms-block_1]

    Dalam waktu sebulan terakhir ada tiga peristiwa dialami dalam kaitan dengan seksualitas, yaitu: pertama, dalam pencarian DVD untuk bahan ceramah, secara kebetulan ditemukan sebuah film antik berjudul KINSEY. Let s Talk About Sex ; kedua, diterima surat dari seorang yang dengan terus terang mengaku homo yang minta bimbingan karena ia rindu melepaskan perilaku itu; dan ketiga, ada undangan dari PMK FISIP-UNPAD yang mengundang untuk membahas masalah jender khususnya seksualitas pria.

    Film tentang kehidupan Alfred Kinsey menarik karena menunjukkan bagaimana ia menghadapi tantangan dalam penelitiannya namun akhirnya mendapat dana dari Rockefeller Foundation. Sebagai seorang biolog yang gemar meneliti serangga, ia kemudian meneliti perilaku seksual orang Amerika dan bukunya yang terbit tahun 1948 berjudul Sexual Behaviour of Human Male (kemudian disusul Sexual Behaviour of Human Female ) mengegerkan masyarakat Amerika waktu itu karena ia mengungkap rahasia kamar tidur yang selama ini ditutup-tutupi dalam masyarakat konservatif. Ia mengadakan penelitian terutama melalui metoda wawancara secara langsung. Buku itu tebal sekali dan di awal tahun 1970-an hanya sempat dibaca sebagian saja.

    Rekan pengidap Homo dalam suratnya menyadari bahwa kehidupan seksualitasnya tidak sesuai dengan firman Tuhan sehingga ia berkonsultasi dengan beberapa pendeta namun mengalami peristiwa pahit. Ada pendeta menyalahkannya sebagai berbuat terkutuk, tetapi pendeta lain malah mengajaknya main. Menghadapi ini ia makin bingung dan ingin mencari jawab Tuhan yang benar menghadapi masalah dorongan dalam dirinya itu yang sekarang disadarinya sebagai salah.

    Camp mahasiswa Fisip itu cukup menantikan diskusi soal seksualitas yang terbuka mengingat begitu mewabahnya film-film porno yang beredar di kalangan mahasiswa. Ada mahasiswa yang melontarkan isu onani (masturbasi) agar dibahas karena di gereja mereka belum pernah mendengar dibicarakannya isu yang dihadapi semua mahasiswa itu. Seorang asisten dosen antropologi yang bergabung dalam tim studi seksualitas di fakultasnya yang ikut hadir, mengemukakan bahwa salah satu penyebab kurang dibicarakannya masalah seksualitas di gereja adalah karena umumnya seksualitas masih dianggap tabu untuk dibicarakan.

    Memang dalam hal seksualitas, kita men2ghadapi dua kutub yang berseberangan, di satu kutup orang masih tabu membicarakannya bahkan menyalahkan ketidak-wajaran seksualitas sebagai dosa dan perbuatan terkutuk. Di kutub lain kita menyaksikan makin longgarnya permissivisme di masyarakat sehingga semua penyimpangan seksualitas dianggap hal lumrah dan halal kalau itu merupakan dorongan jiwa.

    Harus diakui bahwa banyak gereja dengan pendetanya yang masih berfikir puritan yang menganggap membicarakan seksualitas sebagai tabu, menutup-nutupi masalah ini sebagai urusan pribadi, dan tidak perlu membicarakan masalah yang terkutuk ini. Sikap demikian jelas tidak membantu memecahkan pergumulan seksual generasi modern yang dengan mudah dan murah membeli DVD blue film . Akibatnya banyak muda-mudi gereja lebih banyak mendapat informasi berkelimpahan tetapi keliru dari pasar daripada kebenaran firman yang seharusnya mereka ketahui. Dalam konteks demikian penelitian Kinsey benar-benar mengejutkan betapa banyak orang melakukan hubungan seksualitas yang aneh-aneh dan itulah kenyataan masyarakat Amerika kala itu.

    Di kutub lain keterbukaan seksualitas juga bukannya hal yang baik, karena apapun perilaku seksualitas yang dilakukan dianggap kewajaran karena dialami oleh masyarakat secara nyata. Kebebasan yang liberal memang tidak membawa jalan keluar karena kita love the sin & the sinner dan kurang mempertimbangkan konsekwensi sosial yang lebih luas, apalagi konsekwensinya dimata Allah. Bayangkan homoseksualitas adalah salah satu penyebab utama penyebaran Aids dan perilaku demikian biasanya dilakukan dengan banyak pasangan baik sesama jenis maupun tidak (promiskuitas), dan kita bisa melihat dampaknya secara sosial dan medis apa akibat yang ditimbulkan toleransi kebablasan yang beralaskan hak azasi kemanusiaan demi membela hubungan sesama jenis itu.

    Kinsey sendiri sebagai anggota gereja Metodis (diakui secara jujur tidak pernah ke gereja sejak masa anak-anak) dalam penelitiannya juga menunjukkan liberalisme dalam pemikirannya. Ia menerima semua perilaku masyarakat sebagai apa adanya dan tidak berusaha untuk menunjukkan hal-hal baik dan buruk dalam seksualitas dan juga tidak menawarkan rem pengaman pada masyarakat. Ketika asistennya mempermasalahkan statistik homoseksualitas dimasyarakat dan mengajak Kinsey melakukan homo-coitus dengannya, ia terjerat sehingga membuat marah isterinya. Ketika liberalisme pemikiran itu meluas dalam keluarga Kinsey, asistennya kembali meminta agar boleh bersebadan dengan isteri Kinsey, ia tidak bisa menolak dan toleransi dengan hasil penelitiannya.

    Di antara kedua kutub puritanisme dan liberalisme itulah kita membutuhkan bimbingan firman Tuhan agar bisa memberi rem pengaman dan tuntunan yang jelas akan dorongan seksualitas manusia dan bagaimana dorongan itu bisa tersalur secara bertanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat. Soal ini perlu dibicarakan di gereja-gereja dengan pembicara yang integritas iman dan etika seksual-nya setia kepada Alkitab. Kita tidak bisa menutup diri terhadap penyebaran informasi seksualitas melalui mass media yang begitu meluas dan lebih banyak menekankan nafsu dan kenikmatannya daripada seks sebagai saluran cinta-kasih dalam kerangka pernikahan dan pembentukan keluarga yang kudus dan bertanggung jawab di mata Tuhan.

    Alkitab banyak berbicara mengenai seksualitas dan tidak mengutuknya tetapi juga tidak membebaskannya sesuai keinginan nafsu kedagingan, tetapi Alkitab banyak berbicara mengenai rambu-rambu yang perlu bagi mereka yang mengalami proses kematangan seksual dan pernikahan. Banyak anak remaja gereja terjatuh dalam perilaku seksualitas yang membuka luas ke dunia penyakit kelamin (VD) dan terutama HIV/AIDS, tanpa mereka tahu adanya rambu-rambu dalam urusan seks. Banyak pernikahan kristen kacau dan dialami rekaman hubungan seksualitas yang sadistik. Film-film porno dan majalah-majalah semacamnya lebih banyak menjadi guru pendidikan seksual daripada para gembala gereja yang seharusnya menjadi gembala yang baik yang menuntun domba-dombanya bukan saja dalam hal-hal imani tetapi juga dalam hal etika terutama etika seksual.

    Sudah tiba saatnya umat Kristen sadar untuk menjadikan seksualitas sebagai bahan yang layak didiskusikan dalam terang firman Tuhan, agar gereja dapat menjadi benteng pertahanan yang baik yang bisa dijadikan panutan oleh para jemaatnya. Usaha preventif gereja lebih baik daripada menangani korban-korban ketidak sucian seksual, aborsi, kawin-cerai, promiskuitas, homoseksualitas, sexual sadism dan massochism, dan berbagai perilaku seksual lainnya, karena ingatlah bahwa:

    ... tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (LAI-TB, I Korintus 6:19-20)

    Sumber: www.yabina.org

    Seksualitas yang Seharusnya

    Penulis : Eka Darmaputera

    COBA tolong Anda definisikan apa "merah" itu! "Merah? Ah, kalau cuma itu sih, semua juga tahu!", begitu mungkin reaksi Anda. Ya, siapa yang tidak kenal warna "merah"? Tapi silakan mendefinisikannya, maka saya jamin, Anda pasti kebingungan. Saya duga, yang paling banter dapat Anda katakan adalah, bahwa merah itu bukan putih, bukan kuning, bukan biru, dan seterusnya.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Ini mirip dengan pengalaman saya, ketika di luar negeri saya diminta menjelaskan apa itu "demokrasi Pancasila" dan "ekonomi Pancasila". Gelagapan saya dibuatnya.

    Yang waktu itu spontan meluncur dari mulut saya adalah, bahwa "demokrasi Pancasila" itu bukan "demokrasi liberal" ala Amerika; tapi bukan pula "demokrasi rakyat" gaya Korea Utara. Dan "ekonomi Pancasila" adalah sistem ekonomi yang tidak kapitalis, namun sekaligus tidak pula sosialis".

    Yang ingin saya katakan adalah, bahwa kadang-kadang kita hanya bisa menjelaskan "what is" dari "what is not". Apa yang "ya", dari apa yang "tidak". Dan apa yang "harus", dari apa yang "tidak boleh".

    Hukum ketujuh Dasa Titah berbunyi, "JANGAN BERZINAH". Apa persisnya yang dilarang oleh hukum tersebut? Ada dua cara yang dapat kita tempuh untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, kita bisa menjawabnya dengan membuat sebuah "daftar larangan", yang boleh jadi tidak terbatas panjangnya, dan luar biasa banyaknya. Atau, kedua, kita dapat dengan ringkas mengatakan, bahwa "apa yang tidak boleh" adalah semua yang bertentangan dengan "apa yang harus".

    Tentu saja, saya memilih yang kedua. Yang berarti, kita akan membicarakan terlebih dahulu apa-apa yang "seharusnya", baru apa-apa yang "dilarang".

    * * *

    SALAH SATU konsep terpenting dan "khas" alkitab tentang "manusia", adalah pemahamannya bahwa manusia adalah satu kesatuan yang utuh. Satu kesatuan tubuh-jiwa-roh yang tak terbagi-bagi. Tanpa dikhotomi. Tanpa dualisme.

    Ini berlawanan dengan filsafat Yunani yang mengatakan, bahwa "tubuh" adalah penjara bagi "jiwa". Atau dengan dengan filsafat Timur yang mengajarkan, bahwa yang "rohani" itu mulia, dan yang "jasmani" itu hina.

    Dengan ringkas tapi tegas alkitab menyatakan, bahwa "manusia" adalah kesatuan "tubuh" dan "jiwa" yang tak terpisahkan. Kejadian 2:7 memberi kesaksian, "Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah, dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup".

    Artinya, baik tubuh maupun jiwa, kedua-duanya adalah dari Allah yang satu itu jua asalnya. Karena itu kedua-duanya baik, mulia, kudus. Manusia harus memuliakan Allah dengan segenap jiwanya, tapi juga dengan seluruh tubuhnya. Antropologi semacam ini tentu saja sangat menentukan bagi pemahaman mengenai "seksualitas".

    * * *

    KONSEKUENSI yang pertama adalah, bahwa - menurut alkitab - "seksualitas" pada dirinya, dan pada hakikatnya, adalah baik. Baik, sama seperti semua ciptaan Allah yang lain, menurut penilaian Allah, "sungguh amat baik" (Kejadian 1:31). Tidak kotor, nista atau hina. Sebaliknya, ia suci, mulia, menyenangkan.

    Pada satu pihak, kebutuhan maupun dorongan seksual diterima sebagai sesuatu yang alamiah. Sama seperti kebutuhan manusia akan makanan atau minuman. Sama seperti dorongan rasa lapar atau rasa haus. Karena itu alkitab tak pernah berusaha menutup-nutupinya. Tidak jarang malah terlalu eksplisit. Karena itu, bersyukurlah - jangan merasa bersalah -- bila Anda masih dikaruniai selera makan atau . nafsu seks!

    Namun, di lain pihak, toh ada sesuatu yang "lebih" atau "istimewa" pada seksualitas, yang tidak terdapat pada makan atau minum. Perkenankanlah saya memberi dua contoh sederhana.

    Yang pertama adalah kemungkinan yang unik dan eksklusif , yang dIkaruniakan Tuhan melalui seksualitas. Apa itu? Yaitu, kemungkinan manusia untuk memperoleh keturunan atau ber"prokreasi". Agar melaluinya, kelangsungan eksistensi manusia bisa terus berlanjut. Apa yang lebih mulia dan lebih istimewa dari pada ini? Kegiatannya barangkali memang cuma beberapa menit, tapi jangkauannya adalah ke"akan"an yang seolah-olah tanpa batas! Itulah seksualitas.

    Kemudian, yang kedua, bukan cuma menyangkut potensialitasnya semata, tapi juga realitasnya. Maksud saya, kenikmatan serta kepuasan lahir-batin yang dimungkinkan Allah untuk dialami oleh manusia, melalui kegiatan seksualnya ini! Ini juga tak terbandingkan dengan kegiatan apa pun yang lain.

    Seorang bapak gereja bahkan pernah mengatakan, bahwa satu-satunya pengalaman manusiawi yang dapat dipakai sebagai "pembanding", sehingga orang bisa memperoleh sekelumit gambaran tentang kenikmatan sorga nanti, adalah orgasme. Walaupun, tentu saja, perbedaannya juga luar biasa. Orgasme cuma berlangsung beberapa detik. Sedang kenikmatan sorgawi - yaitu ketika manusia mengalami "kesatuan mistis" dengan Allah -- berlangsung abadi.

    * * *

    DALAM ketegangan yang dinamis antara dua aspek itulah, kita menangkap pemahaman seksualitas yang khas alkitabiah. Aspek yang pertama adalah, ke"normal"an serta ke"natural"an-nya. Bahwa seksualitas itu normal! Dorongan-dorongannya natural! Sama seperti kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis Anda yang lain. Jadi, Anda tak perlu merasa malu atau merasa bersalah bila memiliknya. Sebaliknya, bersyukurlah!

    Mengatakan bahwa seksualitas itu "normal" dan "natural" berarti mengatakan, bahwa seksualitas penting. Bahwa tanpa itu, hidup manusia menjadi tidak penuh, tidak utuh, tidak lengkap. Bahwa hidup yang a-seksual adalah a-natural. Abnormal. Boleh-boleh saja Anda memutuskan untuk tidak menikah. Tapi jangan katakan, bahwa itu Anda lakukan agar Anda bisa menjadi lebih suci dan lebih dekat kepada Tuhan!

    Setelah mengatakan itu, toh kita harus segera menyatakan, bahwa seksualitas bukanlah satu-satunya yang penting. Bukan pula yang terpenting. Seksualitas bukan segala-galanya. Ia cuma "salah satu". Tak boleh kita per"setan"kan, namun jangan pula kita per"tuhan"kan!

    Seksualitas adalah salah satu aspek saja dari kehidupan manusia yang lebih luas dan lebih kompleks. Karena itu ia hendaknya juga dipahami dan diperlakukan dalam inter-relasi dengan komponen-komponen kehidupan yang lain. Tidak dalam "isolasi", melainkan dalam "koordinasi" dengan yang lain-lain itu. Yang benar berkenaan dengan seksualitas adalah yang "proporsional". Tidak "sex-maniac" tidak pula "sex-o-phobia".

    * * *

    "JANGAN BERZINAH". Pada satu pihak, larangan ini adalah salah satu saja dari sepuluh titah yang ada. Karena itu, jangan terlampau melebih-lebihkannya. Dosa seksual tidak lebih serius dibandingkan dengan dosa di bidang ajaran, atau dengan dosa dalam keluarga, atau dengan jenis dosa-dosa lainnya.

    Sebab itu bagi saya, adalah tragis dan ironis, ketika sekelompok masyarakat ribut besar dan merasa amat terganggu oleh "goyang Inul", tapi nyaris tidak bereaksi apa-apa ketika tindak korupsi semakin meluas, ketika tindak kekerasan meranggas, ketika perdagangan perempuan dan anak-anak dibiarkan semakin subur, ketika semakin banyak orang miskin yang tergusur, dan . ada orang yang malah sibuk menggagas "polygamy award".

    Namun toh benar juga, bahwa sekalipun "dosa seksual" hanya "salah satu" saja, tapi ia adalah "salah-satu" yang sama sekali tidak boleh dipandang remeh! Kita tidak boleh dengan enteng mengatakan, "Ah, biar saja! Habis, memang sudah zaman-nya sih!" . Atau, "Jangan usil ngurusin apa yang terjadi di bawah selimut orang , deh! Itu ´kan tanggungjawab masing-masing!"

    Tidak! Kita tidak bermaksud "usil" atau "iseng". Kita hanya mau peduli, sebab Tuhan pun sangat peduli. Dan Tuhan sangat peduli, karena dalam seksualitas ini terkait masalah "kekudusan". Baik kekudusan individual, maupun kekudusan relasional.

    * * *

    DALAM seksualitas terkait masalah "kekudusan relasional" antar-manusia. Telah sejak awal proses penciptaan, dengan jelas Tuhan menyatakan, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18).

    Kesendirian, menurut Allah, "tidak baik". Sebab kesendirian akan menciptakan ketidak-berdayaan. Ketidak-berdayaan yang hanya dapat diatasi dengan kehadiran seorang "penolong yang sepadan". Dan itulah antara lain hakikat serta fungsi seksualitas itu.

    Seksualitas memungkinkan mutualitas atau hubungan timbal balik antarmanusia. Juga kesetaraan antar manusia. Dan, jangan lupa, kesatuannya! "Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku . sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:23-24).

    Jadi "berzinah" itu apa? "Berzinah", berarti tercemarnya kekudusan serta integritas moral individual orang-per-orang. Tapi "berzinah" juga berarti rusaknya relasi yang mutualistis antar manusia: keseteraannya, kesatuannya, tolong-menolongnya. Ketika "perzinahan" terjadi, kekudusan terinjak-injak dan relasi kemanusiaan retak. Dan ini, Saudara, sungguh, adalah bencana!

    Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadsesu.html

    Self Discipline

    Oleh: Michael Griffiths

    Satu hal yang senantiasa mendapat tekanan dan mendorong orang-orang Kristen supaya memanfaatkan waktu mereka habis-habisan ialah ketidak-pastian hidup ini. Artinya, bukan saja ada kepelbagaian kesanggupan-kesanggupan atau jumlah bakat, melainkan juga kepelbagaian jangka waktu dari kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada seseorang. Bagian nats yang kita kutip dari Efesus 5 dan Kolose 4, yang bunyi terjemahannya ialah "menggunakan waktu yang ada" dapat juga diterjemahkan sebagai berikut: "menghabiskan kesempatan-kesempatan yang tersedia sampai sehabis-habisnya." Dan semua kita tahu, betapa banyak orang Kristen yang hidupnya pendek saja, namun telah mereka manfaatkan sepenuhnya.

    "Jadi sekarang, hai kamu yang berkata, hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu dan semua kemegahan demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana harus berbuat baik tapi tidak melakukannya, ia berdosa." (Yak 4:13-17)

    Kita bukan saja diingatkan bahwa segala sesuatu yang kita rencanakan untuk hari esok senantiasa tergantung dari perkenan ilahi, tapi juga hidup sendiri bagi embun, atau segumpal asap dan mungkin besok kita mati. Implikasinya adalah jangan kita ulur-ulur ke hari esok hal-hal baik yang dapat kita lakukan hari ini.

    Dalam kitab Amsal yang dianggap teladan orang yang berusaha sungguh-sungguh adalah ibu rumah tangga. Ia adalah istri yang berbudi dalam bab 31, yang berbuat baik pada suaminya sepanjang umurnya, bangun sebelum fajar dan pelitanya tidak padam. Makanan kemalasan tidak dimakannya (ayat 27b), orang miskin dan kekurangan beroleh pertolongan (ayat 20), kesehatan dan kesejahteraan keluarga terjamin dan mereka ini bangkit memuji Tuhan. Rahasianya ialah ia takut akan Tuhan (ayat 30) dan sungguh-sungguh memanfaatkan waktunya.

    Namun dalam amsal sebelumnya, kita melihat gambaran yang tegas tentang kelemahan si pemalas yang umumnya digambarkan sebagai kelakuan kaum laki-laki. Kita mencatat ciri-ciri berikut :

    1) Ia tak dapat membuat rencana. Ia tak mau membajak sebab takut kedinginan maka ia meminta sedekah pada musim menuai (Amsal 20:4). Semut bekerja keras pada musim panas tapi si pemalas tidur-tiduran sepanjang hari (6:6-8). la terlalu ngantuk untuk melakukan pekerjaan yang harus dilakukan. la tidak mampu melihat ke depan dan tak memiliki akal sehat untuk melakukan persiapan masa datang. Dewasa ini ciri-ciri ini tercermin dalam ucapan seperti "Bagaimana ya rasanya kok baru kemarin hari Minggu, tau-tau sudah Minggu lagi!" atau "Kok heran, kita selalu kehabisan waktu tapi pekerjaan semakin bertumpuk."

    2) Ia tak mampu mengatasi keseganannya untuk bekerja (Amsal 13:4)

    3) Perhatiaannya lebih tercurah pada masalah, bukan pada cara bagaimana mengatasi masalah (Amsal 15:19). Kesulitannya begitu bertumpuk hingga ia hanya bisa duduk dan menunggu (26:13). Orang-orang seperti ini menciptakan kesukaran bagi dirinya sendiri supaya ada alasan untuk tidak bekerja.

    4) Ia penghalang bagi orang-orang lain dan pengaruhnya merusak. "Orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak (Amsal 18:9). Tak heran banyak terjadi perpecahan dalam kepemimpinan gereja maupun gerakan pemuda. Apakah mereka bekerja hanya seperlunya saja sesuai dengan program-program lama yang sudah usang, atau pemimpin hanya sekedar duduk di kursinya karena ingin disanjung dan dihormati? Pemalas itu tidak menggunakan waktunya bagi kemuliaan Allah. Tak sedikitpun terlintas dalam pikirannya bahwa memuliakan Tuhan melalui pemakaian waktu adalah harta yang amat tinggi nilainya. Marilah kita gunakan waktu kita selagi masih ada kesempatan.

    Untuk didoakan dan direnungkan. Bagaimana sikap saya dalam memakai waktu yang ada, apakah saya sudah memanfaatkannya bagi Kristus? Apakah tahun-tahun berlalu tanpa ada sesuatu yang tercapai? Apa sasaran saya dalam memanfaatkan waktu sebagai orang Kristen?

    Siapakah Jodohku?

    Sulit menentukan resep jitu untuk menemukan jodoh yang tepat, meski tulisan ini akan menyajikan kriteria pemilihan, tetap harus dipahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan masih terbuka kemungkin pemikiran lain.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Kriteria Menentukan Jodoh:


    • Anda berdua harus memiliki minat yang banyak

    • Mampu tertawa bersama

    • Saling memiliki ketertarikan fisik yang kuat

    • Sependapat/setuju tentang ambisi dan sasaran hidup pasangan
    • Sepakat soal agama

    Kehidupan yang menarik: (minat yang banyak)
    Carilah orang yang memiliki kehidupan yang wajar, memiliki energi/semangat, imajinasi, dan percaya diri. Dengan demikian penting juga bagi seseorang untuk memiliki hidup yang normal sebelum Ia memutuskan mencari pasangan hidup. Pernikahan bukan untuk menambah beban/kesulitan hidup, dan orang tidak menikah hanya sekedar untuk menghilangkan kejenuhan. Harus ada saling pengertian/toleransi dalam hal minat, diperlukan antusiasme dan minat yang tulus terhadap minat pasangan.

    Tertawa Bersama
    Tertawa bersama penting dalam membentuk perkawinan yang kaya dan bahagia. Sifat humor diperlukan dalam situasi-situasi sulit yang sering timbul dalam rumahtangga. Kemampuan untuk tertawa menyatakan toleransi. Hindari orang yang tidak bisa tertawa.

    Ketertarikan fisik yang kuat
    Ketertarikan fisik mutlak perlu. Kalau pasangan Anda tidak menunjukan ketertarikan fisik, lebih baik cari yang lain saja. Dalam hal ketertarikan fisik pria cenderung lebih cepat dari wanita. Tanda-tanda ketertarikan bisa berupa lirikan disertai dengan senyuman khas atau memegang tangan... Kalau lebih dari itu.. yah harus berjaga-jaga sendiri.

    Ambisi dan sasaran hidup
    Ini vital, tidak terlalu penting calon pasangan Anda orang kaya atau bukan, yang lebih penting adalah apakah Ia mempunyai ambisi dan tujuan hidup yang jelas. Kalau calon Anda dari keluarga kaya sebaiknya dengarkan apa pendapatnya mengenai sasaran hidup yang ingin dicapai. Banyak rumahtangga kandas karena suami tidak memiliki ambisi untuk maju.

    Kesepakatan Agama Apa arti agama bagi pasangan Anda?
    Apakah dia peduli tentang apa arti agama bagi Anda?.

    Akhir kata, kapan harus menikah/tidak?:

    Jangan menikah:


    • Karena Anda merasa kasihan kepada seseorang.

    • Karena ingin melarikan diri dari rumahtangga Anda yang tidak bahagia.
    • Karena Anda bosan.

    • Supaya Anda diperhatikan oleh pasangan Anda

    • Karena setiap orang toh menikah

    • Jikalau Anda takut tentang seks atau tidak suka seorangpun meraba Anda
    • Karena Anda hamil

    • Kalau Anda masih punya keraguan yang besar.

    Anda siap menikah:

    • Kalau Anda sudah bisa membuat keputusan

    • Ketika Anda sudah bisa menerima keputusan yang bertentangan dengan Anda

    • Ketika Anda sudah bisa mandiri

    • Ketika Anda sudah bekerja

    • Ketika Anda sudah bisa menabung

    • Ketika Anda menghendaki hidup bersama orang tertentu melebihi semua hal.

    Siapakah Tulang Rusuk ku?

    Oleh:Mang Ucup

    Karena banyaknya pertanyaan yang masuk mengenai tulang rusuk maka saya tayangkan lagi artikel ini. "Kau anugerah terindah yang pernah kumiliki" begitulah yg diucapkan oleh Sheila-On-7 dan perkataan ini juga yg akan kita ucapkan apabila kita menemukan pasangan hidup yg cocok.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Aneh tapi nyata, kekhawatiran yg paling besar pada saat orang lagi pacaran ialah “Bagaimana kalau nantinya setelah kita menikah, ternyata tidak cocok, bahkan bertolak belakang?” Oleh sebab itulah pada saat kita memilih pasangan hidup, selalu kita mengajukan berbagai macam persyaratan2 yg dijadikan parameter kecocokan umpamanya sifat, hobby, pendidikan, agama yg harus sama dgn diri kita. Semakin banyak kecocokan semakin baiklah pasangan tsb.

    Tetapi apakah Anda tahu, bahwa ini sebenarnya adalah persyaratan gendheng yg paling gombal dan lucu, sebab kalho mo nyari yg benar2 cocok 100% dgn diri Anda, kenapa kagak mo kawin dgn diri sendiri azah ato dgn kloningannya. Disatu pihak kita merasa sangat bangga, bahwa kita ini merupakan manusia yg paling unik, karena kagak ada keduanya dikolong langit, tetapi dilain pihak pada saat mencari pasangan hidup, kita mencari copy-annya dari diri kita. Aneh kan?

    Tuhan telah menjanjikan akan memberikan pasangan yg “sepadan” untuk diri kita; Kejadian 2 : 18, "Tuhan Allah berfirman : Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya “yang sepadan dengan dia." (ézer kenegdo)

    Walaupun demikian “Sepadan” bukannya berarti harus cocok identis 100% dgn diri kita, melainkan agar kita bisa saling menggenapi satu dgn yg lain, dimana kita bisa menerima dan mengasihi pasangan hidup kita dgn segala kelebihan maupun kekurangannya. Sebagai contoh warna Yin & Yang itu sepadan tetapi beda jauh satu dgn yg lain. 2:21. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk (tséla) dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan (lé isysya), lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Perempuan disebut ´isysya - sebab dia diambil dari laik-laki (´isy) Kej 2:23.

    Dari satu tulang rusuk Tuhan telah membentuk seorang perempuan. Tuhan memilih tulang rusuk, sebagai lambang, karena tulang rusuk tsb menyediakan perlindungan untuk organ yg paling lembut dari pria, ialah jantung/hatinya. Jantungnya adalah pusat dari kehidupannya, paru2nya menggenggam nafas kehidupannya. Tulang rusuk akan membiarkan dirinya sendiri menjadi patah, sebelum ia mengijinkan kerusakan terjadi pada jantung. Seperti juga sifatnya dari tulang rusuk, ia itu kuat tetapi lembut dan mudah patah. Oleh sebab itulah tulang rusuk inilah yg dipilih oleh Allah untuk menciptakan pasangan hidup bagi kita. Dan tulang rusuk inilah yg membuat dan mendukung kita bisa jadi berdiri dgn tegak

    Saya percaya untuk tiap pria di dunia ini pasti sdh ada pasangannya yg telah disediakan oleh Allah atau tulang rusuknya. Tulang rusuk tsb tidak perlu seusia dgn kita, tidak perlu sebangsa dgn kita dan yg terpenting tidak perlu memiliki sifat & perangai yg sama seperti kita, karena fungsinya ialah menggenapi tubuh kita. Oleh sebab itulah dlm satu pernikahan, tunjukkanlah kepadanya, bahwa engkau adalah tulang rusuknya yg selalu melindungi tubuhnya. Dan tulang rusuk itu tidak pernah mengenal lelah, apakah Anda tahu bahwa tulang rusuk itu bergerak lebih dari lima juta kali setahun setiap kali bernafas.

    Untuk pria yg tidak mau menikah seperti Romo atau Biksu pasti ada biarawati atau biksuni yg juga ditakdirkan untuk tidak menikah karenanya. Sedangkan untuk pria homo pasti ada seorang perempuan yg juga menjadi lesbis karenanya. Terkecuali Yesus mungkin yg tidak memiliki pasangan hidup-Nya di dunia ini, karena Ia bukanlah manusia biasa, melainkan Allah yg menjelma menjadi manusia.

    Bagaimana kita bisa mengetahui apakah pasangan kita ini benar2 merupakan tulang rusuk kita? Yg sdh pasti pasangan tsb ingin selalu membahagiakan dan melindungi diri kita, ia selalu khawatir kalau kita jatuh sakit, ia turut bersedih hati apabila kita menderita, dan ia mau menangis dan tertawa bersama dgn pasangannya dan ia turut sakit atas penderitaan pasangannya.

    Teori yg bagus sekali, tetapi bagaimana kita bisa mengetahui dan mengenalnya pada saat kita lagi pacaran? Dibawah ini ada 10 ciri yg mungkin bisa digunakan sebagai pertanda apakah pasangan dihadapan kita ini tulang rusuk kita ataukah bukan? Ciri2 tsb tidak harus semuanya digenapi, tetapi minimum sebagian besar dari ciri2 tsb bisa dijadikan sebagai parameter dlm pencarian tulang rusuk kita:

    1. Pada pertemuan pertama langsung merasakan cocok dan tertarik olehnya, se-akan2 ia ini lain dari yg lain
    2. Apabila berada dekat dgn dia, Anda merasakan kenyamanan dan aman, seperti juga menemukan air segar pada saat kita sedang kehausan
    3. Ia mengasihi dan bisa menerima Anda apa adanya, dgn segala kelebihan maupun kekurangan2 diri Anda
    4. Ia tidak membuat Anda jadi bosan dimanapun dan kapanpun ia berada, sehingga di lokasi atau tempat paling membosankan sekalipun, Anda merasa senang apabila didampingi oleh dia.
    5. Ia adalah tempat dimana dan dgn siapa Anda bisa berbagi suka maupun duka, kepada siapa Anda bisa curhat dan mempercayai semua problem dan permasalahan Anda; tanpa harus takut ditertawakan ataupun dicemohkan olehnya, karena dgn dia Anda bisa bicara dari hati ke hati. Sehingga tanpa adanya perkataan yg diucapkan sekalipun ia bisa mengerti dan mengetahui perasaan isi hati kita.
    6. Kedua belah pihak berusaha untuk saling menyenangkan satu dgn yg lain, sehingga dlm waktu singkat saja, Anda telah bisa mengetahui apa yg disukainya dan apa yg tidak disukainya
    7. Anda ingin selalu berusaha untuk menyenangkan dia, entah melalui penampilan Anda, puisi, ataupun kado dsb-nya, begitupun juga kebalikannya
    8. Tidak bertemu beberapa saat saja sdh merasakan kehilangan inginnya sih kalho bisa nempel terus seperti perangko begitu
    9. Anda merasa bangga dgn kelebihan2 yg dimilikinya, sehingg kedua belah pihak bisa saling menghargai dan menghormatinya satu dgn yg lain
    10. Bersedia berkorban atau melakukan apa saja untuknya.

    Dan sebagai bahan renungan dalam mencari tulang rusuk Anda bacalah dan renungkanlah kalimat dibawah ini:

    • I love you not because of who you are, but because of who I am when I am with you.
    • To the world you may be one person, but to one person you may be the world

    Tetapi bagaimana kalho perbedaan sifatnya itu besar sekali, apalagi kalho ia memiliki sifat2 buruk seperti, cemburuan, pemarah, kasar, tidak sabaran dsbnya atau perbedaan usia/status yg berbeda jauh, beda agama/warga negara, apakah mungkin ia itu masih tetap tulang rusuk saya? Terlebih lagi bisa saja pada saat ini ia juga sdh menikah dgn wanita/pria lainnya? Mo tahu jawabannya bacalah oret2nya mang Ucup esok.

    Sindrom Patah Hati !

    Oleh : Mang Ucup

    Apakah Anda tahu bahwa orang yang barusan saja ditinggal oleh pasangan hidupnya, mengalami perasaaan gejala sakit seperti juga orang yang kena serangan jantung. Ini adalah hasil penelitian dari Kardiolog Ilan Wittstein dari John Hopkis University School of Medicine di Baltimore ­ Amerika yang diungkapkan pada bulan Feb 2005, sehingga ia menamakan gejala penyakit ini sebagai „Broken Heart Syndrom“. Rasa nyeri di dada, nafas pendek, bahkan otot jantung pun tidak bisa memompa darah secara normal lagi.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Pada saat kita sedang sedih, kita menutup diri, karena tidak ada gairah lagi untuk melakukan kegiatan apapun juga, selainnya ingin mengucilkan diri terus di dalam kamar. Satu-satunya impian dan harapan yang paling besar adalah dimana mereka mengharapkan agar pasangannya bisa dan mau balik kembali. Oleh sebab itulah hari-hari pertama setelah ditinggal oleh pasangannya, yang di pelototin dan di dengar hanya bunyi telpon dan HP nya saja dengan harapan mogah-mogahan ia mo nelpon lagi, walaupun hanya sekedar „Just to say hello“, tetapi kenyataannya boro-boro ia mo nelpon, no HP nya azah udah dirubah agar tidak bisa dihubungi lagi !

    Dan yang lebih menyakitkan lagi, pada saat Anda sedang sedih dan berduka karena ditinggal oleh pasangan Anda, ia sendiri menari diatas mayat Anda, dimana ia pamer dengan WIL (Wanita idaman lainnya) kemana-mana yang konon lebih cantik dan lebih muda. Teman dekat yang seharusnya membantu pada saat kita sedang sedih & sewot, bukannya berusaha untuk menghibur, bahkan kebalikannya dimana mereka menyindir atau mengejek dengan secara tidak langsung; dimana menceritakan tetang kelebihan-kelebihan dari pacar barunya.

    Kehilangan pasangan hidup itu seperti juga kehilangan tempat dimana kita bernaung, sebab disitulah kita merasa aman dan bisa mendapatkan kasih sayang, dan perasaan inilah yang dahulunya selalu diberikan oleh ibu kita.

    Menurut pakar psikologi, pada saat kita kehilangan pasangan hidup, kita akan menjalani tiga phase perasaan yang harus kita lalui:

    1. pada saat musibah itu terjadi kita akan marah dan protest, karena tidak mau menerima kenyataan dan berusaha untuk mencari tahu maupun menganalisa dimana letak kesalahannya: Kenapa hal ini bisa terjadi ? Tahapan ini pada umumnya tidak lama, akhirnya akan menjadi reda dengan sendirinya dan digantikan oleh perasaan lain.
    2. Hal ini terjadi pada saat kita sadar, bahwa hubungan tsb telah menjadi retak batu alias tidak dapat di lem lagi; kalho dalam bhs Sundanya „It´s over!“. Dari sinilah mulai berubah sifat marah, emosi tsb digantikan oleh perasasaan down, dan sedih yang berkepanjangan. Dan sekaranglah baru terasakan juga, bagaimana nyeri dan parahnya luka batin, ditinggal oleh pasangan hidup itu. Tahapan yang kedua ini adalah tahapan yang paling lama bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
    3. Tahapan yang terakhir adalah dimana akhirnya bisa menerima kenyataan pahit ini dan pikiranpun tidak terpusatkan lagi kepada masa lampau melainkan ke masa yang akan datang

    Kenapa kebanyakan perempuan menderita begitu lama ? Karena mereka sendiri tidak mau lepas dari memory masa lampaunya, jadi secara tidak langsung luka batinnya itu dipelihara. Dengan membaca kembali berulang-ulang SMS yang pernah dikirimkan olehnya, ataupun surat-surat cinta dimasa lampau, begitu juga dengan foto kenang-kenangan, bahkan foto dia pun masih tetap dipajang disebelah tempat tidur ! Ini adalah satu kesalahan besar, Anda tidak akan bisa sembuh dari luka batin Anda selama Anda masih tetap ingin berpegang terus dan tidak mau melepaskan masa lampau Anda.

    Anda harus menutup dan mengakhiri masa lampau tsb dengan mencantumkan kata „TAMAT“ segede mungkin, karena sudah tamat berarti tidak akan ada sambungannya lagi dan tidak perlu ada yang diharapkan lagi. Oleh sebab itulah juga sudah tiba saatnya dimana Anda harus, membersihkan hati, pikiran dari masa lampau tsb. Untuk ini Anda harus melakukan Action nyata, walaupun mungkin ini sukar dan berat, tapi kudu dilakukan.

    Hapus no HP nya dia ! Bakar tuh, semua surat maupun foto-foto yang bisa dan dapat mengingatkan dia lagi. Ganti foto dia yang ada di sebelah tempat tidur dengan fotonya Ballack pemain sepak bola Jerman ato foto botaknya Mang Ucup. Semua hadiah-hadiah yang pernah diberikan olehnya di jual atau diberikan kepada orang lain. Pokoknya jangan sampai ada tertinggal satupun juga.

    Disamping itu daripada menyiksa diri sendiri, mulai hari ini berusahalan untuk memanjakan diri sendiri, pergilah ke salon atau ketempat Spa. Shopping dan beli barang-barang yang sudah lama Anda dambakan. Gunting rambut Anda dan robah dengan cara style rambut baru, bukan untuk menyenangkan dia melainkan untuk menyenangkan diri sendiri.

    Pergilah berlibur atau melakukan aktivitas baru, seperti les dansa ataupun les bahasa asing atau belajar main tenis ataupun ikut paduan suara. Usahakan minium seminggu tiga kali harus keluar rumah untuk bertemu dengan kawan-kawan ataupun makan diluar. Cobalah furniture dirumah Anda di tata ulang, bahkan kalau bisa di cat baru ataupun gati wall papernya. Apabila belum punya anak, carilah hewa peliharaan mulai dari kucing s/d anjing yang penting cocok dan bisa menyenangkan hati Anda. Rubah jenis perfume maupun lipstick dengan yang lebih greng dan hidup warna maupun wanginya.

    Percayalah dengan melakukan berbagai macam aktivitas tsb, saya yakin Anda akan bisa lebih cepat keluar dari lingkaran setan tempat dimana Anda berpijak sekarang ini dan renungkanlah kenapa Anda dahulu bisa hidup bahagia tanpa dia sekarang tidak ? Orang lain mampu dan bisa hidup bahagia setelah kehilangan pasangan hidupnya, kenapa Anda tidak ? Dan janganlah berusaha untuk bertepuk sebelah tangan hingga mati pun ini tidak akan bisa terlaksana, begitu juga dengan cinta, cinta sepihak itu tidak ada dan hanya sekedar khayalan saja, maka dari itu lupakan untuk mencintai dia terus-menerus !

    Sinetron Kehidupan Berdurasi 5 Menit

    Oleh: Mundhi Sabda H. Lesminingtyas

    Bulan Maret lalu, Pdt. Julianto Simanjuntak membawakan seminar "Seni Merayakan Hidup Yang Sulit". Waktu 2,5 jam dimanfaatkan untuk mengajarkan 7 paradigma dari Seni Merayakan Hidup Yang Sulit, yang merupakan konseling praktis untuk diri sendiri. Ketujuh paradigma itu adalah sebagai berikut:
    (1) Masalah tidak untuk disimpan, tetapi dibagikan,
    (2) Masalah tidak untuk disesali, tetapi dirayakan,

    [block:views=similarterms-block_1]

    (3) Masalah bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan,
    (4) Masalah tidak menjauhkan, tetapi mendekatkan kita dengan Tuhan,
    (5) Masalah tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi,
    (6) Masalah bukan kutuk, melainkan berkat,
    (7) Masalah bukan cobaan, tetapi ujian untuk mendapatkan mahkota.
    Dengan ke-7 paradigma tersebut peserta diharapkan mengerti pimpinan Tuhan dan senantiasa bersyukur saat menghadapi kesulitan.

    Adalah hal yang biasa kalau Pdt. Julianto Simanjuntak meminta saya membagikan pengalaman bagaimana menjalani masa-masa sulit yang penuh penderitaan, baik dalam seminar, konseling kelompok maupun workshop/terapi "How To Forgive: Seni Mencinta Hingga Terluka".

    Dulu saya tidak pernah berpikir bahwa jalan hidup saya bisa menjadi pembelajaran bagi orang lain. Saya juga tidak berpikir kisah hidup saya ini cocok dengan seni yang keberapa dari Seni Merayakan Hidup Yang Sulit. Yang jelas, Pdt.Julianto Simanjuntak sering "mengorder" saya untuk memberi kesaksian selama 5 menit dan sayapun langsung mengiyakannya. Saya bersaksi bukan untuk mencari popularitas tetapi lebih untuk kesehatan jiwa saya sendiri. Saya sendiri mempercayai kata-kata yang menjadi moto LK3, yaitu: "Bagikanlah penderitaan Anda, maka penderitaan Anda akan berkurang. Bagikanlah kebahagian Anda, maka kebahagiaan Anda akan bertambah".

    Walau harus membagikan potret kehidupan yang begitu buruk, namun saya tidak pernah merasa malu karenanya. Yang ada hanya perasaan "plong" setelah membagikan beban kepada orang-orang yang tepat.

    Memang ada sedikit kesulitan bagi saya untuk mengisahkan perjalanan hidup perkawinan yang saya jalani selama 11 tahun, dalam bentuk kesaksian selama 5 menit. Tragedi hidup penuh kepiluan yang telah saya tulis dalam kertas A4 lebih dari 70 halaman itu mau tidak mau harus saya paparkan secara verbal selama 5 menit saja. Mungkin memang ada baiknya kisah saya hanya disajikan selama 5 menit saja, karena kalau terlalu panjang dan detail, bisa-bisa peserta seminar menghabiskan tissue persediaan kami hanya untuk mengusap air matanya. Lebih jeleknya lagi, saya pasti akan ikut menangis kalau melihat orang-orang menangisi saya.

    Sebelum seminar dimulai, saya bertanya kepada Pdt. Julianto Simanjuntak "Nanti saya bersaksi pada saat pembahasan seni yang keberapa?" "Seni ke 4" jawab Pdt.Julianto singkat. Sambil mengangguk hati saya bertanya-tanya heran "Oh ya?! Betulkah masalah yang saya hadapi ini tidak menjauhkan, tetapi justru mendekatkan saya dengan Tuhan?". Hati saya pun berbunga-bunga. Tak henti-hentinya saya mengucap syukur karena Pdt.Julianto Simanjuntak telah membantu saya untuk menarik benang merah dari apa yang saya alami.

    Di hadapan kurang lebih 100 peserta seminar "Seni Merayakan Hidup Yang Sulit" saya berjalan tegap untuk memberi kesaksian. Dengan kepala tegak dan pandangan mata lurus ke depan, saya menceritakan kisah saya dengan nada datar, tanpa kepiluan ataupun kecengengan. "Nama saya Ning, saya adalah single parent bagi 3 anak, yaitu Dika, Vika dan Mika" begitulah saya mulai memperkenalkan diri. "Tujuh belas tahun yang lalu saya bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat ganteng dan romantis, sebut saja namanya Arjuna. Arjuna memang sangat tampan dan diincar banyak perempuan. Waktu itu saya langsung jatuh cinta. Dua tahun kami berpacaran penuh romantisme. Karena saya melihat cinta Arjuna sangat besar, sayapun memutuskan untuk menikah. Dua tahun pertama, saya cukup bahagia sebagai istri yang dimanja" saya bersaksi sambil mengenang masa-masa manis dalam hidup saya.

    Sejenak saya mengambil nafas dalam-dalam sekedar untuk menambah kekuatan sekaligus menyiapkan peserta untuk mendengarkan kelanjutan kisah hidup saya. Beberapa detik kemudian saya melanjutkan cerita "Pada tahun ketiga, ketika anak pertama kami lahir, mau tidak mau saya harus membagi perhatian untuk suami, anak dan mengurus diri sendiri. Suami saya mulai protes karena merasa kurang diperhatikan. Ia pun mulai melakukan tindak kekerasan, baik berupa kata-kata kasar, kekerasan fisik maupun psikis, pelecehan dan kekerasan seksual maupun kekerasan ekonomi. Suami saya juga sering berselingkuh, mabuk-mabukan dan main judi togel. Suami saya tidak pernah menafkahi keluarga karena gajinya habis untuk dugem dengan teman-temannya. Bahkan sebaliknya, saya harus menyerahkan sebagian gaji saya untuk membiayai gaya hidup, penampilan dan pergaulan suami saya"

    Kira-kira 3 detik saya berhenti bicara sambil mengatur nafas, sebelum melanjutkan kisah saya "Pada tahun ke 5 perkawinan atau ketika anak kami berumur 3 tahun, hati saya sangat hancur karena harus menyaksikan buah hati saya; Dika yang hampir tiap hari disiksa oleh ayahnya. Saya sangat menderita karena harus hidup dalam penindasan selama 9 tahun. Namun penderitaan saya tidak sebanding dengan penderitaan Dika yang hanya menikmati 3 tahun hidup sebagai anak, sedangkan 6 tahun berikutnya harus hidup layaknya binatang. Malam-malam saya dan Dika hanya bisa mendekam di sudut kamar setiap kali mendengar suara kendaraan Arjuna datang. Hati kami dag-dig-dug, menahan rasa cemas yang begitu dalam, sambil menduga kira-kira siksaan apa lagi yang akan kami terima malam itu"

    Begitu melihat beberapa peserta di bagian kanan mulai mengusap air mata, saya berhenti sejenak dan mengarahkan pandangan ke sebelah kiri, supaya saya tidak terpancing ikut menangis. Namun karena peserta di sebelah kiripun banyak yang menyeka air matanya, saya melempar pandangan ke arah Bapak Panda Nababan yang duduk di tengah ruangan.

    "Pada tahun ke-11 atau tepatnya bulan Desember 2001, saat saya mengandung anak yang ketiga, suami saya meninggalkan kami. Suami saya murtad dan hidup bersama dengan perempuan lain tidak jauh dari tempat tinggal kami. Tiga bulan setelah kami ditelantarkan, tepatnya tanggal 9 Maret 2002 saya melahirkan anak yang ketiga, diantar dengan motor tetangga. Jadilah anak kami yang ketiga, yaitu Mika tidak pernah tahu siapa ayahnya" saya melanjutkan kesaksian tanpa air mata.

    Sejenak saya memuji Tuhan dalam hati karena bagian yang paling sulit dari hidup saya, telah saya kisahkan dengan lancar. Sejenak kemudian saya melanjutkan "Enam bulan pertama sejak ditinggalkan suami, hidup saya hancur berantakan, tidak karuan dan tanpa tujuan. Perasaan kecewa, marah, cemburu, malu, merasa terhina, merasa dibanding-bandingkan, bercampur aduk menjadi satu. Sakit sekali rasanya. Tiap hari saya hanya menangis dan menyesali diri, sampai-sampai anak saya terlantar dan mengalami gangguan psikologis yang sangat berat" saya berhenti sejenak untuk menahan air mata. Entah mengapa, sampai saat ini saya tidak sanggup menceritakan penderitaan Dika tanpa menangis.

    Sambil sedikit menengadah supaya air mata tidak menetes, saya pun melanjutkan kesaksian saya "Puji Tuhan, melalui keadaan Dika yang sangat terguncang, saya disadarkan untuk berhenti mengasihi diri sendiri. Saat itu saya tergerak untuk segera berdiri tegak, bangkit dan menata kembali hidup saya. Saya mulai mencari pertolongan Tuhan lewat para sahabat, rohaniwan dan konselor Kristen. Setelah kurang lebih 1½ tahun aktif mencari pertolongan, hati saya mulai pulih. Sampai saat ini, sudah 4 tahun lebih saya menjalani hidup dan berjuang membesarkan 3 anak hanya seorang diri" kata saya lega.

    "Dua tahun terakhir ini saya aktif dalam pelayanan, terutama sebagai penulis dan sebagai pembicara seminar di gereja-gereja dan lembaga Kristen lainnya. Saya bersyukur karena sejak tidak ada suami yang harus dilayani, saya punya waktu lebih banyak untuk memperhatikan diri saya sendiri, melayani Tuhan, memperhatikan anak-anak dan melayani sesama, terutama anak-anak Tuhan yang sedang terluka. Hal yang seperti ini tidak pernah saya rasakan saat suami masih ada di rumah" kata saya tegar.

    Setelah menyaksikan sinetron kehidupan saya yang memilukan namun "happy ending" di dalam Tuhan ini, peserta yang semula tegang atau meneteskan air mata, akhirnya kembali berseri wajahnya. Saya pun menggunakan sisa waktu untuk menutup kesaksian "Walaupun hati saya sudah berangsur pulih, namun saya masih terus belajar dan berupaya memulihkan hati lewat konseling, terapi kelompok dan pembelajaran How To Forgive di LK3, karena saya ingin menguasai ketrampilan mengampuni dan Seni Mencinta Hingga Terluka".

    Spiritual Dehydration

    Pengikut-pengikut Yesus yang paling aktif kadang-kadang menemukan diri mereka merasa terkuras habis dan kering kerontang secara rohani. Pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja gereja lainnya juga sering merasa demikian pada hari Minggu. Terutama jika seminggu sebelumnya mereka dipenuhi kesibukan dan kegiatan rohani yang luar biasa banyaknya, apalagi pada perayaan hari-hari besar Kristen. Setelah melalui satu minggu yang sibuk, saya sering berkata kepada istri saya, Angela, "Saya merasa seakan-akan seseorang telah menyeret kaki saya dan menguras habis energi saya!"

    [block:views=similarterms-block_1]

    Pekerja-pekerja gereja bukanlah satu-satunya yang mengalami pengaruh-pengaruh berkepanjangan dari "kekeringan rohani". Siapapun yang bekerja menghadapi publik secara terus-menerus pasti mengetahui perasaan ini. Pelayan dalam bidang jasa, guru, pekerja kesehatan dan para pekerja sosial adalah orang-orang yang rentan dan mudah mengalami "kekeringan rohani".

    Tak dapat dihindari, orang-orang yang tinggal atau bekerja dalam lingkungan yang amat menekan akan menemukan sumber energi mereka menjadi kering. Orangtua yang mengasuh anak-anak dan remaja juga sering mengalami persediaan spiritual/rohani mereka menjadi terkurang habis (kosong).

    Ironisnya, orang Kristen yang paling aktif adalah kandidat/calon paling utama yang mengalami "kekeringan rohani". Mengapa? Karena sangatlah mudah untuk menjadi begitu sibuk saat melakukan "pekerjaan Tuhan" sampai anda memiliki sedikit atau tidak ada waktu sisa untuk menikmati kehadiran Tuhan.

    ANDA TIDAK BISA MEMBERIKAN APA YANG TIDAK ANDA MILIKI

    "Kekeringan rohani" tidak hanya disebabkan karena kita terus-menerus memberi, tetapi juga karena kegagalan untuk mengisi kembali sumber- sumber daya rohani yang kita miliki.

    Seringkali, merupakan keuntungan bagi saya untuk dapat berbicara dengan para pendeta dan pelayan Kristen. Yang saya perhatikan, persoalan serius yang mereka hadapi adalah "kekeringan rohani". Saya katakan kepada mereka, "Anda tidak bisa memberikan sesuatu yang belum anda terima." Anda berpikir bahwa persekutuan anda dengan Yesus sebanding dengan pelayanan yang anda lakukan untuk Dia. Namun justru kebalikannya. Pelayanan anda ada disebabkan karena adanya persekutuan dengan Dia. Tanpa memiliki persekutuan dengan Yesus, semua pelayanan anda hanya menjadi sebuah pertunjukan dan kepura- puraan.

    Ilustrasi:

    Hampir sepanjang hidup saya tinggal di Pennsylvania bagian barat dekat Pittsburgh, sebuah kota yang diidentikkan oleh sebagian besar orang dengan baja, batubara dan cerobong-cerobong asap yang memuntahkan kotoran ke udara. Beberapa waktu yang lalu, gambaran itu memang tepat untuk kota ini, tetapi sekarang tidak lagi. Saat ini Pittsburgh adalah salah satu pemandangan yang terindah di Amerika. Datang melalui terowongan Fort Pitt, salah satu dari terowongan- terowongan yang menjadi jalur lalu lintas menuju ke daerah pusat kota, saya menyaksikan saat kota ini berkembang dan memiliki pemandangan luas yang indah tepat di depan mata. Berapa kalipun saya melihatnya, hal itu masih merupakan pemandangan yang mengagumkan.

    Suatu hari saat mendekati terowongan-terowongan tersebut pada jam sibuk, saya terjebak kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Mobil- mobil dan truk berbaris bermil-mil, menunggu agar dapat melewati terowongan tersebut. Saat kendaraan-kendaraan merayap turun dari sebuah bukit menuju terowongan-terowongan tersebut, lebih banyak lagi kendaraan lain yang menyusul rangkaian itu, memperparah kebuntuan jaringan jalan bebas hambatan yang sudah kelebihan beban tersebut. Emosi memuncak dan radiator memanas makin menambah rumit keadaan. Perjalanan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu 20 menit dari bandar udara menuju kota ternyata memakan waktu saya selama hampir dua jam.

    Penyiar berita pada malam itu mengungkapkan penyebab terjadinya kemacetan tersebut. Ada sebuah mobil kehabisan bensin di tengah terowongan, pengemudi dan keluarganya duduk diam di dalam mobil itu karena ketakutan (ditambah lagi dengan mendengar umpatan-umpatan kasar dari para pengemudi lain saat mereka melintas). Karena takut untuk keluar dari mobil dan mencari bantuan, mereka tetap terhalang dan terhenti di tengah jalur cepat.

    Tidak hanya si pengemudi telah membahayakan dirinya, tetapi dia juga telah membahayakan seluruh keluarganya dan hampir menyebabkan terjadinya bencana bagi ratusan orang lainnya. Bersyukur karena tidak terjadi malapetaka, namun pengemudi tersebut tentu saja telah membuntukan jaringan jalan bebas hambatan dan menyusahkan begitu banyak orang.

    AKIBAT KEKERINGAN ROHANI

    Hal yang sama terjadi saat anda mengalami "kekeringan rohani". Kemungkinan anda adalah orang yang kehabisan bensin, namun dampak- dampak dari "kekeringan rohani" yang anda alami mempengaruhi orang- orang di sekitar anda. "Kekeringan rohani" yang dialami seorang pendeta menandakan kematian jemaatnya; tangki rohani seorang ayah yang kosong akan mengorbankan anggota-anggota keluarganya; seorang atasan yang persediaan spiritualnya kering akan memberikan kesan spiritual yang buruk pada para pekerjanya. Lusinan, kadang-kadang ratusan, bahkan mungkin ribuan orang lain terpengaruh secara negatif manakala seorang Kristen membiarkan dirinya kehabisan bahan bakar secara rohani.

    BEBERAPA INDIKASI KEKERINGAN ROHANI

    "Kekeringan rohani" akan jelas terlihat jika kita melakukan banyak aksi pelayanan tapi memiliki motivasi yang kurang benar. Jika kita sering menggunakan jargon-jargon Kristen tetapi dalam kehidupan nyata kita tidak memiliki kuasa rohani, maka kita sebenarnya sedang mengalami "kekeringan rohani". Orang yang "kekeringan rohani" ditandai dengan banyaknya menekankan doktrin-doktrin tapi hidup tanpa kasih di dalamnya. Tanda lain dari "kekeringan rohani" adalah ketika kita menjadi pelayan Kristen yang bekerja paling keras tapi sekaligus juga menjadi pengkritik yang paling keras terhadap orang lain dan diri sendiri. Jika seorang pelayan Tuhan tiba-tiba berhenti melayani pekerjaan Tuhan yang biasanya paling ia sukai, karena sebab-sebab yang tidak jelas atau tidak penting, mungkin anda sedang mengalami "kekeringan rohani".

    SUMBER UNTUK MENYEMBUHKAN KEKERINGAN ROHANI

    Jika anda mengalami tanda-tanda di atas, kembalilah kepada Tuhan yang menjadi sumber kekuatan kita, seperti yang dikatakan Yesaya,

    "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru:" (Yesaya 40:31)

    Percayalah kepada kekuatan Allah dan jangan pada kekuatan diri sendiri. Allah berkuasa untuk menciptakan sumber kekuatan rohani untuk mengisi bejana anda yang kosong. Ia adalah "Yehova Jireh", Allah yang menyediakan. Ia bukan Allah yang hanya menonton tapi Ia terlibat dalam detik demi detik hidup kita hingga saat ini. Ia tidak pernah terlalu sibuk dan terlalu capai untuk mendengarkan dan berkomunikasi dengan kita.

    Ketika kita mengalami "kekeringan rohani", jangan biarkan kesombongan kita menyebabkan kita semakin jauh dari Tuhan. Panggillah nama-Nya, ijinkan Dia untuk membangkitkan semangat anda lagi dan memulihkan kekuatan anda. Dengarlah suara-Nya, peganglah janji-Nya, karena Ia adalah setia.

    Sumber: Tise

    Sukacita Modal Utama Awet Muda dan Hidup Sehat

    Penulis : Manati I. Zega, S.Th

    Kemelut dan krisis multidimensi yang melanda negeri ini, sangat berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam penampilannya. Ada sebagian orang yang tidak mampu lagi memelihara dan menjaga kesehatannya sehingga kelihatan tua lebih dini di usia yang masih muda. Hal ini memang dapat dipahami karena beban hidup yang semakin berat dan persoalan hidup yang semakin bergelombang. Kompleksitas problem kehidupan membuat penampilan seseorang tidak lagi awet muda, karena dibebani dengan stress yang tiada hentinya dari hari ke hari.

    [block:views=similarterms-block_1]

    Sesungguhnya hidup sehat dan awet muda merupakan kerinduan setiap orang. Orang yang usianya telah lanjut, rindu agar penampilannya seperti di saat masih muda. Karena itu untuk memenuhi keinginan tersebut; ada usaha-usaha yang dilakukan ke arah itu, misalnya, menjalani operasi plastik. Wajah yang sudah keriput, dipercantik atau dibuat kelihatan lebih muda melalui beberapa usaha. Dewasa ini banyak usaha yang dilakukan dan terus dikembangkan.

    Di masyarakat, kita sering menyaksikan orang yang sudah berusia 50 tahun, tetapi ketika orang lain menilai nampaknya baru berusia 25 tahun atau paling kuat 30 tahun. Lalu orang mulai berkomentar, wah dia sungguh awet muda. Sebaliknya, ada orang yang baru berusia 35 tahun atau 40 tahun; tetapi orang lain menduga telah berusia 60 tahun. Hal ini tentunya menarik untuk diselidiki. Mengapakah demikian ?

    Melalui artikel ini, saya berusaha untuk membahasnya. Apakah yang dimaksud dengan awet muda dan bagaimana mendapatkannya ? Dalam "Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern" karangan Muhammad Ali terbitan Pustaka AMANI Jakarta mendefinisikan hal ini. Awet muda adalah "suatu keadaan yang tahan lama dan kelihatannya tetap muda, meskipun usia telah menjadi tua.

    Sebagai contoh, Titiek Puspa, penyanyi kondang Indonesia serba bisa kelihatan masih muda walaupun usia sebenarnya sudah tua. Sekarang timbul pertanyaan, apakah itu yang dimaksud awet muda? Awet muda memang hal yang menarik untuk dibicarakan, karena semua orang pasti mengingininya. Oleh sebab itu banyak orang yang bergegas untuk dapat meraihnya. Ada orang yang memakan ramuan tradisional, misalnya jamu untuk mencapai keinginan agar tetap awet muda. Tujuannya adalah agar penampilan fisiknya tetap seperti ketika masih muda. Fisik yang menarik dan tubuh yang sehat merupakan keinginan dari setiap insan. Hal ini sesuai pula dengan semboyan olah raga "Mensana In Corporesano" yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hampir di setiap toko dijual krim yang mencegah kulit jadi keriput. Ada juga salon kecantikan yang menjadikan perawatan muka dengan masker. Bagi yang rambutnya telah beruban, semir yang menghitamkan rambut dijual di toko-toko. Tujuan final dari semuanya ini adalah agar awet muda dan kelihatan lebih muda beberapa tahun.

    Pada umumnya persepsi orang tentang awet muda hanya sebatas penampilan fisik semata-mata. Wajah yang tidak keriput, bodi yang tetap tegar dan meyakinkaan; lalu disebut awet muda. Bahkan ada orang yang takut menjadi tua atau disebut tua. Saya pernah mempunyai pengalaman menarik dengan orang semacam itu. Walau fisiknya sudah tua dan bongkok, namun dia minta dipanggil nonik, suatu panggil untuk anak-anak atau remaja.

    Dalam perkembangannya, ada sebagian wanita yang melahirkan anaknya tidak melalui "pintu alami" yang diciptakan oleh Tuhan, tetapi melalui perut dalam suatu proses operasi. Kalau ditanya mengapa berbuat demikian? Jawabnya agar tetap cantik, ayu, dan satu lagi agar tetap awet muda.

    Ada juga orang yang berpendapat, kita harus tetap awet muda untuk menghindari kemungkinan suami atau istri berselingkuh dengan orang lain. Fakta membuktikan bahwa banyak pasangan suami istri yang bercerai melihat pasangannya tidak lagi seperti ketika masih muda dahulu. Karena itu, penampilan fisik tetap dipelihara agar menarik. Bahkan ada usaha yang dilakukan dengan memesan obat-obatan tertentu dengan harga yang sangat mahal, agar penampilan fisiknya tetap awet muda. Yang perlu diperhatikan disini adalah, apakah awet muda itu hanya sebatas penampilan fisik? Kalau definisinya demikian, maka cakupan pengertian awet muda itu sangatlah sempit.

    Karena orang pada umumnya membatasi pengertian awet muda tersebut hanya sebatas penampilan fisik, akibatnya terlalu mengasihani diri dengan tujuan menjaga kesehatan. Tentang pokok ini, pakar kesehatan S.D Gunatilaka, LSM dan S. Winstedt, M.B; Ch. B mengatakan demikian : "We can be healthy and make the most of life by forming good habits and practising the law of health."

    Menurut pendapat dari pakar di atas, dengan membentuk kebiasaan yang baik dan mempraktekkan hukum-hukum kesehatan; maka orang tersebut sehat sehingga akibatnya tetap awet muda dalam penampilan fisik yang dapat dilihat oleh orang lain. Apakah pengertiannya demikian?

    Menurut pemahaman saya, pengertian awet muda sebagaimana disebutkan di atas amatlah sempit. Tidak mungkin dikatakan awet muda kalau hanya meliputi penampilan lahiriah. Untuk lebih memperjelas pengertian ini, kita akan melihat melalui pengertian yang terdapat di dalam Alkitab sebab Alkitab adalah kebenaran sejati yang dapat diyakini seutuhnya. Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah sebab diilhami (theopneustos, bhs Yunani) oleh Allah.

    Awet muda yang dimaksud oleh Alkitab bukanlah hanya sebatas penampilan fisik, melainkan dalam pengertian yang jauh lebih luas. Maksudnya, penampilan fisik dan juga semangat hidup, semangat melayani, loyalitas serta keadaan seperti ketika masih muda. Dalam hal ini, usia tidak bisa dijadikan standar penilaian bagi seseorang yang awet muda. Dalam kenyataan sehari-hari, kita bisa menyaksikan ada orang yang usianya sudah tua, tetapi semangat pelayanannya sangat tinggi. Ini juga dapat dikatakan sebagai awet muda. John Sung, sangat terkenal sebagai orang yang memiliki semangat pelayanan yang sangat tinggi dan berkobar-kobar bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus. Dengan semangat pelayanannya yang membara; dedikasinya yang layak dicontoh oleh generasi berikutnya, John Sung digelari sebagai "Obor Allah di Asia". Dia tidak kenal lelah dalam pelayanannya; meskipun dalam keadaan sakit, tetap melayani. Inilah yang disebut dengan awet muda. Rev. Dr. Billy Graham terkenal sebagai penginjil dunia yang berkualitas dan bergengsi dalam skala dunia internasional. Dalam usianya yang tua sekarang, beliau masih memiliki semangat seperti ketika masih muda. Api pelayanannya tidak pernah pudar ditelan usia yang semakin tua. Inilah contoh awet muda yang saya maksudkan. Awet muda bukanlah hanya penampilan lahiriah, itu namanya awet muda yang hanya separuh-separuh, tetapi yang dimaksud adalah secara menyeluruh.

    Alkitab memberikan resep mujarab dan tidak dapat dibeli di toko atau supermarket manapun. Banyak sarjana sekuler yang non teologi menyetujui resep tersebut. Bahkan dunia kedokteran pun sangat mendukung kualitas resep dimaksud. Resep itu adalah SUKACITA. Di dalam Alkitab, Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama mencatat 150 kata tersebut. Kata tersebut adalah SUKACITA. Kata yang masih serumpun dengannya adalah SUKARIA dicatat sebanyak 24 kali. Tentunya merupakan hal yang serius dan patut mendapat perhatian dari kita semua. Dalam bahasa Ibrani, sukacita diterjemahkan "simkha"; berasal dari kata kerja "sameakh". Pengertian dari kata ini adalah kegembiraan yang berlimpah yang bisa dilihat secara lahiriah oleh seorang yang berada di sekitar kita. Juga berarti, kegembiraan yang keluar dalam hati seseorang sebagaimana di saat-saat sukar dan tidak mungkin bergembira. Sedangkan dalam Perjanjian Baru sukacita menggunakan kata Yunani "khara", berasal dari kata kerja "khara". Kata lain yang masih mempunyai arti yang sama adalah "agalliasis" yang berarti sukacita yang besar, yang tak tertahankan lagi, sukacita yang meluap setiap saat dan tidak dipengaruhi oleh kondisi buruk yang ada di sekitarnya. Maksudnya, apapun yang terjadi tetap bersukacita, sekalipun pada saat yang tidak mendukung dan menguntungkan secara pribadi.

    Rev. DR. Billy Graham dalam bukunya "Roh Kudus", mengutip pendapat uskup "Stephen Neil" yang menyatakan demikian : "sebab orang-orang Kristen mula-mula adalah orang yang penuh SUKACITA, karena itu dapat menaklukkan dunia". Mereka mampu untuk melalui masa-masa sukar, masa- masa krisis, masa-masa yang tidak menyenangkan sebab mereka tetap di dalam sukacita.

    Dewasa ini, masyarakat Indonesia masih dalam krisis multidimensi. Krisis ekonomi, krisis moneter, krisis kepercayaan kepada pemerintah, krisis moral, krisis sosial, krisis etika dan bahkan yang lebih mengerikan lagi krisis iman di kalangan orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Sebagian orang sudah tidak meyakini kemahakuasaan Tuhan. Mereka berpikir Tuhan juga sedang mengalami "krisis" sehingga tidak mampu lagi menolong umatNya. Benarkah demikian? Tentunya pendapat ini salah, sebab Allah tidak terimbas oleh krisis. TanganNya telah berpengalaman untuk menolong dan memberkati umat-Nya. Sekalipun keadaan di luar mengerikan dan sepertinya tidak ada lagi yang mampu menolong, namun perhatikan hal ini baik-baik, bagi anak-anak Tuhan tersedia jalur khusus untuk menolong dan memberkati mereka yang berharap dan menantikan pertolonganNya. Bagaimana dengan Anda? Tetaplah bersukacita sekalipun kesukaran datang menghimpit dan menindih kehidupan Anda.

    Mungkinkah Tetap Bersukacita?

    Pertanyaan yang biasa dilontarkan adalah "bagaimana saya bisa bersukaciita, sementara saya sedang berada dalam keadaan krisis yang amat sukar?" Alkitab mengajarkan walaupun dalam keadaan sukar tetaplah bersukacita. Apa mungkin? Ya, mungkin. Sebab Allah itu sumber sukacita. Kalau kita meninjau dalam Alkitab, kita akan menemukan tokoh-tokoh yang tetap bersukacita sekalipun hidup di tengah situasi krisis yang sangat menekan kehidupan mereka. Sebagai contoh adalah Paulus. Paulus adalah tokoh yang tidak terimbas dengan krisis sekalipun dirinya hidup di tengah situasi yang sangat krisis. Dia terkenal sebagai pribadi yang tetap bersukacita dalam penderitaannya. Surat Filipi ditulisnya ketika sedang berada dalam penjara. Menurut logika manusia, penjara bukanlah tempat yang layak untuk bersukacita, tetapi dalam surat yang ditulisnya Paulus justru tetap bersukacita. Situasi penjara yang tidak menguntungkan bukanlah alasan baginya untuk tidak mengungkapkan sukacitanya. Surat Filipi sebagai bukti otentik dari pernyataan ini. Karena itu, surat Filipi sangat terkenal dengan tema sentral "sukacita". Dengan demikian, kesukaran dan penderitaan hidup bukanlah hal yang asing baginya, ia tidak pernah mempersalahkan Allah tetapi Alkitab menyaksikan bahwa Paulus tetap bersukacita. Bahkan suatu kali bersama dengan rekannya Silas, di dalam penjara mereka tetap bersukacita, mereka bernyanyi dan memuliakan Allah yang mereka percayai.

    Mengapa Aku Tidak Dapat Bersukacita?

    Sukacita bersumber dari Allah. Allah adalah sumber sukacita sejati. Sukacita hanya didapatkan di dalamNya. Ini berarti, bahwa sukacita mampu diraih oleh seseorang apabila dia dekat dengan Tuhan. Pemazmur menyaksikan bahwa hanya dekat Allah saja ada ketenangan abadi yang tidak didapatkan di dunia ini (Mazmur 62-63). Seorang tokoh yang terkenal dalam dunia EXACTA bernama PASCAL, dia terkenal dengan teori gas yang pernah ditemukannya dengan formulasi F1 = F2. Pascal berkata : "Di dalam hati manusia ada titik yang kosong yang tidak bisa diisi oleh siapapun juga kecuali hanya oleh Penciptanya." Pendapat ini dapat dikatakan Alkitabiah sebab manusia adalah ciptaan Allah, maka sebagai ciptaan dia harus berhubungan dengan Penciptanya; kalau tidak ada dia akan merasakan kehampaan dan kekosongan jiwa di dalam hidup ini. Hal tersebut sangat sesuai dengan yang dikatakan oleh Pemazmur di atas. Terjawablah pertanyaan di atas, bahwa seseorang tidak dapat bersukacita sebab tidak dekat dengan Allah. Dunia ini tidak dapat memberikan sukacita, sukacita hanya dapat diberikan oleh oknum illahi, yang dapat ditemukan dalam pribadi Tuhan kita Yesus Kristus.

    Sukacita Analisis Kedokteran

    "Sukacita adalah resep paling mujarab agar dapat awet muda" demikianlah tutur Dr. Ellyana Dewi yang pernah saya wawancarai beberapa tahun lalu. Menurutnya, sukacita melebihi obat semahal apapun dalam mencapai awet muda. Dengan bersukacita berarti mengurangi ketegangan-ketegangan psikologis yang dialami oleh seseorang. Dia masih mampu tersenyum ketika beban hidup menindih kehidupannya. Dia masih mampu memikirkan hal-hal positif di saat-saat yang negatif mengelilingi kehidupannya. Menurut Ilmu Kesehatan, ketegangan psikologis menyebabkan wajah seseorang kelihatan lebih tua, sekalipun usianya masih muda. Tidak ada keceriaan yang terpancar dari kehidupannya. Membiarkan diri terhanyut dalam suasana kemurungan sangat mempengaruhi penampilan seseorang. Wajah yang sebelumnya mulus sekarang mulai keriput, akibatnya kelihatan lebih tua di usia yang masih muda. Tetapi sebaliknya, orang yang selalu bersukacita, selalu riang, selalu tenang menghadapi kenyataan hidup ini sekalipun hal itu sukar baginya. Mengapa? Sebab dia tidak membiarkan tekanan-tekanan menguasai seluruh kehidupannya. Dengan sukacita yang melimpah-limpah, maka masalah yang berat sekalipun nampaknya kecil, sebab dia masih mampu memikirkan jalan keluarnya. Karena itu, di dalam ilmu Kedokteran seseorang yang menderita tekanan yang luar biasa; biasanya dokter menghadapinya dengan situasi santai sehingga menyebabkan pasien tidak tegang bahkan berusaha membuat si pasien tertawa. Tujuannya agar tidak terjadi ketegangan psikologis. Menurut Dr. Ellyana Dewi, sangat tepatlah kata Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab. Lebih lanjut tuturnya, resep ini tidak dijual dimana-mana kecuali seseorang datang kepada Tuhan Yesus. Dalam situasi sukar pun tetaplah bersukacita. Diabad ini, ketegangan dan krisis yang semakin sukar akan melanda seluruh umat manusia. Mengapa? Karena memasuki abad XXI, tantangan dan beban kehidupan semakin berat. Hanya orang-orang yang tetap hidup dalam sukacita akan mengalami awet muda dalam pengertian yang luas. Memasuki abad yang menegangkan ini, penyair D. Zawawi Imron berpendapat, "orang tidak perlu banyak duit untuk merasakan betapa indahnya hidup ini. Kalau kita berpikir dengan sungguh-sungguh dan menghayati hidup ini secara mendalam, menyaksikan seekor katak yang meloncat ke dalam airpun sudah mendatangkan rasa sukacita yang luar biasa."

    Analisa Para Pakar Alkitab

    Dr. Billy Graham dalam buku yang sama, menegaskan bahwa "sukacita adalah karakter illahi yang memampukan anak-anak Tuhan melewati masa- masa sukar." Lebih lanjut dikatakannya, sukacita membuat kita tetap dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani sehingga serta merta awet muda pun mengikutinya. Ketika kesehatan seseorang mulai stabil; maka ia akan mampu melakukan apa saja yang dikehendakinya. Meskipun usia lanjut, tetapi mampu melakukan perkara-perkara kekal. Inilah yang dimaksud dengan awet muda dalam pengertian yang luas. Luis Palau, dalam majalah "Christianity Today" mengatakan bahwa sukacita yang membuatnya bersemangat di dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Beliau mampu melewati masa-masa yang mengerikan dalam penginjilan/Kebaktian Kebangunan Rohani karena tetap bersukacita di dalam Tuhan yang telah memanggilnya untuk melayani. Lebih lanjut dikatakannya, "sukacita resep mujarab supaya tetap awet muda." Sukacita yang dari Allah keluar dari dalam hati seseorang dan hal tersebut merupakan obat yang paling efektif agar tetap awet muda. Ide ini sangat didukung oleh ayat-ayat Firman Tuhan. Salah satu ayat yang berbicara tentang ayat ini dicatat oleh kitab Amsal. "Hati yang gembira (sukacita) adalah obat." Lalu dari ayat ini muncullah satu pujian yang sangat indah. "Hati yang gembira adalah obat, seperti obat hati yang senang, tapi semangat yang patah keringkan tulang, hati yang gembira Tuhan senang." Bagaimana dengan Anda? Tetaplah bersukacita di dalam Tuhan.

    Hubungan Awet Muda Dengan Umur Panjang.

    Pada pembahasan di atas dikatakan bahwa awet muda di era krisis versi teologis didapatkan melalui sukacita. Sukacita memungkinkan seseorang tetap dalam kondisi tubuh yang sehat. Berarti, orang yang tetap sehat memiliki kemungkinan yang besar untuk memperoleh umur panjang. Tidak logis kalau seseorang yang sakit-sakitan beroleh umur panjang karena setiap saat maut siap menantinya. Kalaupun mendapatkan umur panjang itu hanya karena mukjizat Tuhan. Jika dipertimbangkan dengan seksama, sangat kecil kemungkinan bagi orang yang sakit-sakitan untuk mendapatkan umur panjang. Sebaliknya, seseorang yang awet muda selalu bergembira karena punya kesempatan emas meraih umur panjang. Dalam hal, kita tidak boleh melupakan bahwa umur manusia berada di tangan sang Pencipta, tetapi minimal orang yang awet muda berpeluang besar untuk mencapai umur panjang yang Allah berikan bagi anak-anakNya. Dari keseluruhan uraian di atas, secara psikologis, medis/kedokteran, ide teologis tentang awet muda diperoleh hanya melalui sukacita. Sangatlah tepat bagi kita sekarang untuk tetap bersukacita di zaman yang menegangkan dan multi krisis ini. Setuju? Tetaplah bersukacita di dalam Tuhan karena kita percaya dan berharap kepada Allah yang tidak terimbas dengan krisis apapun juga.

    Artikel pernah dimuat di majalah BAHANA November 2005.

    Sulit Tersenyum

    Oleh: Ev. Sudiana

    Pengalaman saya, ketika terjadi masalah saya sulit sekali tersenyum, saya sudah berusaha melupakan masalah itu dalam arti kata "saya meletakkan beban itu dan meminta bantuan Tuhan Yesus untuk menolong saya", karena memang tidak ada jalan , hanya Tuhan Yesus lah yang bisa menolong dan menyelesaikan setiap masalah kita. Dan saudara tahu ada orang-orang di sekitar saya "ketika mereka melihat saya tidak tersenyum , tidak gembira -- hal ini ternyata sangat mempengaruhi mereka, saya kemudian berusaha untuk tersenyum, tetapi suatu keanehan "senyum yang dipaksa atau terpaksa -- tidak membawa dampak yang baik"

    Sepanjang hari pemahaman itu sudah tertanam dipikiran dan dihati saya, tapi memang heran sepanjang hari yang saya lalui sulit sekali untuk tertawa lepas atau hati yang gembira, tetapi ketika malam hari saya sudah melihat pertolongan Tuhan Yesus, hati saya seperti mengalami kelegaan dan berubah saya menjadi ceria, saya bisa tertawa lepas. Alkitab menuliskan "Ia datang memberi kelepasan".



    Seharusnya jika kita tahu bahwa Tuhan Yesus baik, dahsyat, dan hanya Dia yang sangat menolong kita "kita tidak boleh kehilangan sukacita".

    Ada seorang wanita yang tidak bisa tersenyum. Setiap hari wajahnya selalu cemberut. Nada bicaranya juga ketus. Suatu hari gadis itu mendapat sebuah hadiah dari seseorang. Ternyata hadiahnya berupa tanaman.

    Si gadis sangat senang mendapatkan hadiah itu. Ditaruhnya tanaman di samping jendela dan disiraminya dengan rajin. Namun entah mengapa tanaman itu bukannya semakin subur, namun malah semakin layu.

    Gadis itu mulai sadar bahwa bukan hanya manusia saja yang dapat “layu” hatinya namun tanaman pun juga dapat layu. Dia pun menatap wajahnya pada sebuah cermin. Perlahan-lahan ia mulai belajar untuk menarik secara perlahan kedua ujung bibirnya sehingga membentuk setengah lingkaran. Dia menjadi sangat terkejut saat melihat pantulan wajahnya sangat berbeda. Dia melihat seorang gadis yang cantik dan ramah. Kini gadis itu telah berubah menjadi gadis yang murah senyum dan ramah. Tanaman yang semua layu juga kini telah mengeluarkan bunganya.

    Tersenyum mampu mengubah banyak hal. Keramahan yang tersirat dari sebuah senyum mampu “menyuburkan” hati seseorang. Hati yang keras pun akan melunak. Saat kita mampu untuk tersenyum dengan tulus, maka kita akan mampu juga untuk bersyukur dalam segala hal.

    Menjadi berkat bagi orang lain bukan hanya dengan memberi secara materi namun dengan sikap dan sifat kita yang ramah, sesungguhnya itu juga merupakan berkat bagi orang lain.

    Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. (Amsal 15:13)

    Tua Tetapi Diperbaharui

    Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th

    Khotbah Ibadah Keluarga GBAP El Shaddai Palangka Raya Kamis, 15 November 2012

    “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah (exo anthropos) kami semakin merosot, namun manusia batiniah (eso anthropos) kami dibaharui dari sehari ke sehari” 2 Korintus 4:16

    Pendahuluan

    Hukum kedua Termodinamika mengatakan “walau ada cukup energi dalam alam raya yang tetap konstan, namun jumlah yang diperoleh untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat selalu berkurang (dan etropi, ukuran jumlah energi yang diperoleh makin bertambah). Semuanya lalu bergerak ke arah yang kurang teratur atau kekacauan yang bertambah”. Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika  II. bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar. Bahkan rumah tangga yang pada mulanya serasi bila tidak dibina keindahannya akan merosot dengan sendirinya. Demikian juga dengan hidup jasmaniah manusia akan merosot, sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:16.



    Realita Hidup Manusia

    Pertama, setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya. Berdasarkan kronologis (urutan waktu), usia biologis manusia menurut pengalaman Pemazmur  pada umumnya adalah 70 tahun dan bisa mencapai 80 tahun. Pemazmur mengatakan “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”  (Mazmur 90:10). Dengan bertambahnya usia berarti hidup biologis kita berkurang bila dilihat dalam kronologis waktu. Inilah fakta pertama dan terpenting!

    Kedua, berdasarkan hukum Termodinamika II, bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia akan mengalami kemerosotan biologis (jasmniah). Sebagian orang berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan kemudaannya yang perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik dan krim kecantikan tidak mampu menyembunyikan keriput dan noda ketuaan. Inilah fakta kedua: siapapun tidak mampu menaham proses penuaan!

    Ketiga, ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Dalam gerontologi atau ilmu tentang lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan dialami manusia. Secara kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring bertambahnya usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan kata lain, semakin dekat dengan kematian jasmaniah. Secara biologis, menjadi tua berarti merosotnya kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan kurang tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan pada berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis “presbikusis”). Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya kemampuan berpikir dan mengingat (istilah medis “dimensia”)

    Hidup Kekristenan

    Paulus dalam 2 Korintus 4:16 ini, membendakan antara manusia lahiriah dan manusia batiniah. Istilah manusia batiniah dalam pandangan Paulus menunjuk kepada karakter manusia yang bersifat spiritual-rohaniah, yang dibedakan dari aspek jasmaniah, yaitu manusia dalam aspek ragawinya. Meski manusia lahiriah terus berada dalam godaan, ancaman dan kemerosotan, manusia batiniah, terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.

    Bagi orang Kristen, hidup itu bukan bukan hanya kronos (saat ini) tetapi juga aenos (masa keabadian), bukan sekedar bios tetapi zoe. Kata Yunani untuk “hidup” adalah “bios” dan “zoe”. Kata bios digunakan untuk menunjukkan bentuk kehidupan yang dimiliki setiap orang, yaitu kehidupan biologi yang dipertahankan dengan makanan, udara, dan air, tetapi pada akhirnya berkahir dengan kematian. Sedangkan kata zoe digunakan untuk menunjukkan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah dan bersifat kekal ketika seseorang lahir baru atau regenerasi (2 Korintus 5:17). Kedua jenis hidup ini berbeda satu dengan lainnya. Bios bersifat sementara dan fana, sedangkan zoe bersifat permanen dan kekal. Bios bersifat berpusat pada diri sendiri, sedangkan zoe berpusat pada Allah dan pada orang lain. 

    Jadi lahir baru atau regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru di dalam kristus yang merupakan awal dari proses-proses pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan salah satu aspeknya adalah “pengudusan” . Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”  (Kolose 3:9-10). Paulus dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahukan bahwa orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya perubahan ini ketika mereka pada saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani menanggalkan (apekdysamenoi) dan mengenakan (endysamneoi) menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika; Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu.

    Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belumlah mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif ananeousthai yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka beruapa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1).

    Tua dalam Perspektif Alkitab

    Sikap alkitabiah terhadap usia lanjut sangat berbeda. Bersamaan dengan orang Asia pada umumnya, orang Ibrani menghormati orang yang lanjut usia. Rasa hormat terhadap orang tua dituntut, “Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah Tuhan” (Imamat. 19:32). Sikap meremehkan orang tua merupakan suatu tanda dari penurunan kualitas etika dan moral orang Israel pada masa Yeremia. Alkitab mencatat “Para tua-tua tidak dihormati” (Ratapan 5:2).

    Ketika dipahami dengan semestinya, usia tua tidak ditakuti atau dipandang rendah pada zaman Perjanjian Lama. Sebaliknya, usia tua sangat didambakan sebagai suatu tanda dari berkat ilahi. Kitab Amsal secara menguntungkan membandingkan aset usia tua dengan aset usia muda, “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban” (Amsal 20:29). Usia tua dianggap sebagai suatu karunia dari Allah, kesempatan tambahan untuk melayani Dia, “Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia” (Mazmur 91:16). Orang beriman diberi kepastian bahwa Allah akan menyertai Dia sampai pada masa tua, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu” (Yesaya 46:4). Janji umur panjang dan berbahagia diberikan kepada mereka yang menghormati orang-tua mereka terdapat baik di Perjanjian Lama (Keluaran 20:12) maupun di Perjanjian Baru (Efesus 6:1-3).

    Paulus menasihati Titus agar memberitakan ajaran sehat kepada jemaat, yang mencakup nasihat agar jemaat yang tua baik pria ataupun wanita hidup bijaksana dan menjadi teladan. “Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang” (Titus 2:1-5). Petrus memberi nasihat kepada oarang-orang muda, “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua” (1 Petrus 5:5).

    Menjadi Tua, Apa Seharusnya Dilakukan?

    Pertama, tetap bertumbuh dan semakin giat dalam hal-hal rohani. (2 Korintus 2:16; 1 Korintus 15:58). Semakin lama seseorang menjadi orang Kristen, kehidupan rohaninya pun harus bertambah kuat. Setiap hari manusia batiniah harus diperbaharui antara lain melalui persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus dan firman Tuhan (Yohanes 15:1-8); melalui doa dan perenungan firman (Yohanes 17:17); oleh iman dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus (Efesus 3:16). Hanya dengan cara demikian kehidupan batiniah akan bertumbuh. Walau jasminiah terus-menerus merosot.

    Kedua, hidup bijaksana dan menjadi teladan. Pemazmur, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, memohon kepada Tuhan, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Kehidupan di bumi bersifat sementara jika dibandingkan dengan kekekalan. Karena itu harus dimanfaatkan secara maksimal dan dijalani dengan bijaksana. Paulus menasihati Titus memberitakan ajaran sehat kepada jemaat, yang mencakup nasihat agar jemaat yang tua baik pria ataupun wanita hidup bijaksana dan menjadi teladan (Titus 2:1-5). Satu alasan untuk status penting yang diberikan kepada orang yang lanjut usia adalah kepercayaan bahwa lanjut usia disertai hikmat. Karena orang tua dianggap telah mencapai kebijaksanaan, kedudukan yang berkuasa diberikan kepada mereka. Perhatikanlah pemakain kata tua-tua untuk para pemimpin Israel, suatu istilah yang dipindahkan dan digunakan untuk para pemimpin jemaat Kristen yang lokal. Kekuatan jasmaniah telah menjadikan kaum pria bernilai bagi masyarakat mereka. Kemerosotan kekuatan ini telah diimbangi dengan bertambahnya kebijaksanaan yang menambah sejenis nilai yang lain. Karena alasan ini Petrus memberi nasihat, “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua” (1 Petrus 5:5).

    Ketiga, utamakan hal-hal yang menjadi prioritas kita karena waktu yang terbatas (Efesus 5:15-17).  Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua, teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan  hargailah mereka selagi masih bisa. Sebab jika sudah tidak ada, kita tidak bisa berbuat apa-apa.  Ada pepatah yang mengatakan “Yesterday is history, tomorrow is misteri, today is reality” . Artinya, hari kemarin adalah sejarah, hari esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan. Waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini sangat terbatas, karena ini manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan menunda-nunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Bertobat, melayani, menyatakan kasih sayang pada orang-orang yang dekat, lakukan sekarang sebab kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan hari esoh untuk kita.

    Keempat, bergantung dan berserah kepada Tuhan. Yesaya 46:4 mengatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”.  Manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26). Sebagai mahluk berpribadi, kita memiliki kemandirian yang relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihan sendiri. Tetapi, sebagai mahluk ciptaan, kita bergantung pada Tuhan bagi keberlangsungan hidup kita; Kita tidak bisa berdiri sendiri; hidup kita bergantung pada Tuhan Pencipta dan Penebus kita. Di dalam Tuhanlah kita hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul 17:28). Janji Tuhan bahwa Ia akan memelihara kita hingga kita tutup usia dapat kita andalkan.

    Kelima, tetaplah berkarya selagi bisa. Usia tua tidak akan membuat kita kurang bersemangat. Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang telah berusia lanjut tetap penuh semangat mewujudkan mimpi untuk memasuki tanah Perjanjia, walau sepuluh orang pengintai lainnya telah patah semangat. (Bilangan 13-14:38). Memang kita tidak boleh berhenti berkarya. Sampai putih rambut bahkan sampai akhir hayatnya, Ibu Teresa tetap setia melayani dan merangkul mereka yang terpinggirkan. Oliver Wendell Holmes terus bergiat di dunia pengadilan sampai berusia 91 tahun. Dua tahun kemudian, ketika Presiden Roosevelt mengunjunginya dan bertanya mengapa Holmes begitu senang membaca, Holmes menjawab, “Untuk mengasah pikiranku.” Menjadi tua berarti melihat dan mengalami banyak impian indah yang sudah menjadi kenyataan. Tapi masih ada hal-hal yang belum terwujud. Menjadi tua berarti memiliki kesempatan terakhir untuk mewujudkan semua mimpi indah. Kita dapat memperbaiki apa yang rusak, mengobati yang sakit, membalut luka, bercocok tanam dan berkebun, merangkai bunga, memainkan alat musik, menekuni hobi, menjaga kebersihan, menghias, meracik jamu atau minuman herbal bergizi, memberi pijatan yang menyembuhkan, menulis, melukis, menjahit, merajut, menyulam, memasak, membuat kue-kue atau kerajinan tangan lainnya. Kita dapat terus berkarya dan mengembangkan usaha untuk menolong membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang membutuhkan.

    Keenam, tetaplah percaya dan setia pada Tuhan. Pemazmur mengatakan “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur 37:5). Ketika kita tidak memiliki apapun, selain Tuhan, itu cukup bagi kita, karena memang hanya Dia yang kita perlukan! Kita akan selalu mengalami kesulitan jika berusaha mengatasi masalah hidup tanpa Tuhan. Carilah Dia dengan segenap hati.  Selanjutnya Pemazmur mengatakan lagi “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Mazmur 37:23-26).

    Penutup

    Jika kita menengok kehidupan masa lalu kita berapa banyak yang sudah kita perbuat adalah yang terbaik dalam hidup ini dan untuk kekekelan nanti? Renungan ini mengajak kita untuk mengevaluasi prioritas-prioritas hidup kita selama ini. Jika kita ingin jujur, hal yang paling sering dihindari adalah evaluasi. Kita takut untuk dinilai. Kita sering enggan melakukan evaluasi, karena takut melihat kegagalan. Padahal kita membutuhkan evaluasi dan penilaian agar dapat mengetahui sejauh mana kekurangan ataupun keberhasilan kita. Mengadakan evaluasi pribadi secara rutin menolong kita untuk mengatahui sejauh mana tingkat kemajuan dan pencapaian atas tujuan-tujuan kita.  Apakah aktivitas kita selama ini masih sejalan dengan tujuan hidup kita dan kehendak Tuhan? Geoge Bernard Shaw yang  mengatakan “banyak pemuda telah menyia-nyiakan masa mudanya. Namun saya kuatir bahwa sekarang ini juga banyak para lanjut usia yang menyia-nyiakan masa tuanya”. Menjadi tua bukanlah pilihan tetapi realita yang harus dihadapi. Bukan berapa lama kita hidup tetapi bagiaman kita menjalani hidup  ini yang berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain. 

    Di dalam Kristus, kita telah menjadi manusia baru. Manusia lama kita yang berjalan dalam kebinasaan telah ditangalkan dan kita mengenakan manusia baru. Akan tetapi, bukan berarti dengan demikian kita tidak perlu diperbaharui lagi. Justru sebaliknya, kita harus terus menerus diperbaharui. Sifat kita, cita-cita kita, perilaku kita, dan prioritas-prioritas kita. Semuanya harus terus menerus diperbaharui. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Tujuan akhir dari pembaharuan yang terus menerus oleh kuasa Roh Kudus dan firman Tuhan ini adalah agar kita diubahkan menjadi serupa dengan gambar Kristus, Pencipta dan Penebus kita, yang kepadaNya suatu saat kita akan kembali!

    Untuk Apakah Aku Di Dunia Ini?

    Sering kali kita merasakan hidup ini begitu kosong? Bayangkan saja teman yang dekat tidak mau mengerti kita. Orang tua jauh dari kita, teman-teman gereja pada sibuk semua, Paper setumpuk belum diselesaikan belum lagi ditambah ujian yang segera menyusul. Kita merasa begitu sibuk, sekaligus sepi dan bosan. Bagi mereka yang bekerja mempunyai kesibukan dan stress tersendiri. Pada saat seperti itu, kita mulai bertanya kepada Tuhan, untuk apa aku ditempatkan di dunia ini? Apakah Tuhan itu hanya iseng dan sedang menyengsarakan aku? Atau ada maksud lain yang terkandung di dalamnya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita perlu kembali kepada "aku" nya, yakni Manusia? Sebenarnya apa maksud Allah sesungguhnya menciptakan kita? Apakah hanya sekadar mengisi dunia yang kosong ini? Atau ada hal yang lebih khusus yang harus kita kerjakan?

    [block:views=similarterms-block_1]

    • Aku Mempunyai Mandat

      Melalui Mazmur 8 yang kita baca, muncul sebuah pertanyaan? SIapakah Manusia itu sebenarnya? Mazmur ini menceritakan bahwa manusia itu mempunyai kesadaran, akal dan pikiran, dia sedang melihat keadaan sekitarnya, melintasi diri dan menuju pada alam semesta. Pada akhirnya manusia itu akan melampaui alam semesta itu dan berbicara kepada Tuhan.

      Ketika matanya menoleh ke atas. Ia melihat adanya bintang dan bulan yang Tuhan tempatkan, ia berpikir tentang siapakah sebenarnya manusia itu? Apa artinya ia ditempatkan oleh Tuhan di dunia ini? Kalau diobandingkan dengan dunia secara keseluruhan, manusia itu begitu kecil , ibarat debu di depan mata Tuhan, tidak artinya, namun mengapa IA masih mengingatnya? Pada saat itulah, kembali Manusia itu disadarkan, bahwa Tuhan menciptakannya dan menempatkan ke dunia ini merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan. Tuhan mempunyai maksud tertentu memilih manusia. Karena Tuhan memberikan Mandat kepada manusia untuk memelihara dan mengusasai segala ciptaannya yang lain.

      Diberikan hak untuk menguasai yang lain bukan berarti manusia boleh berbuat seenaknya. Ingat, di sini dikatakan bahwa manusia bukan menjadi Tuan, namun ia hanya sebagai Mandataris Tuhan, yang dipercayakan untuk mengelola ciptaan lainnya. Ketika Pemazmur katakan "JIka aku melihat lagit-MU", maka pada saat itu sebenarnya ia sedang menengadah ke atas. Namun walaupun semua itu berada di atas, ternyata semua itu di bawah kekuasaan manusia. Itulah sebabnya, maka perlu di ingat, bahwa Tuhan memberikan manusia mandat untuk menguasai ciptaan yang lain, tidak termasuk menguasai sesama manusia. Dan apabila itu terjadi, maka telah melanggar kodrat Tuhan. Jika manusia diciptakan di bawah Allah dan di atas alam, maka tidak ada manusia yang berada di atas atau di bawah manusia lain? Tidak peduli kaya miskin, kulit putih maupun hitam, berpengalaman atau tidak. Berpengetahuan atau tidak, DIhadapan Tuhan semua manusia bernilai sama.

      Itulah sebabnya kita tidak boleh merasa rendah diri. KaLau anda tidak bisa main piano, tidak masalah karena memang anda tidak pernah belajar piano. Kalau anda tidak menjadi dokter tidak masalah, karena anda bukan dokter tetap mungkin anda ada kelebihan di bagian yang lain. Jadilah anda sendiri, jangan berusaha menjadi orang lain. Masllahnya adalah , kadang kita tidak menghargai diri kita, tatkala kita diberi kesempatan untuk belajar, kita tidak mau belajar; dan kita ketinggalan dari orang lain. Pada waktu itulah kita merasa diri kita di bawah orang lain. Pada waktu itu kita mulai rendah diri, merasa tidak berguna, padahal Tuhan tidak pernah membuat kita menjadi orang yang tidak berguna.

    • Aku Mempunyai Nilai/Harga (Valuable)

      Di dalam hidup ini ada dua hal yang menjadi dorongan untuk kita hidup dengan bergairah; tujuan dan Arah hidup kita dan Nilai hidup kita. Ketika kita mengejar sesuatu yang begitu bernilai, kita akan memiliki kegairahan hidup. Hidup kita ini sangat bernilai, Pemazmur mengatakan kita diciptakan hampir sama dengan Allah. Suatu penghormatan yang sdngat tinggi diberikan kepada manusia. Tuhan tidak membedakan antara kita satu dengan yang lain. Di dalam Filipi 3:7-14 rasul Paulus menyatakan bahwa Paulus dulu berpikir bila ia dapat mencapai pola pikir yang terbaik, ia berhasil. Paulus telah menjadi Farisi ketika baru berumur 30-an. Tetapi begitu ia mengenal Tuhan, ia mendapatkan value system yang jauh lebih mulia. Sebelum ia mengenal Kristus, ia tidak mengerti akan nilai yang tertinggi ini. Banyak diantara kita barang kali pernah mendengar kesaksian tentang betapa boboroknya seseorang sebelum bertobat, namun setelah bertobat ia menemukan bahwa dirinya berharga, bernilai, maka ia berusaha menegerjakan hidupnya dengan hal-haa yang yang berkenan kepada Tuhan.

      Dalam salah satu kotbah Sutjipto Subeno hamba Tuhan GRII Surabaya, beliau membauat contoh yang cukup menarik. Ketika berbicara tentang nilai, kita perlu mengerti tentang Axiology. Axiologi adalah bagaimana kita menilai nilai. Nilai adalah nilai, tapi apakah ia bernilai. Bila kita salah menilai nilai, kita akan tertipu. Kita tertipu karena kegagalan kita menilai nilai. Ketika kita mengejar sesuatu, hidup kita pertaruhkan utk sesuatu, sadarkah kita kenapa kita melakukan itu. Paulus mengerti bahwa ketika kita hidup untuk Tuhan, itu adalah the highest value (Nilai Tertinggi) untuk hidup kita. Ketika mempelajari ttg Axiologi ini, mari kita pikirkan perumpamaan ini. Katakanlah kita punya 1 kg Emas dan 1 mangkok Soto Ayam. Ketika kita menunjukkan ini kepada seekor anjing, maka ia akan memilih Soto itu. Karena Anjing tidak dapat membandingkan antara Emas dan Soto.

      Axiologi harus dilihat dari dua sudut:


      • Nilai intrinsic : nilai di dalam dirinya sendiri

      • Nilai Ekstrinsik : nilai yg diberikan subyek penilai kepada obyek nilai.

      Buat anjing itu, ia menilai secara ekstrinsik. Secara intrinsik, Emas lebih bernilai dibanding satu mangkok Soto. Satu hal yang harus kita mengerti adalah nilai intrinsik tidak diganggu oleh subyek penilai.

      Matius 16: 26 berbicara ttg nilai intrinsik suatu nyawa. Allah mengutus anakNya ke dunia, karena harga yang Dia mau bayar terlalu mahal. Harga sebuah nyawa terlalu mahal. Kalau bukan suatu nilai yang begitu mahal, Allah tidak akan menjadi manusia, meninggalkan takhta-Nya menjadi manusia, bahkan menjadi budak(Filipi 2). Hal ini merupakan suatu penderitaan yang luar biasa. Pencipta turun jadi ciptaan (penderitaan ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan seorang manusia diturunkan jadi seekor anjing). Di sini kita dapat melihat betapa begitu mahalnya nilai hidup kita. Betapa menyedihkannya kita, bila kita menyia-nyiakan hidup yg begitu bernilai ini. Paulus yang mengerti nilai hidupnya ini, ia mengarahkan seluruh hidupnya untuk Kristus.

      Menjelang Hari Natal dan Tahun Baru, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, meminta satu gulung. "Untuk apa ?" - tanya sang ayah. "Untuk kado, mau kasih hadiah." - jawab si kecil. "Jangan dibuang-buang ya." - pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil. Persis pada Tahun Baru, pagi-pagi si cilik sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Pa, Pa - ada hadiah untuk Papa." Sang ayah yang masih malas bangun, matanya pun belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja." Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa - sudah siang." "Ah, kamu gimana sih - pagi-pagi sudah bangunin Papa." Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya. "Hadiah apa nih?" "Hadiah Tahun Baru untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang." Dan sang ayah pun membuka kado itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koq kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal ?" Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa." Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya. "Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan kotak ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong - diisi lagi ya!"

      Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi ? Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. Kesimpulannya, Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" anda sendiri. Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong. Permisi tanya, anda sudah mengisinya dengan apa saja? Apakah anda isi dengan lukisan yang yang indah yang mebuat orang-orang tertarik, atau coret-coretan yang membuat orang tidak berkenan melihatnya.

    • Aku Mempunyai Tanggung Jawab (Responsible)

      Setiap ciptaan dicipta oleh pencipta menurut tujuan/maksud pencipta, dirancang oleh pencipta, dijadikan oleh pencipta, hasil akhirnya untuk pencipta (Yesaya 43:7 "Semua orang yang disebutkan dengan namaKu yang Kuciptakan untuk kemulianKu, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"). Hidup kita ada adalah untuk maksud Allah. Tujuan ini jelas. Kita perlu kembali seperti yang Tuhan tetapkan. Itu sebabnya kita tidak bisa hidup sesuka hati kita. Ada hal yang perlu kita kerjakan tatkala kita diberikan kehidupan. Ciptaan bisa mengalami disfungsi. Bila ciptaan sudah tidak berfungsi seperti seharusnya, ciptaan itu akan dibuang. Tuhan yang mengasihi kita adalah Tuhan yang juga menyediakan neraka. Bila manusia tidak dapat berfungsi sepert iseharusnya, tempat yang tepat utk kita adalah di neraka. Itulah alasan hidup ini bukan utk sembarangan.

      Penilaian Tuhan bukan berdasarkan berapa lama kita hidup di dunia ini, tetapi berdasarkan berapa bobotnya tatkala kita menjalani kehidupan itu. Kualitasnya lebih dipentingkan dalam hal ini. Itu sebabnya ada satu nyanyian yang pernah kita nyanyikan dikatakan "Hidup bukan hanya hari, yang penting makna isinya"

      Ayat yang terakhir di dalam Mazmur 8 ini berbunyi demikian " Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi!" INti dari kalimat ini mau mengajakan kepada kita bahwa pada akhirnya di dalam seluruh kehidupan kita adalah untuk kemuliaan Tuhan. Kalimat ini mengandung konsekwensi yang sangat mendalam. Sebab semasa hidup kita cukup banyak kesempatan untuk kita berbuat hal yang tidak memuliakan Tuhan. "Orang bilang, panas setahun dapat dimusnahkan dengan hujan sehari." Dan ketahuilah kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidup kita pada masa yang akan datang?

      Nilai dan tujuan hidup kita yg sesungguhnya mengingatkan kita bahwa hidup kita dapat mejadi hidup yang sangat bermakna. Betapa sayangnya bila kita buang hidup kita untuk yang lain. Betapa rugi kalau kita sia-siakan hidup itu. Karena selain diri kita dicemooh, Tuhan yang kita percayai juga dicemooh. Kita ibarat representative dari dari Tuhan, benar keselamatan dari Tuhan itu diberikan kepada kita satu kali dan tak akan pernah hilang, namun di dalam menjalani hidup sebagai orang percaya ini; kita perlu isi dengan hal-hal yang berbobot dan bermakna. Percuma hidup kita panjang, kalau di sini dengan hal-hal yang tidak memuliakan nama Tuhan.

      2 Raja- raja 20:6 Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." Tetapi apa yang dilakukan Hizkia, tadinya dia taat pada Tuhan, setelah itu ia melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.

      Saya kurang tahu sejauh mana kehidupan kita? Saya juga tidak tahu sejauh mana kita menyerongkan diri dari Tuhan.? Namun yang pasti kalau kita mulai merasa bahwa Mandat yang diberikan Tuhan pada kita sudah kurang powernya, Kemudian Nilai kehidupan kita sudah menjadi begitu Obral, dan Tanggung Jawab kita kepada Tuhan mulai terganggu; mari cepat-cepat ubah direction kita, sebab kita sedang menuju ke alamat yang keliru.

      Di gereja kami, tepatnya tgl 18 Nopember yang lalu kami baru saja merasa sangat berduka, karena ada seorng anggota yang baru saja tiga bulan yang lalu pulang ke Indonesia meninggal dunia. Beliau meninggal dalam usia yang sangat muda, yaitu 31 tahun menderita poenyakit kanker, dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak yang masih berumur kurang lebih 3 tahun. Walaupun almarhum meniuggal Indonesia, namun kami karena merasa sangat berduka, di dini juga kami ikut berkabung. Salah satu hal yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi adalah, semasa hidupnya saudara kami ini ada satu teladan yang sangat baik yang terlihat bagi semua anggota geraja di sini. Hidupnya telah menjadi berkat bagi orang banyak. Kini orangnya sudah tiada, namun kebaikannya; kesetiaan dalam pelayanan dan sebagainya dapat diteladani. Saya yakin kita tentu rindu, hidup kita berarti di dunia ini, walaupun secara rohani kita mengerti jelas kita dititip Tuhan di dunia ini; namun kita tidak mau hidup sembarangan.