Alkitab

Artikel-artikel tentang Alkitab, sejarah Alkitab, versi Alkitab, studi Alkitab dll

(Artikel lain tentang Alkitab dapat dibaca di situs SAI)
Tags: 

Alkitab Menyehatkan

Penulis : Mang Ucup Berdasarkan riset dari Prof Dr Jeffrey Leven dan Dr David Larsen (Washington Times, 30 Juli 1996), dilaporkan bahwa apabila orang membaca Alkitab secara teratur, ini bukan saja baik bagi jiwanya, tetapi juga baik bagi tubuhnya. Mereka melakukan penelitian terhadap lebih dari 500 orang, selama berbulan-bulan. Ditemukan bahwa pada mereka yang membaca Alkitab secara teratur:

[block:views=similarterms-block_1]
  • mempunyai tekanan darah lebih rendah
  • tingkat depresi lebih rendah
  • lebih sedikit penderita penyakit jantung
  • jarang yang kecanduan obat maupun alkohol
  • jarang terjadi perpecahan dalam perkawinan
  • tingkat kesehatannya jauh lebih baik Dan berdasarkan laporan dari Religion in American Life, para peneliti menemukan bahwa mereka yang sering membaca Alkitab, mempunyai kemungkinan 50% jauh lebih banyak untuk menolak obat-obatan yang terlarang, daripada mereka yang tidak pernah membaca Alkitab. Di samping itu di tempat pekerjaan mereka, mereka memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi di atas rata-rata. Di penjara "Lewes Remand Prison" di Inggris, pendetanya telah berhasil menobatkan sekitar 600 orang napi, setelah mereka membaca Alkitab selama berbulan-bulan. Mereka memberikan kesaksian "Bahwa Alkitab itu ternyata lebih baik daripada nyetun!" Suatu malam di tahun 1989 dua orang salesman keliling, John Nicholson dan Samuel Hill, bertemu di sebuah hotel. Dalam percakapannya ternyata mereka mempunyai gagasan yang sama, yakni alangkah baiknya apabila ada Alkitab di dalam kamar hotelnya. Oleh sebab itulah akhirnya mereka berdua bersama seorang rekan lainnya lagi, WJ Knight, membentuk satu yayasan untuk menyalurkan Alkitab ke hotel-hotel. Yayasan mereka diberi nama "Gideon." Nama Gideon diambil dari Kitab Hakim-Hakim 6 & 7. Mereka bukan saja menempatkan Alkitab di hotel-hotel, melainkan juga di rumah sakit, penjara maupun gedung-gedung asrama lainnya. Hampir di seluruh Hotel di Eropa maupun di USA, Anda akan selalu menemukan Alkitab dari Gideon di laci kamar hotel Anda. Pada saat ini Gideon menyalurkan dan membagi-bagikan lebih dari satu juta jilid Alkitab perminggu ke seluruh mancanegara. Dengan ini saya akhiri oret-oretan saya mengenai Alkitab. Melalui oret-oretan ini sebenarnya saya ingin mengajak para pembaca untuk merenungkannya sejenak arti dan makna dari Alkitab dalam kehidupan Anda sehari-hari, sambil bertanya apakah benar Alkitab ini bermanfaat bagi saya? Berapa jauh saya membutuhkan Alkitab dalam kehidupan saya sehari-hari? Jangan kita membaca Alkitab tanpa kita sendiri menyadari untuk apa makna dan manfaatnya, seperti juga kalau tiap hari kita menelan obat atau vitamin, tanpa kita sendiri menyadari untuk apa. Mungkin motivasi makan obat tersebut akan lenyap apabila kita tidak tahu untuk apa kita memakan obat tersebut. Begitu juga dengan membaca Alkitab, tetapi kebalikannya kalau kita menyadari manfaat dari firman Allah tersebut, maka kita akan memiliki motivasi yang jauh lebih besar untuk membaca Alkitab.

Alkitab dan Kartu Remi

Sumber : Wiempy

Ini kisah tentang seorang prajurit di kawasan Afrika Utara saat Perang Dunia II. Setelah pertempuran dahsyat, mereka kembali ke perkemahan. Keesokan hari, pada hari Minggu, pendeta mengadakan kebaktian. Para prajurit diminta mengeluarkan Alkitab dan buku doa mereka.

[block:views=similarterms-block_1]

Pendeta itu melihat salah seorang prajurit malah asyik memperhatikan setumpuk kartu. Setelah kebaktian, ia mengajak prajurit itu menemui komandannya.

Pendeta itu pun menjelaskan apa yang sudah dilihatnya. Sang komandan mengatakan kepada prajurit muda itu bahwa ia akan dihukum kalau tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan.

Prajurit muda itu menceritakan bahwa selama bertempur, ia tidak memiliki Alkitab atau buku doa, sehingga ia menggunakan setumpuk kartu. Ia menjelaskan :

"Pak, kalau saya melihat kartu "As", saya diingatkan bahwa hanya ada satu "Allah" dan tidak ada yang lain.

Kalau saya melihat kartu "2", saya diingatkan ada dua bagian Alkitab, "Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru".

Kartu "3" menyatakan tentang Allah Tritunggal: "Bapa, Anak dan Roh Kudus".

Kartu "4" mengingatkan saya pada empat Injil : "Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes".

Kalau melihat kartu "5", saya teringat pada "Lima gadis yang bijaksana dan yang bodoh".

Kartu "6" membuat saya teringat bahwa "Allah menciptakan bumi selama enam hari, dan mengatakan bahwa itu baik".

Kalau melihat kartu "7", saya teringat bahwa "Allah beristirahat pada hari ketujuh".

Ketika melihat kartu "8", kartu itu menunjukkan bahwa "Allah membinasakan seluruh kehidupan dengan air bah, kecuali delapan orang, Nuh, istrinya, tiga anak laki-lakinya dan tiga menantunya".

Ketika melihat kartu "9", saya teringat pada "sembilan penderita kusta yang Tuhan sembuhkan. Sebenarnya ada sepuluh penderita kusta, namun hanya satu yang kembali untuk berterima kasih kepadaNya".

Kartu "10" mengingatkan saya pada "Sepuluh Perintah Allah yang dituliskan pada loh batu oleh tangan Allah sendiri".

Kartu "Jack" membuat saya teringat pada "penguasa kegelapan, seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya".

Kartu "Ratu" mengingatkan saya pada "perawan Maria yang berbahagia, Ibu Yesus".

Dan ketika melihat kartu terakhir "Raja", saya diingatkan bahwa "YESUS adalah TUAN DI ATAS SEGALA TUAN dan RAJA ATAS SEGALA RAJA"."

Tags: 

Alkitab dan Pelangi

Oleh: Ir. Stanley I. Sethiadi

Dari waktu kewaktu, kita dapat melihat Pelangi dilangit. Pada umumnya Pelangi inilah yang ditafsirkan sebagai busur yang dimaksud dalam Kejadian 9:12-13 tersebut diatas. Dari kisah Kejadian 6 s/d 9 kita dapat tarik kesimpulan bahwa sebelum banjir Nuh tidak ada pelangi. Pelangi baru ada setelah banjir Nuh selesai. Adakah jejak-jejak dari arkeologi yang mendukung kesimpulan diatas? Mari kita pelajari hal ini lebih dalam.

[block:views=similarterms-block_1]

PELANGI DITINJAU DARI SUDUT FISIKA
Apakah pelangi itu? Ditinjau dari sudut ilmu alam (fisika), pelangi adalah gejala alam yang termasuk cabang fisika yang disebut optika. Bila sinar matahari mengenai butir-butir air diudara, maka pada kondisi tertentu terjadilah pantulan, refraksi dan dispersi yang dapat dilihat orang sebagai Pelangi. Kadang-kadang ada dua pelangi, busur luar dan busur dalam. Busur dalam lebih terang. Pada bagian luar merah dan bagian dalam ungu. Pada busur luar urutan warna dibalik. Kalau kita asumsikan bahwa hukum alam tetap sama sebelum dan sesudah banjir Nuh, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada "sesuatu" yang berubah sewaktu terjadi banjir Nuh. Matahari dan hukum optika tidak berubah. Jadi apa yang mungkin dapat berubah? Tidak lain, butir-butir air itu. Sebelum banjir Nuh, tidak ada butir-butir air. Tanpa butir-butir air diudara, pelangi tidak akan terjadi. Tetapi mengapa dahulu tidak ada butir-butir air itu, dan kemudian ada?

STRUKTUR BUMI SEBELUM BANJIR NUH.
Seorang ahli hidrologi, Dr Henry M. Morris telah membuat suatu teori mengenai struktur bumi sebelum banjir Nuh. Morris mengatakan bahwa sebelum banjir Nuh, ada lapisan uap air yang mulai dari apa yang kini disebut lapisan ionosfeer, sampai jauh keatas. Lapisan uap air ini merupakan saringan yang sangat efektif terhadap sinar matahari terutama sinar ultra-violet. Lapisan uap air itu seperti selimut yang menutupi seluruh bumi. Terjadilah efek rumah kaca (greenhouse effect). Akibat efek rumah kaca ini, iklim diseluruh dunia hampir rata, sejuk menyegarkan. Air dilapisan udara ini berupa uap yang tidak kelihatan, dan bukan berupa butir-butir air. Karena tidak ada butir-butir air di-atmosfer, maka tidak ada pelangi. Awan juga belum ada waktu itu. Permukaan bumi juga lebih rata daripada sekarang. Laut hanya sedikit. Waktu itu darat jauh lebih banyak daripada laut. Tidak ada hujan, maka tidak ada banjir. Tidak ada bagian bumi yang kekeringan. Tidak ada bagian bumi yang terlalu dingin dan tidak ada yang terlalu panas. Diseluruh bumi ada Flora dan Fauna yang subur.

"Pada waktu itu orang-orang raksasa ada dibumi ......." (Kejadian 6:4a). Waktu itu, menurut Morris, juga ada dinosaurus diberbagai tempat dibumi. Banyak binatang seperti gajah waktu itu juga mempunyai ukuran yang lebih besar daripada sekarang.

BANJIR NUH
Pada saat yang tepat, seperti yang ditetapkan Allah, terjadilah letupan gunung berapi. Abunya menyebar jauh keatas, sampai kelapisan uap air ini. Abu itu menjadi inti dan uap air sekitarnya menggumpal menjadi butir air yang kecil. Butir-butir ini menjadi makin lama makin besar. Kemudian jatuh kebumi. Terjadi effek berantai, maka runtuhlah seluruh lapisan uap air itu. Terjadi lagi letupan gunung berapi diberbagai tempat didunia. Air yang tadinya ada dibawah tanah menyembur keluar. Terjadilah banjir Nuh seperti dimaksud kitab Kejadian 6 s/d 9. Seluruh permukaan bumi ditutupi air. Semua manusia dan binatang yang tidak dapat hidup diair musnah. Kemudian terjadi lagi letupan gunung-gunung berapi. Terjadi perbedaan yang lebih besar pada permukaan bumi. Ada gunung yang sangat tinggi dan ada jurang yang sangat rendah, termasuk jurang-jurang dilaut. Permukaan airpun menurun. Banjirpun mereda.

STRUKTUR BUMI SETELAH BANJIR NUH
Sebagian air kembali kebawah tanah menjadi air tanah. Sebagian lagi jadi uap air diatmosfir bumi. Kejadian 9 : 14 menyaksikan: "Apabila kemudian Kudatangkan awan diatas bumi dan busur itu tampak di awan, maka ................. ". Sebelum banjir Nuh tidak ada awan. Setelah banjir Nuh ada awan, artinya ada butir-butir air diudara, jadi ada pelangi. Lautan menjadi jauh lebih luas. Kini 2/3 permukaan bumi terdiri dari permukaan air. Terjadilah permukaan bumi, lautan dan iklim seperti yang kita kenal sekarang. Permukaan bumi ini berlainan daripada permukaan bumi sebelum banjir Nuh. Ada hujan, petir, badai. Ada musim kering yang kadang-kadang terlalu panjang. Kadang-kadang ada hujan yang sangat besar, sehingga timbul banjir-banjir lokal. Tetapi banjir global tidak pernah lagi terjadi, sesuai dengan janji Allah.

JEJAK- JEJAK
Kalau teori Morris benar, apakah ada bekas-bekas yang menunjukkan hal ini ? Kalau betul cuaca diseluruh dunia hampir sama dimana-mana, tentu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang hidup zaman dahulu juga hampir sama dimana-mana. Dapatkah hal ini dibuktikan dari penggalian- penggalian fosil-fosil dan bekas-bekas lain? Mari kita lihat referensi 4 halaman 27: " .... Hooke percaya bahwa fosil-fosil membuktikan bahwa Inggris pernah punya iklim tropis ...... ". Majalah Amerika Serikat yang sangat fanatik mendukung teori evolusi "Discover" pada penerbitan bulan Pebruari 1983 menulis dihalaman 6, bahwa ada tanda-tanda bahwa gurun pasir Sahara pernah mempunyai sungai-sungai dan hutan-hutan. Dari sumber lain dikatakan bahwa kutub Utara pernah mempunyai iklim yang tidak begitu dingin. Sumber-sumber tersebut diatas berasal dari sumber-sumber sekuler, bahkan sebagian dari mereka yang dengan fanatik membela teori evolusi. Penggalian-penggalian diberbagai tempat dibumi ini memang seperti mendukung pernyataan bahwa iklim zaman dahulu lebih merata diseluruh permukaan bumi ini.

Para kreasionis dan para evolusionis memang masih berbeda pendapat masalah waktu terjadinya iklim demikian. Para kreasionis berpendapat bahwa iklim yang merata itu terjadi setelah penciptaan, tetapi sebelum banjir Nuh. Jadi kurang dari 10.000 tahun tetapi lebih dari 4.600 tahun yang lalu.

Para evolusionis tidak percaya bahwa Allah yang menciptakan alam semesta ini dan bahwa ada banjir global. Mereka akui bahwa fosil-fosil membuktikan bahwa Inggris pernah punya iklim tropis, tetapi mereka katakan bahwa hal itu terjadi setelah dentuman besar (the big bang) kurang dari 4.5 milyar, tetapi sudah jutaan atau ratusan juta tahun yang lampau.

DISKUSI
Bagi beberapa orang studi-studi seperti diatas sangat menarik. Pertanyaan yang timbul dari diskusi diatas a.l. adalah sebagai berikut. Kalau di Inggris ada bekas-bekas flora dan fauna tropis, bagaimana halnya di Perancis, Jerman, Cina dll? Kalau digurun pasir Sahara ada bekas-bekas sungai dan hutan, bagaimana di gurun pasir Gobi?

Tetapi kita harus senantiasa ingat bahwa teori Morris hanyalah spekulasi- spekulasi metafisis. Kalau namanya teori, maka itu tidak pernah dapat dibuktikan benar. Maksimal dapat dikatakan ia belum terbukti salah. Ini berlaku untuk semua teori buatan manusia, termasuk teori-teori para evolusionis, tetapi juga termasuk teori-teori para kreasionis.

Yang pertama kali mengatakan bahwa sebuah teori tidak pernah dapat dikatakan benar adalah David Hume (1711-1776). Pada abad ke-20 ini hal ini ditegaskan dengan lebih jelas lagi oleh seorang filsuf yang sangat terkenal, Karl Popper (1902-1994). Popper adalah orang Yahudi yang lahir dan besar di Wina, Austria, yang berbahasa Jerman. Sewaktu Popper menyatakan pendapatnya pada tahun 1936 didepan "Aristotelian Society" di Oxford dalam bahasa Inggris yang patah-patah, orang tertawa terbahak- bahak dan bertepuk tangan mengira bahwa Popper sedang bersenda gurau, atau sedang mengucapkan suatu paradox. Tetapi Popper ternyata sangat serius. Kini praktis semua ilmuwan setuju bahwa berapa banyak pun pengamatan dan/atau percobaan yang mendukung sebuah teori ia tidak pernah dapat dikatakan benar, karena ia selalu dapat dibantah oleh pengamatan dan/atau percobaan yang lebih kemudian lagi.

Saya sebut teori para kreasionis seperti tersebut diatas sebagai tandingan teori para evolusionis. Tetapi sebaiknya orang-orang Kristen jangan terlalu menggantungkan imannya pada spekulasi-spekulasi demikian, baik spekulasi-spekulasi yang menguntungkan, maupun yang merugikan exegese yang sehat (sound exegeses) dari Alkitab. Percayalah bahwa apa yang dikatakan Allah melalui Alkitab adalah benar. Kalau ada teori yang mendukung, baiklah. Tetapi kalau ada teori yang membantah, kita tetap lebih percaya Firman Allah. Dihari kemudian teori yang membantah itu selalu mungkin akan terbukti salah.

SEBUAH KONFLIK ANTARA ALKITAB DENGAN SEBUAH TEORI BUATAN MANUSIA, BUKANLAH SEBUAH MALAPETAKA, TETAPI SEBUAH KESEMPATAN. SEBUAH KONFLIK DEMIKIAN MENUNJUK KAN BAHWA DIBELAKANG KONFLIK ITU ADA, ATAU AKAN ADA TEORI YANG LEBIH DALAM DAN LEBIH LUAS YANG AKAN MENGHAPUSKAN KONFLIK TERSEBUT. INILAH KESEMPATAN UNTUK MENCARI TEORI YANG LEBIH TINGGI ITU.

LITERATUR.
1. "ALKITAB". Terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1992.
2. "The Genesis Flood" oleh John C. Whitcomb dan Henry M. Morris, Presbyterian and Reformed Publishing Co, New Jersey, U.S.A..
3. "The Genesis Record" oleh Henry M. Morris, Baker Book House, Michigan, U.S.A.
4. "Evolution of the Earth" oleh Robert H. Dott dan Roger L. Batten, McGraw-Hill, U.S.A. 5. "Discover" U.S.A. February 1983.
6. "Optics" oleh Francis Weston Sears, Addison-Wesley, U.S.A.

Sumber: Sahabat Surgawi.

Alkitab yang Di-inspirasikan (The Inspiration of the Bible)

Penulis : awam_k Bila kita berbicara tentang "inspirasi" Alkitab seringkali yang muncul dalam pemikiran kita bahwa kata ini ditujukan untuk menggambarkan kualitas dari penulis dari pada tulisan itu sendiri. Namun sebenarnya kata ini dengan jelas memberi arti utama pada tulisan itu sendiri. Jikalau kita memperhatikan definisi dari kata inspirasi dalam beberapa bahasa, maka kita akan mengerti dengan jelas kemana arah utama dari kata ini.

[block:views=similarterms-block_1]

Dalam bahasa latin, kata "inspirasi" berasal dari dua kata yaitu in dan spiro yang berarti menghembuskan ke dalam. Dalam bahasa Ibrani kata inspirasi adalah Neshama dan Nismah yang berarti nafas. Dalam bahasa Yunani yang tertulis dalam 2 Timotius 3:16 ".... segala tulisan yang diilhamkan Allah" pasa graphe theo-pneustos, berarti Allah menafasi. Alkitab adalah diberikan melalui inspirasi Allah. Kata-kata yang ada dalam Alkitab itu adalah inspirasi (nafas) Allah. Dalam ayat di atas secara harfiah disebutkan bahwa Allah menafasi, artinya diinspirasikan oleh Allah. Disini digambarkan bagaimana tulisan itu datang. Tulisan itu adalah produksi dari aktifitas yang kreatif dari nafas Ilahi. Walau manusia yang menulisnya, namun Allah- lah yang membawanya kepada kenyataan. Isi dan sifat dari tulisan itu sendiri telah ditentukan melalui kuasa dari Roh. Hal demikian inilah yang membuat tulisan itu layak untuk mengajar, menegur, memperbaiki dan mendidik orang pada kebenaran. Ide tentang "nafas Allah" atau "nafas Illahi" telah cukup dikenal dalam dunia Perjanjian Lama. Hal itu merupakan sebuah perbandingan (metafora) dalam mengaplikasikan aktifitas Ilahi, khususnya Roh Kudus. Mazmur 33:6, "Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya." Ayub 33:4, "Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup." Teori-teori tentang inspirasiMasalah terbesar dalam sejarah penerimaan Alkitab adalah keraguan orang tentang keabsahan Alkitab yang semuanya adalah dinafasi Allah. Si A berkata, "Oh ya, Alkitab itu Firman Allah tetapi tidak semuanya." Si B berkata, "Alkitab itu adalah sebagian perkataan Allah dan sebagian lagi perkataan manusia." Dari keraguan dan kesalahan pengajaran dan keyakinan itu, maka muncullah beberapa teori tentang inspirasi.

  • Inspirasi Natural. Teori ini mengajarkan bahwa Alkitab itu ditulis oleh orang baik dan setia. Mereka tidak dibimbing oleh Roh Kudus. Namun orang-orang ini adalah orang jenius dan bermoral tinggi. Dari ajaran ini kemudian berkembang sebuah keyakinan bahwa tulisan orang-orang terkenal, penginjil-penginjil besar adalah diinspirasikan oleh Allah.
  • Inspirasi Konsep. Mengajarkan bahwa Allah memberikan pemikiran kepada para penulis dan mengizinkan mereka bertahun-tahun kemudian untuk mengungkapkan kembali pemikiran tersebut dalam kata-kata sendiri sesuai dengan buah pemikiran mereka.
  • Inspirasi Parsial. Alkitab itu diinspirasikan (diwahyukan, diilhami) beberapa bagian tertentu saja.
  • Inspirasi Okasional. Mengajarkan bahwa penulis Alkitab diinspirasikan oleh Allah kadang- kadang saja. Pada waktu mereka menulis tidak selamanya mereka dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kadang-kadang mereka bisa terpengaruh oleh buah pemikiran mereka sendiri.
  • Verbal Dictation Mengajarkan bahwa setiap kata yang ada dalam Alkitab itu adalah di diktekan oleh Allah. Seorang penulis itu bagaikan "mesin tik" artinya personalitas mereka tidak akan muncul dalam tulisan mereka.

Kita bisa bingung bila melihat pernyataan dari konsep-konsep palsu di atas. Namun ada hal yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita bahwa dalam kebenaran tiada jalan tengah. Sesuatu itu pasti kasus atau bukan kasus. Sebuah garis itu lurus atau tidak lurus. "Alkitab itu diiinspirsikan oleh Allah, atau tidak diinspirasikan oleh Allah" jadi hanya ada dua pilihan. Bila tulisan dalam Alkitab itu tidak diinspirasikan oleh Allah, maka hal itu hanyalah produksi manusia belaka. Paulus berkata, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Timotius 3:16, 17). Alkitab memastikan inspirasinya sendiri tanpa meragukan. Pengajaran yang benar tentang inspirasi Inspirasi Pleanary dan Inspirasi Verbal . Plenary berarti penuh, komplit, keseluruhan dari tiap-tiap bagian. Inspirasi Plenary menjelaskan bahwa setiap bagian dari Alkitab itu diwahyui/mendapat wahyu yang sama, tidak ada yang berat sebelah. Inspirasi verbal mengungkapkan bahwa dokumen asli dari Alkitab telah dituliskan oleh manusia, dimana mereka diizinkan untuk menuliskan sesuai dengan kepribadian dan talenta yang mereka miliki. Namun saat mereka menulis, mereka berada di bawah pengawasan dan bimbingan Roh Kudus. Hasilnya setiap kata yang ada dalam naskah asli adalah yang sempurna dan tanpa kesalahan dan tepat seperti apa yang diinginkan Allah untuk diberikan kepada manusia. Mari kita perhatikan lebih teliti lagi 2 Timotius 3:16. "Tiap-tiap kitab yang diwahyukan Allah (TL), pasa graphe theopneustos (all scripture God-breathed). Dalam teks ada sesuatu yang dikatakan dinafasi oleh Allah yaitu tiap- tiap "kitab" yaitu kitab yang dituliskan. Yang dituliskan itu adalah perkataan dalam Alkitab yaitu nafas Allah. Inilah yang disebut dengan konsep inspirasi verbal. Dalam Perjanjian Lama lebih dari 3800 kali disebutkan bahwa kitab itu adalah Firman Allah. Contoh, Keluaran 17:14; 2 Samuel 23:2; Yeremia 1:9. Yesus sendiri dengan jelas menganut konsep inspirasi verbal seperti yang Dia katakan dalam Matius 5:17, 18:"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi". Iota adalah huruf terkecil dalam bahasa Yunani. Disini Yesus mengungkapkan keyakinan yang teguh bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Ilahi, sebab itu setiap perkataan memiliki arti yang rohani. Kristus berjanji pada murid-muridNya bahwa perkataan akan pengabaran Injil akan diberikan pada mereka (Matius 10:19). Paulus memberi fakta melalui tulisannya bahwa apa yang dia tuliskan adalah perkataan Allah (1 Korintus 11:23). Catatan akhir:

  • Frank E.G., The Meaning Of Inspiration (dalam Essay In Apologetics by Berth Thomson Ph.D & Wayne Jackson M.A.), page 168.
  • Way Jackson M.A., The Holy Scriptures - Verbally Inspired (dalam Essay in Apologetics), page 169.
  • R.A. Finlayson, Contemporary Ideas Of Inspiration (dalam Revelation and The Bible), hal 222.

Bagaimana Kita Mengetahui Bahwa Alkitab Itu Benar?

Bukti-Bukti External

Ada banyak bukti-bukti external, yaitu fakta-fakta diluar Alkitab yang memperlihatkan bahwa Alkitab adalah sumber informasi yang dapat dipercaya.

[block:views=similarterms-block_1]

Bukti-Bukti Ilmiah

Belum ada bukti-bukti ilmiah yang dapat menyatakan kesalahan pernyataan-pernyataan apapun yang ada di dalam Alkitab. Walaupun ada banyak orang yang mengatakan, "Alkitab adalah bukan buku ilmiah, tetapi itu ditulis untuk memberikan pandangan mengenai keagamaan atau kerohanian." Walaupun begitu seluruh isi Alkitab adalah mutlak dapat dipercaya dalam hal ilmiah maupun rohani.

Ketepatan catatan dari benda-benda, peristiwa-peristiwa, orang-orang dan tempat-tempat didalam Alkitab memperlihatkan integritas Tuhan. Tuhan telah memberikan pernyataan-pernyataan yang harus diterima secara utuh dimana hal ini memperlihatkan kemampuan Tuhan untuk menjaga ketepatan isi Alkitab selama berabad-abad. Kita tidak akan bisa melampaui batas kepercayaan akan ketepatan pernyataan-pernyataan tentang dunia ini seperti yang tertulis didalam Alkitab karena hal itu menunjukkan bahwa Tuhan-lah yang mengarang Alkitab.

Bukti-bukti Geography

Sementara Alkitab tidak ditulis untuk mengajarkan prinsip-prinsip ilmu alam akan tetapi setiap topik yang membicarakan ciptaan Tuhan didalam Alkitab adalah sangat benar dan akurat. Dalam satu hal Alkitab menyatakan secara benar di Ayub 26:7 bahwa bumi berbentuk bulat, dan pernyataan ini ditulis kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi. Deskripsi yang tepat mengenai bentuk bumi ini begitu berlawanan dengan pendapat atau kepercayaan kebanyakan orang yang hidup pada masa itu dimana mereka percaya bahwa bumi ini berbentuk datar. Dan Yesaya 40:22 juga menyatakan hal yang sama bahwa Tuhan bertakhta di atas "bulatan bumi". Pernyataan di Yesaya 40:22 adalah pararel dengan pernyataan di Ayub 26:7 yang menyatakan telah menyebutkan bentuk bumi dengan benar, dan kebenaran-kebenaran seperti itulah yang selalu kita dapatkan dari Alkitab. Lagipula siapakah yang lebih mengetahui daripada sang Pencipta sendiri tentang bagaimana alam semesta ini dibuat?

Bukti-bukti Arkeologi

Salinan yang tertua dari puisi-puisi atau karangan-karangan Yunani adalah 800 sampai 1000 tahun lebih baru daripada tulisan yang aslinya. Tapi, tidak ada ilmuwan yang akan menerima pernyataan bahwa tulisan-tulisan Yunani ini telah menyeleweng dari tulisan yang aslinya dan seharusnya dibuang. Tetapi salinan tertua dari kitab-kitab Perjanjian Lama hanyalah 200 tahun lebih baru dari tulisan aslinya. Dan salinan tertua dari kitab-kitab Perjanjian Baru tertanggal 50 sampai 80 tahun setelah tulisan aslinya. Dari dasar informasi ini, Alkitab seharusnya dipercayai paling tidak seperti tulisan-tulisan Yunani lainnya, yang sampai sekarang masih sangat dipercaya.

Penemuan-penemuan arkeologi banyak yang memperkuat bukti integritas dari Alkitab yang menyebabkan para arkeolog yang dulunya melecehkan Alkitab menjadi berbalik dari menentang menjadi percaya kepada Alkitab. Selama berabad-abad ada banyak orang-orang yang meragukan kebenaran Alkitab karena Alkitab menyebutkan begitu banyak nama bangsa-bangsa kuno yang telah lama menghilang. Contohnya di Kejadian 15:20 Alkitab menyebutkan tentang suku bangsa Het. Dan ternyata beberapa ratus tahun yang lalu para arkeolog menemukan reruntuhan sebuah kota yang terletak di Turki, yaitu disebelah Utara dari tanah Israel, yang ternyata adalah reruntuhan dari kota utama bangsa Het.

Dalam kasih karunia Tuhan, pada sekitar tahun 1950 ditemukan gulungan-gulungan kitab di sebuah gua yang bernama Qumran didekat Laut Mati. Hebatnya karena kondisi gua yang sangat-sangat kering gulungan-gulungan kitab ini berada dalam taraf yang baik dan tidak mengalami kehancuran, kitab-kitab ini dapat dibuka dan dibaca. Penemuan yang paling menakjubkan adalah salinan dari kitab Yesaya. Menurut uji carbon 14, penanggalannya adalah 100 tahun sebelum Masehi, itu adalah 1000 tahun lebih awal daripada salinan yang dipergunakan sebelumnya. Selisihnya hanya sekitar 600 tahun dari teks yang aslinya. Dan para ahli menemukan kalau ini adalah identik dengan tulisan Yahudi (Ibrani) yang digunakan untuk menterjemahkan alkitab King James yang diterbitkan pada tahun 1611. Jadi, gulungan-gulungan kitab ini menolong untuk membuktikan fakta bahwa kita sesungguhnya mempunyai Injil sejati yang asli.

Bukti-bukti Sejarah

Alkitab juga berbicara mengenai kejadian-kejadian jauh dari sebelum hal itu terjadi. Nabi Yesaya pernah berbicara mengenai seorang raja Persia yang bernama Koresh (Yesaya 45:1) dimana dinubuatkan bahwa dia-lah yang akan membangun kembali bangsa Yehuda. Persia adalah sebuah kerajaan besar yang terletak disekitar negara Iran. Yesaya menulis nubuat ini pada masa pemerintahan raja Hizkia yang meninggal pada tahun 687 sebelum Masehi. Dan Koresh tidak mulai memerintah sebagai raja sampai tahun 600 sebelum Masehi, ini adalah lebih dari 80 tahun setelah nubuat itu ditulis. Hanya Tuhan saja yang dapat mengetahui nama dari raja Persia sebelum dia naik ke atas tahta.

Kemudian Alktiab mempunyai banyak nubuat-nubuat mengenai Yesus Kristus yang ditulis 1000 tahun sebelum Dia dilahirkan. Hal ini mungkin sedikit tersembunyi yang hanya terlihat bila kita memperhatikan setiap kata dengan teliti, tetapi sebetulnya setiap kitab-kitab dalam Perjanjian Lama dengan jelas menunjuk kepada Yesus. Contohnya, perhatikanlah dengan sangat teliti nubuat-nubuat yang ditulis dalam Mazmur 22, Yesaya 53 dan Mikha 5:2.

Melihat fakta-fakta bersejarah ini, kita dihadapkan hanya kepada dua kemungkinan. Apakah Alkitab itu dikarang oleh Dia yang tidak mempunyai batas waktu, atau itu hanyalah sebuah lelucon yang ditulis oleh seseorang setelah kejadian itu terjadi untuk membuat Alkitab kelihatan hebat. Pilihan yang benar adalah: Alkitab merupakan satu-satunya firman Tuhan yang sejati.

Bukti Dari Pengalaman Pribadi

Salah satu sumber lain dari kebenaran Alkitab adalah pengalaman pribadi dari mereka-mereka yang sudah dirubah hidupnya oleh Alkitab. Ada perubahan yang besar dan nyata didalam hidup orang-orang yang percaya kepada Kristus dan berjalan menurut firman-Nya, yaitu Alkitab. Dalam kata lain Alkitab sanggup melakukan kepada orang-orang yang percaya janji-janji yang terkandung didalamnya.

Alkitab menjanjikan pembebasan dari hari pengadilan terakhir dan memberikan kepastian tidak akan adanya hukuman bagi orang-orang yang percaya (Yohanes 5:24, Roma 8:1,16, 1 Yohanes 4:18). Alkitab menjanjikan orang-orang yang percaya akan dibersihkan secara rohani (Mazmur 119:9,11, Yohanes 15:3). Alkitab menjanjikan kebebasan dari perbudakan dosa dan kemenangan total (Yohanes 8:34-36, Roma 6:18, Kolose 3:1-2). Alkitab memberikan arti dan tujuan dari hidup ini (1 Petrus 2:9).

Semua hal-hal ini adalah bagian dari pengalaman pribadi orang-orang yang percaya. Orang-orang yang percaya mengalami hidup yang baru yang menjadi bukti bahwa mereka tidak lagi dipenuhi dengan kepahitan atau penyesalan tentang masa lalu mereka ketika mereka mengetahui pengampunan Tuhan (Ibrani 10:16-17). Bahkan orang-orang yang percaya berani berkorban untuk sesamanya manusia karena mereka mengetahui bahwa mereka selalu dapat bergantung kepada Tuhan. Seseorang yang percaya kepada Alkitab mempunyai pengalaman rohani pribadi yang mengetahui dengan pasti bahwa Alkitab adalah bukan sekedar tulisan-tulisan puisi biasa, tetapi itu adalah firman Tuhan yang bersaksi jauh kedalam hati mereka.

Kesaksian Alkitab

Alkitab sendiri bersaksi bahwa ia berasal dari Tuhan. Misalnya di 2 Samuel 23:2 Daud, yang menulis banyak bagian dari kitab Mazmur, menyatakan bahwa apa yang ditulisnya berasal dari Tuhan. Nabi Yeremia menyatakan hal yang sama (Yeremia 1:4), juga rasul Paulus (1 Tesalonika 2:13). Dan di 2 Petrus 3:16 rasul Petrus menyatakan bahwa tulisan-tulisan Paulus adalah bagian Kitab Suci (scriptures). Yesus sendiri membuat banyak pernyataan-pernyataan bahwa Alkitab mutlak dapat dipercaya (Lukas 16:17, 24:44, Yohanes 17:17). Dan Yesus seringkali menggunakan kisah-kisah dari Perjanjian Lama sebagai peristiwa-peristiwa yang nyata (Lukas 11:51, 17:26-33).

Kesatuan Alkitab

Alkitab terdiri dari 66 buku yang ditulis selama periode waktu lebih dari 1500 tahun, dari zaman Musa (1400 Sebelum Masehi) sampai zaman rasul Yohanes (kira-kira 100 Masehi). Jumlah penulisnya sedikitnya ada 40 orang. Beberapa dari pengarangnya hidup terpisah 600 mil jauhnya, dan kebanyakan dari mereka tidak mengenal satu sama lain. Tetapi kata-kata yang tertulis di dalam Alkitab mempunyai pesan yang sama, dan mempunyai satu kesatuan yang sempurna secara keseluruhan.

Satu-satunya alasan kenapa bisa terjadi seperti itu karena Tuhan-lah yang mengarang Alkitab. Tuhan menggunakan orang-orang ini untuk menulis apa yang Ia ingin tuliskan kepada umat manusia. Setiap kata dan setiap huruf didalam aslinya (Ibrani untuk Perjanjian Lama dan Yunani untuk Perjanjian Baru) adalah tepat seperti apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada umat manusia. Para penulis ini hidup dan mati di zaman yang berbeda-beda, tetapi Tu493 yang sama yang hidup selama-lamanya yang memberitahukan kepada orang-orang ini apa yang harus mereka tulis. Untuk alasan ini, kita bisa selalu bisa membandingkan bagian-bagian yang berbeda dari Alkitab dan menemukan bahwa mereka adalah saling melengkapi, saling menjelaskan, dan sangat konsisten satu dengan yang lainnya (1 Korintus 2:13). Kita dapat membaca bagian yang mana saja dari Alkitab dan menemukan firman Tuhan disana.

Isi Alkitab

Hal yang paling menakjubkan yang dapat kita temukan didalam Alkitab adalah hal-hal yang dibicarakan didalamnya. Ada hal-hal di dalam Alkitab yang kita ketahui bahwa hanya Tuhan saja yang dapat menulis pernyataan-pernyataan yang seperti itu. Misalnya Alkitab menyatakan di Yohanes 10:30 Yesus berkata bahwa Ia adalah Allah. Di Yohanes 20:28 seorang murid menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Dan di Ibrani 1:8 Bapa menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Kesimpulan terakhir dari kesaksian-kesaksian ini adalah apakah Alkitab itu gila atau itu adalah benar-benar berisikan firman-firman Tuhan.

Contoh lain yang penting adalah bahwa Alkitab membicarakan masalah dosa (1 Yohanes 3:14). Tidak ada orang lain yang mempunyai keberanian untuk menuliskan kenyataan-kenyataan hidup manusia seperti yang tertulis didalam Alkitab. Alkitab memberikan gambaran yang menyeramkan dari upah dosa. Alkitab menyinggung kita, dan kita tidak selalu menyukai apa kita baca didalamnya. Ini menerangkan mengapa kita sulit untuk mempercayai Alkitab.

Masalahnya adalah bukan bukti kebenarannya melainkan hati kita. Siapa yang ingin mengetahui bahwa sebenarnya dia sedang berada didalam bahaya, seorang penjahat, seorang pendosa yang busuk dan buruk? Siapa yang akan bersuka-cita sewaktu dia diberitahu bahwa dia sedang berjalan menuju ke neraka, dimana dia akan menderita selamanya dibawah murka Tuhan? Siapa yang menyambut pengetahuan bahwa tidak ada kebaikan apapun sama sekali didalam dirinya dan sebenarnya dia sedang berada didalam pemberontakan melawan Tuhan yang telah menciptakannya?

Hanya Tuhan saja yang dapat berkata jujur kepada kita karena hanya Dia saja yang mengetahui kebenaran. Hanya Tuhan yang mau berterus-terang kepada kita untuk menyatakan kasih-Nya. Kasih sejati tidak dinyatakan dengan kata-kata yang mencoba untuk membuat kita merasa enak dan nyaman dengan cara menyanjung, tapi meninggalkan kita didalam kesusahan karena mereka tidak mempunyai pengharapan yang nyata. Kasih yang sejati dinyatakan dalam kebenaran, karena itu adalah satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan kita.

Kejujuran Alkitab tentang manusia tidak menarik, tetapi Alkitab berisi kata-kata dari seorang teman sejati. Tuhan mengetahui bahwa kita sedang berjalan dipinggir jurang, dan siap untuk jatuh ke dalam neraka. Dia memberitahu persisnya apa yang kita butuhkan untuk menghindari kemalangan ini. Walaupun Alkitab tidak akan tampil sebagai salah satu dari sepuluh buku paling populer tahun ini, tapi hanya Alkitab yang dapat memberikan janji-janji seperti yang Yesus katakan di Matius 11:28-30:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Pesan-pesan Alkitab

Ada satu hal terakhir yang harus kita pertimbangkan untuk menilai kebenaran Alkitab. Kebanyakan orang percaya akan adanya Tuhan. Tapi jika Tuhan itu memang Tuhan, berarti Dia berkata-kata dengan kuasa yang mutlak dan kita harus berserah kepada perintah-perintah-Nya. Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan tentang firman-Nya dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya, mengambarkan pikiran kita tentang Tuhan. Kita tidak dapat memisahkan Tuhan dan Alkitab-Nya. Kita tidak harus percaya kepada Alkitab, tetapi kita akan menghadapi akibatnya. Kalau seseorang tidak percaya kepada Tuhan yang membuat Alkitab maka dia akan bertingkah-laku menurut jalan pikirannya itu, dan kepahitan serta kehidupan yang egois itulah yang mereka akan tuai tepat seperti yang Alkitab katakan. Ini adalah bukti yang mengerikan. Dan mereka juga harus menghadap murka Tuhan yang akan mengejar mereka sampai diluar batas liang kubur dan mereka akan dibangkitkan kembali untuk dihakimi oleh sang Hakim (Yesus Kristus adalah firman Tuhan) pada hari penghakiman terakhir seperti yang dikatakan Alkitab

Mempertanyakan tentang kebenaran Alkitab adalah hal yang baik, dan Alkitab mampu untuk melewati pemeriksaan-pemeriksaan yang ada dan menjawab semua pertanyaan yang ada dan dapat menghapuskan keragu-raguan kita. Yakobus 1:6 menyatakan bahwa kita tidak perlu ragu-ragu untuk meminta kepada Tuhan supaya kita mempercayai firman-Nya dan meminta kebijaksanaan untuk mendapatkan hadiah yang terbaik yang bisa kita dapatkan dari Alkitab. Tetapi, untuk mempelajari Alkitab adalah sesuatu yang suci. Hanya kalau kita menghampiri Alkitab dengan rendah hati dan pikiran yang terbuka untuk kebenaran maka kita akan bisa menemukan jawaban-jawaban yang kita perlukan. Dan kita dapat berdoa, "Ya Tuhan saya tidak tahu apa-apa, ajarkanlah saya."

"firman-Mu adalah kebenaran."
(Yohanes 17:17)

Sumber: www.familyradio.com

Bagaimana Memelihara Hari Sabat

Yesaya 58:13,14: "Jangan menginjak-injak hukum Sabat." Apabila panggilan Allah "Jangan kamu menginjak-injak hari Sabat"! untuk pertama kalinya kita dengar, maka kita akan bertanya: bagaimana cara yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan dalam memelihara hari Sabat itu? Dalam hal apa tingkah laku kita pada hari Sabat hanya berbeda dengan tingdah laku kita pada hari-hari lain dari minggu itu?

Allah tidak pernah membiarkan kita dalam keragu-raguan mengenai masalah ini. Ia senang dengan pemeliharaan hari Sabat secara positif, bijaksana, dan spontan. Karena itu, ia telah memberikan pada kita suatu petunjuk yang lengkap yang harus kita ikuti dalam persiapan dan pemeliharaan hari Sabat. Dalam pelajaran ini kita akan membahas peraturan Alkitab mengenai etiket pemeliharaan hari Sabat.

[block:views=similarterms-block_1]
  • Menguduskan hari Sabat artinya memperlakukannya dengan rasa hormat dan suci. (Yeh 20:12,20).

  • Mengingat hari Sabat artinya memikirkannya, merencanakannya sepanjang minggu itu. (Kel 20:8-11).

  • Menyucikannya artinya memelihara hari itu hanya untuk Allah. Karena itu kita harus memperhatikan pangkal dan ujungnya dengan saksama. (Kel 20:8-11) baca Am 8:5 mengenai sikap yang tidak wajar.

  • Cita-cita Allah mengenai hari Sabat ialah supaya hari itu menjadi hari kesukaan bukan hari yang membosankan yang dipenuhi dengan larangan atau jangan, ketegangan dan kesedihan (Yes 58:13,14)

  • Kita kesampingkan kata-kata kita, pekerjaan kita, kesenangan kita, dan beban kita. (Yes 58:13,14)

  • Kita persiapkan makanan kita, rumah kita, dan diri kita pada hari ke enam. (Kel 16:23; Luk 23:53-56.)

  • Tidak menjual atau membeli apa pun pada hari sabat. Masalah perdagangan jangan dibicarakan. (Neh 10:31; 13:15-22).

  • Hari sabat diukur mulai dari matahari terbenam sampai matahari terbenam (Im 23:32; Neh 13:9). Senja artinya Matahari terbenam (Ul 16:6; Mrk 1:23) kita membuka dan menutup hari Sabat dengan pujian dan doa.

  • Hari Sabat itu adalah hari yang suci untuk berkumpul (hari pertemuan atau hari kesukaan) Im 23:3. Kita berhimpun untuk kebaktian umum yang penuh kesukaan (Luk 4:16; Kis 16:13). Ada tiga buku yang memperkaya jam-jam hari Sabat. Alkitab, buku nyanyian, dan buku alam. Karena itu boleh berbuat baik pada hari sabat (Mat 12:12). Kita membawa sinar terang, kesembuhan dan penghiburan kepada yang sakit dan menderita.

  • Kita menerima sakramen Sabat yang paling dalam dari Kristus: jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat 11:28-30; Ibr 4:9,10) inilah rahasia yang paling besar dari pemeliharan hari Sabat.

Pemazmur berdoa: singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari taurat-Mu (Mzm 119:18). Hanya apabila mata kita disingkapkan oleh Roh Allah kita akan melihat nilai dan keindahan hari Sabat dengan sewajarnya.

Kebenaran hari Sabat ibarat jendela yang terbuat dari kaca es. Kita berdiri di luar dan memandang tetapi tidak nampak keindahannya. Tidak terlihat pola yang wajar, tidak ada apa-apa, kecuali kekacauan. Hanya dari dalam, kemuliaan akan nyata. Barangsiapa yang ingin menikmati pemandangan itu harus memanjat tangga yang berliku-liku, dan masuk melalui pintu gerbang pintu suci kepada singgasana kebenaran yang ada dibawa. Dan mereka yang ingin masuk harus bertekuk lutut, dalam kerendahan hati yang amat dalam. Tetapi kalau sudah masuk, sinar matahari menerangi, yang membuat warna-warni terang bagaikan pelangi. Rencana Tuhan akan nyata, tangan diangkat ke atas dalam impian keajaiban, kasih dan pujian.

Dimensi Iman

Oleh: Kenia Oktavianie

Sharing dengan beberapa teman sesama orang percaya sering kali menghantarkan saya pada pertanyaan-pertanyaan menggelitik tentang kekristenan. Di satu sisi saya bersyukur, karena dengan pertanyaan- pertanyaan inilah saya menjadi semakin memikirkan iman saya di hadapan Tuhan karena hanya dengan cara inilah saya bisa mempertanggungjawabkan iman saya. Satu pertanyaan yang mulai membuat saya berpikir adalah mengenai dimensi iman.

Begitu banyak orang- orang Kristen zaman ini yang memutarbalikkan makna iman. Mereka dengan lancang menggunakan iman sebagai alat untuk membuat kehendak mereka sendiri terjadi. Seringkah kita mendengar :"Oh, kamu ga sembuh karena imanmu kurang besar" atau "Kamu bisnis gagal terus karena kurang iman." Saya bertanya dalam hati, apakah benar iman hanya sesederhana itu? Iman menjadi terkesan begitu picik, hanya sebagai alat untuk memutarbalikkan posisi manusia dengan Tuhan. Ekstrimnya, jenis iman seperti ini, seperti membuat Tuhan kelihatan kehilangan kendali. Posisi iman menjadi lebih tinggi dari kedaulatan Tuhan. Coba pikirkan, saat kita meminta Tuhan melakukan segala hal yang kita inginkan dengan jalur "iman", siapa yang berada dalam posisi Tuhan? Tuhan atau kita?

Oleh karena itu, mari kita melihat dimensi iman secara lebih mendalam.

Apa itu iman? Ibrani 11 adalah pasal yang berbicara begitu gamblang soal iman. Banyak orang dengan pandangan iman seperti yang saya paparkan sebelumnya hanya melihat iman dari satu ayat ini,: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Tanpa memperdulikan ayat- ayat berikutnya. Ayat ini diinterpretasikan semena-mena menjadi berbunyi kira-kira demikian, "mintalah apa saja yang kamu inginkan di hadapan Tuhan dengan iman, makan Tuhan akan menyediakan lebih dari yang kamu minta." Menariknya ayat-ayat berikutnya justru tidak menjelaskan seperti ini.

Lihatlah ayat 7 dan 8, "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (8) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui." Iman bagi Nuh dan Abraham bukan perkara meminta apa saja, melainkan taat dalam hal yang bahkan belum kelihatan.

Atau lihatlah ayat 17 dan 24-25; "Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal.", "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa." Iman yang dimiliki Abraham dan Musa bukan iman yang menuntut Allah, melainkan iman yang menuntut mereka pada ketaatan "yang menyakitkan". Ketaatan yang berujung pada pengorbanan hak dan kenikmatan.

Kurang bukti? Mari telusuri lagi ayat berikutnya. "yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing. Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan."

Bahkan ekstrimnya ayat 39 mengatakan: "Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik."

Jelaslah bagi kita. Iman bukan alat untuk memaksakan kehendak kita. Iman bukan sarana meminta apa saja yang kita inginkan untuk kenyamanan hidup kita pribadi. Iman justru sebaliknya, memampukan kita taat dalam kesulitan, menguatkan kita menderita dalam tekanan, semua semata- mata untuk memampukan kita bertahan dalam rencana dan proses yang Tuhan izinkan terjadi.

Maka iman bukan lagi bicara soal dari tidak ada menjadi ada, melainkan dari tidak taat menjadi taat, dari lemah menjadi kuat, dari ragu menjadi yakin. Iman bicara lebih dari sekedar materi dan kenyamanan.

Hal yang melegakan, justru ada di ayat terakhir dari pasal ini, "Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan." Allah menyediakan hal yang jauh lebih baik dari sekedar materi dan keinginan kita, Ia menyediakan jalan menuju kesempurnaan.

Rindukah Anda disempurnakan seperti Yesus? Mari berjalanlah dalam dimensi iman yang dewasa. Mari temukan Tuhan, dan kekuatan iman yang menyegarkan dalam penderitaan, masalah, dan kesesakan. Anda bebas meminta kekuatan, penghiburan, bahkan jalan keluar, tapi sama sekali bukan memaksakan Tuhan memenuhi setiap hal dengan cara kita. Dengan cara ini, bukankah kita melihat siapa yang berada dalam posisi Tuhan? Ya, Tuhan sendiri. Ia berdaulat secara penuh atas kehidupan kita, dan iman kita membantu kita selangkah demi selangkah untuk menemukan jalan Allah.

Berjalanlah dalam dimensi iman yang dewasa, kenallah Ia sebagai Tuhan yang berdaulat penuh.

Kenia Oktavianie 13 Maret 2012

Dimensi Korupsi dalam Alkitab

 
Oleh : Yon Maryono

Kita tidak akan pernah memukan kata “korupsi” dalam Alkitab. Tetapi. Kata Korupsi bila dijabarkan dimensinya dari segi perbuatan dan sebab-akibatnya adalah sebuah kejahatan yang merupakan karakter manusia yang sering disebut dalam Alkitab. Kata Korupsi atau rasuah bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok (Wikipedia). Dan menurut UU no.31 th.1999 jo UU no.20 th.2001, Korupsi adalah: perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain yang ‘dapat’ merugikan keuangan atau perekonomian Negara. Korupsi diklasifikasikan sebuah Kejahatan bahkan dianggap sebagai extra ordinary Crime atau kejahatan yang luar biasa di Indonesia.


Bila dalam Undang-undang disebut memperkaya diri sendiri maka salah satu bentuk lain dari karakter pelakunya adalah sebagai hamba uang (bdk. Ibrani 13:5). Seorang budak yang diperhamba oleh uang akan cinta akan kelimpahan harta, kemewahan, kekuasaan serta keinginan yang tak henti-hentinya (serakah) akan kekayaan sehingga terbuka peluang baginya terjerumus dalam tindakan kejahatan Korupsi. Walaupun menurut hasil survey semakin Negara tidak makmur, semakin tinggi tingkat korupsinya demikian sebaliknya, bukan berarti pelakunya orang miskin atau secara materi tidak makmur. Fakta menunjukan di Indonesia ternyata mereka yang menerima suap, melakukan mark up, atau menyelewengkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi tersebut umumnya oknum-oknum yang secara ekonomi sudah berkecukupan. Dari level pejabat tinggi negara, direktur Bank, anggota legislatif, kepala daerah, dan sebagainya. Dan pelakunya tidak mengasihi sesama manusia karena merusak tatanan sosial ekonomi untuk kesejahteraan rakyat umumnya. Mereka, para pelaku sebagai penyelenggara Negara itu lupa sumpah jabatannya bahkan komitmen bersama dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai pembukaan UUD 1945.

Kata Korupsi yang dimaknai sebuah Kejahatan ini bila dilihat cakupan perbuatannya mempunyai dimensi yang luas sehingga sulit mendifinisikan makna korupsi yang sebenarnya. Ada beberapa kata Kejahatan yang merupakan ciri-ciri perbuatan Korupsi dalam Alkitab. Dalam Kitab Perjanjian Lama, Nomina - RA', jahat. - RESYA', kejahatan makna dasarnya adalah 'merusak' atau 'meremukkan' yang akibat tindakannya tidak menyenangkan, merugikan sesama, tidak enak, menjijikkan. Contoh : Mazmur 10:2 LAI TB, Karena congkak orang fasik (RASYA) giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan. Bentuk kejahatan ini dikutip dalam Kitab Keluaran 23:8 : “Jangan kamu terima suap...” . Allah tidak berkenan dan melarang agar menjauhi tindakan penyuapan.
 
Dalam kitab Perjanjian Baru, Kata Yunani - kakos (adjektiva) berarti jahat secara negatif, yaitu tidak adanya kualitas yang diharapkan dari seseorang (Mrk 7:21). Kata Yunani - phaulos berarti jahat dalam pengertian tidak benar, sering berbuat curang. (Yohanes 3:20). Kata  - ponêros berarti jahat secara etis fisikal, fasik, menyebabkan kesakitan dan kesukaran. Kata - ponêros lebih kuat dan lebih aktif, bermakna menyebabkan kecelakaan, melakukan yang jahat terhadap orang lain, berbahaya, menghancurkan (Matius 5:11). (Sarapan Pagi Biblika-Bible Study/Christian Library). Dengan demikian kitab PB telah menunjukan ciri-ciri yang hakiki dari perbuatan Korupsi dalam lingkup Kakos, phanalos dan poneros.. Kakos menguraikan kualitas kejahatan yang negative. Phaulos berarti tidak dapat berbuat baik, curang. Dan  - ponêros merujuk kepada akibatnya yang menghancurkan sesama. Dengan perkataan lain, Korupsi adalah - kakos dan Phaulos adalah jahat dalam pengertian moral - dekadensi moral - hedonisme, dan - ponêros adalah jahat dalam pengertian fisik.

Coba kita perhatikan yang lebih konkrit, apa yang disebut dalam Injil Markus 7:21-22 : “Dosa timbul dari hati dan pikiran; sebab dari dalam dari hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan”. Ternyata semua itu ada dalam kegiatan Korupsi. Perhatikan disidang pengadilan mereka terungkap masalah wanita, perzinahan, pembunuhan, kelicikan, iri hati, saling hujat dan sebagainya ternyata bagian prosesnya. Ya, Korupsi merupakan kejahatan yang sempurna.

Hasil riset yang dilakukan oleh Transpransi International (TI-2007), menyatakan bahwa kurang relevansinya hubungan antara agama dan prevalensi praktek korupsi. Hal ini tidak berarti Alkitab tidak mengajarkan umat percaya untuk menghindarkan perbuatan jahat. Nilai spiritual yang diajarkan oleh Alkitab bisa menjadi kontrol terhadap potensi perilaku korupsi. Namun, mengapa ada umat percaya jatuh dalam tindak kejahatan korupsi ?

Firman Tuhan yang harus dipandang sebagai sebuah sistem tata nilai yang harus di fungsikan dan dijadikan way of life bagi pemeluknya ternyata gagal diterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Mereka belajar dan memahami Firman Tuhan tetapi hanya sebatas di tataran intelektualnya tidak dilanjutkan sisi emosi dan kehendak yaitu kemauan dan keinginan dengan sungguh-sungguh melaksanakan Firman Tuhan. Ketakutan mereka kepada Allah bila mereka berbuat jahat tidak menyentuh emosi, sehingga tidak mempunyai perasaan cemas karena kejahatannya ( bdk. Mazmur 38:19).

Hati mereka yang merupakan pusat perintah keinginan manusia dari “dalam” sebagai tempat berfikir (Mrk : 2:6,8) dan tempat perasaan ( Luk: 24:32) dan juga mencerminkan sebuah sinergi antara jiwa, akal budi dan kekuatan telah berada dan dibawah kuasa kegelapan. Unsur intelektual dan emosi dipengaruhi perbuatan daging dan keinginan hawa nafsu, akhirnya pintu masuk ke roh manusia yang merupakan tempat iman dan pengharapan yang diberi pengertian oleh Roh Kudus tertutup. Roh manusia menolak memasuki persekutuan dengan Roh Allah. Sehingga kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri, tidak ada ruang dalam roh manusia. Roh manusia menjadi terselubung kegelapan, hilang penerangan.

Semoga saudara seiman kita yang dipercaya sebagai pejabat publik tetap setia kepada Tuhan Yesus. Bagi mereka yang jatuh diberikan kemampuan hatinya berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya ( 2 Korintus 3:16 ).
TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA

Dogmatika

Oleh: Julita Septanius

Pendahuluan

Alkitab adalah buku yang paling banyak dibaca sepanjang waktu. Ia telah diterjemahkan ke dalam tiap-tiap bahasa yang dikenal. Alkitab mempunyai daya tarik yang sama kuat, baik bagi ahli-ahli fisika nuklir maupun orang-orang yang paling sederhana. Namun, kendati popularitasnya begitu hebat, Alkitab juga merupakan buku yang paling banyak diserang diantara segala buku yang pernah ditulis.

Dalam abad ke-20, kritik terhadap Alkitab tidak saja timbul dari luar agama Kristen, melainkan juga dari dalamnya sendiri. Sekarang ini banyak pemikir digaji untuk menjadi pendeta dan guru sekolah tinggi, yang menggunakan banyak waktu mereka untuk menulis dan menerbitkan karangan-karangannya yang mendeskeditkan Alkitab. Mereka berkata bahwa Alkitab hanyalah merupakan suatu koleksi cerita dan ketakhyulan yang “memuat” ajaran Tuhan.

[block:views=similarterms-block_1]

Namun, untuk melihat kebenaran dari pernyataan tersebut. Maka marilah kita membahasnya lewat artikel yang sangat sederhana ini.

Apakah Alkitab itu?

Kita sering kali membawa, membuka dan bahkan ada juga yang seringkali membaca buku yang terkenal ini. Mungkin baik kalau kita mencoba untuk mencari tahu apa sih sebenarnya Alkitab itu? Ada pepatah yang mengatakan kalau tidak kenal maka tidak sayang, maka baik sekali kalau kita apalagi sebagai pengikut Kristus mengenal buku ini dengan baik. Kita menyebutnya Alkitab, tetapi ada juga yang menyebutnya Kitab Suci. Di belahan bumi lain di sebut Bible, Biblia, Bibbia dan masih banyak kata lain yang menunjuk kepada buku yang kita maksud. “Alkitab” itu sebenarnya merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa Arab, jadi kata Alkitab itu kampung halamannya ada di Arab sana, yang berarti buku. Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut “ta biblia” artinya juga buku tapi dalam bentuk jamak: buku-buku.

Jadi berdasarkan arti katanya Alkitab berarti sebuah buku yang terdiri dari kumpulan buku-buku. Coba kita buka Alkitab kita, disana ada banyak tulisan-tulisan yang berasal dari orang yang berbeda, masa yang berbeda malahan rentang waktu penulisannya jauh sekali. Bukan hanya soal penulisan dan waktu saja tetapi juga gaya bahasa, corak sastra, persoalan dan masih banyak lainnya yang berbeda. Jelas itu merupakan buku-buku yang sebelumnya terpisah. Maka Alkitab itu mirip dengan perpustakaan yang ada di sekolah atau di kampus kita, hanya bedanya perpustakaan ini bentuknya mini. Hanya ada 66 "buku" di dalamnya, dengan ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal tetapi juga ada yang tipis bahkan buku yang ditulis oleh Yudas hanya terdiri dari 2 halaman saja. Perpustakaan itu mini tetapi apa kita sudah sering masuk ke dalamnya dan membaca buku yang ada di sana? Kalau kita sering kali bolak-balik ke perpustakaan di sekolah atau kampus kita, sangat baik sekali kalau kita juga mengunjungi perpustakaan ini.

Itu pengertian Alkitab berdasarkan arti katanya, kalau kita melihat isi dan maknanya maka Alkitab kita memiliki beberapa pengertian.

Alkitab sebagai SABDA ALLAH dalam bahasa Manusia

Kita tahu yang disebut Sabda Allah pertama-tama adalah Yesus Kristus, sang Putra Allah. Coba kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Yohanes penginjil tentang Yesus: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah……. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ini yang ditulis oleh Yohanes dalam bab 1:1-14, tetapi tidak dikutip semuanya disini karena terlalu panjang, coba kita buka sendiri teks itu. Jadi Firman Allah atau Sabda Allah yang pada mulanya ada bersama-sama dengan Allah kita kenali dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah.

Dalam dokumen Dei Verbum, sebuah dokumen Konsili Vatikan II mengenai Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi yang juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), dalam sebuah artikel tertulis demikian: “Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia”. Allah kita Allah yang luarbiasa! Ia ingin dekat dengan kita supaya kita bisa mengambil bagian dalam hidup dan kodrat IlahiNya bersama Yesus Kristus, PutraNya dan juga dalam tulisan-tulisan Alkitab. Dalam diri Yesus Kristus kita mengenali Allah yang mengenakan daging dan di dalam Alkitab kita mengenali Allah yang telah mewahyukan diri dalam kata-kata yang bisa kita kenali dan mengerti.

Kalau kita membaca sebuah buku atau tulisanya, tema sebuah tulisan penting supaya kita bisa mengerti tulisan itu dengan baik, kalau kita lihat KGK artikel 101-104 memiliki tema: Kristus – satu-satunya Sabda Kitab Suci. Lalu dalam artikel itu ditulis : Melalui kata-kata Kitab Suci, Allah hanya mengatakan satu kata: SabdaNya yang tunggal dan di dalam Dia Ia mengungkapkan diri seutuhnya: “Sabda Allah yang satu dan sama berada dalam semua Kitab: Sabda Allah yang satu dan sama bergaung dalam mulut semua penulis Kitab yang suci. Dan karena sejak awal Ia adalah Allah pada Allah, Ia tidak membutuhkan suku-suku kata, karena Ia tidak bergantung pada waktu” (St. Agustinus, Psal 103,4,1). Maka jelas bahwa Kitab Suci kita adalah Sabda Allah: pada awalnya Yesus semula ada bersama dengan Allah mewahyukan diri dengan mengenakan daging jasmani supaya bisa dikenali, kemudian Allah yang sama mewahyukan diriNya dalam tulisan-tulisan Kitab Suci supaya bisa berkomunikasi dengan kita semua.

Maka dari itu kita diminta untuk menghormati Kitab Suci dan juga mengenali Allah yang ada di dalamnya. Gereja menganjurkan kita semua untuk menghormati Kitab Suci, seperti yang ditulis dalam KGK # 103: Dari sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah maupun dari meja Tubuh Kristus.

Sabda Allah telah ditulis dan tertera dalam bahasa yang kita kenali supaya kita bisa menangkap, mengerti, memahami komunikasi Allah. Kalau Allah menggunakan bahasa malaikat atau "bahasa planet" maka komunikasi dengan Allah tidak dapat kita lakukan. Untung saja Allah menyesuaikan diri dengan kemampuan kita yang terbatas ini sehingga kita bisa mengerti pewahyuan diri Allah.

Sesuatu yang kalau kita pikir sangat luar biasa: Itu berarti bahwa Allah berbicara kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Sabda Allah ditulis dalam bahasa manusia, oleh karena itu kita mendapati ungkapan-ungkapan yang perlu kita perhatikan, karena ungkapan itu ditulis sesuai dengan budaya dan waktu itu. Yang pasti sangat berbeda dengan ungkapan jaman ini. Dibalik ungkapan-ungkapan manusiawi itu tersembunyi Sabda Allah yang perlu untuk kita temukan. jadi bagi kita, Kitab Suci itu bukan hanya sekedar tulisan-tulisan begitu saja tetapi ada kekayaan besar yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan itu perlulah kita mengerti arti rohani dari tulisan itu, bukan hanya arti harafiahnya saja.

Alkitab sebagai pewahyuan Allah dan tanggapan manusia

Allah itu transenden mengatasi segala sesuatu yang ada dan Allah tidak mudah untuk dikenali, karena ia tidak sama dengan kita manusia. Jelas bahwa Dia tidak sama dengan kita karena Dia adalah pencipta dan penyebab segala sesuatu. Oleh karena itu supaya kita bisa mengenal Allah maka Allah perlu menunjukkan diri-Nya dan mengungkapkan realitasnya yang transeden kepada kita. Tanpa penyataan diri Allah maka manusia tidak mampu mengenal Allah, penyataan ini kita sebut pewahyuan Allah. Dalam EV #2 kita baca: Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih Ef 1:9) kepada manusia. Pewahyuan ini terungkap melalui perkataan dan perbuatan Allah di dalam sejarah keselamatan manusia yang mencapai puncaknya dalam diri Kristus Sang Sabda yang menjadi daging.

Alkitab juga mengungkapkan berbagai macam tanggapan manusia atas pewahyuan Allah dan berbagai macam reaksi atas rencanaNya bagi manusia. Manusia yang menerima wahyu Ilahi ini akan memperoleh hidup yang kekal sedangkan yang menolak pewahyuan ini akan mengalami kebinasaan. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18).

Alkitab sebagai buku iman Gereja

Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah.

Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya.

Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan ‘hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja’. Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah (Dei Verbum 26; Ad Gentes 15:21).

Status Alkitab

Agaknya status Alkitab ditetapkan berdasarkan dua faktor:

Kenyataan historis, bahwa gereja memanglah sudah mengambil keputusan untuk menegakkan kitab-kitab tertentu sebagai skriptura.

Kenyataan historis ialah bahwa Alkitab memang ditetapkan sebagai skriptura serta dipisahkan, baik dari kitab-kitab lain-lain yang terkarang pada waktu itu maupun dari perkembangan-perkembangan tradisi lisan selanjutnya. Itu berarti bahwa pada taraf tertentu dalam sejarahnya, umat Allah telah mengambil suatu keputusan fundamental untuk memberikan status istimewa kepada bahan yang terkandung dalam Alkitab itu serta mengakui bahan itu sebagai pola-klasik untuk pengertian kita tentang Allah. Jadi dalam arti tertentu, adalah tepat kalau dikatakan bahwa Alkitab mempunyai status itu untuk kita, justru karena pada jaman awal dalam perkembangan synagoge dan gereja, tokoh-tokoh itu sudah mengambil keputusan bahwa Alkitab memang akan diberi status definitif yang demikian.

Kenyataan historis itu selanjutnya sudah masuk struktur-dasariah iman Kristen.

Namun demikian, kita tak boleh bersandar seratus persen kepada argumen yang agak bersifat formal itu. Soalnya bukanlah hanya keputusan itu sudah diambil di gereja kuna, tetapi yang lebih penting ialah bahwa keputusan itu memang serasi dengan sifat-dasariah iman Kristen. Iman menjadi khusus iman Kristen, justru karena iman tersebut mengaitkan diri dengan pola-pola yang terumus secara klasik itu. Agaknya inilah yang dimaksudkan dengan rumusan populer, bahwa "agama Kristen merupakan agama historis." Iman Kristen bukanlah apa saja yang kebetulan dipercayai orang Kristen modern, biar bagaimanapun alasan kepercayaannya itu, melainkan adalah iman yang dikaitkan dengan Yesus dan dengan Allahnya orang Israel. Mengakui sentralitas Alkitab dalam iman Kristen, adalah mengakui sumber-sumber klasik yang menggambarkan dan yang menyaksikan Yesus dan Allah.

Alkitab adalah bagian dari penyataan khusus

Menurut R. Soedarmo, penyataan khusus dasar mulai seketika sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, tatkala Allah berfirman: “Dimanakah engkau ?” (Kej.3:9). Sebab sejak saat itu rusaklah penyataan umum tadi dengan datangnya pengaruh dosa. Penyataan khusus dasar diberikan hingga rasul-rasul yang terakhir meninggal. Sesudah itu cukuplah pernyataan yang menjadi alas atau dasar bagi penyataan khusus yang dibutuhkan bagi manusia sedunia untuk mengenal lagi akan Allah dan untuk menerima anugerah kelepasan. Penyataan khusus ini ialah Alkitab.

Alkitab berasal dari Allah yang melalui Roh-Nya mengilhami para nabi dan rasul, sehingga mereka menyadari penyataan Allah di dalam pelayanan mereka dan menuliskan penyataan Allah itu dengan benar. Alkitab ini telah disampaikan kepada kita melalui suatu proses penyalinan dan penerjemahan. Melalui proses yang panjang ini Alkitab dipelihara dengan tepat karena pertolongan Roh Kudus. Jadi penyataan khusus Alkitab diambil dari penyataan khusus dasar.

Pandangan Alkitab sendiri tentang status Alkitab

Timbul pertanyaan: apakah gambaran tentang Alkitab yang saya ajukan ini sesuai dengan gambaran yang disodorkan Alkitab sendiri? Pertanyaan yang demikian patut dipertimbangkan. Bukankah betul bahwa Alkitab memberikan suatu gambaran tentang karya-karya Allah yang bersifat obyektif dan petunjuk-petunjuk-kalamiah Allah? Apakah ini tidak berarti bahwa Alkitab memperkenalkan diri terutama sebagai komunikasi dari Allah kepada manusia, yaitu suatu "laporan" tentang "penyataan" yang sudah diberikan? Jawaban terhadap pertanyaan ini harus disampaikan dalam dua bagian:

Ada perbedaan antara penjelasan harfiah yang diberikan Alkitab, dan pengertian kita tentang peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Alkitab itu. Memang benar bahwa pola-klasik kita biasanya menggambarkan Allah yang berkarya melalui "perbuatan-perbuatan perkasa" yang berbicara menggunakan bahasa manusia. Maka sebagaimana kita catat di atas, aspek-aspek ini secara tradlslonal telah sangat mempengaruhi pengertian kita tentang hakekat Alkitab. Tetapi meskipun aspek-aspek ini menonjol dalam bentuk pola kita, tidak usahlah aspek-aspek itu begitu menonjol bila kita berusaha menilai pengaruh pola itu atas pengertian kita. Yang saya kemukakan di sini bukanlah perkara yang baru; ada beberapa konsep penyataan yang kini laku secara luas, yaitu yang mengurangi peranan aspek "pembicaraan Allah dalam bahasa manusia."

Dalam bentuk harfiah Alkitab pun, laporan-laporan tentang pembicaraan Allah kepada manusia hanyalah merupakan sebagian dari bahan yang ada. Banyak kitab dalam Alkitab memuat pembicaraan manusia-manusia; maka dalam rangka pembicaraan yang demikian itu terdapatlah beberapa bagian yang didalamnya manusia melaporkan pembicaraan Allah kepada manusia. Surat misalnya, adalah merupakan surat-surat seorang rasul kepada jemaat-jemaat, bukan surat-surat Allah kepada Rasul Paulus.

Penutup

Banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang mengakui dan menerima kewibawaan Alkitab, walau cara dan manifestasinya berbeda-beda. Sebenarnya setiap cara pemahaman memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Semuanya saling melengkapi. Dan bagi mereka yang terbuka, banyak hal yang dapat dipelajari dari cara pemahaman yang lain.

Mudah-mudahan pembahasan ini mengundang kita untuk lebih mendalami dan mempelajari Alkitab secara lebih mantap, serius dan penuh tanggung jawab. Karena hanya dengan kerendahan hati dan keterbukaan, kita dapat membaca, mempelajari, memahami dan menghayati pernyataan-pernyataan Alkitab beserta segala tuntutannya. Hanya dengan keterbukaan dan kepekaan, pembacaan dan penelaahan Alkitab yang kita lakukan dapat mengubah hidup kita. Hanya dengan kepekaan dan kerendahan hati, kita dapat mengenal identitas Allah yang utuh dan benar seperti yang dinyatakan-Nya dalam pribadi Yesus Kristus.

Akhir kata, bagi umat dan pengikut Kristus, pengakuan dan penerimaan kewibawaan Alkitab tidak mempunyai arti, jika semua itu tidak membuahkan perubahan dan pembaruan pikiran, sikap dan tindakan kita baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, ibadah, maupun dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Barr, James, http://media.isnet.org/kristen/Modern/0704.html.

Hindarto, Teguh, http://vivitdominus.blogspot.com/2008/09/alkitab.html

Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM,2009.

Soedarmo, R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta:BPK-GM,2002.

Walker,D.F., http://www.alkitab.or.id/content/view/153/131/lang,english/

Gandum dan Ilalang

Dalam Perjanjian Lama kata Ibrani "malak" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan" (messenger). Sama juga halnya dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "aggelos" yang sering diterjemahkan sebagai "malaikat" kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "pembawa pesan". Ketika kita memperhatikan dengan teliti ayat-ayat yang menggunakan ungkapan ini, kita menemukan bahwa Tuhan bisa menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk kepada diri-Nya sendiri, bisa menunjuk kepada malaikat dan bisa juga menunjuk kepada manusia yang mempunyai pesan untuk dikabarkan. Kita harus memperhatikan konteks dari ayatnya dengan teliti untuk menentukan terjemahan yang benar dari ungkapan ini. Misalnya di Maleakhi 3:1 dimana kita baca:

[block:views=similarterms-block_1]

"Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku [malak], supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat [malak] Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam."

Kata "malak" (malaikat) digunakan dua kali dalam ayat ini. Yang pertama sudah pasti menunjuk kepada Yohanes pembaptis yang diutus mendahului Tuhan Yesus untuk mengabarkan berita tentang Yesus Kristus sebagai "Anak Domba Allah" (Yohanes 1:29). Dan kata "malak" yang kedua jelas menunjuk kepada Tuhan Yesus sendiri, yang adalah pembawa pesan dari Perjanjian itu.

Dalam Perjanjian Lama kata "malak" lebih dari 100 kali diterjemahkan sebagai "malaikat" dan hampir 100 kali diterjemahkan sebagai "pembawa pesan". Biasanya ketika hal itu menunjuk kepada "pembawa pesan" ini sedang berbicara tentang seseorang yang membawa suatu berita kepada orang lain. Tetapi seperti yang kita lihat dalam kitab Maleakhi, pembawa pesan itu juga bisa menunjuk kepada Tuhan sendiri.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata "aggelos" (malaikat) kira-kira 180 kali diterjemahkan sebagai "malaikat" dan 7 kali diterjemahkan sebagai "pembawa pesan".
Misalnya Matius 11:10 berbicara tentang Yohanes pembaptis sebagai "pembawa pesan" (utusan) dari Tuhan, disitu kita baca:

"Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku [aggelos] mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu."

Karena itu kita bisa mengerti sekarang bahwa kata Ibrani "malak" dan kata Yunani "aggelos" yang seringkali diterjemahkan sebagai malaikat harus diperiksa konteksnya dengan teliti untuk menentukan apakah ungkapan itu sedang menunjuk kepada Tuhan sendiri, malaikat atau juga manusia.

Ini menjelaskan tentang kata "malaikat" di Matius 13 dimana sedang Tuhan berbicara mengenai malaikat yang mengumpulkan "hasil panen" pada akhir zaman.

Di Matius 13:36-43 kita baca:

"Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat [aggelos]. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya [aggelos] dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan DARI DALAM KERAJAAN-NYA. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Dalam kebanyakan translasi kata ini diterjemahkan sebagai "malaikat", tetapi siapakah para pembawa pesan dari Kerajaan Allah yang memberitakan Injil kepada dunia untuk mengumpulkan umat-Nya ke dalam --Yerusalem yang baru-- ?

Di Yohanes 4:35-38 kita baca:

"Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa "para penuai" itu adalah orang-orang percaya. Mereka adalah para pembawa pesan yang diutus untuk memberitakan Injil kepada dunia. Dan ketika Injil diberitakan Roh Kudus akan membuat firman itu bersemayam didalam hati mereka yang sudah dipilih untuk diselamatkan. Jadi mereka yang diselamatkan melalui pemberitaan itu menjadi hasil panen yang dibawa masuk kedalam Kerajaan Allah.

Kembali ke Matius 13:36-41 yang berbicara tentang pemisahan gandum dan lalang, malaikat-malaikat tidak mengumpulkan hasil panen itu. Hasil panen itu dikumpulkan oleh orang-orang percaya yang memberitakan Injil ke seluruh dunia supaya panen, yaitu --orang-orang yang diselamatkan-- dapat dikumpulkan ke dalam Kerajaan Allah.

Jadi dalam perumpamaan "gandum dan lalang" (Matius 13:24-30), gandum itu menunjuk kepada orang-orang percaya yang sudah diselamatkan, dan lalang itu menunjuk kepada orang-orang yang tampak luar seperti gandum tetapi sebetulnya belum pernah diselamatkan. Dan ketika perumpamaan itu berlanjut, orang-orang percaya yang sejati juga disebut sebagai para "pembawa pesan" (penuai) yang mengumpulkan hasil panen gandum pada akhir zaman (final harvest).

Dan di Matius 12:30 Yesus berkata:

"Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Gelar Yesus Kristus dalam Tulisan Yohanes

Penulis : Yohannes

Dalam Injil Yohanes, pola penggunaan gelar itu sama dengan pola dalam Injil-injil lainnya. Kitab-kitab Injil menceritakan kegiatan manusia Yesus, dan bentuk gabungan Yesus Kristus hanya muncul dua kali bila totalitas makna Yesus dilihat dari sudut pandang sesudah kebangkitan. Walaupun istilah "Tuhan" berulang kali dipakai untuk menyapa Yesus, tapi dalam cerita jarang digunakan untuk memaksudkan Yesus sampai sesudah kebangkitan, yang menetapkan kedudukan Yesus yang baru. Tapi penting diperhatikan bahwa Yesus sendiri menunjukkan kedudukan-Nya sebagai "Tuhan" yang memberi perintah kepada hamba-hamba-Nya, walaupun murid-murid-Nya Dia pandang lebih sebagai sahabat-Nya ketimbang hamba-Nya.

[block:views=similarterms-block_1]

Satu dari sekian masalah pokok dalam Injil Yohanes ialah apakah Yesus memang "Mesias" yang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi dan orang Samaria; tujuan Injil Yohanes ialah membimbing orang mempercayai hal ini. Kendati gelar "Mesias" jarang digunakan dalam Injil-injil lain, tapi dalam Injil Yohanes Yesus diakui "Mesias". Tapi sangat menarik perhatian bahwa Yesus sendiri tidak pernah mengucapkan kata itu. Acuan-acuan lain yang bersifat setengah gelar yang digunakan dalam Injil Yohanes ialah "Yang (akan datang)", "Yang Kudus dari Allah", "Juruselamat", "Anak Domba Allah", "Nabi", dan "Raja Israel". Beberapa dari gelar ini terdapat juga dalam Injil Sinoptik.

Begitu pula gelar "Anak Manusia", yaitu sebutan khas dari Yesus tentang diri-Nya sendiri, mendapat kedudukan penting dalam Injil Yohanes. Tapi di sini ada penekanan baru pada asal surgawi Anak Manusia itu, pada kedatangan-Nya ke dunia ini, pemuliaan-Nya di kayu salib, arti dan peranan-Nya di kayu salib dan artinya Dia sebagai pemberi hidup, hal-hal yang alpa dalam Injil-injil Sinoptik. Walaupun tidak perlu menganggap bahwa pengaruh-pengaruh asinglah yang mendorong penggunaan gelar itu dalam Injil Yohanes, tapi jelas bahasa yang diagunakan cukup berbeda dari bahasa-bahasa Injil-injil Sinoptik untuk mengisyaratkan bahwa -- kendati sebuatan-sebutan itu jelas berdasarkan ajaran Yesus -- sebuatan-sebutan itu sampai batas tertentu telah ditulis ulang oleh Penginjil sendiri atau oleh penulis sumber-sumbernya.

Tidak diragukan bahwa gelar utama Yesus dalam Injil Yohanes adalah "Anak Allah". Belar ini menandakan karibnya hubungan Allah dengan Anak-Nya yang tunggal, yang sudah ada sebelum penciptaan; hubungan ini ialah saling mengasihi, dan kasih ini diungkapkan dalam cara Anak menaati Bapa-Nya dan Bapa telah mempercayakan kepada-Nya tugas-Nya sebagai Hakim dan Pemberi hidup. Hubungan Yesus sebagai khas Anak dengan Allah, yang kita dapati dalam Injil Sinoptik diungkapkan di sini lebih jelas lagi. Pada dasarnya pemikiran itulah muatan gelar "logos" (atau "Firman") yang terdapat dalam pendahuluan Injil ini. Begitu dekatnya Firman disamakan dengan Allah, sehingga tepat bila Yesus diberi gelar "Allah"; jelas inilah makna pengakuan Tomas dalam Yohanes 20:28, di mana penampakan Yesus yang telah bangkit itulah yang mendampakkan pengakuan akan ke-Allah-an-Nya. Yesus juga diperkenalkan sebagai "Anak Allah yang sama dengan Bapa" (Terjemahan Bahasa Indonesia "ada di pangkuan Bapa") dalam Yohanes 1:18.

Perlu kita perhatikan bahwa ada beberapa ungkapan "Aku-lah" dalam Yohanes yang berkaitan dengan "Gembala yang baik" dan "Pohon anggur yang benar" merujuk kepada Yesus. Kadang-kadang kita jumpai ungkapan "Aku ini", "Aku ada". Karena ungkapan-ungkapan ini adalah gema dari pengakuan YHVH akan diri-Nya yang terdapat dalam Yesaya 43:10 dan 48:12, maka patutlah ungkapan-ungkapan ini kita pandang secara terselubung memaksudkan ke-Allah-an Yesus.

Penggunaan gelar dalam surat-surat Yohanes serupa dengan penggunaannya dalam Injil Yohanes, walaupun ada beda dalam cara Injil Yohanes memperkenalkan Yesus waktu hidup di dunia dari cara Surat Kiriman memperkenalkan Tuhan yang telah bangkita dari kematian. Satu-satunya Surat dalam Perjanjian Baru yang tidak merujuk kepada Yesus ialah 3 Yohanes.Tapi hal itu tentu bukanlah tanpa sebab. Dalam 1 Yohanes sering Yesus menjadi pokok uraian, di mana dinyatakan Yesus adalah "Mesias" atau "Anak Allah". Walaupun di sini bisa timbul pertanyaan apakah Yesus memang adalah Mesias yang dinanti-nantikan orang Yahudi, umumnya para ahli sependapat bahwa masalah pokok yang paling mendasar di sini ialah, apakah dalam Yesus sudah ada inkarnasi Allah yang sungguh-sungguh dan mantap. Lawan-lawan Yohanes agaknya menyangkal kesatuan yang utuh mantap dan langgeng pada Mesias atau Anak Allah dengan Yesus, dan Yohanes harus menekankan bahwa Yesus Kristus benar-benar sudah datang baik dengan (dalam) air maupun dengan (dalam) darah. Artinya, menjalani baptisan dan mengalami kematian. Justru Yohanes memakai gelar selengkapnya, "Anak-Nya, Yesus Kristus" untuk menandaskan obyek kepercayaan Kristen. Hanya Anak Allah saja yang bisa menjadi Juruselamat dunia. Istilah "Tuhan" alpa dalam Surat-surat Yohanes.

Dalam Wahyu, nama Yesus mendapat kedudukan penting sebagai sebutan seperti dalam Ibrani. Gelar lengkap Yesus Kristus hanya digunakan sebagai sebutan khidmat dalam pendahuluan Kitab, tapi ada empat ayat mengenai Mesias atau Mesias-Nya, yang menunjukkan bahwa pemikiran mengenai Mesias sebagai petugas Allah untuk menegakkan pemerintahan-Nya sangat hidup pada Yohanes. Pemikiran ini selanjutnya nampak dalam cara penggunaan gelar ilahi "Raja" dan "Tuhan" baik terhadap Allah maupun Yesus. Tapi gelar Yesus yang paling khas istimewa dalam Wahyu ialah "Anak Domba", yang di sini muncul 28 kali dan tidak muncul di tempat-tempat lain. "Anak domba" menggabungkan ciri-ciri paradoksal, yaitu sudah disembelih atau disalibkan tapi menjadi Tuhan yang patut disembah. Ia mengarahkan murka-Nya terhadap yang jahat dan dipimpin-Nya umat Allah dalam peperangan, tapi darah-Nya-lah yang menjadi korban penghapus dosa, dan melalui darah-Nya umat-Nya yang sudah mati martir bangkit dalam kemenangan.

Hidup Tidak Bercela

Oleh: ev.sudiana

 

Kita belajar Alkitab yuk .... Kej 16:16 Abram berumur 86th.

Kej 17:1 Abram berumur 99th ...ada selang waktu 13th ...bukan waktu yang singkat, Tuhan tidak datang menemui Abram ....

Saya pelajari Tuhan ngambek, Tuhan marah, Tuhan tidak senang sama Abram ...

Kenapa.... karena Abram lebih mendengar Sara memberi nasehat yang tidak sesuai Firman Tuhan ....baca ya psl 16



Padahal ... Tuhan baru menemui Abram, lihat pasal 15 ... mengadakan perjanjian dengan Abram...

Tapi kenapa ... Abram lebih mendengar nasehat Sara ...

Yes 59:2 kejahatan kita memisahkan merupakan pemisah kita dengan Tuhan

Tapi Tuhan kita adalah Tuhan yang baik, yang bertanggung jawab atas hidup kita, dan Allah yang berinisiatif ...

Tuhan kembali menemui Abram dan mengikat perjanjian-perjanjian yang baru dengan syarat "HIDUP TIDAK BERCELA - hidup benar - hidup kudus"

Jika kita lebih mendengar filsafat dunia, nasehat orang dunia, nasehat yang tidak sesuai Firman Tuhan, maka Tuhan akan mendiamkan kita dan tidak akan menjawab doa kita ...

Itulah perlu kita bertobat ... sungguh proses Tuhan lebih cepat selesai...

17:1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela 17:2, Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak." 17:3 Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: 17:4 "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. 17:5 Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. 17:6 Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.

"Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan" (Mzm. 119:1).
Adapun hidup, dalam bahasa Inggris sering dinyatakan dengan kata to walk, berjalan.

Injil Gnostik

Penulis: Herlianto

Khasanah Gnostik adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa koptik yang ditemukan di Mesir di perpustakaan Chenoboskion yang lebih dikenal di lokasi Nag Hamadi di tepi sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada tahun 1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Perpustakaan itu berasal dari abad-3-4M dan berisi tulisan-tulisan berfaham Gnostik, sedangkan kita mengetahui bahwa faham Gnostik baru berkembang sekitar abad-2-3 M di sekitar Palestina.

Dalam khasanah Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus yang dijilid dengan sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato Republik. Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo, Mesir. Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut Injil, yang memuat percakapan Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran. Dari kelima Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena ditemukan lengkap. Injil Thomas paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap sebagai Injil Kelima (The Five Gospels, Scribner, 1996) hingga dapat dimengerti mengapa pengikut Jesus Seminar cenderung bernafaskan Gnostik juga.

Injil Gnostik tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru dari abad-1M. Ciri khas dari Injil gnostik adalah percakapan rahasia antara Yesus dengan murid-muridNya dimana ajaran gnostik diajarkan di dalamnya.

Khasanah atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik di Mesir waktu itu yang mungkin karena adanya tentangan karya tulis mereka disembunyikan. Ajaran Gnostik adalah ajaran mistik esoterik yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya. Gnostik berasal dari bahasa yunani Gnosis yang artinya pengetahuan rahasia yang diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan pengetahuan rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik itu jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia, percikan api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya berasal yaitu dunia spiritual yang transenden.

Bagi para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam spiritual diluar alam materi ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang lebih rendah dipancarkan keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang terakhir dari seri pancaran itu adalah Sophia (hikmat) yang mengandung keinginan untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan ini menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau Demiurge yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi yang mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan kemanusiaan. Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai Yahweh Perjanjian Lama yang menciptakan langit dan bumi untuk memelihara kemanusiaan dari keinginan mereka kembali kepada sumbernya.

Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggeris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara sederhana sebagai: dunia adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat (Yahweh), dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar. (Gospel Truth? hlm.87).

Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus.

Bagi Gnostik, Kristus mengajarkan ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang mengerti bisa mencapai ke Ilahi an mereka sama seperti Kristus. Bagi mereka, Kristus, Roh Yesus yang ilahi mendiami tubuh manusia Yesus, Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi dinaikkan ke realita ilahi dimana Ia semula berasal, bahkan dalam Second Discourse of Seth (ca 200-230) disebutkan Yesus tidak mati disalib. Karena itu pengikut Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus manusia dan kebangkitan tubuh.

Injil Gnostik lainnya yang ditemukan kemudian di Muhafazat El-Minya, kira-kira 300 KM disebelah utara Nag Hamadi, pada tahun 1970-an adalah Injil Yudas. Injil Yudas mulai dikenal khalayak ramai ketika situs web National Geographic memuat liputan panjang soal Injil Yudas. Liputan mana juga difilmkan dan diputar melalui media TV, dan kemudian pada bulan berikutnya dimuat dalam versi cetak dan menjadi cover story majalah National Geographic - May 2006 dan versi Indonesianya dimuat dalam edisi National Geographic - Juni 2006.

Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dan menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun ca 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun ca 130-180. Yang jelas, sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis oleh Yudas (Iskariot).

Injil Yudas mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar Mesir dan kemudian muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan mulai diperkenalkan pada konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun kemudian diberitakan bahwa naskah itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman. Pada tahun 1999 baru diketahui sebanyak 26 halaman, kemudian berangsur-angsur dapat dikumpulkan dua-pertiga dari naskah lengkap 62 halaman itu pada awal tahun 2006. Pada bulan April 2006, National Geographic mengumumkan selesainya terjemahan Injil Yudas ke dalam bahasa Inggris (terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Gramedia dan dirilis pada tanggal 29 Juni 2006 bersama dengan buku The Lost Gospel (Injil yang Terhilang).

Memang, dalam catatan sejarah gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif dalam tulisannya Adversus Haereses (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya De Stromateis (230). Pada tahun 375, Epiphanes, uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang disebutkan oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas yang baru ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan Epiphanes. Bila perkiraan perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang dimaksudkan oleh Irenius.

Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali kalimat berbunyi: Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas, dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah.

Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai gereja, misalnya ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya bahwa mereka selama ini salah jalan. Dalam injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri Yesus. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam Injil Yudas bahwa ia mati karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus disebutkan mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka. Kalau begitu, apakah banyak Injil Gnostik yang dianggap ditulis para murid Yesus yang lain seperti Injil Thomas juga salah arah karena penulisnya kurang mengerti gnosis sebenarnya?

Salam kasih.
Sumber: www.yabina.org

Kanon Perjanjian Baru (PB)

Sumber: http://www.mail-archive.com/i-kan-untuk-revival@xc.org/msg01711.html Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, belum sebuah kitab pun ditulis mengenai diri dan ajaran-Nya, karena belum dirasa perlu para saksi mata utama masih hidup. Jadi Injil masih dalam bentuk verbal, lisan; dari mulut ke mulut, oleh para rasul. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah para saksi mata dan para rasul berkurang, dan semakin banyak ancaman pemberitaan ajaran-ajaran sesat. Pada masa itu banyak ditemukan tulisan-tulisan yang bercorak rohani, yang sebenarnya bukan Firman Allah. Oleh karena itu gereja merasakan pentingnya ditentukan kitab-kitab mana sajakah yang dapat diakui berotoritas sebagai Firman Allah. Kemudian para rasul mulai menuliskan surat-suratnya untuk para jemaat, lalu perlahan-lahan dibuat salinan surat-surat itu untuk berbagai gereja dan salinan itu dibacakan dalam pertemuan gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:7, Wahyu 1:3). Tulisan-tulisan ini diinspirasikan oleh Allah (2 Petrus 1:20-21; Wahyu 22:18; Efesus 3:5). Pada waktu yang bersamaan, ada orang-orang yang menulis kitab-kitab tentang Yesus dan surat-surat ke gereja-gereja, yang tidak termasuk kanon. Lambat- laun gereja-gereja mulai jelas mengenai kitab-kitab mana yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Pada abad ke 2 kanon PB telah lengkap. Hal ini kita ketahui dari: The Old Syriac terjemahan PB pada abad kedua dalam bahasa Syria. Semua kitab ada, kecuali: 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu. Justin Martyr pada tahun 140 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filipi dan 1 Timotius. The Old Latin sebuah terjemahan sebelum tahun 200 M. Terkenal sebagai Alkitab dari gereja Barat. Semua PB ada, kecuali Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus. The Muration Canon pada tahun 170 M. Semua PB ada, kecuali: Ibrani, Yakobus, 1 Petrus dan 2 Petrus (sama dengan The Old Latin). Codex Barococcio pada tahun 206 M. Semua kitab PL dan PB ada, kecuali: Ester dan Wahyu. Polycarp pada tahun 150 M pernah mengutip: Matius, Yohanes, sepuluh surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes dan 2 Yohanes. Irenaeus (murid Polycarp) pada tahun 170 M. Semua kitab PB ada, kecuali: Filemon, Yakobus, 2 Petrus, dan 3 Yohanes. Origen pada sekitar tahun 230 M menulis daftar kitab-kitab PB, sebagai berikut: ke-4 Injil, Kisah Para Rasul, ke-13 surat-surat Paulus, 1 Petrus, 1 Yohanes dan Wahyu. Eusebius di awal abad ke 4 menyebut semua kitab PB. Pada tahun 367 M dalam Festal Letter yang ditulis oleh Athanasius, Bishop Alexandria, mencantumkan daftar 27 kitab-kitab PB. Jerome pada tahun 382 M, Ruffinua pada tahun 390 M dan Augustine pada tahun 394 M mencatat kanon PB sebanyak 27 kitab. Akhirnya pada tahun 397 M, konsili gereja di Carthago mengesahkan 27 kitab PB. Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang ditebus, yang beriman sungguh-sungguh di dalam Kristus bukan menentukan atau menciptakan kanon, tetapi gereja hanya mengesahkan kitab-kitab yang memiliki tanda kanonitas dan karena itu kitab-kitab tersebut memiliki otoritas dalam gereja.

Kasih Karunia vs Injil Plus

Oleh: Dr. Donald Siahaan

Shalom warga kerajaan sorga...

  1. PANGGILAN PAULUS & Kasih Karunia

  2. "Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Tuhan, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati." (Galatia 1:1)

    Kitab Galatia ditulis oleh Rasul Paulus, yang disebut pada ayat 1 bahwa ia menjadi rasul bukan karena keinginannya, keinginan orang tuanya, keinginan gurunya Gamaliel, atau keinginan manusia. Ia menjadi rasul karena Yesus dan Bapa memilih dan memanggilnya untuk menjadi pemberita Injil Kristus yang bertema kasih karunia. Jadi, bahkan kerasulan Paulus penulis Galatia pun adalah KASIH KARUNIA Tuhan bagi dia, bagi jemaat Galatia dan bagi kita pembaca kitab Galatia yang mau percaya berita tersebut.

    [block:views=similarterms-block_1]
  3. SUMBER dan MAKNA Kasih Karunia

  4. "Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Tuhan Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Tuhan dan Bapa kita." (Galatia 1:3 & 4)

    1. SUMBER. Kasih karunia itu bersumber dari Yesus dan Bapa sekaligus dan dicurahkan bagi jemaat Galatia dan kita yang percaya berita dalam kitab Galatia sebagaimana tertulis dalam ayat 3. Kasih karunia itu berasal dari Bapa karena Bapa yang berkehendak, merencanakan kita keluar dari dunia jahat ini, masuk ke dalam KERAJAAN SORGA. Kasih karunia dimungkinkan kita peroleh karena Yesus telah melakukan proses penyelamatan kita dari dunia jahat ini dengan tindakan heroik-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya.

    2. MAKNA. Kasih karunia diperlukan karena kita tidak dapat lepas dari kuasa dosa dan maut, dari dunia yang jahat ini dengan USAHA kita sendiri. Kita telah menjadi budak dosa dan kejahatan. Harga dosa-dosa kita memang sangat mahal: KEMATIAN. Harga ini tidak dapat kita bayar. Itu yang dikerjakan Yesus, melepas kasih karunia Bapa melalui diri-Nya kepada kita supaya kita lepas dari jerat dosa dan lepas dari dunia jahat. Dengan kematian Kristus dan kebangkitan-Nya, akar dosa telah dicabut dari hidup kita (jadi, walaupun sesekali kita berbuat dosa, itu bukan karena kita kehilangan keselamatan; ibarat luka dalam tubuh kita, kuman lukanya sudah dimusnahkan tapi parut/bekas luka dan sedikit rasa sakit masih terlihat dan terasa). Dengan kasih karunia Kristus, kita telah pindah dari "dunia yang jahat" (di mana si Iblis jadi rajanya) ke "kerajaan sorga" (di mana Tuhan menjadi Rajanya).

  5. INJIL PLUS: menyepelekan bahkan meniadakan kasih karunia.

  6. "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:6 & 7)

    Jemaat Galatia terpengaruh oleh “Injil lain”, di antaranya berita bahwa keselamatan memang di dalam Yesus tapi perlu ditambah dengan sunat, melakukan perayaan agama Yahudi, memelihara tradisi lama yang tidak cocok lagi dengan perjanjian baru dalam Yesus Kristus. Ini yang disebut Injil Plus. Pada jaman sekarang, Injil Plus itu di antara: keselamatan= Yesus plus tradisi gereja (ekaristi, baptisan, berbahasa roh dll.). Tidak ada yang salah dengan baptisan, berbahasa roh, perjamuan kudus; tapi bukan itu yang menyelamatkan. (ingat: Injil kasih karunia berarti hanya Kristus bukan plus lainnya yang menyelamatkan). Injil Plus juga berarti: Yesus plus perbuatan baik, hidup kudus, hidup melayani dsb.. Memang sepatutnya orang Kristen berbuat baik dan hidup kudus serta melayani, tapi KASIH KARUNIA berarti keselamatan hanya dalam Yesus, hal berbuat baik, hidup kudus dan melayani adalah hasil dari keselamatan itu bukan syarat keselamatan itu. Apalagi kalau ada yang mengatakan keselamatan adalah YESUS plus tradisi adat kekafiran. Wow, makin jauh dari kebenaran. Jadi, tidaklah benar bila warga kerajaan sorga hidup dalam kasih karunia tapi mengandalkan berkat dan keselamatan dari manusia (misal tulang dalam tradisi batak), orang tua, apalagi orang pintar. Hanya Bapa dan Yesus sumber kasih karunia dalam hidup kita.

  7. PAULUS meninggalkan tradisi nenek moyang demi kasih karunia.

  8. "Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku." (Galatia 1:14)

    Sesungguhnya, bila Injil Plus diperkenankan, Paulus lebih layak melakukannya. Ia adalah penganut agama Yahudi yang fanatik sebelum dipanggil Tuhan Yesus di jalan ke Damaskus. Ia adalah pelaku adat istiadat nenek moyangnya dengan rajin. Tapi bagi Paulus, Injil kasih karunia Yesus jauh lebih mulia dan ia meninggalkannya di belakang (dalam arti, ia tidak lagi hidup dengan tradisi agama dan adat istiadat). Inilah berita Injil sejati, kasih karunia dalam Yesus Kristus melepaskan kita dari ikatan tradisi agama dan adat istiadat. Tradisi yang benar, yang sesuai dengan Injil Yesus itu yang dikerjakan. Begitulah Paulus menghargai kasih karunia.

Seberapa besar anda menghargai kasih karunia Yesus? Adakah engkau telah terbebas dari tradisi hidup yang salah di masa lalu (keterikatan terhadap dosa, kebisaaan hidup yang tidak membangun misalnya merokok, narkoba, game, dll.). Adakah engkau terikat dengan tradisi agama yang membuatmu picik melihat sesama saudara yang tidak sealiran cara beribadah (hal berdoa, hal dibaptis, hal melayani).

TERIMA dan HARGAILAH KASIH KARUNIA YESUS KRISTUS DAN TUHAN BAPA KITA.

Facebook Group: Kerajaan Sorga.

Kebangkitan Yesus: Refleksi Historis-Teologis

Pertanyaan tentang kebangkitan Yesus pada Paskah subuh sudah lama menjadi persoalan sejarah dan teologis. Banyak pakar yang meragukan historisitas dari laporan kebangkitan Yesus seperti yang ditemukan dalam Perjanjian Baru. Namun di sisi lain perlu dicatat keraguan akan hal ini bukanlah hal yang baru. Sejak abad pertama, pertanyaan dan sikap skeptik yang meragukan kebangkitan Yesus sudah sering dan berulang-ulang ditemukan.

[block:views=similarterms-block_1]

Ketika Paulus berkotbah di Athena tentang kebangkitan Yesus (Kis 17), orang-orang, khususnya para intelektual zaman itu, mentertawakan pernyataan dan keyakinan Paulus. Alasannya sederhana saja, karena orang mati biasanya memang tidak bangkit lagi. Pada saat yang sama, gereja mula-mula juga memahami bahwa kebangkitan orang mati memang normalnya tidak terjadi. Bisa dikatakan sejak zaman kuno, baik para intelektual maupun orang awan, sama-sama memahami bahwa kebangkitan orang mati adalah peristiwa yang sangat luar biasa. Karena itu kebangkitan Yesus sebagai suatu pusat kesaksian gereja mula-mula, memang merupakan gejala dan peristiwa yang sangat unik. Kalau kita menelusuri pikiran tenatng kebangkitan dalam sejarah, keyakinan akan kebangkitan orang mati memang bukanlah ide yang baru. Setidaknya sejak masa Plato, orang sudah beranggapan bahwa orang mati punya kehidupan setelah kematian. Namung, kebangkitan dalam pikiran Plato adalah kehidupan roh, dimana seseorang exist dalam suatu bentuk kehidupan lain selain jasmaniah. Pada masa kini orang pada umumnya juga menerima adanya bentuk kehidupan seperti ini. Yang penting untuk di catat disini adalah, jika kita mempelajari Judaisme pada masa Yesus, kebangkitan tidak pernah dipahami dalam kategori rohani seperti ini. Kebangkitan pada masa itu, selalu berarti ´kembali kepada kehidupan fisik setelah mengalami kematian´. Dengan kata lain ´KEHIDUPAN SETELAH KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN´. Keyakinan akan adanya kehidupan seperti ini diteruskan oleh gereja mula-mula. Dalam hal ini mereka tidak berbeda dengan Judaism masa itu. Mereka percaya setelah kematian, orang-orang percaya akan beristirahat bersama dengan Tuhan. Tetapi ini bukan akhir cerita, kemudian mereka akan dibangkitkan dalam bentuk jasmaniah pada akhir zaman. Dimana perbedaan Judaism masa itu dengan kekristenan? Yang menjadi perbedaan yang mencolok dan bisa dikatanan ´inti keyakinan gereja mula-mula´ adalah bahwa ´PERISTIWA AKHIR ZAMAN INI TELAH TERJADI DI DALAM DIRI YESUS KRISTUS´. Dimana pengharapan eskatologis Jahudi mengalami suatu kejutan sejarah, dan buah pertama dari kedatangan Kerajaan Allah telah terjadi di dalam Yesus Kristus. Orang Jahudi tidak percaya bahwa peristiwa itu telah terjadi lebih dahulu pada Yesus sebagai yang sulung sebelum kebangkitan terjadi pada semua orang. Khususnya kelompok Farisi, mereka memiliki keyakinan yang kuat mengenai kebangkitan, namun pengakuan akan kebangkitan Yesus tidaklah masuk akal mereka. Mereka melihat, kebangkitan akan terjadi bagi seluruh orang Israel, tetapi bagaimana mungkin itu terjadi pada diri seorang manusia yang disebut Yesus? Disinilah Injil dan Paulus memberikan suatu presentasi yang unik. Yesus adalah Israel itu sendiri, Dia adalah Anak Allah sebagaimana Israel adalah anak Allah. Didalam kebangkitanNya, maka nubuatan akan penggenapan bagi restorasi Israel telah dimulai, tetapi belum sampai pada kesempurnaannya. Ketegangan antara ´already´ and ´not-yet´ menjadi corak pemberitaan akan kebangkitan Israel didalam kebangkitan Yesus. Dokumen tertua Perjanjian Baru adalah surat-surat Paulus (kl. 40-50 AD). Dalam bagian ini telah ditemukan pengakuan akan kematian dan kebangkitan Yesus. Banyak pakar liberal membuat suatu perbedaan yang tegas antara Yesus, sosok sejarah yang berasal dari Galilea, dengan Kristusnya Paulus, yang diperTuhankan dan di sembah oleh gereja mula-mula. Dikotomi antara Yesus sejarah dan Kristus Iman, terus menerus menjadi paradigma kebanyakan pakar. Meski harus diakui bahwa dikotomi seperti ini tidak ditemukan dalam tulisan Paulus sendiri. Bagi Paulus, Kristus yang diakui sebagai messias Israel adalah Yesus sejarah yang telah mati dan bangkit. Dikotomi ini sering diangkat didasarkan pada asumsi bahwa ajaran Yesus dan ajaran Paulus nyata-nyata berbeda. Yesus adalah rabbi yang sangat menekankan etika dan kedatangan Kerajaan Allah, sedangkan Paulus menganut Teologi Salib. Namun dikotomi ini hanya benar dalam melihat adanya PENEKANAN YANG BERBEDA antara Yesus dan Paulus. Perbedaan ini menjadi dikotomi karena mereka melihat baik Paulus maupun Yesus adalah DUA PENDIRI AGAMA. Namun baik Paulus maupun Yesus tidak pernah berpikir bahwa mereka adalah pendiri agama atau pengajar suatu ajaran yang baru. Kalau kita melihat Perjanjian Baru dengan teliti, maka kita akan menemukan Yesus sebagai seseorang yang melihat dirinya sebagai pribadi yang didalamnya penantian dan nubuatan Israel telah mencapi klimaksnya. Dia adalah puncak dari penggenapan janji Allah kepada Israel. Narrative Israel di Perjanjian Lama ditandai dengan kejahatan yang mengungkung Israel dan umat manusia secara universal. Dengan menyadari panggilanNya, Yesus menarik dan menyerap semua kejahatan tersebut ke dalam diriNya, mati di dalam penggenapan akan nubuat keselamatan, dan menaklukkan kejahatan itu sekali untuk selamanya di atas salib. Dalam konteks ini, PAULUS PERCAYA BAHWA YESUS TELAH BERHASIL DALAM MENGEMBAN PANGGILAN TERSEBUT. Keberhasilan Yesus dikonfirmasikan oleh penyataan Allah yang membangkitkan Dia dari kematian. Fakta kebangkitan Yesus bagi Paulus adalah suatu twist sejarah yang mengejutkan. Apa yang dinantikan si-farisi ini ternyata telah terjadi dalam suatu bentuk yang tak terpikirkan sebelumnya. Kebangkitan Israel telah dimilai dengan kebangkitan Yesus, anak Allah yang mewakili umatNya Israel. Karena itu tugas Paulus bukan untuk melakukan kembali apa yang Yesus sudah lakukan, tetapi memberitakan apa yang sudah Yesus capai, atau lebih tepatnya mengimplementasikan apa yang Yesus telah capa2i. Perbedaan antara Yesus dan Paulus adalah dalam hal ´ACHIEVING´ dan ´IMPLEMENTING´. Perbedaan ini ibarat perbedaan antara Composer dengan Conductor dalam komposisi musik. Composer menciptakan, Conductor melakukan. Kalau Conductor melakukan lagi apa yang dilakukan oleh Composer maka dia sudah menciptakan suatu yang baru, atau dia adalah seorang Conductor yang jelek. Conductor yang baik memainkan apa yang sudah ada, yang telah ditulis Composer. Demikian juga Paulus, untuk meneruskan apa yang telah dilakukan Yesus, Paulus tentu saja tidak melakukan apa yang Yesus lakukan, tetapi memberitakan apa yang telah dicapai oleh Yesus. Yesus mengalahkan kejahatan di salib dan menyempurnakannya dalam kebangkitanNya, Paulus melihat tugasnya adalah memberitakan apa yang sudah dicapai oleh Yesus dalam hidup, kematian dan kebangkitanNya. Selanjutnya banyak pakar juga yang meragukan kebangkitan Yesus didasarkan pada laporan yang berbeda yang ditemukan dalam Injil Perjanjian Baru. Misalnya, dalam versi tertua dari Markus, tidak ada laporan tentang penampakan Yesus. Lukas Menggeser fokus kesaksian dari Galilea ke Jerusalem. Dan hanya Yohanes yang menghubungkan kebangkitan Yesus dengan ke-TuhananNya. Namun kritik seperti ini, dibela dari sudut manapun, tidak akan pernah habis-habisnya. Kalau seandainya ceritanya persis sama, maka pakar bisa saja berkata, bahwa hanya satu yang asli, dan yang lainnya hanya meng-copy saja dari yang asli. Atau malah bertanya kalau sama saja untuk apa ada empat versi laporan kebangkitan Yesus. Terlepas dari kritik seperti ini, yang menarik dari cerita Paskah adalah perbedaan yang sangat mencolok dari KATA YANG DIGUNAKAN. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaporkan peristiwa ini, para penulis Injil cukup independent dalam menuturkannya, namun disis lain mereka memiliki suatu PENGERTIAN YANG SAMA TENTANG APA YANG TERJADI PADA PASKAH SUBUH TERSEBUT. Lebih menarik lagi, detail dari peristiwa yang mereka laporkan dapat dikatakan begitu mirip, meskipun kata-kata mereka yang digunakan sangat berbeda. Data ini menunjukkan bahwa dalam tradisi oral ketika peristiwa ini kerap dituturkan dalam perkumpulan komunitas Kristen purba, laporan kebangkitan memiliki versi yang beragam sesuai dengan saksi mata dan penutur yang menjadi sumber berbagai komunitas. Yang penting bagi kita adalah bukan perbedaan detail kisahnya, tetapi kehadiran kisah-kisah ini yang sangat universal dalam berbagai komunitas Kristen purba. Ini menunjukkan bahwa kisah ini sudah sejak semula menjadi pusat dari pemberitaan dari komunitas Kristen, karena itu central bagi identitas umat Kristen. Itu makanya Paulus berkata, tanpa kebangkitan sia-sialah kepercayaan Kristen. Dalam laporan Paulus tentang kebangkitan (IKor 15) kita menemukan tradisi gereja yang sudah baku tentang kebangkitan. Yang menarik dalam pengakuan iman IKor 15 kita, tidak ditemukan adanya kisah tentang saksi mata perempuan. Tapi pada saat yang sama, di keempat Injil kita menemukan secara konsisten bahwa saksi mata pertama peristiwa ini adalam perempuan. Pada za319 itu, melaporkan suatu peristiwa yang luar biasa dengan saksi mata perempuan adalah suatu blunder retorika. Hal ini karena kebudayaan pada masa itu, meragukan kebenaran dan keakuratan dari cerita dan penuturan perempuan. Seandainya para penulis Injil hanya mengarang kisah kebangkitan Yesus, maka menempatkan wanita sebagai saksi mata adalah keanehan yang luar biasa. Dengan kata lain, sulit sekali untuk menerima bahwa laporan ini hanyalah fiktif semata. Beberapa pakar mencoba menjelaskan laporan kebangkitan Yesus dengan memberikan sudut pandang psikologis. Para murid yang kehilangan pemimpin mengalami goncangan psikologis yang membuat mereka memprojeksikan Yesus yang bangkit. Namun kalau kita melihat sejarah Palestina sekitar 200 SM- 200 AD, kita menemukan adanya tokoh-tokoh seperti Yudas dari Galilea, Teudas dan Bar-Kokhba yang merupakan pemimpin besar gerakan agama yang kemudian mati, tetapi tanpa ada laporan tentang kebangkitan mereka. Satu demi satu para pemimpin ini di bunuh oleh Roma dan para pengikut mereka tercerai berai. Mengapa tidak satupun dari mereka yang jelas-jelas mengalami kondisi psikologis yang tergoncang kemudian menciptakan cerita tentang kebangkitan pemimpin mereka? Mengapa? Ini menarik sekali! Pada zaman itu penyakit psikologis modern yang suka berhalusinasi tidaklah populer seperti sekarang ini. Gerakan yang dikalahkan biasanya bubar, menyerah dan kembali kepada aktivitas mereka, atau gerakan itu memilih seorang pengganti untuk menjadi pemimpin mereka. Karena itu laporan kebangkitan Yesus yang secara konsisten diberitakan gereja purba adalah sesuatu yang unik. Pakar lain coba untuk menerima laporan tentang kebangkitan Yesus sebagai kesaksian yang tak tertolak. Tapi mereka menolak bahwa itu berarti Yesus adalah anak Allah, mungkin Yesus hanyalah seorang nabi yang secara luar biasa diberkati oleh Tuhan, tetapi bukan berarti Dia adalah Tuhan atas segala sesuatu. Pandangan seperti ini banyak dianut oleh pakar dengan latar belakang Jahudi. Namun kalau kita coba untuk memahami kebangkitan Yesus dengan latar belakang semua TINDAKAN YANG DIA LAKUKAN BERDASARKAN LAPORAN INJIL, seperti membersihkan Bait Allah, menyembuhkan dan membangkitkan orang mati, lalu akhirnya Dia bangkit, maka dari sudut pandang Teologi Judaism masa itu, Dia adalah messias yang diutus Allah, dan dengan kata lain ´Lord of all´. Ini memiliki dimensi politik yang kental karena itu berarti gereja berkata bahwa ´Kaisar Romawi bukanlah Tuhan dan Penguasa, tetapi YESUSLAH TUHAN DAN PENGUASA DUNIA!´ Tindakan Paulus menyebut Yesus ´Tuhan´ dalam pembukaan surat-suratnya adalah suatu tindakan provokatif dan subversif, khususnya mengingat dia sendiri adalah warga negara Romawi. Dengan demikian dia sedang mengatakan bahwa Kaisar itu hanyalah raja kecil yang masih berada dibawa Yesus Kristus, Kaisar atas segala kaisar. Ketika kita mempelajari dokumen Perjanjian baru kita menemukan suatu perkembangan yang unik, dalam waktu 20-30 tahun setelah kebangkitan Yesus, maka gereja telah sampai kepada keyakinan yang solid bahwa Yesus adalah messiah yang didalamNya Yahweh Israel dikenal dan dinyatakan, dengan perkataan lain Dia adalah inkarnasi dari Yahweh Israel. Pernyataan-pernyataan seperti yang ditemukan dalam tulisan Paulus dan Injil menunjukkan kenangan Para Rasul dan komunitas Kristen purba akan Yesus sebagai Tuhan dan penyataan Allah. Dalam konteks monotheisme yang ketat dari Jahudi, penyembahan kepada Yesus hanya bisa dimengerti sebagai suatu pengakuan akan Yesus sebagai messias yang didalamNya Yahweh telah menyatakan diri. Dia adalah penyataan dari Yahweh Israel, kalau tidak maka gereja mula-mula telah melakukan suatu penyembahan berhala, suatu dosa yang disadari dengan sensitif oleh orang Jahudi masa itu. Dengan memberikan kritik dan kupasan diatas, bisa kita lihat bahwa menempatkan laporan Kebangkitan Yesus dalam konteks Judaisme abad pertama membuat laporan Paulus dan Injil Perjanjian Baru menjadi masuk akal dan penuh dengan makna yang relevan bagi pembaca pertama dokumen-dokumen tersebut. Dalam konteks narasi Israel, kebangkitan Yesus adalah mutlak untuk memahami ungkapan keyakinan Paulus yang luar biasa akan kemesias-an Yesus dan penuturan Injil akan keilahianNya. Ulasan ini kiranya menjadi suatu penyegar bagi keyakinan kita akan signifikansi kebangkitan Yesus bagi komunitas Kristen. Kebangkitan Yesus adalah suatu buah sulung dari kebangkitan orang percaya. Didalam kebangkitanNya kita menemukan klimaks dari perjanjian Allah kepada Israel dan umat manusia, dimana kejahatan dan maut telah ditaklukkan, dan kepada kita semua diberikan undangan untuk berpartisipasi dalam kerajaan Allah yang telah menerobos masuk ke dalam sejarah manusia dan memberikan suatu perubahan yang final akan arah sejarah dan tujuan bumi ciptaan Tuhan. Dalam konteks meta-narrative yang berpusat pada kebangkitan Yesus, kiranya kita menemukan makna dan kuasa dalam narrative kehidupan kita, khususnya di dunia yang semakin kehilangan pusat kehidupan ini.

Ketaatan yang Tak Bertangguh

Oleh: Kenia Oktavianie

Bacaan: 1 Raja-Raja 13:1-34

"Sebab beginilah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air dan jangan kembali melalui jalan yang telah kautempuh itu."

Alkisah seorang abdi Allah dari Yehuda datang menemui raja Yerobeam untuk menyampaikan pesan Tuhan. Singkatnya Ia berhasil membuat sang Raja tertegur, bahkan mengadakan banyak mukjizat. Tetapi ada satu hal yang Tuhan perintahkan kepada abdi Allah ini, yaitu untuk jangan minum roti atau minum air, dan jangan kembali melalui jalan yang telah ia tempuh. Awalnya, abdi Allah ini taat tanpa pertangguhan.

Raja membujuk abdi Allah ini sedemikian rupa: "(7) Kemudian berbicaralah raja kepada abdi Allah itu: "Marilah bersama-sama dengan aku ke rumah, segarkan badanmu, sesudah itu aku hendak memberikan suatu hadiah kepadamu." Namun kembali dengan tegas abdi Allah ini menolak bahkan ia berkata, "Sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau singgah kepadamu; juga aku tidak mau makan roti atau minum air di tempat ini." Saya berpikir betapa lur biasanya ketaatan abdi Allah ini. Ia tidak bertangguh sedikit pun.

Namun di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang nabi Tuhan yang sudah tua. Dengan segala bujuk rayunya, nabi tua ini berusaha memprovokasi abdi Allah. "Aku pun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air." Tetapi ia berbohong kepadanya.

Lalu apa yang terjadi? Ya, Abdi Allah ini percaya. Ia lebih mempercayai perkataan nabi tua ini dibanding perintah Allah. Yang bahkan untuk setengah kerajaan pun ia perjuangkan mati-matian.

Singkat cerita, Ia mulai kompromi dan menjadi tidak taat. Akhir hidupnya mengenaskan. Ayat 24 menyebutkan, "Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam. Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya; singa itupun berdiri di samping mayat itu."

Sungguh mengenaskan bukan? Akhir hidup seorang hamba Tuhan yang seharusnya pulang dengan sorak-sorai karena berhasil mengerjakan misi Tuhan. Ingatlah, dia baru saja menegur raja, baru saja membuat mukjizat, baru saja menolak separuh kerajaan. Tetapi kebodohan macam apa yang dibuatnya? Dia luluh hanya karena seorang nabi tua yang membohonginya. Betapa memalukan, betapa ia terlihat sebagai seorang pecundang. Bagi Allah sebuah ketidaktaatan adalah dosa, apapun alasannya. Dia tidak bisa kompromi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sering terjebak dalam lubang yang sama? Terjebak dengan nabi-nabi tua yang berusaha memperdaya kita. "Hanya sedikit saja, hanya sebentar saja, percayalah ini tidak akan merusak hidupmu.", "Orang lain tidak akan tau kok.", "Setelah ini bisa bertobat kan? Jadi ya lakukan saja." Apa Anda sering mendengar suara- suara ini? Suara-suara nabi tua yang penuh dengan kata-kata manis yang menjebak. Dosa-dosa yang kita pikir bisa "dikompromikan".

Yang menyedihkan, bagi Allah setiap ketidaktaatan adalah dosa. Itulah sebabnya mengapa Adam dan Hawa harus mati kekal hanya karena memakan buah. Itulah mengapa Musa tidak dapat masuk ke tanah Kanaan hanya karena memukul batu. Itulah mengapa Uza mati ketika ia berusaha menyelamatkan tabut suci.

Tapi memang seperti itulah kenyataannya. Setiap ketidaktaatan dibayar dengan mahal. Itulah mengapa Yesus harus mati di kayu salib. Ya, upah sebuah ketidaktaatan yang dilakukan manusia. Dosa memang diampuni, tapi konsekuensi selalu ada.

Saya bergumul secara pribadi. Betapa sering saya mengkompromikan dosa. Menganggap kebohongan-kebohongan kecil dapat diterima. Menganggap sedikit kata-kata kotor atau penghakiman adalah hal yang biasa. Menyia-nyiakan waktu sebagai hal yang dapat dimaklumi. Tetapi darimana saya tau? Kebenarannya Yesus tetap mati bagi saya setiap hari karena "dosa-dosa yang dapat ditolerir" itu.

Ya, bagi Allah. Setiap ketidaktaatan adalah dosa. Sudah cukupkah kita bergumul akan bagian- bagian yang kelihatan remeh ini? Apakah kita terus mencoba bertumbuh dan menang atas setiap dosa sekalipun dengan jatuh bangun? Atau malah tertawa dan menganggap ini adalah biasa?

Bagi Allah, setiap ketidaktaatan adalah dosa. Ini serius, karena ini Yesus mati di atas kayu salib.

18 Oktober 2011
Dengan gentar dan penuh kesadaran.
Kenia Oktavianie

Kitab Suci Torat dan Injil

Penulis : Herlianto

Kitab Suci Torat dan Injil atau Kitab Suci 2000 (sebut saja KS2000) diterbitkan oleh Eliezer (Suradi) ben Abraham dengan organisasi Bet Yesua Hamasiah. KS2000 adalah puncak dari seri 5 traktat (yang kemudian disatukan) berjudul Siapakah Yang Bernama Allah Itu? (sebut saja SYBAI), yang diterbitkan sebelumnya yang pada prinsipnya beranggapan bahwa nama Yahweh dan Eloim tidak boleh diubah dan diterjemahkan, dan penggunaan nama Allah yang dianggap nama dewa-berhala Arab itu sebagai penghujatan.

[block:views=similarterms-block_1]

KS2000 nyaris menjiplak seluruh terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia - Terjemahan Baru (LAI-TB), dengan perubahan kecil yaitu dihilangkannya judul-judul perikop dan beberapa nama diganti dalam bahasa Ibrani terutama nama Allah diganti Eloim dan sebagian nama Tuhan diganti dengan Yahwe , dan Yesus Kristus diganti Yesua Hamasiah. Dari awal sudah terlihat kesalahan, dimana ALKITAB (LAI-TB) yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru , dalam KS2000 ditulis dalam sampulnya sebagai Kitab Suci Torat dan Injil padahal isinya mencakup PL & PB. Seperti diketahui PL dalam bahasa Ibraninya disebut Tanakh artinya Torat, Nebiim (kitab nabi-nabi) dan Khetubim (tulisan sastra) ini disebutnya Torat saja, dan PB yang mencakup Injil, Kisah Para Rasul, Surat-Surat, dan Wahyu, dalam KS2000 disebutnya Injil saja. Bagaimana sikap kita menghadapi versi Alkitab ini? Secara Etis , terlihat KS2000 tidak memiliki tata-krama penulisan karena tidak meminta izin kepada LAI dalam menggunakan hak-cipta penerjemahan tersebut, bahkan terjemahan LAI yang melibatkan dana mahal dan begitu banyak ahli teologia dan bahasa itu, begitu saja dibajak tanpa menyebut sumber dasar terjemahan (LAI-TB) yang digunakan, bahkan hasil bajakan itu diaku seakan-akan penulisnya adalah Eliezer ben Abraham dan organisasi kelompoknya Bet Yesua Hamasiah sebagai penerbitnya. Sungguh disayangkan bahwa kelompok yang ingin menguduskan YHWH telah melakukan perbuatan yang memalukan YHWH. Tiadanya etika dalam membajak karya terjemahan LAI jelas menyiratkan motivasi apa yang berada dibalik terjemahan itu yang kelihatannya dijiwai fanatisme Yudaisme yang jelas berpotensi untuk memecah belah kekristenan di Indonesia. Secara Teologis dapat dilihat banyak hal yang tidak tepat dan menunjukkan bahwa fanatisme nama Yahwe dan Eloim membuat kelompok Nasrani ini tidak sadar akan keterbatasan pengertiannya mengenai latar belakang sejarah, budaya, bahasa, maupun teologia Alkitab, sehingga menghasilkan versi Kitab Suci 2000 yang jauh lebih menunjukkan kesalahan-kesalahan penerjemahan yang lebih fatal daripada terjemahan LAI yang ingin digantinya yang dianggap sebagai tidak benar. Ada dua kesalahan fatal dalam KS2000: (1) KS2000 mengabaikan perbedaan antara El, Elohim dan Eloah, semuanya ditulis Eloim , padahal kita tahu bahwa sekalipun ada kesamaannya dan disana sini dipertukarkan, ketiganya memiliki perbedaan; (2) KS2000 menganggap hanya Yahweh yang merupakan nama diri, sedang Elohim diartikan sebutan/gelar. Akibatnya bila nama diri El diterjemahkan Eloim berarti dua kesalahan terjadi, yaitu nama diri Tuhan El diartikan sebagai sebutan dan El dianggap identik dengan Elohim. Anggapan bahwa Eloim adalah gelar menunjukkan adanya kekurang pengertian akan sejarah bahasa Ibrani. KS2000 mengganti semua nama El dalam PL yang berarti nama diri yang sejajar dengan Yahweh dengan nama Eloim yang hanya diartikan sebutan/gelar sesembahan Yahudi saja. Contoh berikut menggambarkan nama diri El (yang definitif) yang dikaburkan sekedar diartikan sebutan/gelar saja (yang dikurung adalah bahasa aslinya dalam bahasa Ibrani): "Akulah Eloim (El) yang di Betel (Bet El) itu" (KS2000, Kej.31:13) "Eloim (Elohim) Israel ialah Eloim (El)." (KS2000, Kej.33:20) Pada kedua ayat di atas jelas El adalah nama diri yang tinggal di Bet El , ini dilemahkan hanya sekedar Eloim yang diartikan sebutan/gelar sesembahan saja. Demikian juga Elohim yang artinya sebagai nama diri yang disejajarkan dengan Yahweh dan El, juga dikaburkan menjadi Eloim yang diartikan sebutan/gelar saja: "Aku, YAHWE (Yahweh). Eloim(Elohim)mu, adalah Eloim (El) yang cemburu ..." (KS2000, Ulg.5:9). "Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan (Adonai) Yahwe (Yahweh): Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Eloim (El)! Aku duduk di takhta Eloim (Elohim) di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Eloim (El), walau hatimu menempatkan diri sama dengan Eloim (Elohim)." (KS2000, Yeh.28:2). El yang adalah nama diri yang cemburuan (Ulg.5:9) telah dikaburkan sekedar gelar saja. Demikian juga pernyataan Yahweh bahwa aku adalah El (yang disejajarkan dengan Yahweh, Yeh.28:2) di sini ditulis sekedar sebagai Eloim yang diartikan gelar . Hal yang sama dapat dilihat pada ayat-ayat berikut: "Eloim (Elohim) berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel (Bet El), tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Eloim (El), yang telah menampakkan diri kepadamu." (KS2000, Kej.35:1,3) "Akulah Eloim (El), Eloim (Elohim) ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana." (KS2000, Kej.46:3) "Lalu berserulah Mose kepada YAHWE (Yahweh): "Ya Eloim (El), sembuhkanlah kiranya dia." (KS2000, Bil.12:13). Kej.35:1,3 jelas menyebut Mezbah bagi El yang adalah nama diri tetapi dikaburkan dengan Eloim yang diartikan gelar, demikian juga Kej.46:3, pengakuan nama diri Akulah El telah dikaburkan menjadi sekedar Akulah Eloim yang diartikan gelar. Seruan Musa pada nama diri El dalam Bil.12:13 juga kabur menjadi ditujukan pada Eloim yang diartikan gelar. Contoh berikut menunjuk jelas bahwa El adalah nama diri , bahkan dalam kaitan pengertian ke esa an, dan ini juga diganti Eloim yang dimengerti sebagai sebutan/gelar saja. "Jadi dengan siapa kamu hendak samakan Eloim (El), dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? (KS2000, Yes.40:18) "Kamu inilah saksi-saksiKu," demikianlah firman YAHWE (Yahweh), "dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Eloim (El) dibentuk, dan sesudah Aku tidak ada lagi. Aku, Akulah YAHWE (Yahweh) dan tidak ada juruselamat selain daripadaKu. Akulah yang memberi-tahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada di antaramu. Kamulah saksi-saksiKu," demikianlah firman YAHWE (Yahweh), "dan Akulah Eloim (El)." (KS2000, Yes.43:10-12) "Beginilah firman YAHWE (Yahweh): "Hasil tanah dari Mesir dan segala laba Etiopia dan orang-orang Syeba, orang-orang yang tinggi perawakannya, akan pindah kepadamu dan menjadi kepunyaanmu, mereka akan berjalan di belakangmu dan dirantai; mereka akan sujud kepadamu dan akan membujuk engkau, katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada Eloim (El), dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak ada Eloim (Elohim)." (KS2000, Yes.45:14). Dari beberapa contoh di atas kita dapat melihat bahwa usaha yang ingin memurnikan bahasa Ibrani dalam KS2000 pada kenyataannya justru mengganti kata El dengan kata Eloim bahkan yang fatal nama diri El disebut sebagai nama sebutan/gelar Eloim . Kesalahan yang sama juga terjadi dalam penggantian dalam Perjanjian Baru dimana kata Allah yang berasal dari kata Theos yang dalam konteks Septuaginta bisa berarti El/Elohim/Eloah yang bisa merupakan nama diri mau-pun sebutan/gelar yang perlu dilihat dari konteksnya, juga diterjemahkan (karena bahasa aslinya Yunani) secara borongan dengan kata Eloim yang diartikan sebagai sebutan/gelar saja. Contoh lain adalah sebutan Rumah Allah yang dalam konteks Perjanjian Lama menunjuk pada Bait El (Rumah El ) dalam KS2000 diterjemahkan menjadi Bet Eloim (KS2000, Mar.11:15-16). Tentu artinya menjadi lemah bila nama Bait El yang adalah RumahKu (Mar.11:17) yang menunjuk nama diri Tuhan sekarang diganti menjadi sekedar Rumah milik gelar sesembahan saja. Yang menarik untuk diamati adalah bahwa kalau kata Theos dalam bahasa asli Yunaninya bila dimengerti dalam konteks Septuaginta bisa berarti Yahweh (TUHAN) atau Adonai (Tuhan/Tuan) tergantung pengertian konteksnya, maka dalam KS2000 sebagian diterjemahkan sebagai YAHWE, dan penggantian itu mengikuti contoh Alkitab terjemahan Saksi-Saksi Yehuwa yang disebut Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru (NW, Apendiks 2,h.413) dengan beberapa perkecualian. Dari 237 nama Tuhan dalam PB yang diganti dengan nama Yehuwa oleh Saksi Yehuwa (NW), sekitar 60%nya diikuti KS2000 dengan menggantinya dengan nama Yahwe dan sisanya tetap disebut Tuhan yang dalam konteks pandangan KS2000 diartikan sebagai Adonai. Maka, dengan anggapan bahwa sebagian saja dari yang sisanya 40% itu tentunya dimaksudkan sebagai Yahweh , berarti KS2000 telah mengubah sebagian dari yang 40% itu yang seharusnya Yahwe diterjemahkan dengan Tuhan , sesuatu yang dikritiknya. KS2000 tidak mengerti bahwa bahasa asli Perjanjian Baru bukan Ibrani tetapi Yunani , dan disekitar hidup Yesus yang berlaku adalah bahasa percakapan Yunani dan Aram. Beberapa contoh ayat yang menunjuk pada nama diri Tuhan (dalam LAI-TB) yang berarti Yahweh ternyata diganti Tuhan , jadi diterjemahkan juga: "Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah (KS2000: Eloim). Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepadaKu." (LAI, Yoh.6:45). Dalam ayat ini, LAI menterjemahkan kata Allah itu sesuai bahasa asli Yunaninya yang ditulis Theos , dan KS2000 menggunakan kata Eloim , padahal Yes.45:13 yang dikutip dari PL, Ibraninya adalah Yahweh , jadi KS2000 juga mengganti kata Yahweh. Contoh lebih mencolok adalah ayat berikut: "Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan (KS2000: Eloim) telah menunjukkan rahmatNya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia." (LAI-TB, Luk.1:58). Disini LAI menterjemahkan kata Tuhan dari bahasa aslinya Kurios yang bisa berarti Yahweh atau Adonai dalam kacamata Septuaginta, dan sekalipun bahasa asli Yunaninya secara eksplisit tidak menyebut artinya sebagai Yahweh, dari konteks ayat itu dapat diraba bahwa artinya adalah nama diri Yahweh . Tetapi, KS2000 menterjemahkannya sebagai Eloim . Tiga kesalahan fatal telah dilakukan KS2000 pada 2 ayat itu: (1) Kurios (Tuhan) diterjemahkan sebagai Eloim ; (2) Kurios (Tuhan) yang dalam konteks ini menunjukkan nama diri dianggap sebutan/gelar saja; dan (3) Kurios (Tuhan) yang justru maksudnya nama diri Yahweh ternyata diterjemahkan sebagai sebutan/gelar Eloim . Ini menunjukkan bahwa maksud memperbaiki yang salah, namun karena yang diperbaiki ternyata benar, maka perbaikannyalah sekarang yang salah. Contoh lain dimana nama diri Yahweh , diterjemahkan sebagai Tuhan dapat dilihat pada ayat berikut: "Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku." (KS2000, Luk.4:18). Disini LAI menterjemahkan Tuhan dari bahasa Yunani Kurios yang dalam konteks PL yang dibaca menunjuk pada Yahweh (Yes.61:1) tetapi disebut KS2000 sebagai Tuhan juga. Jadi, KS2000 juga menterjemahkan nama Yahweh menjadi Tuhan , sesuatu yang diharamkannya! Contoh lain: "Bukankah telah dikatakan Musa (KS2000: Mose): Tuhan Allah (KS2000: Eloim) akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu." (LAI-TB, Kis.3:22, yang dikurung versi KS2000). Di sini LAI menterjemahkan Tuhan Allah sesuai bahasa asli Yunaninya yang berbunyi Kurios Theos , yang dalam kacamata ayat aslinya dalam PL berarti Yahweh Elohim (Ulg. 18:15), tetapi KS2000 menterjemahkan sebagai Tuhan Eloim : Penterjemahan Alkitab memang bukan monopoli LAI, dan setiap orang berhak merevisinya sesuai yang benar, tetapi bila seseorang mengambil naskah LAI kemudian mengganti beberapa kata yang malah tidak benar, tentu ini memutar balikkan kebenaran. Apalagi kita tahu bahwa terjemahan Alkitab LAI dikerjakan oleh puluhan ahli teologia/bahasa yang mewakili mayoritas gereja, yaitu Protestan, Katolik, Pentakosta, Baptis dan Advent, maka adalah ceroboh bila satu orang yang tidak belajar teologia formal begitu saja mau menggantikan kerja tim para-ahli itu, dan menganggap karya mereka sebagai penghujatan. Apalagi, kita ketahui bahwa faktanya, sejak hari Pentakosta (Kis.2:11) dimana Roh Kudus mendorong para Rasul dalam penterjemahkan, dan jauh sebelum masa jahiliah dan Islam, orang Kristen Arab dan Yahudi sudah menyebut Allah , dan saat ini ada 4 versi Alkitab bahasa Arab yang semuanya menggunakan nama Allah. Nama ini adalah transliterasi nama El ke bahasa Arab sama halnya Alloho ke bahasa Aram-Siria.

Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan

Penulis : Herlianto Bila dalam beberapa puluh tahun umat Kristen semua aliran di Indonesia menggunakan Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang juga diakui oleh gereja Roma Katolik, dalam lima tahun terakhir ini di Indonesia terbit tiga versi Kitab Suci baru dalam bahasa Indonesia, yaitu: (1) "Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru" (KS-TDB) yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa (1999); (2) "Kitab Suci Taurat dan Injil" (KS-2000) yang diterbitkan oleh Bet Yesua Hamasiah (2000); dan (3) "Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan" (KS-UPT) yang diterbitkan oleh Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh (2002). Ketiganya ingin mengembalikan nama Yehuwa/Yahwe/Yahweh dalam Kitab Suci, nama Tuhan yang dianggap harus dimuliakan dan tidak boleh diterjemahkan.

[block:views=similarterms-block_1]

"Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan" (KS-UPT) diterbitkan oleh "Jaringan Gereja-Gereja Pengagung Nama Yahweh" (Jakarta, 2002) dan disebutkan bahwa penerjemahan ini bagian dari gerakan Roh Kudus, dan diilhami "The Scriptures" (The Institute of Scripture Research, Afrika Selatan). Sumber lain adalah "The Word of Yahweh" (Assembly of Jahweh, Eaton Rapids, USA). Keduanya memunculkan kembali nama "YAHWEH," dan tujuannya untuk menopang "Gerakan Penganggungan Kembali Nama Yahweh," dengan maksud agar umat perjanjian Tuhan mengingat, menyebut dan mengagunggkan nama diri Tuhan itu seperti yang dikehendaki untuk disebutkan dan diagungkan turun temurun (Kel.3:13-15). KS-UPT dan sumbernya menyalahkan tradisi yang sudah melencengkan kaidah yang ditetapkan Firman Tuhan, yaitu: (1) Yudaisme Orthodox, yang mengganti nama YHWH (tatragrammaton) dengan Adonai (Tuan atau Majikan); (2) Septuaginta, yang mengganti nama YHWH dengan Kurios (dianggap sama dengan Adonai); dan (3) Perjanjian Baru yang juga menulis nama YHWH dengan Kurios dan dalam bahasa Aram menjadi Mariah. Disebutkan kemudian bahwa tujuan menyebut dan mengagungkan kembali nama "Yahweh" sebagai usaha "back to the Bible." Alasan teologis yang dikemukakan adalah: (1) Tuhan memperkenalkan nama dirinya sebagai "Yahweh" (Kel.3:13-15); (2) Nama diri Yahweh ditulis 7000 kali dalam Kitab Suci; (3) Keselamatan hanya karena nama Yahweh (Yl.2:32;Rm.10:13); dan (4) Sangat mungkin nama Yahweh muncul dalam Perjanjian Baru. KS-UPT menggunakan nama Yahweh dan bukan Yehuwa untuk membedakan diri dengan aliran sesat Saksi-Saksi Yehuwa, dan tidak digunakannya YHWH (Ibrani) agar tidak sulit membaca nama itu, dan pengucapan nama Yahweh tidak terlalu jauh dari aslinya. Bagaimana sikap kita memandang versi baru yang kembali membingungkan sebagian umat Kristen itu? Ada dua pertimbangan, yaitu secara "etis" dan "teologis". Secara "etis", KS-UPT adalah pekerjaan plagiat yang menggunakan Alkitab LAI sebagai dasar dengan mengganti nama TUHAN (YHWH) dengan Yahweh dan nama Allah diganti Tuhan. Sungguh tidak nyambung bahwa gerakan yang mengaku berasal dari Roh Kudus dan ingin mengagungkan nama Yahweh itu bisa melakukan tindakan yang begitu rendah dengan menjiplak terjemahan LAI yang sudah menghabiskan biaya begitu besar dan melibatkan banyak ahli theologi itu tanpa meminta izin. Di tengah penggalakan UU Hak Cipta di Indonesia, para pengikut Yahweh justru melakukan tindakan tidak terpuji sehingga menimbulkan pertanyaan, layakkah para pengagung ini meng"atasnama"kan Yahweh? Perilaku demikian itu "mengagungkan" atau "mempermalukan" nama Yahweh? Secara "teologis" sifat bidaah ditunjukkan para pengagung nama Yahweh itu dengan menganggap diri mereka paling benar dan menyalahkan semua aliran yang tidak sependapat darinya. Baik Yahudi orthodox, Septuaginta, sampai PB dianggap melenceng (tapi yang dianggap melenceng seperti terbitan LAI dijiplak begitu saja). Memang ada kelompok Yahudi yang karena rasa takut salah menyebut nama YHWH kemudian menyebutnya sebagai Adonai tetapi dalam Alkitab hal itu tidak disalahkan Tuhan kecuali jika mereka menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia, jadi bukan pengucapan namanya, tetapi pengejawantahan esensi nama itu yang disalahkan! Ingat, nama diri YHWH bukan nama diri satu-satunya, sebab ada nama diri lain yaitu "El" dan sekalipun sudah diperkenalkan kepada Musa, nama diri El masih juga digunakan bahkan oleh Yesaya (Yes.43:10-12). Bandingkan "El, elohe Yisrael" (Kej.31:13;33:20;46:3) dengan "YHWH, elohe Yisrael" (Kel.20:2;32:27;Yos.8:30) di mana kedua nama diri "El" dan "YHWH" itu disejajarkan. Perlu disadari bahwa "nama diri YHWH" baru diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Kel.6:1-2) dan sebelumnya nama diri yang digunakan adalah "El" (Kej.17:1, termasuk Kel.3:13-15). Bila KS-UPT jujur, harus menyadari bahwa adanya tetragrammaton sebelum Kel.6:1-2, sebenarnya adalah perubahan yang dilakukan para pengagung nama Yahweh waktu itu yang tidak merasa enak kalau Yahweh hanya menjadi "Tuhan Israel yang mengeluarkan mereka dari Mesir", maka kemudian nama itu digunakan juga untuk menyebutnya Tuhan umat manusia (Kej.4:26, Enos artinya "manusia"), dan lebih jauh lagi nama itu diklaim sebagai nama Tuhannya langit dan bumi (Kej.2:4). Nama diri Tuhan dalam PL disebutkan sebagai "El" dan "Yahweh" dan sekalipun Elohim & Eloah adalah sebutan untuk Tuhan, namun sesekali juga digunakan sebagai nama diri Tuhan. Demikian juga Adonai bisa berarti "nama diri Tuhan" (untuk menghindari sebutan YHWH), "sebutan Tuhan", atau secara terbatas sebutan untuk "Tuan." Kesalahan KS-UPT adalah mencampur adukkan nama "El" dengan "YHWH" dan El/Elohim/Eloah (Allah) diterjemahkan menjadi "Tuhan." Akibatnya para pengagung nama Yahweh ini tidak mentaati nama Tuhan yang lain karena mereka tidak mau memanggil Tuhan dengan nama "El" padahal nama inilah aslinya yang digunakan Tuhan dalam Kel.3:13-15 (band.Kel.6:1-2) dan disejajarkan dengan nama Yahweh (El elohe Yisrael = Yahweh Elohe Yisrael). Sikap "anti nama El" menyebabkan KS-UPT janggal dalam terjemahan. Contohnya ucapan Thomas: "Ya Tuhanku (Kurios) dan Allahku (Theos)!" (Yoh.20:28, LAI), KS-UPT menerjemahkan: "Ya Tuhanku dan Sembahanku!". Lihatlah pengakuan ini dalam terang PL: "Ya Allahku (Elohim) dan Tuhanku (Adonai)! ... Ya TUHAN (YHWH) Allahku (Elohim)" (Mzm.35:23-24, LAI), ini diterjemahkan KS-UPT menjadi: "Ya Sembahanku dan Tuhanku! ... Ya Yahweh Tuhanku." Kasus Thomas menunjukkan bahwa kalau dalam Septuaginta dan PB-yunani dibedakan antara "Kurios" (YHWH & Adonai) dengan "Theos" (El/Elohim/Eloah) yang disepakati dalam bahasa Indonesia oleh LAI menjadi "TUHAN" (YHWH) & "Tuhan" (Adonai), dan "Allah" (El/Elohim/Eloah), demikian juga pengakuan Thomas dan Mazmur membedakannya, KS-UPT menerjemahkannya secara kacau. Dalam Yoh.20:28, Kurios diterjemahkan "Tuhan" dan "Theos diterjemahkan "Sembahan", tetapi dalam Mzm.35:23 Elohim diterjemahkan "Sembahan" dan dalam ayat 24 Elohim diterjemahkan "Tuhan"! El Shadai (Kej.17:1;Kel.6:2, Allah yang mahakuasa, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang Mahakuasa", El Elyon (Bil.24:16, Allah yang Mahatinggi) diterjemahkan "Tuhan yang Mahatinggi", El Olam (Kej.21:33, Allah yang Kekal, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang Kekal", dan El Bethel (Kej.16:33, Allah yang di Bethel, LAI) diterjemahkan "Tuhan yang di Bethel", tetapi "El Elohe Yisrael (Kej.33:20, Allah Israel adalah Allah, LAI) diterjemahkan "Yang Maha Tinggi Tuhannya Israel" (di sini El diterjemahkan Yang Maha Tinggi dan Elohim diterjemahkan Tuhan). Untuk menghindari nama El/Elohim/Eloah yang kata Arabnya "Allah", KS-UPT menerjemahkan Allah (El/Elohim/Eloah dalam PL dan Theos dalam PB) menjadi Tuhan tetapi tidak terhindarkan bahwa nama "Betel" (beth el, rumah El) terpaksa tidak diterjemahkan dan diterima sebagai "betel" juga, demikian juga "El Roi" (Kej.16:13, Allah yang melihat, LAI) tetap ditulis sebagai "El Roi." Jadi nama El diterima juga, sama halnya nama "Imanuel" (Mat.1:23;Yes.7:14;8:8, Allah menyertai kita, LAI) tetapi artinya diterjemahkan "Tuhan menyertai kita" (El diterjemahkan Tuhan). Sekalipun ada kelompok Yahudi Orthodox yang mengganti "nama Yahweh menjadi Adonai" perlu disadari ada juga kelompok Yahudi orthodox yang mengganti nama El/Elohim/Eloah/Adonai menjadi Yahweh! KS-UPT mengganti beberapa nama "Adonai" yang disangka Yahweh menjadi Yahweh (Kel.15:17), dengan demikian terbuka kemungkinan bahwa ada sebagian nama "Adonai" yang diubah oleh Orthodox Yahudi dari kata Yahweh tidak dipulihkan (Yes.6:1,8), berarti KS-UPT dalam usahanya mengagungkan nama Yahweh juga beberapa kali tidak menerjemahkan Yahweh sebagai Yahweh. Contoh jelas bisa di baca dalam nama "Yah Yahweh" yang diterjemahkan "Tuhan YAHWEH" (Yes.12:2;26:4), "Yah" nama diri Tuhan diterjemahkan sebagai Tuhan. Kasus demikian akan makin jelas terlihat dalam penggunaan nama Yahweh dalam PB. Seperti diketahui bahwa dalam naskah asli (Yunani) PB, hanya ditemui satu nama Yahweh yang ada dalam kalimat Haleluya (Why.19:1,3,4) Yang artinya "pujilah Yah" (kalau konsekwen, "pujilah Tuhan" dalam ayat:5 mestinya diganti "pujilah Yah" juga), tetapi KS-UPT menerjemahkan banyak kata Kurios menjadi Yahweh, padahal Kurios itu dalam konteks Septuaginta bisa berarti "Yahweh" (TUHAN) atau 263237onai" (Nama Diri Tuhan, sebutan Tuhan, atau Tuan). Saksi-Saksi Yehuwa yang tergolong pengagung utama nama Yahweh menerjemahkan 237 nama Yahweh dalam PB, banyak diantaranya diikuti KS-UPT, tetapi sebagian tidak diikuti (a.l. Mrk.5:19;13:20;Luk.1:9,28;2:15). Ini berarti terbuka kemungkinan ada Kurios yang sebenarnya artinya Yahweh hanya diterjemahkan sebagai Tuhan dalam KS-UPT. Bahwa KS-UPT juga tidak mengembalikan beberapa kata Yahweh berarti para pengagung nama Yahweh ini juga tidak selamat menurut kriteria yang mereka buat sendiri. Bagaimana dengan Septuaginta dan PB? Septuaginta diterjemahkan oleh 70 tua-tua (LXX) yang dikirim oleh Imam Besar Yahudi Eliezer, dan hasilnya direstui pimpinan Yahudi sehingga LXX digunakan umat Yahudi di Sinagoge (kecuali di Bait Allah dimana digunakan bahasa Ibrani untuk tulisan suci karena bahasa Ibrani hanya berbentuk huruf mati (konsonan) tanpa vokal sehingga tidak digunakan sebagai bahasa percakapan) maupun digunakan oleh jemaat Kristen pertama. Dalam PB tidak ada kesan bahwa "Allah yang bersuara dari langit" menyalahkan penggunaan "Kurios" tetapi yang disalahkan adalah "tidak melakukan kehendak-Nya" (Mat.7:21). Yesus sendiri membaca terjemahan Septuaginta dalam Luk.4:18-19 dan bukan terjemahan Massoret, bandingkanlah hal ini dengan terjemahan Yes.61:1-2 dalam PL-LAI yang berupa salinan naskah Masoret. Jadi penggunaan terjemahan Kurios untuk "nama diri" Tuhan direstui oleh Allah bapa, Anak maupun Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memenuhi para Rasul sehingga mereka dapat menyampaikan firman Tuhan (termasuk nama diri Tuhan) ke bahasa-bahasa lain termasuk bahasa Arab (Kis.2:4). KS-UPT menyebut bahwa keselamatan itu datang dari penyebutan "nama diri Tuhan tetragrammaton dengan benar". Nama Tuhan yang mana dan haruskah nama itu YHWH? Yang mana sebutan yang paling tepat untuk tetragrammaton? YHWH, Yahwe, Yahweh, Jehovah, atau Yehuwa? Semuanya tidak sama. Memang Roma 10:13 berbunyi: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan (Yunani: Kurios), akan diselamatkan," tetapi Matius 7:21 berbunyi: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! (Yunani: Kurios) akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga." Apakah dapat disebut melakukan kehendak Bapa kalau KS-UPT adalah naskah bajakan (sekalipun menyebut Yahweh)? Di luar sepengetahuan dan seizin pemilik hak ciptanya? (LAI). Memang sifat bidaah memiliki pandangan fanatisme yang sempit yang beranggapan bahwa kelompok sendiri yang kecil itu selamat dan kelompok Kristen yang mayoritas (para Rasul, Bapa-Bapa Gereja, para pendeta, penginjil dan umat Kristen di seluruh dunia, yang jumlahnya sekitar satu milyar sejak abad pertama), semuanya tidak selamat karena tidak menggunakan nama tetragrammaton. Yesus sendiri dalam hidupnya tidak menyebut nama Allah Bapa dengan tetragrammaton melainkan dengan nama diri "El" (ketika di kayu salib) dan diberi nama oleh Allah Bapa dengan nama "El yang menyertai kita."

Mengapa Kita Percaya Bahwa Alkitab Adalah Firman Allah?

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th

Alkitab adalah wahyu Allah kepada manusia yang berisi pernyataan-penyataan tentang Allah dalam relasinya dengan manusia. Atas dasar apakah kita dapat mempercayai bahwa Alkitab adalah firman Allah yang hidup yang menjadi standar moral dan kelakuan orang Kristen ? berikut ini sepuluh alasan yang menunjukkan bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah.

1. Wahyu Ilahi. Para teologi pada umumnya membagi wahyu Allah menjadi dua, yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum adalah pernyataan Allah yang memungkinkan manusia mengetahui bahwa Allah itu ada (exist) melalui alam semesta dan ciptaanNya. Wahyu khusus yaitu pernyataan Allah atas dirinya sendiri kepada manusia. Maksudnya Allah yang dari sorga itu memperkenalkan dirinya sendiri kepada manusia. Ada dua wahyu khusus yang diberikan oleh Allah agar manusia bisa mengenalnya dengan benar. Pertama, melalui pribadi Yesus Kristus yang inkarnasi ke dunia ini (Yohanes 1:1-3, 14,18; 14:7-11; 17:3). Kedua, melalui Alkitab (Firman Allah yang tertulis) kita dapat mengenal Allah dengan benar, karena Dia memperkenalkan diriNya melalui firmanNya yang bisa dimengerti oleh manusia.

  
2. Inspirasi Alkitab. Charles C. Ryrie mendefinisikan inspirasi atau pengilhaman sebagai berikut: “Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya.” Dalam 2 Timotius 3:16 kata Yunani untuk inspirasi adalah Theopneustos yang berarti Allah menghembuskan. Penting untuk mengetahui bahwa kata “pewahyuan” berbeda dengan kata “pengilhaman” dan “ilumimasi”. Dalam pengertian teknis-teologis, kata pewahyuan atau penyataan Allah menunjuk kepada pengalihan pikiran Allah kepada pikiran manusia yang dipilih Allah menjadi penulis-penulis kitab-kitab Alkitab. Pengilhaman menunjuk pada penulisan naskah-naskah Asli Alkitab oleh para penulis pihak manusia dalam kontrol Roh Kudus. Pengilhaman disebut juga inspirasi. Sedangkan Iluminasi atau penerangan menunjuk pada pimpinan Roh Kudus yang memampukan manusia memahami kebenaran Alkitab dalam relevansinya pada setiap konteks kehidupan.
  
3. Keotentikan Alkitab. Otentik berarti Alkitab itu murni dan keasliannya terjamin. Alkitab dikatakan asli karena memang ditulis penulis yang namanya dipakai untuk kitab dan tulisannya tepat pada zaman dimaksud. Alkitab dikatakan otentik karena mengisahkan fakta-fakta yang benar-benar terjadi.

4. Klaritas Alkitab. Klaritas atau kejelasan Alkitab diartikan bahwa Alkitab ditulis sedemikian rupa sehingga jelas maksud pemberitaan dan pengajaranNya, sehingga dapat dimengerti oleh setiap orang yang sungguh-sungguh membaca dan mencari pertolongan Tuhan serta bersedia melakukan Firman Tuhan itu. Namun demikian tidak berarti bahwa semua bagian Alkitab akan dapat dimengerti dengan mudah. Tidak juga berarti bahwa setiap orang akan mengertinya dengan benar. Tapi memang betul bahwa untuk mengerti isi Alkitab dengan benar seseorang harus memiliki persyaratan moral dan rohani tertentu (1 Korintus 2:14). Juga dapat terjadi seseorang mengerti lebih jelas dari yang lain (2 Petrus 3:16).

5. Infabilitas dan Ineransi Alkitab. Ineransi Alkitab berarti bahwa Alkitab tidak ada kekeliruan atau kesalahannya. Infabilitas berarti Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan kesalahan. Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat salah atau tidak memiliki kekeliruan. Ketidakkeliruan Alkitab berarti bahwa Alkitab hanya mengatakan yang benar. Nubuat-nubuat Perjanjian Baru yang telah digenapi membuktikan bahwa Alkitab tidak memiliki kekeliruan.
  
6. Keharmonisan Alkitab. Alkitab adalah pernyataan Allah yang ditulis oleh manusia dalam bahasa manusia. Lebih dari 40 orang penulis dari latar belakang pendidikan, status sosial, ekonomi dan profesi yang berbeda. Di samping itu, kitab-kitab itu ditulis dalam zaman dan tempat yang berbeda pula. Walaupun demikian Alkitab hanya memiliki satu sumber, yaitu Allah sendiri. Itulah sebabnya kitab-kitab dalam Alkitab tidak bertentangan satu dengan lainnya, melainkan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam keharmonisan.
  
7. Kredibilitas Alkitab. Kredibilitas berarti dapat dipercaya. Sebuah buku dianggap dapat dipercaya jika ia benar secara keseluruhan sehingga dapat dipercaya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Kredibilitas Alkitab berhubungan dengan inspirasi, infabilitas, kanonitas dan keharmonisan Alkitab.
  
8. Kanonitas Alkitab. Kata kanon berarti tongkat pengukur dan menunjuk kepada suatu standard atau peraturan. Dalam hubungan dengan Alkitab, kanonitas berarti bahwa Alkitab telah diukur dengan suatu standart, telah melewati ujian dan lulus ujian yang meliputi ujian sejarah, arkeologi maupun filologi. Kitab yang tidak lulus kanon disebut Apokrifa.
  
9. Relevansi dan Kecukupan Alkitab. Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli maupun filsuf, tetapi tidak mampu bertahan seperti Alkitab. Usianya lebih dari 1600 tahun. Walaupun begitu Alkitab tetap relevan untuk kehidupan masa kini karena Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup. Kecukupan Alkitab diartikan bahwa Alkitab berisi semua Firman Allah yang dibutuhkan oleh orang percaya untuk keselamatannya dan untuk hidup di dalam keselamatannya, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan "penyataan" lain di luar Alkitab yang setara dengan Alkitab. Dengan demikian kita percaya bahwa Alkitab adalah cukup sebagai satu-satunya sumber firman Allah yang diperlukan oleh manusia untuk selamat dan hidup dalam keselamatannya.

10. Otoritas Alkitab. Seluruh Alkitab adalah Firman Allah; tidak mempercayai atau mentaati Alkitab berarti tidak percaya atau tidak taat kepada Allah. Dengan kata lain, Alkitab menjadi otoritas tertinggi dan final untuk iman dan kehidupan orang percaya, karena Alkitab adalah Firman yang datang dari Allah sendiri. Dalam banyak tempat di Alkitab dikatakan "Demikianlah Firman Tuhan...." Bentuk kalimat ini dalam dunia Perjanjian Lama identik dengan bentuk kalimat "Demikian kata Raja...." yang berarti suatu titah yang datang dari yang memiliki kekuasaan/otoritas tertinggi (raja) dan tidak dapat diganggu gugat, harus dilakukan dan dilaksanakan. Misal.: Bilangan 22:38; Ulangan 18:18-20; Yeremia 1:9. Dalam Perjanjian Baru, ada beberapa ayat yang jelas sekali menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Lama adalah Firman Allah, misalnya: 1 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21. Dalam Perjanjian Baru juga terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Baru adalah Firman Allah. Misalnya : 2 Petrus 3:16; 1 Timotius 5:18; 1 Korintus 14:37; Yohanes 14:26; 16:13. Alkitab adalah otoritas penentu dan akhir bagi orang-orang percaya yang menyangkut kehidupan pribadi maupun gereja. Otoritas Alkitab terutama dikaitkan dengan pewahyuan dan inspirasi Alkitab. Orang percaya dan gereja harus tunduk kepada otoritas Alkitab.

Nama Allah

Penulis : Herlianto

Akulah Allah Yang Mahakuasa [El Shadday], hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. (Kejadian 17:1b)

Nama El/Elohim/Eloah (dalam dialek Arab = Allah/Ilah), adalah nama pertama Tuhan yang tercatat dalam kitab Kejadian sebelum nama Yahweh diperkenalkan kepada Musa dalam masa Keluaran (Kel.6:1-2). El digunakan sebagai nama diri dan juga sebagai sebutan untuk Tuhan, dan sekalipun Elohim lebih banyak digunakan sebagai sebutan, kadang-kadang digunakan sebagai nama diri Tuhan yang bersifat jamak, Eloah adalah bentuk tunggal dari Elohim.

[block:views=similarterms-block_1]

El (baca Eel) atau Il adalah nama Tuhan rumpun Semitik (keturunan Sem), yang dalam jalur Ibrani keturunan Arphaksad disebut El/Elohim/Eloah dan dalam jalur Aram dan Arab disebut dengan dialek Ila/Elah/Eloh/Aloh/Alaha/Ilah/Allah, dll. Bangsa Ibrani melalui jalur keturunan Sem Arphaksad Eber (dari nama ini disebut bangsa Ibrani) Peleg Abraham (melalui Sara) menyebut Il Semitik sebagai El/Elohim/Eloah, sedangkan melalui keturunan Sem Aram lahir bangsa Siria yang menyebutnya Elah/Eloh/Alaha . Bangsa Arab adalah keturunan Aram Yoktan (Anak Eber) Hagar (selir Abraham) Keturah (selir Abraham), menyebutnya dengan dialek mereka sebagai Ilah/Allah.

Tidak dapat disangkal bahwa bangsa Ibrani, Aram, dan Arab masih berpangkal pada El/Alaha/Allah dari Abraham/Ibrahim yang sama, sebagai Tuhan pencipta langit dan bumi yang menciptakan Adam, memanggil Nuh dan kemudian memanggil Abraham/Ibrahim yang disebut sebagai Bapa Orang Beriman (atau Bapa Monotheisme) yang dalam jalur Arab secara turun-temurun oleh kaum Hanif dirayakan sebagai Idul Adha. . Sebagai imbas perceraian bahasa di Babel (Kej.11) dan situasi lingkungan yang berbeda, nama Tuhan yang sama disebut dengan dialek berbeda-beda namun masih dalam rumpun semitik (Tuhan Il/El Semitik berbeda dengan sesembahan lain seperti Brahman, Tao, atau Anatta yang dipopulerkan sebagai Yang Satu dalam inklusifisme).

Namun, sekalipun ketiga agama Semitik Yahudi, Kristen dan Islam menyembah Tuhan El/Allah yang sama, itu tidak berarti bahwa semua pengajaran/aqidah ketiganya sama. Pengajaran/aqidah bisa berbeda karena kepercayaan ketiganya didasarkan tradisi dan kitab suci (yang dianggap masing-masing sebagai wahyu) berbeda mengenai El/Allah yang sama itu.

Pada jalur Ibrani, sebutan El pernah merosot ditujukan kepada berhala Anak Lembu (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18), namun Musa dan para Nabi meluruskan kembali kepada El Israel (El Elohe Yisrael, Kej.33:20;46:3). Orang-orang Arab yang percaya akan Il/El Semitik/Ibrani dan juga yang menganut Kristen menyebutnya Allah dalam dialeknya. Beberapa petunjuk penggunaan pada pra-Islam dapat dilihat bahwa sejak jauh sebelum masa Kristen sudah ada bagian kitab suci Tenakh dalam bahasa Aram (Sebagian kitab Ezra, Daniel, dan Yeremia ditulis dalam bahasa Aram, a.l. Dan.2:47;5:3 mengandung nama Elah ) dan terjemahan Peshitta (Alkitab bahasa Aram) ditulis pada abad-2. Di sini El ditulis Alaha (dibaca dalam berbagai dialek seperti Elah/Eloh/Aloh/Aloho).

Yesus tidak menggunakan bahasa Ibrani melainkan Yunani dan Aram, dan di atas kayu salib Ia memanggil Bapa dengan nama El/Elo yang adalah bahasa Aram (Mat.27:46;Mrk.15:34). Di kalangan bangsa Arab pengikut Yesus, penggunaan nama Allah sudah terjadi sejak awal kekristenan jauh sebelum masa jahiliah Arab dan kelahiran Islam. Pada Konsili Efesus (431) wilayah suku Arab Harits dipimpin uskup bernama Abd Allah. Inskripsi Zabad (512) diawali Bism al-Ilah (Dengan nama Allah) lengkap dengan tanda salib diikuti nama-nama Kristen, demikian juga Inskripsi Umm al-Jimmal (abad-6) menyebut Allahu ghafran (Allah yang mengampuni). Inskripsi Hurran al-Lajja (568) dan inskripsi lain pra Islam dari lingkungan Kristen menggunakan nama Allah pula.

Pada masa Islam lahir (abad-7), dalam Al-Quran nama Allah diakui oleh Muhammad digunakan bersama baik oleh umat Islam, Yahudi, Nasrani dan Kristen, seperti dalam ayat:

"(Yaitu) orang2 yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja2 pendeta dan gereja2 Nasrani dan gereja2 Yahudi dan mesjid2, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, QS.22:40)

Dari kenyataan ini kita tahu bahwa nama Allah bukanlah kata Islam melainkan kata Arab sebab sudah digunakan sejak keturunan Semitik suku Arab yang menyebut El Semitik dalam dialek mereka, dan juga digunakan orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen jauh sebelum kehadiran masa jahiliah dan Islam. Ulil Absar Abdala dalam seminar LAI mengakui bahwa 70% data Al-Quran berasal dari tradisi agama Yahudi dan Kristen, ini berarti Islam menggunakan istilah Allah dari kedua sumber itu dan digabungkan dengan konsep Allah nenek moyang mereka penganut agama Hanif.

Di negara-negara berbahasa Arab, saat ini ada empat Alkitab bahasa Arab dan keempatnya menggunakan nama Allah , dan penggunaan nama Allah bersama-sama oleh umat Islam dan Kristen di negara-negara berbahasa Arab tidak pernah menjadi masalah. Di Kairo kota lama, ada gereja Al-Mu alaqqah dimana dipintunya ditulis kaligrafi Arab yang berbunyi Allah Mahabah (Allah itu kasih), dan dipintu lainnya Ra isu al-Hikmata Makhaafatu Ilah (Permulaan Hikmat Adalah Takut kepada Allah), dan dari situ ada sinagoga Ben Ezra dimana disebut bahwa dahulu di situ Rabbi Moshe Ben Ma imun menulis buku Al-Mishnah dan Dalilat el-Hairin dalam bahasa Ibrani dan Arab dimana El/Elohim diterjemahkan Allah.

Dalam jalur Arab yang percaya ajaran Il/El Semitik ini tidak dapat disangkal bahwa mereka menyebut dalam dialek mereka sendiri sebagai Allah terutama untuk menunjuk Allah dari Adam, Sem (semitik), Yoktan (anak Eber, Ibranik), dan Ibrahim (Abrahamik).

"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah hunafa(tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail . (Glasse, Ensiklopedia Islam, h.50).

Sekalipun pada masa jahiliah pra-Islam dimana banyak berhala asing diimpor dan juga disebut sebagai Ilah/Allah (karena bisa bersifat nama diri/sebutan), sejarah menunjukkan bahwa sudah sejak masa Abraham di kalangan suku Arab ada penganut agama Hanif yang mempercayai Allah Ibrahim (ini dikenang terus menerus melalui tradisi Idul Adha) terutama suku-suku Ibrahimiyah dan Ismaeliyah yang tidak menganut agama Israel maupun Kristen. Iman Ibrahim ini tetap terjaga ditengah kemerosotan agama masa jahiliah dan kemudian diteguhkan kembali oleh Islam.

Agama Islam dibawa ke Indonesia oleh orang Sufi yang berbaur dengan pribumi sejak abad-13, dan baru pada abad-16 agama Kristen masuk. Setelah 4 abad banyak kata Arab terserap ke dalam bahasa Melayu dan kemudian Indonesia (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekarang ada 1495 kata Arab menjadi kosakata bahasa Indonesia termasuk kata Allah). Sejak Kitab Injil pertama dalam bahasa Melayu karya Corneliz van Ruyl (1629) sudah digunakan nama Allah untuk menyebut El PL dan Theos PB. Corneliz tahu bahwa di negara berbahasa Arab nama Allah digunakan baik oleh orang Kristen maupun Islam, dan karena nama Allah sudah diadopsi ke dalam bahasa Melayu dan kemudian Indonesia, maka penggunaan nama itu dalam terjemahan Alkitab justru tepat, karena bukan merupakan terjemahan nama El melainkan hanya dialek yang berbeda dari nama yang sama

.

Robert Morey dalam buku Islamic Invasion, confronting the world s fastest religion (1992) menyebut nama Allah adalah nama dewa bulan bangsa Babil. Bukunya memuat Appendix Moon God dan menyebut bahwa bangsa Arab menyembah dewa bulan ini, sebagai buktinya ditunjukkan gambar bulan sabit diatas kubah mesjid (h.50,51,218). Ia menyebut Alkitab Arab ditulis pada abad-9 dan umat Kristen dipaksa penguasa Islam menulis nama Allah dalam Alkitab Arab (h.64). Sayang, Morey kurang terbuka wawasannya tentang sejarah penggunaan nama Allah sebelum masa Islam di kalangan orang Siria dan Arab, baik yang beragama Yahudi, maupun Kristen, dan juga penggunaannya dikalangan Arab Hanif pra-Islam, dan mungkin karena fobia akan Islam ia mengabaikan fakta bahwa dalam Al-Quran, Muhamad mengaku bahwa nama Allah dipakai bersama dengan umat Yahudi, Nasrani, dan Kristen (QS.22:40), tentu mereka menggunakannya lebih dahulu.

Mengenai moon god yang banyak gambar inskripsinya dalam buku Morey (h.211-218), tidak jelas apa hubungannya dengan nama Allah karena pada masa kemerosotan jahiliah sebelum hadir Islam, di kawasan Arab (kecuali kaum Hanif) memang terjadi adopsi berhala-berhala asing dimana moon god disembah sebagai hubal. Bukan hanya dewa bulan hubal tetapi pada masa jahiliah berhala lain juga disebut Allah, seperti dewa air, dewa kesuburan, Al-Atta, Al-Uzza, dll. Menuduh bulan sabit sebagai bukti penyembahan dewa bulan jelas keliru, sebab lambang itu baru muncul di Turki pada abad-15 ol602penguasa Otoman yang mengadopsinya dari Byzantium, karena disana bulan sabit merupakan tanda kemenangan karena kemunculannya yang tiba-tiba menyelamatkan Byzantium dari serangan mendadak musuh di malam gelap. Bagi Islam, bulan sabit (hilal) adalah petunjuk ritme waktu. Muhamad mengatakan:

Wahai bulan sabit yang indah dan bulan sabit petunjuk, keyakinanku teguh kepada Dia yang telah menciptakanmu. (Glasse, Ensiklopedia Islam, h.64).

Dari para pemuja nama Yahweh juga sering diajukan kutipan yang menyebut bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan/air. Kita perlu mengajak mereka agar membaca dengan benar kutipan tersebut, sebab mereka mencomot kutipan itu dari konteks ceritanya. Bila kita mempelajari konteks bacaan sekitar kutipan tersebut kita akan mengetahui bahwa penulis menyebut bahwa pada masa jahiliah nama Allah merosot ditujukan kepada berhala yang diimpor dari negeri sekeliling, namun dalam konteksnya jelas pula bahwa kemudian Islam mengembalikan kemerosotan itu kembali kepada agama hanif yang tetap mempertahankan iman agama Ibrahim. Tidak ada ayat dalam Al-Quran yang menyebut nama Allah asalnya nama berhala bulan, air atau lainnya.

Mengkait-kaitkan berhala moon god Babel kuno dengan nama Allah, sama halnya dengan kalau mengkaitkan berhala anak lembu yang banyak dijumpai dalam inskripsi peninggalan Babel, Kanaan, dan Mesir kuno dengan nama Elohim dan Yahweh (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18).

Para pemuja nama Yahweh mengidap Yudaisme mania dan Islam fobia dan menuduh bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan dan baik umat Islam maupun Kristen disebut menghujat Tuhan bila menyebut nama Allah. Beberapa hal sebaiknya direnungkan oleh mereka:

  • Di negara-negara berbahasa Arab penggunaan nama Allah selama 15 abad untuk menyebut Tuhan Semitik secara bersama tidak pernah menjadi masalah, dan selama empat abad penggunaan bersama nama itu di Indonesia juga tidak menimbulkan masalah. Adanya fanatisme penggunaan nama Allah di kalangan Islam tertentu dan fanatisme nama Yahweh (yang anti Allah) di kalangan Kristen-Yudaik baru terjadi belakangan ini yang isu-nya justru dikobarkan oleh para pemuja nama Yahweh itu;

  • Orang Arab beragama Yahudi dan Kristen sudah lebih dari 20 abad menyebut El sebagai Allah dalam dialek mereka, selama 4 abad umat Kristen di Indonesia sudah menggunakan nama Allah pula, penerjemahan nama El dan Yahweh sudah terjadi sejak zaman Ezra. Tenakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta) dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani (Koine), maka adalah sifat bidat (yang sempit) kalau beranggapan bahwa jutaan orang Arab Kristen selama dua milenium dan puluhan juta umat Kristen Indonesia selama empat abad tidak selamat karena mereka menyebut nama Allah ;

  • Dengan menuduh orang Islam dan Kristen yang menggunakan nama Allah sebagai menghujat , bukankah fakta sejarah telah menunjukkan bahwa label tuduhan itu justru seharusnya tertuju pada mereka sendiri karena menganggap Allah sebagai dewa bulan? Menyebut nama Allah dialek Arab sebagai dewa bulan merupakan fitnah karena didasarkan sentimen Yudaisme dan kekurang-tahuan, dan kutipan sepotong yang dicomot di luar konteks. Dapat dimaklumi kalau hal itu mendatangkan amarah kalangan Islam;

  • Dengan menekankan semangat ke akar Yahudi, tidakkah mereka sadar bahwa mereka telah terpedaya mengemban misi Yudaisme yang sarat semangat anti Arab, Islam dan Kristen? (Umumnya pemuja nama Yahweh menganut faham Modalisme). Semangat mana meresahkan umat beragama dan memicu kekurang-rukunan beragama di Indonesia;

  • Perlu direnungkan roh apa yang berada di dalam diri para pemuja nama Yahweh yang anti nama Allah itu, mengingat bahwa di satu sisi mereka sangat menekankan kekudusan nama Yahweh namun di sisi lain mereka begitu saja membajak karya terjemahan LAI (yang dikritiknya) dan memaksa mengganti nama-nama di dalamnya menjadi nama Ibrani. Bila umat Kristen mengemban misi memberitakan kabar sukacita Injil Kristus yang mendamaikan manusia dengan Allah Bapa, para pemuja nama Yahweh itu menaburkan fanatisme nama Yahweh dan menjalankan misi Yudaisme yang bersifat adu domba.

Akhirnya, umat Kristen perlu mendoakan para pemuja nama Yahweh itu agar mereka mau belajar dan mengerti kebenaran sejarah, dan tidak terjebak fanatisme sempit karena kekurang tahuan, dan agar Roh Kudus sendiri menerangi dan menaungi mereka dengan kebenaran Allah.

Nama Yahweh

Penulis : Herlianto

Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: Akulah TUHAN (Yahweh). Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa (El Shadday), tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. (Keluaran 6:1-2)

[block:views=similarterms-block_1]

Ayat-ayat di atas cukup kontroversial, soalnya di situ disebutkan kepada Musa bahwa kepada para leluhurnya belum dinyatakan nama Yahweh tetapi baru El (Shadday), padahal kita membaca dalam Alkitab bahwa di kitab Kejadian, para leluhur pun ditulis sudah mengenal nama Yahweh (Dalam Alkitab terbitan LAI diterjemahkan TUHAN, atau LORD dalam Alkitab Inggeris).

Memang bila kita membaca teks terjemahan sekarang terbaca bahwa dalam kitab Kejadian nama Yahweh sudah ditulis sebelum Keluaran, namun bila begitu timbul masalah bahwa kenyataan itu bertentangan dengan ayat Keluaran 6:2 dalam kutipan di atas. Pemuja nama Yahweh mencoba memberikan penerjemahan baru yang berusaha membuka peluang pada penerjemahan Kel.6:1-2 sehingga bisa sesuai dengan data-data Kejadian dimana nama Yahweh sebelum Musa sudah dikenal oleh para leluhur (misalnya dalam terjemahan Hebraic Roots Version yang banyak mempengaruhi Pemuja Nama Yahweh). Penerjemahan ulang ayat-ayat itu tidaklah mudah dan terkesan dicari-cari, lebih bersifat eisegese (memasukkan penafsiran kedalam Alkitab) daripada exegese (menggali Alkitab), dan kalau sebelum Musa sudah dikenal nama itu tentu Musa tidak akan bertanya lagi kepada Allah (Kel.3:13). Tetapi kalau belum bagaimana menjelaskan nama Yahweh dalam kitab Kejadian?

Bila kita mempelajari sifat-sifat Tuhan El dan Yahweh , sekalipun keduanya memiliki teologi sama, dapat dilihat bahwa ada sifat baru yang ditunjukkan nama Yahweh, yaitu sebagai Tuhan yang menyelamatkan/membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir yang dikenal sebagai Keluaran, ini menunjukkan bahwa nama itu baru dikenal bangsa Israel melalui Musa. Tuhan Yahweh adalah khas Israel, Tuhan yang dinamis, yang memberikan keteguhan iman bagi Israel dan yang menyatukan mereka menghadapi penindasan perbudakan di Mesir. Tuhan yang menyatakan diri dengan nama baru khas padang gurun Sinai itu bisa kita lihat petunjuknya di banyak kitab lain dalam Alkitab Perjanjian Lama (Tanakh) yang tidak bergantung satu dengan lainnya (a.l. Hos.2;13:4; Yes.43:3; Yer.2:1 dst; Yeh.20; Am.2:10 dst; 5:25; dan yang juga dinyanyikan penyair-penyair kuno Israel yang menyanyikan nyanyian kemenangan seperti dalam Hak.5 dan Mzm.68:8 dst.).

Tetapi, kalau memang Yahweh adalah nama yang baru diberikan dalam keluaran bangsa Israel dari Mesir yang dinyatakan kepada Musa, bagaimana dengan ayat-ayat yang mengandung nama Yahweh dalam kitab Kejadian? Kelihatannya dalam proses penulisan dan penyalinan ada usaha intervensi teologis kaum Yahwis untuk mengubah nama El dalam sumber Kejadian dengan nama yang baru diperkenalkan itu, dimana kemudian nama Yahweh tidak sekedar disebut secara eksklusif sebagai Tuhan Israel tetapi diperpanjang sampai ke ayat Kejadian dan disebut bahwa Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN (Kej.4:26. Enos artinya manusia) untuk menunjukkan bahwa Yahweh juga Tuhan umat manusia. Bahkan keberadaan nama Yahweh itu kemudian dikaitkan dengan Penciptaan langit dan bumi (Kej.2:4-7), dan kemudian menghiasi banyak halaman kitab Kejadian (Kitab Pentateuch menurut tradisi ditulis oleh Musa yang sudah dikenalkan nama Yahweh).

Yahwis mempunyai pandangan lain. Menurutnya, Yahweh adalah Allah seluruh umat manusia sejak awal kejadian dunia, dan ibadat kepada Yahweh didirikan oleh Enos, sebagai wakil umat manusia pada zaman awal sekali (Kej.4:26). Pandangan yang demikian tidak sesuai dengan kepercayaan bahwa Yahweh baru bertemu dengan israel di padang gurun. Tampaknya, pandangan Yahwis itu merupakan pandangan teologis dan bukan ingatan historis. Pandangan teologis ini sesuai dengan cara pemikirannya, yaitu bahwa penyataan yahweh bersifat universal dan berlaku untuk seluruh dunia. (Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, h.125).

Petunjuk lain bahwa Tuhan dengan nama Yahweh belum dikenal di kitab Kejadian bisa dilihat dari fakta bahwa selama berada di Kanaan, para leluhur dengan Tuhan mereka yang bernama El rukun-rukun saja berdampingan dengan orang Kanani (yang menyembah Baal), padahal sesudah Keluaran generasi Israel secara tegas dan fanatik dengan pimpinan Tuhan Yahweh membumi hanguskan orang-orang Kanani tanpa ampun. Bahwa Abraham juga belum mengenal nama Yahweh bisa dilihat dari fakta bahwa ia memberi nama kepada anaknya dengan nama El bukan Yah ,yaitu Isma el (El telah melihat. Kej.16:11). EL Shadday memberi Yakub nama baru Isra el (Kej.32:28;35:9-12), ini menyebabkan Israel membuat mezbah yang dinamai El Elohe Yisrael (Kej.33:20) dan mendirikan tugu dan menamai tempat itu Bet El (Kej.35:15). Absennya nama yang mengandung nama Yah dalam kitab Kejadian yang banyak hadir sejak kitab Keluaran seperti Abi yah , Eli yah , dan Yesa yah , tetapi hanya nama-nama yang mengandung nama El seperti a.l. Bab El (gerbang El), Mehuya el & Metusa el (Kej.4:18), dan Isra el (El yang bergumul. Kej.32:28), menunjukkan bahwa memang di masa kitab Kejadian kenyataannya yang disembah Yakub adalah El Elohe Yisrael (Kej.33:20) dan Ialah El Bet El (Kej.35:7).

Ujian iman Abraham (yang dirayakan Islam sebagai Idul Adha ) menunjukkan bahwa nama Yahweh tidak dikenal dalam jalur bangsa Arab keturunan Ismael, bahkan Hagar menamai Tuhannya El Roi (El yang melihat). Ini memperkuat bukti bahwa nama Yahweh belum dikenal pada saat Abraham dan baru sesudah Musa keturunan Ishak-Yakub-lah nama Yahweh dikenal dalam jalur bangsa Israel. Kenyataan ini menunjukkan indikasi bahwa nama Tuhan semula adalah El dan baru dalam masa Keluaran dinyatakan nama kedua Yahweh, namun sekalipun demikian nama El masih terus digunakan sebagai sinonim Yahweh sesudah Keluaran (Bil.23:4,8,19,22-23;Mzm.85:8-9;Yes.42:5). Yesus diberi dua nama yang mengandung kedua nama itu, yaitu Imanuel (El menyertai kita. Mat.1:23) dan Yesus (Yahweh adalah keselamatan. Mat.1:21).

Memang ada ayat yang dikemukakan pemuja nama Yahweh bahwa nama itu adalah nama Tuhan Israel satu-satu-nya (Yes.42:8; Kel.3:15), tetapi perlu diingat bahwa dari pembahasan di atas kita sudah melihat bahwa nama dalam Kel.3:15 baru disebutkan El sehingga Musa bertanya nama-Nya yang khas Israel (kata hayah memiliki berbagai variasi arti), namun perlu juga diingat bahwa sesudah Keluaran sampai kitab Yesaya pun nama El masih tetap digunakan sejajar dengan Yahweh (Yes.40:18;43:10-12;45:14). Sekalipun kelompok Yahwis berusaha mempertahankan Yahweh sebagai nama Tuhan satu-satunya dan tidak boleh diterjemahkan, perlu disadari bahwa Imam Besar Yahudi di Yerusalem Eliezer sendirlah yang mengutus 72 tua-tua Israel ke Alexandria untuk menerjemahkan Tanakh ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta/LXX, abad-3sM), dimana nama Yahweh diterjemahkan Kurios dan El diterjemahkan Theos.

Selain Tanakh yang digunakan sebagai tulisan suci di Bait Allah, LXX-lah yang digunakan umat Yahudi secara umum termasuk di sinagoge. Yesus membaca LXX ketika berkotbah di sinagoge di Nazaret (Luk.4:16-19) dan bukan naskah Tanakh (bandingkan dengan teks Yes.61:1-2 (LAI) yang diterjemahkan dari teks Ibrani Masoret). Dalam Perjanjian Baru tidak ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah Bapa di sorga melarang LXX, padahal Yesus dan para Rasulnya menggunakan Septuaginta. Roh Kudus menerjemahkan kotbah Petrus ke dalam bahasa-bahasa asing termasuk yang didengar orang Arab (Kis.2:8-11). Adanya fragmen LXX yang dikemukakan Saksi-Saksi Yehuwa dan dikutip pemuja nama Yahweh (a.l. Kitab Ulangan & Zak.8:19-21 dan 8:23-9:4) justru menunjukkan rekayasa Yahwis yang mengganti nama Kurios dengan mencangkokkan nama tetragramaton yang terlihat dari perbedaan kepekatan tintanya, besarnya font, dan kata yang terpisah dari pola kalimat (huruf Ibrani ditulis dari kanan ke kiri sedang Yunani dari kiri ke kanan, ucapan Ibrani Pujilah Yah dalam Mzm.106:1 [LXX] tidak ditulis dalam aksara Ibrani tetapi dengan kata Yunani Allelouia ).

Kita harus menyadari bahwa Yesus dan orang Israel dalam percakapan sehari-hari tidak menggunakan bahasa Ibrani melainkan bahasa Aram dan Yunani, dan Alkitab PB ditulis dalam bahasa Yunani koine (umum). Kalau Alkitab LAI menyebut bahasa Ibrani (seperti di atas kayu salib), itu terjemahan kata yunani hebraisti (lidah Ibrani) atau hebraidi dialektos (dialek Ibrani), yang maksudnya bahasa Aram. Bahasa Ibrani bukan bahasa surgawi yang terus-menerus dipakai dan tidak berubah. Bahasa Ibrani mengalami perkembangan, yaitu sebagai: (1) Ibrani Kuno (abad-11 s/d 6sM) yang berasal dan masih berciri bahasa Kanaan dan Amorit; (2) Ibrani Kitab Suci (abad-6 s/d 3sM) yang hanya terdiri konsonan sehingga sulit dibaca dan pada masa pembuangan mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Aram (Neh.8:4,9); (3) Ibrani Miznah (abad-3sM s/d 6M) bahasa Ibrani Kitab Suci yang dipengaruhi bahasa Aram, dalam percakapan sehari-hari digunakan bahasa Aram dan Yunani; (4) Ibrani Para Rabi (Abad-7 s/d 18M) bahasa Ibrani tulisan dipengaruhi Arab mulai diberi tanda-tanda baca dan vokal; dan (5) Ibrani Modern (Sejak abad-18) sejalan bangkitnya Zionisme mulai dipergunakan sebagai 104asa percakapan (tahun 1948 baru dijadikan bahasa nasional Israel).

Pemuja nama Yahweh menganggap PB ditulis dalam bahasa Ibrani (seperti Hebraic Roots Version), ini bukan fakta sejarah melainkan harapan iman fanatisme Yudaisme karena bahasa Ibrani bahasa mati kala itu dan sudah beberapa abad sejak masa Ezra tidak dikenal umum. Josephus menulis bukunya Perang Yahudi dalam bahasa Aram (hebraisti). Memang Papias (160) menyebut bahwa Matius menulis logia dalam lidah Ibrani (hebraisti yang maksudnya bahasa Aram). Logia ini bukan Injil Matius sebab Injil Matius mengambil sebagian besar sumber Markus yang berbahasa Yunani dan banyak mengutip Septuaginta. Sumber ini mungkin digabung dengan logia Aram (ucapan/oracle Yesus) oleh Matius untuk menulis Injilnya dalam bahasa Yunani.

Nubuat Akal-akalan

Oleh: Herlianto

Artikel berjudul Tragedi Teologi Sukses mendapat tanggapan, baik yang mendukung maupun yang menyanggah, dan dari tanggapan itu ada beberapa yang berseberangan yang berasal dari lingkaran dekat penginjil tersebut.

[block:views=similarterms-block_1]

Seorang tokoh di kota Semarang yang dekat dengan penginjil itu (penginjil itu berasal dari Semarang) mengungkapkan bahwa memang penginjil itu dikenal sebagai sering membawakan nubuatan-nubuatan aneh yang berpusat pada diri dan keluarganya sendiri tapi banyak yang tertarik dan isteri penginjil itu pernah bersaksi ada banyak yang memberikan persembahan bahkan sampai 1M. Seorang pendeta yang banyak tahu praktek penginjil itu menyebutkan bahwa memang penginjil itu sering melakukan Prophetic Trickery (bisa diartikan Nubuatan Akal-Akalan ) dan pendeta itu memandang musibah sekitar penginjil itu sebagai peringatan Tuhan!

Seorang teman dekat penginjil itu menyebutkan bahwa penginjil itu bersaksi bahwa peristiwa itu mujizat Tuhan karena ia sekarang sehat walafiat dan bahkan bangga karena kerugian mobil Mercedesnya yang hancur sudah dibayar asuransi dengan mobil seri E tipe terbaru. Dan ketika ditanya bagaimana dengan menantunya yang meninggal, dengan enteng ia menjawab bahwa telah dinubuatkan bahwa menantu itu dipanggil Tuhan karena kalau masih hidup ia akan menghadapi masalah besar yang tidak tertanggung hidupnya. Menarik untuk menyimak perilaku penginjil itu bahwa untuk menghibur kedua anak almarhumah yang meninggal katanya mereka sudah berhubungan dengan ibunya (spiritisme?) dan mendapat nubuatan hiburan bahwa si ibu sekarang sudah senang tinggal di rumah besar di surga! Seorang penginjil wanita yang dekat dengan pelayanan penginjil itu menyebutkan bahwa anak sipenginjil (yang juga jadi penginjil) yang terlibat penggelapan dana tentara, memperoleh sukses bisa membangun rumah mewah dan mendapat proyek besar karena ada deal dengan Tuhan.

Kalau diamati, nubuatan akal-akalan semacam ini sudah menjadi bisnis penginjil yang tidak beda dengan praktek bisnis ramalan perdukunan yang menyenangkan telinga. Bila orang pergi kedukun atau ke gunung Kawi biasa yang diminta adalah sukses kekayaan dan jabatan atau lainnya, tetapi biasanya ada tumbal (sebagai deal) yang dikorbankan. Ada pabrik rokok yang maju berkat ramalan gunung Kawi tetapi keluarganya berantakan bahkan ada anaknya yang mengalami kecelakaan mobil terguling, beberapa pemilik kebon apel di kota Batu sukses tetapi mengorbankan anak yang menjadi gila atau mati. Yang jelas dalam kasus penginjil di atas, sehatnya sipenginjil dan kembalinya mobil mewah yang malah lebih baru tipenya, bahkan anaknya yang beroleh sukses bisa membangun rumah mewah dan mendapat proyek besar itu dianggap sebagai mujizat berkat Tuhan, tetapi dengan enteng menganggap kematian menantu sebagai sudah dinubuatkan, kematian yang akan menimbulkan trauma kepada ibunya yang mengandungnya dan kedua anak almarhumah yang masih remaja. Jelas pula kesaksian bahwa tuhan bisa dengan mudah diajak dialog dan didengar suaranya itu adalah tuhan yang sama sekali membutakan hati dan tidak menyadarkan orang akan jerat dan bahaya ber-KKN dengan tentara! Dan deal apaan dengan tuhan apaan yang mengorbankan nyawa isteri?

Nubuatan akal-akalan yang berkaitan dengan kematian bisa kita lihat dari praktek Oral Roberts yang ketika membangun City of Faith nya yang kekurangan dana 8 juta dolar kemudian menubuatkan bahwa kalau tidak terpenuhi ia akan dipanggil Tuhan (alias mati). Dana tidak juga terkumpul dan akhirnya ada pengusaha non-kristen yang kasihan dan menyumbang untuk pembangunan itu. Nubuatan bukan saja akal-akalan tetapi sudah menjadi bisnis untuk mencapai tujuan sukses seperti dalam perdukunan, dan ini dikejar tanpa sadar bahwa tujuan itu sering mengorbankan kehidupan kekeluargaan. (Bandingkan sukses Jim Bakker yang akhirnya mengorbankan keluarga (isteri minta cerai), harta kekayaannya, dan masuk penjara).

Benny Hinn adalah penginjil yang terkenal dengan prophetic trickerynya. Pada tahun 1989 ia menubuatkan Fidel Castro akan meninggal pada tahun 1990-an, pada tahun yang sama ia menubuatkan bahwa pada tahun 1995 komunitas Homo di Amerika akan dihancurkan Tuhan, ia juga menubuatkan tahun 1990-an gempa bumi besar akan menimpa pantai timur Amerika. Hinn termasuk penginjil yang menubuatkan bahwa pengangkatan jemaat akan terjadi tahun 1992, dan ketika nubuatan itu tidak jadi diramalkan pada tahun 1997 bahwa dalam waktu dua tahun Tuhan Yesus akan datang kembali dan pada tahun 2000 akan muncul secara fisik dibanyak gereja. Petinju Evander Holyfield pernah disembuhkan secara mujizat oleh Hinn dari penyakit jantung sehingga petinju itu menyumbang 25.000 dolar kekocek Hinn, namun kemudian ketahuan dari diagnosa dokter yang biasa memeriksa kesehatan para petinju dikemukakan fakta bahwa Holyfield tidak mempunyai track record penyakit jantung (penyakit jantung adalah penyakit yang terbentuk dalam waktu lama dan bukan karena penularan seketika). Hinn juga mengajarkan ajaran bahwa manusia adalah little gods !

Yang menarik untuk dilihat adalah bahwa sekalipun para penginjil di atas mengajarkan tuhan, tuhan perdukunan yang menjanjikan penonjolan diri dan berkat materi, jelas berbeda dengan Tuhan Alkitab yang mengajarkan kita untuk bertobat dan menjadi berkat bagi sesama kita, dan sekalipun nubuatan akal-akalan yang disampaikan tidak beda dengan ramalan perdukunan yang menyenangkan telinga dan hati pendengar dan para pendengarnya sering tertipu, selalu akan ada jemaat yang berkumpul sekitar para penginjil itu dan mendengarkan bualan mereka. Rasul Paulus mengingatkan bahwa:

Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Timotius 4:3-4)

Nabi Yeremia banyak berhadapan dengan para nabi palsu yang sering melakukan nubuatan akal-akalan di zamannya dan berkali-kali mengingatkan umat:

Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepada kamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri bukan apa yang datang dari mulut TUHAN. ... Aku akan menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya dan menyesatkan umat-Ku dengan dustanya dan dengan bualnya (Yeremia 23:16,32).

Memang tidak mungkin mengingatkan penginjil yang sudah sudah menjadi tokoh kultus dan terkenal dan didukung massa yang banyak, kecuali hanya didoakan dan berharap Roh Kudus sendiri yang menyadarkan mereka agar mereka tidak menyesatkan lebih banyak orang lagi. Tetapi, setidaknya kita masih bisa mengingatkan para jemaat yang terpengaruh praktek nubuatan akal-akalan itu agar mereka tidak terkecoh lebih lanjut dan kembali kepada ajaran firman Tuhan Alkitab. Bila kita diam, kita ikut bersalah menjerumuskan lebih banyak orang ke dalam kesesatan demikian. Rasul Paulus melanjutkan nasehatnya:

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:5).

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesadaran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2)

PERIBADATAN YANG BENAR

Siapa yang anda sembah? Ambisi Setan untuk disembah terungkap ketika dia mencobai Yesus. Setelah gagal dengan dua usaha sebelumnya, iblis membawa Yesus ke atas gunung yang sangat tinggi untuk memperlihatkan seluruh kerajaan di dunia ini dengan segala kemegahannya (Mat. 4:8). Lalu dia berkata kepada Yesus, "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku" (ay. 9). Setan mau menggoda Yesus dengan kekuasaan dan harta dunia oleh sebab dia tahu bahwa ketika hidup di dunia Anak Allah itu sedang mengenakan sifat kemanusiaan-Nya, sebab kalau tidak Setan akan terlalu bodoh dan konyol mau menawarkan kepada Penguasa alam semesta itu bumi yang kecil ini sebagai imbalan untuk menyembahnya. Dalam kemanusiaan-Nya Yesus dengan tegas berkata kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ay. 10).



Pemberontakan Lusifer di surga, yang berakibat dicampakkannya dia ke bumi ini sebagai iblis, berpangkal pada hasratnya untuk disejajarkan dengan Allah dan disembah (Yes. 14:13-14). Pemberontakan yang gagal itu tampaknya tidak menyurutkan ambisi Setan untuk disembah, karena itu dia lalu mendirikan kekuasaannya di dunia ini, berharap bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa akan menjadi rakyat dan pengikutnya. Itulah sebabnya Setan marah ketika ada sebagian manusia berdosa yang mengingkari kekuasannya dan menyembah Allah Pencipta. Dia menipu manusia dan menggunakan "patung" sebagai bonekanya untuk memperoleh penyembahan manusia. Anda dan saya tak dapat menghindari pilihan untuk memutuskan siapa yang anda sembah, penguasa sementara atas dunia ini atau Pencipta dan Pemilik sesungguhnya atas bumi ini.

"Allah memanggil umat manusia untuk menyembah Khalik (Why. 14:7). Mereka yang tidak menyembah 'patung binatang itu' berisiko kehilangan hidup mereka yang sementara (Why. 13:15; baca juga Daniel 3), sedangkan mereka yang menyembah patung itu kehilangan hidup yang kekal (Why. 14:9-11)" [alinea kesatu: dua kalimat terakhir].
Peribadatan dan penciptaan. Allah menghendaki umat-Nya untuk beribadah kepada-Nya dengan tekun berdasarkan iman. Yohanes Pewahyu menulis, "Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus" (Why. 14:12). Versi BIMK menerjemahkan ayat ini begini: "Dalam hal ini umat Allah yang taat kepada perintah-perintah Allah dan setia kepada Yesus, perlu menjadi tabah" (Why. 14:12; huruf miring ditambahkan). Peribadatan yang benar harus berdasarkan perintah Allah (=Hukum Allah), dan harus dijalankan dengan setia dan tabah (=komitmen penuh).

Peribadatan kita tak dapat tidak merupakan pengakuan kita terhadap kuasa yang kita akui, sebab penyembahan tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan. Peribadatan kita juga terkait dengan pengakuan ataupun penolakan kita akan kuasa penciptaan Allah, jika kita menyembah Allah berarti kita mengakui Dia adalah Pencipta alam semesta, dan kalau kita tidak menyembah Allah berarti kita tidak mengakui kuasa penciptaan-Nya. Penyembahan tak dapat dipisahkan dari pengakuan penciptaan, dan mengakui penciptaan Allah berarti menerima Sabat hari ketujuh sebagai hari perhentian dan ibadah. Tidak ada kompromi atau jalan tengah dalam beribadah.
"Bagian kalimat yang menggambarkan Allah telah 'menjadikan langit dan bumi dan laut' menyentuh hukum Sabat (Kel. 20:11). Sabat adalah isu pokok dalam pertentangan mengenai perintah Allah. Tidak seperti perintah yang lain, hari peribadatan yang ditetapkan itu cocok untuk menjadi ujian kesetiaan karena hal itu tidak dapat disimpulkan oleh pemikiran yang logis. Kita memelihara hukum itu sebab Allah telah memerintahkan kita untuk melakukan seperti itu. Penciptaan juga bergandengan tangan dengan penghakiman" [alinea kelima: lima kalimat pertama].

Pandangan Alkitab terhadap Allah Tritunggal

Penulis : Mangapul Sagala

Hal pertama yang perlu kita tegaskan adalah bahwa kita tidak menemukan istilah Allah Tritunggal di dalam Alkitab.

[block:views=similarterms-block_1]

Karena itu, ada sebagian orang yang menolak pandangan Allah Tritunggal karena menurut mereka istilah itu tidak pernah ditemukan di dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selanjutnya, mereka itu menyatakan bahwa ajaran Allah Tritunggal hanya merupakan ciptaan dari bapak-bapak Gereja mula-mula. Benarkah demikian? Jawabnya adalah, memang istilah Allah Tritunggal tidak ditemukan, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Jika kita melihat perkembangan doktrin Tritunggal tersebut, memang hal itu tidak terlihat secara jelas dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Umat Allah di dalam Perjanjian Lama malah terus menerus diperingatkan bahwa Allah itu esa (Ulangan 6:4). Hukum Taurat pertama dari sepuluh Hukum Taurat menegaskan : Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel.20:3). Itulah sebabnya umat Allah di dalam Perjanjian Lama hanya beribadah kepada YHWH.

Namun demikian, kehadiran Yesus Kristus dan Roh Kudus di Perjanjian Baru membuat pemahamaman akan keesaan Allah tersebut perlu dipikirkan ulang. Siapakah Yesus Kristus? Siapakah Roh Kudus? Apakah Yesus manusia biasa, atau sekedar seorang nabi seperti nabi lainnya di dalam Perjanjian Lama? Penulis-penulis Perjanjian Baru memberi pengajaran bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah pribadi Allah juga. Sekalipun terjadi pro-kontra di dalam gereja mula-mula tentang pribadi Yesus, namun akhirnya, pada tahun 325 hal itu dapat diselesaikan melalui sidang "oikumene" (konsili) pertama di Necea bahwa Yesus adalah Allah. Pengakuan bahwa Yesua adalah Allah diteguhkan dalam konsili-konsili selanjutnya, seperti Konsili Efesus (431), Chalcedon (451). Demikian juga keAllahan Roh Kudus diteguhkan melalui Konsili kedua di Konstantinopel pada tahun 381. Jika d emikian halnya, apakah Alkitab mengajarkan adanya tiga Allah? Tentu saja tidak, sebab sebagaimana kita lihat pada Hukum Taurat pertama, Allah menegaskan untuk tidak menyembah Allah lain di luar Dia. Pengakuan kepada Allah yang esa merupakan pengakuan mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar (Ulangan 6:4). Di dalam Injil Perjanjian Baru, kita juga menemukan penegasan akan keesaan Allah tersebut, baik oleh Tuhan Yesus (Yoh.10:30) maupun oleh rasul-rasul (1Tim.2:5). Dari pengajaran Alkitab tersebut, kita melihat bahwa di satu sisi Alkitab menegaskan keesaan Allah, tapi di sisi lain, kita menemukan adanya kejamakan di dalam keesaan tersebut. Dari kenyataan tersebut, bapak-bapak Gereja mencoba memahami dan menjelaskannya. Tentu saja, sebagaimana kita sebutkan di atas, ada pemahaman yang tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab, seperti Sabellianisme dan Arianisme dan ada juga yang sesuai dengan ajaran Alkitab, sebagaimana diajarkan oleh Athanasius.

Apakah adanya sifat kejamakan di dalam Allah yang esa tersebut hanya ditemui di dalam Perjanjian Baru? Sebenarnya, jika kita meneliti Perjanjian Lama, kita juga menemukan adanya unsur kejamakan tersebut. Kejamakan tersebut dapat ditemukan ketika kita membaca kalimat pertama Perjanjian Lama. Dalam Kej.1:1 kita membaca: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Di dalam bahasa aslinya (Ibrani) kalimat tersebut berbunyi: Be reshit bara Elohim et ha shamayim ve et ha aretz. Kata Elohim menandakan jamak (bandingkan dengan Yes.6:2 di mana banyak mahluk surgawi (serafim) melayani Allah). Salah satu oknum dari Allah Tritunggal tersebut segera disebut secara eksplisit pada ayat 2: Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Selanjutnya, kita juga dapat menemukan kejamakan tersebut dalam kisah penciptaan manusia: Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita ( (Kej.1:26). Lalu bagaimana dengan Perjanjian Baru? Ketiga oknum Tritunggal dinyatakan dengan sangat jelas. Misalnya, dalam kisah pembaptisan Yesus (Mark.1:9-11), kisah pengutusan pada saat Yesus memberikan amanat agung: Mat.28:19, pada saat khotbah perpisahan (Yoh.16:4-7), juga dalam memberi berkat (2 Kor.13:13).

Para Penulis Kitab Perjanjian Lama

Penulis : Heri Muliono

Jehovis, Elohis, Priestly, Deuteronomis dalam kerangka historis-kronologis:

[block:views=similarterms-block_1]

Bagian 1.Tradisi Yahwis dan Elohis

  • Exodus

  • Pembebasan dari perbudakan di Mesir, dan Exodus menuju Kanaan, Tanah Perjanjian adalah pengalaman penting bagi bangsa Israel. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat bangsa Israel "menemukan" Tuhan sebagai pembebas dan penyelamat.

  • Kerajaan Jerusalem (Daud dan Solomo)

  • Sekitar tahun 1000SM Daud menaklukkan Jerusalem, menjadikannya sebagai ibukota kerajaan, dan menyatukan suku-suku Israel di Utara dan Selatan. Salomo, anaknya, mengorganisasikan, melengkapi, dan menyempurnakan atribut kerajaan. Pada saat kekuasaan Salomo, bangsa Israel sudah memiliki tanah, raja, dan Bait Allah (tempat Tuhan menyatakan diri-Nya kepada manusia).

    a. Tradisi Yahwis [J]
    Naskah yang berasal dari tradisi ini disebut naskah Yahwis karena menggunakan kata Yahweh (YHWH) untuk menyebut Tuhan. Dalam Alkitab bahasa Inggris kata Yahweh diterjemahkan sebagai LORD (huruf besar semua), dalam Alkitab bahasa Indonesia sebagai TUHAN (huruf besar semua). Yahweh dipercaya sebagai penulis hukum Israel. Pengucapannya tidak diketahui dengan pasti karena jarang disebut-sebut. YHWH biasanya diartikan "Adalah Dia", atau sebagai kata pertama dari nama "yahwer-ser-yihweh" yang berarti "Dia yang menciptakan segala yang diciptakan". Ini berarti penamaanNya sebagai Sang Pencipta. Yahwist berarti pengikut Tuhan. Seorang Yahwist percaya hanya Tuhan Maha Pencipta, pencipta segala termasuk diriNya sendiri, penentu nasib, penyelamat dan penghukum umat manusia. Tradisi Yahwist sangat monoteistik, percaya bahwa Tuhan hanyalah Yahweh dan tidak ada tuhan lain. Yahwist juga berarti para penulis atau sumber awal dari alKitab (PL). Sumber-sumber ini bermasa sekitar tahun 950 SM. Tulisan-tulisan bertradisi J, lazim dikenali dari ciri tulisan yang bergaya jelas dan indah, berkonsep anthropomorfisme, pandangan positif terhadap masyarakat agraris, pemerintahan dan sistem raja.

    b. Kitab-kitab
    Sebagian Torah (dari tradisi Yahwis [J], yaitu Kej; Kel; dan Bil). Bagian yang paling mudah dikenali terdapat dalam Kisah Penciptaan, Kitab Kejadian Pasal 2 dan 3.

  • Kerajaan Israel (utara) (935~722 SM)
  • a. Latar belakang

    • Situasi geografis. Kerajaan Israel terletak di perbukitan Samaria, dan dataran Sharon dan Jezreel. Semula beribukota di Tirzah yang menghadap ke Jordan, lalu dipindahkan ke Samaria pada masa Raja Omri. Sejak saat itu Israel mempunyai hubungan yang lebih mudah dengan para pangeran Kanaan di bagian Utara (sekarang Libanon dan Siria).
    • Situasi ekonomi. Keadaan ekonomi relatif bagus, berkat hubungan internasional yang mudah dan perdagangan gading dan kayu hitam, tetapi tidak memberikan keadilan sosial (Am.3:12, 5:11, 6:4).
    • Situasi religi. Penduduk Israel banyak melakukan kontak dengan kaum Kanaan, Tyre, Sidon dan Damaskus, dibandingkan dengan penduduk Jehuda. Kepercayaan Kanaan sangat menarik bagi masyarakat agraris karena berpusat pada kekuasaan dewa-dewa bumi, Baal dan Astartes, yang dipercaya memberikan kesuburan pada tanah, dan kemakmuran bagi manusia. Penduduk Israel banyak yang mempraktekkan dua kepercayaan sekaligus, menyembah Baal dan Yahweh. Karena persaingannya dengan Jehuda, Yerobeam berupaya mencegah penduduk Israel beribadah ke Bait Allah, di Jerusalem (Jehuda), dengan membangun dua patung lembu di Dan dan Bethel (Raj.12:26), seperti pedestal untuk tabernakel.
    • Situasi politik. Israel bersistem monarki, melanjutkan cara yang diterapkan Daud dan Salomo. Penduduknya dari beberapa suku Jahudi. Para rajanya bukan dari keturunan Daud, mereka bahkan berasal dari kalangan yang tidak puas dengan Salomo yang terlalu berpihak pada sukunya sendiri (Jehuda). Para rajanya bukan jaminan kebersatuan rakyat seperti di Jehuda.
    • Situasi internasional. Dalam masa kerajaan Israel, pengaruh Mesir menyurut, sementara Asiria menguat.

    b.Tradisi Elohis [E]
    Dalam bahasa Ibrani, "Elohim" berarti "tuhan-tuhan", bentuk jamak. Bentuk tunggalnya "El" dapat ditemukan di Kitab Ayub, berasal dari akar kata yang berarti "tuhan". "El" dan "Elohim" ditemukan saling bergantian dalam PL. Walaupun kadang-kadang digunakan untuk menyebut "tuhan" (dengan "t" kecil), atau dewa, atau makhluk supranatural lainnya, biasanya "Elohim" dipakai untuk menyebut Tuhan bangsa Israel, yang punya nama "pribadi" Yahweh. Penggunaan bentuk jamak (Elohim) untuk menyebut Tuhan yang Esa bangsa Israel, biasa digunakan untuk mereflesikan keagunganNya yang jamak. Cerita atau tulisan dalam PL yang menggunakan "Elohim" untuk menyebut Tuhan, lazim disebut sebagai tulisan bertradisi "E", atau "Elohist". "Elohist" merujuk pada koleksi tradisi lisan yang menjadi sumber penulisan kitab Yahudi, dalam cerita-cerita jaman sebelum dan semasa Musa. Tradisi Elohist berasal dari kerajaan Utara, Israel, sehingga terutama berhubungan dengan cerita yang timbul atau beredar di bagian Utara. Salah satu contohnya adalah penggunaan kata "Horeb" untuk menyebut gunung yang suci dan "Amorites" untuk penduduk asli Kanaan. Berbeda dengan tradisi lain yang menyebut "Sinai" dan "Orang Kanaan". Tradisi Elohist terutama bertema sejarah sakral, panggilan untuk Israel, kepergian dari Mesir, pengembaraan dalam gurun, dan tanah perjanjian. Dalam tradisi ini Musa disebut sebagai nabi besar dan pencipta hukum. Tradisi Elohist menekankan kepatuhan iman dan kepatuhan pada hukum yang disebut "takut akan Tuhan".

    c. Kitab-kitab
    Sebagian Torah (dari tradisi Elohis [E], yaitu Kej; Kel; dan Bil); Amos; Hosea
    Tradisi Jehovis, Deuteronomis, Priestly

  • Kerajaan Jehuda (925~587 SM)
  • a. Latar belakang

    • Situasi geografis. Wilayah kekuasaan Jehuda lebih kecil dibandingkan Israel. Posisinya terjepit di antara Israel di Utara, Gurun Nejeb di Selatan, Dataran Sefelah yang diikuasai Kaum Filistin di Barat. Beribukota di Jerusalem, melanjutkan kerajaan Israel bersatu di bawah Daud dan Salomo.
    • Situasi ekonomi. Perekonomian Jehuda terutama berasal dari hasil pertanian dan beternak, terutama domba. Jehuda mempunyai hubungan dagang dengan Mesir dan Arabia.
    • Situasi politik. Jehuda bersistem monarki, melanjutkan cara yang diterapkan Daud dan Salomo. Penduduknya terdiri dari suku Jehuda. Para rajanya dari keturunan Daud, dan dianggap merupakan jaminan kebersatuan rakyat, tidak seperti di Israel.

    b. Tradisi Jehovis [JE]
    Setelah jatuhnya Samaria, sebagian penduduk dan para imam kerajaan Israel mengungsi ke Selatan, Kerajaan Juheda, dengan membawa serta kekayaan tradisinya. Dalam masa akhir Jehuda, dilakukan penggabungan tradisi Yahwis [J] dari kerajaan Jehuda dengan Elohis [E] dari kerajaan Israel.

    c. Tradisi Deuteronomis [D]
    Bertunas di kerajaan Israel di Utara, tetapi mencapai perkembangan puncaknya di wilayah kerajaan Jehuda, setelah jatuhnya Samaria.

    d. Kitab-kitab
    Bagian dari Torah (bertradisi Deuteronomis [D]: Ulangan); Yosua; Hakim-hakim; 1 dan 2 Samuel; 1 dan 2 Raja-raja; Nahum; Zefanya; Habakuk; Yeremia; Yesaya-I (Yes.1-23, 28-33); Mikha; Sebagian Amsal (Ams.25-29, 22-24)

  • Pembuangan Babilonia (587~538)

  • Pada tahun 597SM, Jerusalem ditaklukkan oleh Raja Nebukadnesar dari Babelonia. Saat itu ia memperlakukan Jehuda sebagai negara taklukan, beberapa orang diasingkan ke luar Jehuda (termasuk Yehezkiel), lalu menempatkan raja boneka. Sepuluh tahun kemudian, Bait Allah dihancurkan dan Jerusalem diruntuhkan. Pada tahun 587SM dimulailah Masa Pembuangan di Babelonia. Kehidupan selama sekitar setengah abad dalam pembuangan adalah tonggak penting perjalanan reigius bangsa Jahudi. Bersamaan dengan hancurnya Bait Allah dan berakhirnya Kerajaan Jehuda dengan jatuhnya Jerusalem, bangsa Jahudi kehilangan segala-galanya: Bait Allah, tanah, dan raja. Hidup dalam pembuangan di tanah asing, di bawah kekuasan bangsa asing, memberikan kesempatan perenungan, menafsirkan kembali kekayaan tradisi selama berabad-abad, dan menemukan makna baru yang sesuai dengan tantangan jamannya. Dalam masa ini dilakukan penyusunan kitab dari tradisi Priestly [P] yang sebelumnya telah berkembang secara lisan di masa kerajaan Jehuda.

    a. Tradisi Pendeta/ Priestly [P]
    Bertunas di kerajaan Jehuda di Selatan, lalu mencapai perkembangan puncaknya dalam Masa Pembuangan Babelonia, setelah jatuhnya Jerusalem. Diikuti dengan masa setelah pembuangan.

    b. Kitab-kitab,
    Bagian dari Torah (bertradisi Priestly [P]: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan); Yehezkiel; Yesaya-II (Yes.40-55); Ratapan. Bagian yang paling mudah dikenali terdapat dalam Kisah Penciptaan, Kitab Kejadian Pasal 1.

  • Di bawah Persia (587~333 SM)

  • Pada tahun 538, Raja Cyrius dari Persia membebaskan orang-orang Jahudi dari pembuangan di Babelonia. Secara bergelombang mereka kembali ke Tanah Palestina. Pengalaman selama masa pembuangan memperkaya kekayaan batin bangsa Israel. Tiga tradisi penulisan k607b (Yahwis dan Elohis yang telah menjadi Jehovis dari masa dua kerajaan, dan Priestly dari masa Pembuangan Babelonia) digabungkan dengan tradisi Deuteronomis [D] membentuk edisi final yang kemudian disebut lima kitab Torah. Hasil perenungan orang-orang bijak juga menghasilkan penulisan berbagai mahakarya seperti Kitab Ayub, Amsal, dan Tobit (d). Dalam masa kejayaan Persia, bahasa Aram (serumpun dengan bahasa Ibrani) menjadi bahasa internasional.

    a. Kitab-kitab
    Edisi lengkap Torah (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan); 1 dan 2 Tawarikh; Ezra; Nehemia; Rut; Yunus; Amsal; Ayub; Awal pembukuan Mazmur; Hagai; Maleakhi; Zakharia-I; Obaja; Yesaya-III (Yes.56-66, 25-27, 34-35).

    b. Para Nabi
    Hagai; Zakharia-1; Yesaya-III; Maleakhi; Obaja; Yoel; Ezra; Nehemia.

  • Di bawah Yunani (333~63 SM) dan Romawi (63 SM~Abad-7M)

  • Pada tahun 333, Iskandar Agung menaklukkan Timur Tengah, mengakhiri dominasi Persia untuk memulai dominasi kebudayaan Yunani. Pada tahun 167, Raja Antiochus IV melakukan pemaksaan terhadap bangsa Jahudi untuk meninggalkan adat dan kepercayaannya, beralih pada adat dan kepercayaan Yunani. Hal ini menimbulkan pemberontakan dan martir yang kemudian dikenal sebagai Epik Makabe. Peristiwa ini menimbulkan perenungan tentang akan datangnya akhir jaman, dan pengharapan akan campur tangan Tuhan dalam penyelamatan.

    a. Kitab-kitab [Catatan: d=deuterokanonika]
    Pengkhotbah, Tobit (d), Kidung Agung, Sirakh (d), Yudit
    (d), Tambahan Ester (d), 1 dan 2 Makabe, Daniel, Barukh
    (d), Kebijaksanaan Salomo (d),

    b. Para Nabi
    Zakharia-2

Perintah Yang Tidak Dapat Dituruti Sebagian Orang

Hukum ke-5:Perintah Yang Tidak Dapat Dituruti oleh Sebagian Orang. “Hormatilah ayahmu dan ibumu….” (Keluaran 20:12) Banyak yang merasa sulit untuk menuruti hukum kelima yang luar biasa dari Sepuluh Hukum. Bagi mereka sama halnya dengan Tuhan meminta mereka untuk melompat ke bulan.

[block:views=similarterms-block_1]

Perintah itu mengatakan : “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.” (Keluaran 20:12).Kedengarannya mudah? Tidak halnya dengan orang-orang ini. Bila Ibumu dan Ayahmu adalah orang yang baik, setia, pengasih, anda mungkin merasa mudah untuk“menghormati” mereka. Bersyukurlah karena hal ini.

Tetapi bagi yang lainnya, perintah ini adalah sebuah dinding batu. Ibunya seorang yang kejam, seorang pecandu alkohol mungkin, pecandu obat-obatan, seseorang yang malas, egois, tidak peduli, atau kejam, orang yang rasanya tidak mungkin kita “hormati”. Atau mungkin Ayah yang menjadi masalah : dia adalah seorang pecandu alkohol, kasar, kejam, egois, mencintai kesenangan pribadi, tidak mencintai anda, dan dia bahkan meninggalkan anda untuk pergi bersama wanita lain. Bagaimana anda dapat “menghormati” atau menghargainya? Saat berdoa Doa Bapa Kami, anda merasa sangat sulit mengucapkan, “Bapa kami yang ada di surga…”

Masalah ini adalah penting. Bila anda percaya bahwa Tuhan memberitahu anda untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat anda lakukan, hal ini akan mengecewakan anda. Anda tidak bisa berbuat apa-apa; bukan salah anda bila orangtua anda tidak memberikan atmosfir kasih sayang yang setiap anak dalam dunia ini berhak dapatkan. Apa yang akan terjadi pada orang banyak adalah menjauhkan diri dari Tuhan. Mengapa melayaniNya bila Dia menuntut apa yang tidak dapat anda lakukan?

Tetapi pada saat yang bersamaan, dalam relung hati anda yang paling dalam, anda merindukan kedamaian dengan Tuhan dan penyembuhan dari jiwa yang luka. Anda tidak dapat membuang orangtua dari pikiran anda, walaupun mereka berada ribuan mil jauhnya. Selama anda masih hidup, mereka selalu membayangi anda didalam relung emosi anda sebagai manusia. Anda tidak pernah benar-benar bebas; anda memiliki bola dan rantai yang melilit di mata kaki anda. Bila mujizat menyanggupkan anda untuk mematuhi hukum kelima yang bermasalah itu, anda melihat ada harapan untuk sanggup mematuhi kesepuluh hukum tersebut dan bahagia.

Tuhan telah meyakinkan anda pada hukum kelima itu bahwa Dia akan menyanggupkan anda untuk “menghormati ayahmu dan ibumu, agar panjang umurmu” dan bahagia. Oleh sebab itu perintah ini mengandung rahasia kehidupan bahagia.

Tetapi bagaimana Dia dapat melakukan mujizat ini?

  1. Pandangan Tuhan terhadap orang berbeda dari kita, dan Dia menyanggupkan kita untuk memandang seperti halnya Dia. Dengan kata lain, saat Tuhan melihat seseorang yang perhitungan, egois, menyebalkan, tidak ada kasih-semuanya ”jelek”, Dia melihat apa jadinya orang itu nantinya, dengan kasih karuniaNya. Beginilah Tuhan melihat umat manusia yang berdosa ini, ”tidak memperhitungkan pelanggaran mereka” (2 Korintus 5:19).

    Ya, Tuhan mengasihi manusia, tetapi Dia tidak mencintai kejahatan mereka. Jadi, karena Kristus memberikan DiriNya bagi keselamatan setiap manusia, Dia melihat dalam diri setiap manusia apa akan jadinya manusia itu saat karunia Tuhan bekerja dalam hatinya. Dia melihat potensi; Dia melihat apa yang akan orang itu pilih bila keadaan mengizinkan. Banyak orang yang menyebalkan, tidak menyenangkan, atau suka membantah, ada masalah terpendam yang membuat dia bersikap demikian.

    Misalnya, di Uganda ada seekor gajah yang sangat menyebalkan yang suka keluar ke jalan utama dan mengganggu kendaraan bermotor yang lewat. Akhirnya penjaga harus menembak binatang itu. Kemudian mereka menemukan masalahnya : gajah itu memiliki gigi yang rusak dan sedang sakit gigi. Biasanya gajah itu jinak.

  2. Anda belajar dari Alkitab untuk berpikir apa jadinya orangtua anda jikalau bukan karena masalah-masalah menyakitkan yang telah menyusahkan hati mereka. Ya, hal ini memerlukan iman dari padamu, tetapi anda belajar iman itu dari Yesus karena Dia memiliki iman dalam kamu. Sementara Yesus mengampuni kita saat kita tidak patut dikasihi, demikian anda belajar untuk mengampuni orangtua anda.

    Sangat benar bahwa anda tidak memiliki kekuatan dalam diri anda untuk melakukan hal ini. Tidak ada buku psikologi yang dapat memberikan kemampuan itu. Tetapi inilah yang dilakukan oleh kasih karunia Kristus bagi kita. Adalah kepastian dari Tuhan dalam hukum kelima. Dia katakan, anda akan belajar menghormati ayahmu dan ibumu, dan anda akan bahagia sekarang dan selamanya.

    Kasih orangtua pada anak-anaknya bisa berubah; bahkan bila anaknya jahat, orangtua masih mencintainya. Sekarang dengan kasih karunia Juruselamat, memungkinkan juga bagi seorang anak (mungkin yang telah dewasa sekarang!) untuk mencintai orangtuanya betapapun jahatnya orangtuanya.

  3. Di balik mujizat ini kita menyadari bahwa kita seperti gajah yang sedang terganggu itu. Sesuatu telah menyakitkan kita dan membuat kita terganggu, tetapi kita belajar dari Alkitab bahwa ada hal-hal yang menyakitkan Yesus juga. Dia ”dihina dan dihindari orang” (Yesaya 53:3), disakiti, dihina, ya, disalibkan. Dia memiliki musuh dan orang-orang yang menyiksa dia, tetapi Dia mendoakan mereka yang menyalibkan Dia, ”Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Sementara kita ingin Tuhan mengampuni kita, tidak melihat kesalahan dan gantinya mengasihi kita, demikian juga sekarang kita diberikan kasih dan kasih karunia terhadap orang yang bersalah kepada kita. Ini adalah mujizat dari kepastian hukum kelima.
  4. Kepastian ini tertanam pada fondasi kebenaran yang kokoh, lebih kokoh dari bukit-bukit : kasih Tuhan bagi duniaNya yang berdosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16). Dapatkah anda bayangkan seorang “Bapa” yang lebih luar biasa dari pada Tuhan itu sendiri, Bapa dari Yesus? Tetapi tunggu, ini ada masalah : ada suatu waktu dimana Bapa begitu jauh dari Yesus, tidak merespon terhadap permohonanNya, dimana Yesus merasa Bapa tidak mengasihiNya. Saat Yesus berada di salib, Bapa kelihatan begitu jauh (mungkin ayah atau ibu anda kelihatan begitu jauh secara emosi!) sehingga Yesus berseru, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46).

    Kemudian, menurut catatan di Mazmur 22:1 dan seterusnya, Yesus terus berdoa padaNya, tetapi Bapa tidak menjawab : ”Engkau tidak mendengar” (ayat 2). Pada saat-saat yang sulit itu, Yesus tidak memiliki bukti yang bisa dilihat bahwa BapaNya mempedulikanNya! Jangan menganggap remeh realitas pencobaan yang Yesus rasakan. Bila Dia membuka hatiNya bagi pencobaan Setan itu, Yesus bisa menjadi dendam dan marah. Tetapi Dia melawan cobaan itu, dan memilih untuk menciptakan sesuatu dari ketiadaan, mempercayai bahwa BapaNya mengasihiNya dan mendengarkanNya walaupun tidak ada satu bukti nyata yang bisa mendukung imanNya. Dia dihina dan dihindari orang, ditinggalkan oleh murid-muridNya sendiri, surga begitu gelap dalam jiwaNya, namun Dia memilih untuk mempercayai BapaNya.

    Dan kita membaca sebelum Dia mati di kayu salib, Yesus memenangkan kemenangan. Sepertinya Dia sedang berada dalam penderitaan yang sangat dalam, sedang terlempar di atas tanduk benteng Afrika yang liar, ”selamatkanlah aku....dari tanduk banteng liar!” (pasal 21). ”Aku tidak dapat melihat wajahMu yang penuh kasih,” kata Yesus, ”tetapi Aku percaya Engkau ada di sana, walaupun sepertinya Engkau tidak mengasihi Aku, aku percaya dalam kegelapan Engkau mengasihi Saya!

    Seperti seorang anak yang tidak dapat melihat wajah orangtuanya yang penuh kasih dalam kegelapan, tetapi percaya bahwa kasihnya adalah nyata. Di atas salib Yesus berseru agar kita semua mendengar, “Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajahNya kepada orang tiu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepadaNya” (ayat 24).

    Yesus membangun satu jembatan di atas kegelapan yang kelam dan dosa (dosa kita, kesalahan kita), dan membuat jalan bagi kita untuk percaya kepadaNya saat segala sesuatu menjadi gelap bagi kita. Kita menyebut jembatan itu “penebusan” atau “rekonsiliasi”. Sekarang, dapatkah anda membangun satu jembatan rekonsiliasi antara anda dan orangtua anda, bahkan sepertinya mereka tidak peduli? Bahkan bila mereka telah lama beristirahat, anda dapat menciptakan kembali masalah itu dan menerima “rekonsiliasi” yang diberikan Kristus.

    Ya, dengan kasih karunia Kristus Juruselamatmu! Imanmu yang bersandar padaNya dan imanNya adalah penuh kuasa. Hal ini juga seperti membangun sesuatu dari apa yang sepertinya tidak ada. Kasih yang melebihi dari kasih yang kita terima secara manusia (itu disebut kasih agape dalam Perjanjian Baru), dan mulai melakukan mujizat. Kasih demikian, yang bermula dari Kristus, mengerjakan mujizat di bumi ini. Banyak keluarga yang menjadi asing satu sama lain disembuhkan oleh kasih karunia Kristus ini!

  5. Tetapi umpamanya orangtua anda tetap menolak kasih karunia Kristus yang terpancar dalam anda? Dalam beberapa kasus, hal ini bisa terjadi, dan kita harus siap, karena Tuhan tidak dapat memaksa orang sesuai kehendaknya. Tetapi jangan cepat menyalahkan orang lain; tetapi apabila hal ini benar kesalahan mereka, rencana susulan Tuhan terdapat dalam Alkitab.

    Yesus menjelaskan apabila kita mengasihi mereka di dalam ”rumah” dan ”Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu” (Matius 10:13). Artinya adalah jikalau usaha pendamaian dan “menghormati”mu gagal, Roh Kudus akan memberikan kepadamu kedamaian dalam hatimu. Anda telah memilih untuk “menghormati ayahmu dan ibumu”, untuk “menghormati” institusi orangtua dan keluarga, menghormati orangtua yang seharusnya bijaksana dan pengasih oleh karunia Kristus – adalah rencana Tuhan yang mula-mula bagi umat manusia. Sekarang “hari-harimu” akan “panjang” dan bahagia, seperti kepastian dalam sabda hukum kelima!

  6. Ada satu pelajaran berharga yang kita pelajari dari hubungan kita dengan orangtua kita : ”Kita memiliki ayah yang mengoreksi kita, dan kita menghormatinya... Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibrani 12:11). Kita belajar untuk bersyukur kepada Tuhan atas ”ganjarannya”! ”Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (ayat 6,7). Kabar Baik Yang Luar Biasa! Sejuta kali, semua yang anda pikir ”melawan anda” adalah ”untuk anda”! ”Ganjaran” yang menyakitkan ternyata adalah bukti bahwa anda diperlakukan sebagai anak Allah!
  7. Apakah kita akan belajar untuk menghormati kakek dan nenek juga? Tuhan bisa saja memilih untuk melipat gandakan manusia di dunia ini dengan cara lain gantinya melalui keluarga, seperti memasukkan koin dalam mesin. Tetapi tidak, Dia memilih untuk membawa setiap anak ke dunia ini melalui keluarga yang hangat dan penuh kasih. Saat kita mulai mengerti rencana keselamatanNya, kita ”menghormati” kebijaksanaanNya. Dengan demikian, kita diberikan karunia untuk menghormati semua nenek moyang kita. Mereka mungkin saja tidak berpendidikan seperti kita, tetapi mereka melakukan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Tuhan katakan tentang mereka seperti Yesus katakan tentang Maria Magdalena, ”Ia (Maria Magdalena) telah melakukan apa yang dapat dilakukannya”. (Markus 14:8). Nenek moyangmu ”melakukan apa yang dapat mereka lakukan” dan anda menghormati mereka karena kasih dan kesetiaan mereka.
  8. Dengan cara yang sama, anda juga ingin menghormati mereka yang telah digunakan oleh Tuhan untuk menjadi berkat bagimu. Ini adalah prinsip yang sama dalam hukum kelima. Guru-guru anda, pendeta anda, bahkan pemerintahan anda yang telah bekerja bagi anda, layak menerima hormat dan penghargaan. “Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN” (Imamat 19:29).

    Sekali lagi, itulah kepastian yang Tuhan sanggupkan anda untuk lakukan bila anda percaya Dia telah membawa anda “keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan” “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran”. (Amsal 16:31). “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban” (20:29).. “Orang muda” suatu hari akan menjadi “orang tua” dan bila mereka menghormati dan “menghormati” pimpinan mereka, mereka akan menuai berkat yang sama saat mereka menjadi tua! Dengan menurut pada prinsip yang terkandung dalam hukum kelima, anda akan menciptakan surga kecil di sekeliling anda.

    Anda akan pergi ke surga, tetapi sekarang anda memiliki surga kecil di sekeliling anda sementara dalam perjalanan anda!

    Tuhan telah memperingatkan kita bahwa pada akhir zaman banyak yang akan kurang iman, dan bilamana mereka memilikinya, akan menyanggupkan mereka menurut pada hukum kelima : “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik“ (2 Timotius 3:1-3). Kondisi yang sangat menyedihkan ini adalah kegagalan pendeta memproklamirkan Injil Yesus Kristus yang suci dan benar. Malaikat ke dua dari Wahyu 14 mengingatkan kita , “Babel sudah rubuh, sudah rubuh,” (ayat 8). Pelanggaran empat hukum Tuhan yang suci telah mengakibatkan pelanggaran yang meluas pada enam hukum berikutnya!

    Faktanya, Tuhan telah menulis Sepuluh HukumNya dalam rangkaian yang teratur. Yakobus mengatakan apabila kita melanggar satu, kita telah melanggar semuanya (Yakobus 2:10). Tetapi hal ini benar adanya apabila kita melanggar hukum yang satu akan membawa pada pelanggaran ke hukum selanjutnya.

  9. Faktanya, tidak mungkin melanggar hukum kelima kecuali terlebih dahulu melanggar hukum keempat. Tuhan telah menaruh hukum-hukumNya dalam urutan yang berarti. Apabila kita menjaga kesucian hari Sabat Tuhan, “hari ketujuh” yang telah dikuduskanNya bagi kita, Dia akan sanggup memateraikan kita dengan Roh Kudus sehingga keluarga yang bermasalah akan disembuhkan sementara mereka berkumpul untuk berbakti kepada Tuhan dari Sabat ke Sabat.

    Ada Kabar Baik melihat fakta bahwa di seluruh dunia banyak orang-orang terkasih yang keluar dari “Babilon” untuk mengambil tempat di antara “orang-orang kudus” Tuhan yang “menuruti hukum Tuhan dan iman kepada Yesus” (ayat 12).

  10. Anda ingin menjadi bagian dari mereka! Yesus mengundang anda. Dia sedang mengumpulkan semua orang dari segala kesedihan, tempat-tempat yang tidak bahagia; sekarang mereka menuju sinar terang kasihNya. Kesukaan dalam persekutuan dengan mereka yang membagikan ”iman Yesus”. Tempatmu ada disana, sedang menunggu anda.

Perintah ke 3- Belajar Untuk Murni Sepenuhnya

Hukum yang Ketiga : Belajar untuk Murni Sepenuhnya. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, ...” (Keluaran 20:7). Kita sedang menjelajahi satu penemuan yang luar biasa tentang Injil : satu pemikiran bahwa “Sepuluh Hukum” Tuhan yang terkenal dalam realitasnya adalah sepuluh kepastian keselamatan! Belajar untuk menjadi murni sepenuhnya adalah Kabar Baik.

[block:views=similarterms-block_1]

Selama ratusan tahun orang-orang berpikir bahwa Sepuluh Hukum adalah sepuluh larangan, peringatan keras untuk tidak melakukan sesuatu yang secara alamiah ingin kita lakukan, sepuluh “jangan” tertera di batu yang keras dan menakutkan. Sementara banyak orang mendengarkan khotbah atau membaca hukum-hukum itu, mereka menilainya sebagai menawarkan hati. Tetapi sekarang dengan penemuan ini bahwa ada kepastian keselamatan di dalamnya, seluruh dunia dibangunkan untuk menyadari bahwa Tuhan memiliki Kabar Baik bagi kita di dalam Sepuluh Hukum.

Kita temukan di hukum pertama yang mengatakan ”Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” sebagai satu kepastian pembebasan dari pemenjaraan yang menyakitkan atas pencarian diri. Penyembahan pada diri adalah ilah palsu yang menutup pandangan kita dari Allah yang benar. Kesia-sian yang tiada akhir yang datang bersama ilusi itu telah berakhir! Selamat datang kepada kehidupan baru yang mulia yang bebas dari kekuatiran tentang ukuran yang tercapai atau tidak! Hukum yang pertama adalah kepastian pembebasan dari pemusatan diri yang menyakitkan, satu garansi bahwa Tuhan akan menyatakan DiriNya begitu jelas pada kita sehingga hati kita tidak bisa tergila-gila dengan kepalsuan lainnya.

Dunia ini penuh dengan godaan yang menjanjikan kita kebahagiaan.Tetapi semua itu meninggalkan kita dalam kehampaan dan putus asa. Beberapa di antaranya adalah : uang, mobil, rumah, olah raga, hubungan seks gelap, apa yang kita sebut ”asyik”. Tetapi segala yang dibuat oleh tangan manusia tidak akan pernah memuaskan kerinduan hati manusia yang paling dalam. Menemukan Kristus adalah kerinduan hati anda yang sesungguhnya dan bahwa Dia memberikan diriNya bagimu – ini adalah satu kepastian baru yang diberikan oleh hukum pertama. Dalam terangnya, tidak ada kepalsuan yang akan menipu kita lagi.

Kita temukan bahwa hukum yang kedua, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun - …Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya” adalah satu kepastian pembebasan dari rumah penjara – penjara yang membuat kita lelah dalam mencoba memuaskan keinginan kita yang tak berujung untuk memiliki lebih banyak lagi agar dapat mengesankan orang lain. Tidak ada “buatan” tangan manusia atau pabrik yang berharga bagi penyembahan hati kita. Saat kita mengerti kekayaan kerohanian yang benar dalam Injil, semua “barang” yang dapat dibeli dengan uang adalah seperti halnya mainan plastik.

Dunia ini senantiasa menjengkelkan kita dengan bujukan untuk membeli ”barang” ini atau itu, memberitahu kita bahwa kita tidak akan bahagia tanpanya. Seringkali tekanan yang terus menerus begitu serius sehingga merusak kesehatan kita.

Penyembahan berhala adalah hal yang fatal. Tanyakan pada Bill Gates apakah duit triliunan membuat dia benar-benar bahagia. Bila dia jujur, dia akan beritahu anda, seperti Solomo di masa tuanya, “Segala sesuatu adalah sia-sia” (Pengkotbah 12:8).

Apakah anda pernah berdiri di pinggir jalan dan melihat ke lampu jalanan? Dan kemudian melihat ke atas pada kemilau yang terang dari sinar sebuah bintang? ”Hal-hal dunia tiba-tiba menjadi buram” saat kita telah melihat wajah Yesus, dan dalam beberapa pelajaran ini kita akan melihat wajahNya dalam Sepuluh Hukum.

Hukum ketiga ini adalah satu janji tentang kebahagiaan dalam hati kita, begitu dalam sehingga tidak ada apapun yang bisa membodohi kita untuk berpikir ada yang lebih berharga.

Bunyinya :

”Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Keluaran 20:7)

Hal ini bukan saja tentang mengucapkan kata-kata yang salah dengan bibir kita, tetapi lebih dalam lagi. Hukum itu katakan : jangan berpura-pura menjadi pengikut Tuhan padahal anda tahu bahwa anda bukanlah pengikutNya. Jangan membuat atau bahkan membiarkan orang berpikir anda adalah seseorang yang hebat padahal itu adalah satu kebohongan. Tuhan telah menaruh pada hukum ini satu kepastian bahwa Dia akan memberikanmu karakter yang otentik. Tidak ada kepura-puraan dari luar; tidak ada yang menutupi cacat di dalam.

Furniture Afrika Timur mungkin sangat sederhana desainnya, tetapi kayunya sangat kokoh. Tidak ada lapisan yang dapat menipu anda saat anda melihat di showroom. Banyak interior mobil-mobil baru yang dibalut dengan cat yang menyerupai kayu keras (walnut) atau kayu kenari (rosewood) yang sebenarnya itu hanya plastik, yang kelihatannya seperti kayu mahal; hal ini membuat anda berpikir bahwa anda sedang mengendarai mobil mahal, tetapi sebenarnya pabrik hanya mengeluarkan sedikit uang untuk itu.

Tetapi mobil tidaklah penting. Kita sedang berbicara mengenai karakter yang Tuhan inginkan dalam diri kita. Bila anda menjadi seorang jutawan, tetapi pada akhirnya anda menyadari bahwa karakter anda hanyalah suatu imitasi plastik, anda tidak akan bahagia. Jadi, untuk menyelamatkan kita dari hal yang memalukan sekarang dan pada akhirnya, Tuhan kita yang terkasih memberikan hukum ketiga ini – satu kepastian bahwa jika kita percaya pada Injil Kabar BaikNya, Dia akan memberikan jaminan pada kita untuk membentuk karakter kita penuh kebenaran, jujur, dan suci. Kita akan menjadi cahaya mercu suar dalam dunia yang gelap, tempat berlindung bagi orang-orang yang mencari keselamatan dalam badai. Tidak ada sesuatu apapun yang dapat mendatangkan kebahagiaan daripada mengetahui bahwa Tuhan dan manusia menghormati anda karena kemurnian sepenuhnya.

Dunia telah melewati “Zaman Batu” dan “Zaman Tembaga”, tetapi sekarang kita sedang berada pada “Zaman Plastik”. Batu dan tembaga dapat menanggung ujian api, tetapi plastik tidak dapat bertahan. Rasul Paulus berbicara tentang ujian akhir dari karakter yang harus kita hadapi. Dia menyamakan pembangunan karakter kita sama halnya dengan membangun sebuah rumah. Ada ”fondasi” yang telah dibangun – Kabar Baik tentang Yesus menyatakan Dirinya sebagai fondasi itu : ”Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Korintus 3:11). Dia telah membangun ”fondasi” bagi kehidupan kekal bagi setiap umat manusia, mendemonstrasikan bagi kita bahwa Dia telah berperang bagi kita, menumpaskan ”kutukan dosa” dalam daging yang berdosa. Dia telah berjuang keras dengan meletakkan ”fondasi” bagi istana yang indah-karakter bagi setiap diri kita.

Ini adalah satu ilustrasi indah dari Kabar Baik :

  1. Setiap orang harus memiliki sebuah “rumah” untuk tinggal. Kita datang ke dunia tanpa memilikinya, seperti halnya kita datang kedunia dalam keadaan telanjang.
  2. Kita tidak tahu bagaimana “membangun” karakter/rumah yang kita butuhkan.
  3. Yesus datang untuk mengajarkan kita membangun karakter/rumah. Ya, Dia datang untuk menyelamatkan kita dan telah menyelamatkan kita; kita “hidup”. Tetapi pada Hari Penghakiman kita akan sangat malu bila kita tidak melakukan apapun bagi keselamatan yang telah Dia berikan.
  4. Oleh karena itu Yesus datang untuk tinggal bersama kita, mengambil daging bagi DiriNya, hidup sebagaimana kita hidup, memberi teladan satu karakter yang sempurna kepada kita. Kita tidak akan pernah bahagia di Surga kecuali kita membangun karakter penyangkalan diri seperti Dia yang mana melebihi sekedar kata-kata yang mengaku sebagai pengikutNya. Ujian terakhir dari penghakiman terakhir harus mendemonstrasikan bahwa kita berada dalam kebenaran ini. Inilah yang dimaksud Paulus dengan “mendirikan sebuah rumah”.
  5. Begitu besar kasih Yesus bagi kita sebagai individu dan pribadi sehingga Paulus mengatakan bahwa Dia telah membangun “fondasi” untuk “rumah” yang demikian bagi kita. Sekarang, setiap hari kita sedang “membangun”nya. Kenyataan bahwa kita hidup menunjukkan sesuatu sedang terjadi. Arsitek akan memberitahu anda bahwa biaya yang agak besar untuk satu bangunan rumah yang bagus ada di biaya fondasi. Pertanyaannya sekarang adalah, “Rumah” jenis apa yang sedang kita bangun hari demi hari?

Mari kita izinkan Paulus untuk memberitahu maksudnya :
“Tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya… Ada orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata; yang lain akan menggunakan kayu atau rumput kering atau jerami. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian” (1 Korintus 3:10-15).

Sekarang kita mulai melihat Kabar Baik apa yang dibawakan oleh hukum ketiga. Ini adalah satu kepastian apabila kita percaya Injil Tuhan, Dia akan memperhatikan agar kita membangun rumah yang tahan api!

Umpama anda tidak memiliki rumah. Seseorang telah membangun fondasi rumah bagimu, sudah siap. Untuk ilustrasi, mari kita asumsikan anda malas, dan anda mengumpulkan ranting-ranting dan membangun bagi anda tempat tinggal yang terbuat dari rumput di atas fondasi batu yang kuat dan indah. Kemudian satu hari kebakaran dari hutan menyambar dan ”rumah” anda menjadi asap.

Tetapi tetangga anda membangun rumah dengan batu, dan saat semuanya berakhir dia masih memiliki rumah. Bukankah anda akan malu? Terlebih bila anda telah menunjukkan kepada teman-teman anda “rumah indah”, membanggakan keahlihan anda? Rumput lebih murah dan mudah ditemukan daripada batu! Anda hanya memiliki apa yang kelihatannya seperti sebuah rumah bagus, yang hanya beratapkan rumput.

Bahkan pastur, pendeta, dan pengkotbah perlu mendengarkan pekabaran ini.

“Sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu” (1 Korintus 3:13). Namun pendapat manusia tentang kita bukanlah menjadi masalah pada Hari Penghakiman itu. Apakah kita telah mengaku nama Kristus dengan sembarangan?

Kabar Baik dalam hukum ketiga memberitahukan kita bahwa Dia akan menyelamatkan kita dari membuat pernyataan palsu itu : “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan”. Percaya “kebenaran Injil” dan anda akan menemukan bahwa “Injil Kristus….adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan” (Galatia 2:5; Roma 1:16). Hari demi hari Roh Kudus akan memotivasi anda untuk meletakkan batu demi batu. Anda mungkin tidak sadar akan kemajuan yang dicapai, tetapi sukacita yang paling menyenangkan adalah menemukan bahwa akhirnya ”rumah” yang Tuhan sanggupkan anda untuk ”bangun” adalah satu istana indah yang tidak dapat dimusnahkan oleh ”api”.

Paulus menjelaskan walaupun secara alami semua kita adalah “orang asing dan pendatang” sekarang ini kita “bangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru, Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:19-22).

Ini membawa kita satu langkah lebih jauh.Kita bukan saja sedang membangun sebuah rumah/karakter; apa yang sedang kita bangun pada akhirnya akan menjadi sebuah bait suci yang akan didiami oleh Tuhan! Untuk selama-lamanya! Oleh karena itu kepastian hukum ketiga adalah pembebasan dari rasa takut – takut akan api Hari Penghakiman.

Dalam hati setiap orang, ketakutan berada di bawah permukaan. Hal ini bisa meracuni sukacita. Ada “semacam ketakutan melihat pada penghakiman dan pembalasan yg berkobar-kobar” yang tidak bisa dihindarkan oleh siapapun; ada di situ, bahkan kadang-kadang saat kita bangun jam 3 pagi. Sekarang hukum ketiga melepaskan kita dari ketakutan. Itu artinya : Anda tidak akan malu pada Hari Penghakiman! Kabar Baik yang Berharga!

Ada lagi ilustrasi lain yang Tuhan gunakan untuk menolong kita mengerti : Menggunakan beberapa pakaian untuk menutupi ketelanjangan.
Hampir setiap orang pernah bermimpi berada dalam kerumunan orang-orang tanpa pakaian yang sesuai. “Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya”. (Wahyu 16:15). Hukum ketiga menjadi satu kepastian : Tuhan akan memberikan pada anda pakaian untuk dipakai! Adalah melalui percaya kepada Kabar Baik dari kata pembuka Sepuluh Hukum kita memakai pakaian : ”Melalui kasih karunia engkau telah diselamatkan melalui iman” (Efesus 2:8, penekanan ditambahkan). Memakai pakaian yang gratis adalah tugas kita; membangun rumah pada fondasi gratis yang telah disiapkan adalah tugas kita. Tetapi bahkan iman melaluinya kita bangun ”adalah pemberian Tuhan” (ayat 9).

Hukum Tuhan yang ketiga mengandung satu peringatan yang tidak berani kita acuhkan.“TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan”. (Keluaran 20:7). NamaNya adalah suci, tidak peduli berapa kali anda telah mengucapkannya dengan sembarangan. Saat anda “melihat” apa yang terjadi di salib, bagaimana Anak Allah mengambil tempat anda, mati untuk kematian kedua, menanggung persembunyian muka BapaNya – kemudian sesuatu mulai terjadi dalam hati anda yang keras. Melumer; airmata keluar dari mata anda. Tidak pernah lagi anda akan menyebut nama yang suci itu dalam kemarahan atau dalam senda gurau! Sekarang anda mulai mengenal Yang “namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yesaya 9:6).

Sekarang bibir anda, perkataan anda menjadi berubah. Seperti murid-murid yang bersama dengan Yesus, orang banyak mengerti bahwa mereka “berbeda“. Orang-orang berkata, "itu nyata dari bahasamu." (Matius 26:73). Orang yang sombong menjadi rendah hati, pencabul menjadi suci, kata-kata kotor menjadi bersih. Ini adalah Yesus yang menyelamatkan kita dari dosa, sekarang!

Satu hari proses “membangun” akan segera berakhir.Satu dekrit akan datang dari Surga mengenai setiap manusia di bumi. “Berhenti sekarang! Sampai di sini! Apa yang telah anda bangun, itulah untuk kekekalan!” Kita membaca tentang hari itu di halaman terakhir dari Alkitab :

“Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya. Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya”. (Wahyu 22:12,12).

Tetapi Kabar Baik yang sama menembus Sepuluh Hukum bersinar kembali pada halaman terakhir Alkitab. Tuhan hanya menyiapkan kebahagiaan bagi anda :

“Berbahagialah mereka yang melakukan perintah-perintahNya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu. Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar. ’Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang. Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!“ (Wahyu 22:14-22)

Kata-kata berkat itu bukan dari penulis miskin!Kata-kata sambutan itu adalah perkataan Tuhan untuk anda secara pribadi. Buatlah pilihanmu, dan katakan, ”Saya datang!”. Tuhan telah berjanji dalam hukum ketiga bahwa Dia akan memandang anda ”tidak bersalah” selamanya. ”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi....yang kesalahannya Tuhan tidak perhitungkan” (Mazmur 32:1).

Perjanjian Baru

Penulis: Herlianto Bagaimana dengan Perjanjian Baru umat Kristen, dalam bahasa apakah naskahnya ditulis? Untuk memahami hal itu ada baiknya kita melihat latar belakang bahasa yang dipergunakan di Palestina pada abad pertama dimana Perjanjian Baru ditulis. Kita sudah mengetahui bahwa sejak abad-5sM (zaman Ezra, Neh.8:9), bahasa Ibrani yang terdiri hanya huruf-huruf konsonan sudah tidak dimengerti oleh umumnya orang Yahudi, dan sebagai bahasa percakapan kemudian digantikan oleh bahasa Aram.

[block:views=similarterms-block_1]

Alexander (abad-4sM) raja Yunani yang menguasai kawasan dari Yunani, Asyur, Media, Babilonia, sampai Mesir, menyebabkan pengaruh helenisasi menguasai Palestina pula, lebih-lebih dibawah wangsa Ptolomeus dan Seleucus pada abad-3-1sM helenisasi khususnya bahasa makin tertanam di Palestina sehingga kitab Tenakh Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Septuaginta di Aleksandria (abad-3-2sM). Masa itu sebagian umat Yahudi sudah tidak lagi bisa berbicara bahasa Ibrani kecuali mereka yang menjadi ahli kitab yang bertugas di Bait Allah dalam salin-menyalin kitab suci. Sekalipun helenisasi sejenak tertunda pada masa pemberontakan Makabe (170-160sM), helenisasi bahasa berjalan lancar, bahkan Josephus, sejarahwan Yahudi yang pro Romawi juga menulis buku-bukunya dalam bahasa Yunani. Helenisasi telah berjalan 4 abad ketika abad-1M diisi dengan kehadiran Yesus dan ditulisnya Perjanjian Baru. Kala itu bahasa Yunani dan Aram menjadi bahasa percakapan umum di Palestina (bilingual). "Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi. ... bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan di Palestina, dan Helenisme mendesak Yudaisme." (Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, h.23-24, 29). "Bahasa Yunani, secara meluas dimengerti di Palestina, terutama di ´Galilea wilayah bangsa-bangsa lain´ seperti yang disebut dalam Mat.4:15. ... agar berhasil dalam perdagangan, penguasaan bilingual adalah keharusan. Bilingualisme memiliki akar historis pada abad-2sM ketika wangsa Seleukus melakukan kebijakan helenisasi penduduk Palestina. Sekalipun reaksi Makabe menunda sejenak proses helenisasi, tanpa bisa dicegah budaya dan bahasa Yunani meresapi Palestina." (Bruce Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreter´s Bible, Vol.7, h.43). Bahasa Aram sebagai bahasa ibu diiringi bahasa Yunani koine digunakan oleh Yesus dan para Rasul dalam pemberitaan Injilnya, dan bukan Tenakh Ibrani melainkan Septuaginta Yunanilah yang digunakan oleh umat pada saat awal kekristenan. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru dikutip dari Septuaginta, sisanya dari berbagai naskah Ibrani. "Septuaginta ... Pada masa Kristus, kitab tersebut telah tersebar luas di antara para Perserakan di wilayah Timur Tengah dan menjadi Kitab Suci Jemaat Kristen yang mula-mula." (Tenny, h.32). "Septuaginta adalah Alkitab yang digunakan oleh Yesus dan para rasul. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru dikutip langsung dari Septuaginta, sekalipun itu berbeda dengan teks Masoret." (Norman Geisler, A General Introduction to the Bible, h.254). "Yesus berbicara juga bahasa Yunani ... tetapi bahasa ibu mereka saat itu adalah bahasa Aram." (ME Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, h.16). Di Sinagoga di Nazaret, Yesus membaca kitab Yesaya dari Septuaginta (Luk.4:18-19): "Bagian terbesar kutipan ini berasal dari teks Yes.61:1-2 dari LXX. Merawat orang-orang yang remuk hati, adalah bagian dari sumber peninggalan naskah Lukas yang terbaik, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas berasal dari teks LXX dari Yes.58:6." (The Interpreters´ Bible, Vol.8,90-91). Memang bahasa Aram secara umum dan di Perjanjian Baru kala itu disebut sebagai bahasa Ibrani, itu maksudnya adalah bahasa Aram. Bruce Metzger, profesor Perjanjian Baru dari Princeton, mengatakan: "Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat ini adalah bahasa mati. ... Barangkali karena rasa bangga yang salah, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa "Ibrani." ... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi Palestina pada waktu Yesus hidup adalah "Aram." ... Secara umum sesuai angkatannya Palestina, Yesus tidak diragukan berkata-kata dalam bahasa Aram seperti bahasa ibunya, tetapi menjadi orang Galilea ia juga menggunakan bahasa Yunani." (The Language of the New Testament, dalam The Interpreter´s Bible, Vol.7, h.43,52). Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, dibawah bayang-bayang Septuaginta yang menerjemahkan Yahweh/Adonai menjadi ´Kurios´ dan El/Elohim/Eloah dengan ´Theos.´ Bahasa Yunani yang populer adalah bahasa Yunani Koine (umum) dan bukan bahasa Yunani tinggi (Attic) yang digunakan dalam kesusasteraan Yunani klasik. "Pada abad pertama, Yunani Koine, telah menjadi lingua franca di seluruh kerajaan Romawi." (The Language of the New Testament, dalam The Interpreter´s Bible, Vol.7, h.44). Kitab-kitab Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani Koine yang bervariasi sesuai dengan kemampuan bahasa penulisnya, misalnya kitab Lukas, Kisah dan Yakobus bahasa Yunaninya bagus tetapi bahasa Yunani kitab Wahyu kurang baik tatabahasanya. Ada tradisi yang ditulis oleh Eusibius dalam bukunya ´Sejarah Gereja´ bahwa Papias menulis bahwa "Matius menulis logia dalam bahasa Ibrani (Aramaik)." Beberapa teori diusahakan untuk menunjukkan bahwa ´logia´ itu adalah ´Injil,´ namun karena tidak ada bukti peninggalannya, umumnya ´logia´ itu dimengerti sebagai ´ucapan-ucapan Yesus´ (oracles). Bila diperhatikan bahwa Injil Matius banyak menggunakan sumber Injil Markus, maka kemungkinan besar Matius menulis Injilnya sebagai saksi mata dengan menggabungkannya dengan ´logia´ Aramnya dan Injil Markus. "Umumnya para ahli Perjanjian Baru percaya bahwa bukti-bukti internal menunjukkan bahwa ke-empat Injil ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi menggunakan bahan-bahan Aramaik, baik yang lisan maupun mungkin tulisan." (The Language of the New Testament, dalam The Interpreter´s Bible, Vol.7, h.50). Lalu bagaimana dengan adanya naskah-naskah dalam bahasa Aram yang ditemukan? Naskah-naskah itu adalah fragmen Injil Siria (Peshita) dalam bahasa Aram. "Umumnya para ahli meragukan kalau pernah ada ´Injil Aramaik´ yang asli. Manuskrip yang biasa dikemukakan hanya sekedar copy dari naskah Siria yang terkemudian, yang diterjemahkan dari bahasa Yunani." (Alfred M. Perry, The Growth of the Gospels, dalam The Interpreter´s Bible, Vol.7, h.68). Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani pada sekitar tengah kedua abad-1M, dan pada abad-2M diterjemahkan ke dalam bahasa Aram Siria (Old Syraic) yang dikenal sebagai Alkitab Peshitta, dan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin Kuno (Old Latin).

Seberapa Pentingnyakah Naskah-naskah Laut Mati?

Penulis : Will Varner

Penemuan Gulungan Kitab Orang-orang Qumran dan Mesias

Juma mulai agak tegang. Beberapa ekor kambingnya memanjat tebing terlalu tinggi. Ia memutuskan untuk memanjat tebing itu sendiri dan membawa kambing-kambingnya kembali. Ketika mulai memanjat tebing itu pada bulan Januari 1947, Juma tidak menyadari bahwa ia pada akhirnya akan terlibat dalam suatu "penemuan arkeologi terbesar di abad keduapuluh." Pikiran semacam itu sama sekali tidak terlintas sewaktu ia melihat dua celah kecil milik salah satu dari ribuan gua yang memenuhi tebing tandus yang mengarah ke tepian pantai sebelah barat laut dari Laut Mati. Ia melemparkan sebuah batu ke salah satu celah tersebut. Bunyi pecahan tak terduga telah mengejutkannya; ada apa di gua terpencil itu selain kemungkinan harta karun? Ia memanggil sepupu-sepupunya, Khalil dan Muhammed, yang kemudian memanjat tebing tersebut dan mendengarkan kisah yang memikat tersebut. Namun saat itu sudah terlalu sore dan kambing-kambing harus segera dikumpulkan. Besok mereka akan kembali lagi - barangkali saja masa-masa mereka harus menggembalakan kambing akan berakhir segera setelah harta karun tersebut ditemukan!

Penemuan arkeologi apa yang paling mempengaruhi Alkitab sepanjang zaman?

"Mungkin Gulungan-gulungan Laut Mati memberikan pengaruh paling besar pada Alkitab. Gulungan tersebut memberikan manuskrip Perjanjian Lama yang berusia 1000 tahun lebih tua dari manuskrip tertua yang kita miliki sebelumnya. Gulungan-gulungan Laut Mati memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama disalin dengan akurat selama selang waktu tersebut. Sebagai tambahan, gulungan tersebut juga memberikan banyak informasi mengenai era menjelang dan selama kedatangan Kristus."

--Dr. Bryant Wood, arkeolog, Associates for Biblical Research

Muhammed, yang termuda dari ketiganya, esok paginya bangun terlebih dahulu dari kedua rekannya sesama pencari harta karundan bergegas menuju ke gua. Lantai gua ditutupi serpihan, termasuk dari guci yang pecah. Di sepanjang dinding terdapat sejumlah guci bermulut sempit, sebagian dengan penutup berbentuk mangkok. Dengan cepat Muhammed mulai menjelajahi isi setiap guci tetapi tidak ditemukan emas& hanya ada beberapa bundelan terbungkus kain kehijauan akibat terlalu tua. Setelah kembali kepada saudara-saudaranya, ia menceritakan kabar buruk itu - tidak ada harta karun.

Memang tidak ada harta karun! Gulungan-gulungan yang diambil anak-anak Bedouin dari gua gelap pada hari itu dan hari-hari selanjutnya akan dikenal sebagai harta karun manuskrip/naskah terbesar yang pernah ditemukan - tujuh naskah pertama dari Gulungan Laut Mati.

Demikianlah penemuan kelompok naskah yang berumur 1000 tahun lebih tua dari teks Alkitab Ibrani yang dikenal sebelum penemuan itu (banyak diantara naskah tersebut berasal dari masa 100 tahun sebelum kelahiran Yesus). Naskah-naskah ini segera menggemparkan dunia arkeologi yang menyiapkan satu tim penerjemah dengan tugas raksasa yang bahkan hingga hari ini belum terselesaikan.

Cave 4 at Qumran where approximately 15,000 fragments from some 574 manuscripts were found.

Kisah bagaimana gulungan-gulungan tersebut beredar dari tangan para gembala Bedouin muda tersebut sampai menjadi objek penelitian yang saksama dari para ahli internasional sendiri merupakan kisah yang lebih mencengangkan dibandingkan cerita fiksi. Meskipun tidak semua detail dari tahun-tahun pertama setelah penemuan tersebut akan pernah benar-benar terungkap, garis besar ceritanya cukup jelas. Setelah disimpan di sebuah kemah Bedouin beberapa waktu, ketujuh gulungan asli tersebut dijual kepada dua toko antik Arab di Bethlehem. Dari sana, empat gulungan dijual (dengan harga murah) kepada Athanasius Samuel, Syrian Orthodox Metropolitan di St. Marks Monastery di Kota Tua Yerusalem. Para ahli dari American School of Oriental Research, yang menelaahnya, adalah yang pertama-tama menyadari kekunoannya. John Trever mengambil foto naskah tersebut secara detil dan ahli arkeologi terkemuka William F. Albright segera mengumumkan bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari periode antara 200sM sampai 200M. Pengumuman pertama dimunculkan bahwa naskah tertua yang pernah ditemukan telah ditemukan di padang gurun Yudea.

Clay jar of the type the Dead Sea Scrolls were found in. From Qumran, now in the Citadel Museum, Jordan.

Tiga gulungan asli lainnya yang ditemukan oleh anak-anak Bedouin dijual kepada E.L. Sukenik, ahli arkeologi di Hebrew University dan ayah Yigal Yadin (seorang jenderal tentara Israel yang kemudian menjadi seorang ahli arkeologi terkemuka dan penggali situs Masada serta Hazor). Perlu dicatat bahwa drama peristiwa ini sangat menarik karena periode tersebut adalah saat-saat terakhir periode Mandat Inggris di Palestina dan ketegangan antara penduduk Arab dan Palestina sangat besar. Ini juga yang menyebabkan pengkajian naskah-naskah oleh para ahli sangatlah berbahaya.

Semua gulungan akhirnya terkumpul di Hebrew University dengan cara yang aneh pula. Setelah berkeliling Amerika dengan keempat gulungannya dan tidak menemukan seorang pun pembeli yang tertarik, Metropolitan Samuel memasang iklan di Wall Street Journal (sebuah koran bisnis terkemuka di Amerika, pen.). Secara kebetulan (atau campur tangan ilahi?) Yigal Yadin sedang mengajar di New York dan melihat iklan tersebut. Melalui para makelar, ia berhasil membeli gulungan yang tak ternilai tersebut dengan harga US$250,000. Bulan Februari 1955, Perdana Menteri Israel mengumumkan bahwa Negara Israel telah membeli gulungan-gulungan tersebut dan ketujuh gulungan (termasuk tiga yang dibeli terlebih dahulu oleh Profesor Sukenik) akan diletakkan di sebuah museum khusus di Hebrew University dan diberi nama Shrine of the Book (Kilauan Buku), dimana semuanya masih dapat dilihat sampai hari ini.

Tidak diragukan lagi, pengumuman awal mengenai gulungan-gulungan ini segera mendorong banyak penelitian di daerah penemuan semula. Ekspedisi arkeologi resmi dimulai tahun 1949 yang akhirnya berhasil menemukan sepuluh gua lagi di daerah sekitarnya yang juga mengandung gulungan-gulungan naskah. Para arkeolog kemudian mengarahkan perhatian mereka pada sebuah reruntuhan kecil yang disebut "Khirbet (reruntuhan) Qumran, yang sebelumnya diduga merupakan sisa sebuah benteng kuno dari zaman Romawi. Setelah enam periode penggalian secara intensif, para ahli sangat yakin bahwa gulungan-gulungan tersebut berasal dari komunitas yang muncul antara tahun 125 sM sampai 68M. Gulungan-gulungan tersebut disimpan dengan tergesa-gesa di dalam gua sewaktu komunitas di daerah tersebut melarikan diri dari serbuan tentara Romawi yang sedang berada di Yudea untuk menumpas Pemberontakan Yahudi tahun 66-70 M.

Reruntuhan Qumran, yang dapat dikunjungi hari ini, menyingkapkan sejumlah besar asketis Yahudi yang mendiami komunitas tersebut. Ruang penyimpanan, saluran air, pemandian ritual dan ruang pertemuan telah berhasil digali. Salah satu ruangan paling menarik yang telah digali adalah sebuah ruang kitab, dicirikan oleh dua wadah tinta yang ditemukan beserta sejumlah tempat duduk untuk para penyalin kitab. Di ruangan inilah disalin sebagian besar, kalau tidak semua, naskah yang ditemukan.

Penjelasan Gulungan-gulungan Kitab

Segera setelah diumumkannya penemuan gulungan-gulungan kitab, debat ilmiah tentang asal usul dan pentingnya penemuan tersebut bergulir. Debat memanas ketika isi gulungan yang menakjubkan tersebut disebarluaskan secara bertahap.

Ketujuh gulungan asli, yang berasal dari "Gua Pertama", terdiri dari naskah-naskah berikut: (1) Salinan utuh dan terawat dari seluruh nubuat Yesaya - salinan kitab Perjanjian Lama tertua yang pernah ditemukan; (2) Sebagian gulungan yang berisi kitab Yesaya; (3) Tafsiran dua pasal pertama kitab Habakuk - peanfsir menjelaskan kitab tersebut secara alegoris menurut istilah yang dipakai oleh persekutuan Qumran; (4) "Manual Disiplin" atau "Aturan Komunitas" - sumber informasi paling penting tentang sekte keagamaan di Qumran - menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh mereka yang ingin bergabung dalam persekutuan tersebut; (5) "Himne Ucapan Syukur, suatu kumpulan mazmur devosional bagi pengucapan syukur dan pujian kepada Tuhan; (6) sebuah parafrase kitab Kejadian berbahasa Aram; dan (7) "Aturan Perang" yang berisi kisah peperangan antara "Anak-anak Terang" (yaitu orang-orang Qumran) dengan "Anak-anak Kegelapan" (orang-orang Romawi?) yang akan terjadi pada "zaman akhir", yang diyakini oleh orang-orang Qumran akan segera tiba.

Ketujuh gulungan pertama tersebut baru merupakan suatu awal. Lebih dari 600 gulungan dan ribuan fragmen (bagian dari kitab/gulungan, penerjemah) telah ditemukan di dalam kesebelas gua di daerah Qumran. Fragmen dari setiap kitab di Alkitab kecuali kitab Ester telah ditemukan, selain teks-teks non-Alkitab lainnya.

Salah satu penemuan paling menarik adalah sebuah gulungan tembaga yang harus dipotong sebelum dapat dibuka dan mengandung daftar 60 harta karun yang terletak di berbagai lokasi di Yudea (namun satupun belum pernah ada yang ditemukan)! Gulungan lainnya, yang ditemukan oleh para arkeolog Israel pada ta548 1967 di bawah lantai sebuah penjual barang antik di Betlehem, menjelaskan secara detil pandangan komunitas tersebut tentang tata ibadah Bait Suci yang rumit. Gulungan ini diberi nama "Gulungan Bait Suci."

Isi gulungan-gulungan Laut Mati memberi indikasi bahwa para penulisnya adalah sekelompok imam dan orang awam yang mengejar kehidupan komunal dengan dedikasi penuh kepada Allah. Pemimpin mereka disebut "Guru Kebenaran". Mereka memandang diri mereka sebagai satu-satunya Israel yang benar - hanya mereka yang setia kepada Hukum Allah.

Mereka menentang "Imam Jahat" - Imam Besar Yahudi di Yerusalem yang merepresentasikan kemapanan dan dengan berbagai cara telah menganiaya mereka. Imam jahat ini mungkin adalah salah satu pemimpin Makabe yang secara tidak sah telah mengangkat diri sebagai imam besar antara tahun 150-140 sM. Sebagian besar ahli mengidentifikasikan persekutuan Qumran dengan orang-orang Esseni, suatu sekte Yahudi pada zaman Yesus sebagaimana digambarkan oleh Josephus dan Philo.

Seperti apapun orang-orang Qumran, tulisan mereka memberikan kita gambaran latar belakang yang mengagumkan tentang salah satu aspek dunia religius yang didatangi Yesus. Sebagian ahli mencoba menarik kesejajaran antara tokoh-tokoh di dalam gulungan tersebut dengan Yohanes Pembaptis atau Yesus, namun penelitian objektif terhadap kesejajaran semacam itu menunjukkan bahwa perbedaannya jauh lebih besar daripada kemiripannya. Setiap hubungan antara Yesus dengan Qumran bersifat spekulatif dan sangat tidak mungkin. Pandangan bahwa Yohanes Pembaptis mungkin menghabiskan sebagian waktunya dengan komunitas Qumran mungkin saja karena kitab-kitab Injil menceritakan bahwa ia menghabiskan banyak waktu di padang gurun dekat dengan daerah dimana komunitas Qumran berada (Matius 3:1-3; Markus 1:4, Lukas 1:80; 3:2-3). Namun demikian, berita yang dibawa Yohanes sangat berbeda dengan konsep yang dikembangkan oleh persekutuan Qumran. Satu-satunya titik kesamaan adalah keduanya mengajarkan bahwa "Kerajaan Allah" sedang datang.

Salah satu sumbangan penting Gulungan-gulungan Laut Mati adalah banyaknya naskah Alkitab yang ditemukan. Sebelum penemuan Qumran, naskah Perjanjian Lama yang tertua disalin pada abad ke-9 dan 10 Masehi oleh sekelompok penyalin Yahudi yang disebut kaum Masoret. Sekarang kita memiliki naskah-naskah yang berumur 1000 tahun lebih tua dari sebelumnya. Kenyataan yang mengagumkan adalah bahwa naskah-naskah ini hampir identik! Inilah contoh nyata akan perhatian sungguh-sungguh yang diberikan oleh para penyalin Yahudi selama berabad-abad dalam usahanya menyalin Alkitab secara akurat. Kita dapat yakin bahwa Perjanjian Lama benar-benar menggambarkan kata-kata yang diberikan kepada Musa, Daud dan para nabi.

DOKTRIN GULUNGAN LAUT MATI

Orang-orang Qumran sungguh-sungguh percaya kepada doktrin "zaman akhir". Mereka lari ke padang gurun dan menyiapkan diri untuk menghadapi penghakiman yang segera akan tiba ketika musuh-musuh mereka dihancurkan, dan mereka, umat pilihan Allah, akan diberikan kemenangan terakhir sesuai dengan ramalan para nabi. Hubungan dengan kejadian akhir zaman inilah yang memunculkan salah satu pengajaran paling menarik dari sekte ini. Pengharapan mesianis menyebar dalam pemikiran kelompok persekutuan ini. Bahkan bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka sesungguhnya percaya akan tiga orang mesias - yang satu seorang nabi, yang kedua seorang imam dan yang ketiga seorang raja atau pangeran.

Dalam dokumen yang disebut "Manual Disiplin" atau "Aturan Komunitas", dijelaskan bahwa orang beriman harus terus hidup mengikuti aturan "sampai datangnya seorang nabi dan seorang yang diurapi [mesias] dari garis Harun dan Israel" (kolom 9, baris 11). Ketiga tokoh ini akan muncul untuk menuntun memasuki zaman yang sedang disiapkan oleh komunitas tersebut.

Dalam dokumen lainnya yang ditemukan di Gua Empat dan dinamakan "Testimonia", sejumlah ayat Perjanjian Lama dituliskan sebagai basis pengharapan mesianis mereka. Yang pertama adalah kutipan dari Ulangan 18:18-19 dimana Allah berkata kepada Musa:"seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini." Berikutnya adalah kutipan dari Bilangan 24:15-17, dimana Bileam meramalkan munculnya seorang pangeran penguasa: "bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab" dsb. Yang ketiga adalah berkat yang diucapkan oleh Musa kepada suku Lewi (suku imam) di Ulangan 33:8-11. Cara bagaimana ketiga kutipan ini disatukan menandakan bahwa penulisnya melihat kedepan kepada bangkitnya seorang nabi besar, pangeran besar dan imam besar.

Ada tiga orang di dalam tulisan Perjanjian Lama yang diacu sebagai "orang yang diurapi" - nabi, imam dan raja (lihatlah Kel 29:29; 1 Sam 16:13, 24:6, 1Raj 19:16, Mazmur 105:15). Masing-masing dikuduskan bagi pekerjaannya oleh urapan minyak. Kata Ibrani "yang diurapi" adalah meshiach, dan dari kata itu muncullah kata Mesias.

Kebenaran mengagumkan dari doktrin Perjanjian Baru tentang Mesias adalah bahwa masing-masing ketiga jabatan ini digenapi dalam pribadi dan karya Yesus dari Nazaret! Orang-orang tercengang ketika Ia memberi makan orang banyak dan berkata, "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." (Yoh 6:14; juga Yoh 7:40; Kis 3:22, 7:37). Yesus juga seorang imam, bukan menurut peraturan Lewi tetapi peraturan Melkisedek (Maz 110:4, Ibr 7), yang memberikan Diri-Nya sebagai korban dan berdiri untuk kita di hadapan Bapa-Nya (Ibr 9:24-26; 10:11-12). Juga, Yesus disebut sebagai Seseorang yang akan menerima "takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas 1:32-33). Ia akan diakui sebagai "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan." (Wahyu 19:16).

Jadi, kita telah menemukan titik kontak yang menarik antara Qumran dan kekristenan - titik kontak yang juga merupakan titik pemisah. Komunitas Qumran dan orang-orang Kristen awal sepakat bahwa pada hari-hari penggenapan nubuat Perjanjian Lama akan muncul seorang nabi besar, imam besar dan raja besar. Namun ketiganya merupakan tokoh yang berbeda dalam pengharapan Qumran sedangkan Perjanjian Baru memandangnya menyatu dalam pribadi Yesus dari Nazaret.

Satu naskah lagi yang muncul dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan latar belakang yang menarik atas pengharapan mesianis Perjanjian Baru. Naskah ini telah direkonstruksi dari 12 fragmen kecil, menghasilkan tidak lebih dari dua kolom tulisan; namun idenya dapat diketahui dari isinya yang singkat. Isinya adalah ramalan kelahiran seorang Anak Ajaib, yang barangkali diambil dari Yesaya 9:6-7: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita& dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib." Anak ini akan menunjukkan tanda-tanda khusus pada tubuh-Nya dan akan dikenal melalui kebijaksanaan dan kepandaiannya. Ia akan mampu mengetahui rahasia semua makhluk hidup dan Ia akan memulai suatu zaman baru yang sudah sejak lama dinantikan oleh orang-orang beriman.

Tidakkah mengejutkan bahwa segera setelah naskah ini disusun, seorang anak dilahirkan yang menggenapi pengharapan Israel dan memulai suatu zaman baru? Meskipun orang-orang Qumran keliru dalam detil-detil mesias mereka, namun mereka mengharapkan seseorang yang ciri-ciri umumnya diilustrasikan dengan luar biasa dalam hidup Yesus dari Nazaret, Anak Allah dan Mesias. Kita tidak tahu apakah sejumlah orang Kristen membawa pesan Yesus kepada komunitas di gurun ini. Kita hanya bisa berspekulasi bagaimana caranya mereka menanggapi Anak Ajaib yang dilahirkan di Bethlehem yang adalah Nabi, Imam dan Raja Israel.

Sumber: What is the importance of the Dead Sea Scrolls?

Septuaginta

Penulis: Herlianto

Septuaginta adalah terjemahan Tenakh ke bahasa Yunani, namun yang perlu dipertanyakan adalah mengapa Tenakh perlu diterjemahkan? Untuk mengerti ini kita harus tahu bahwa bahasa Ibrani bukanlah bahasa yang ada sejak manusia hadir di bumi dan terus bertahan sepanjang masa. Alkitab mencatat bahwa keturunan Sem (Semitik) berasal dari Mesopotamia dan kemudian hijrah ke Kanaan dimana Abraham tinggal selama puluhan tahun disitu sampai meninggalnya dan mengikuti bahasa lokal Kanaan (Kej.12-25). Besan Abraham dan mertua Ishak, Bethuil (Kej.25:20), adalah orang Aram, termasuk Laban saudara isteri Ishak dan mertua Yakub juga orang Aram dan berbahasa Aram (Kej.31:47). Ketika keturunan Abraham tinggal di Mesir mereka berbicara bahasa Kanaan (Yes.19:18) dan kelihatannya masih tetap demikian ketika kembali ke Kanaan.

[block:views=similarterms-block_1]

Sekitar masa kerajaan (abad-10sM) bahasa Ibrani yang disebut bahasa Yehuda tumbuh dari bahasa Kanaan dan Amorit dan menggunakan aksara Kanaan terdiri 22 huruf. Pada masa Sanherib (700sM) rakyat Israel berbahasa Yehuda dan juga kalangan terpelajar berbahasa Aram (2Raj.18:26). Mungkin karena terdiri huruf konsonan dan tidak ada vokal, bahasa Yehuda/Ibrani Kuno (Palaeo Hebrew) tidak bertahan lama, sebab pada abad-6sM bahasa ini hanya digunakan dalam menulis dan menyalin kitab agama dan sebagai bahasa percakapan digunakan Aram. Pada masa Ezra (abad-5sM), rakyat tidak lagi mengerti bahasa Ibrani sehingga perlu diterjemahkan secara lisan ke dalam bahasa Aram (Neh.8:2-9), terjemahan demikian kemudian dikumpulkan sebagai Targum, bahkan beberapa bagian kitab Ezra, Yeremia dan Daniel ditulis dalam huruf Ibrani tetapi berbahasa ucap Aram. Masa abad-6 s/d 3sM, bahasa Ibrani disebut Ibrani Kitab Suci karena hanya digunakan sebagai bahasa tulis dalam penulisan dan penyalinan kitab suci. Inipun terpengaruh bahasa Aram dimana bentuk yang semula mengikuti huruf Kanani berkembang mengikuti huruf pesegi Aram. Pada akhir masa inilah Alexander (abad-4sM) raja Yunani menguasai kawasan dari Yunani, Asyur, Babilonia, sampai Mesir. Pengaruh Helenisasi dibawah Alexander di Yudea mendalam karena Alexander bisa menyesuaikan diri dengan kepercayaan lokal. Dalam perjalanan ke Mesir di Yerusalem ia mengikuti kebaktian Yahudi di Bait Allah. Di Aleksandria dibangun perpustakaan besar Yunani. Ditengah matinya bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan dan kuatnya bahasa Aram sebagai bahasa percakapan umum, bahasa Yunani ikut populer terutama dikalangan orang Yahudi yang mayoritasnya berada diperantauan, juga yang tinggal di Palestina yang kembali dari Babel yang berbahasa Aram. Setelah kematian Alexander (323sM) dibawah penerusnya wangsa Ptolomeus di Mesir dan Seleukus di Siria dilakukan helenisasi seluruh kawasan dimana Yudea berada ditengahnya. Penduduk Yudea terpecah menjadi dua fraksi Mesir dan Siria, namun sekalipun keduanya berebut pengaruh di Yudea, mereka memiliki kesamaan yaitu bahasa Yunani yang tidak diperebutkan. Dibawah Antiochus III (192sM) kedua wangsa berdamai dan ia mencari simpati dengan cara membebaskan pajak selama 3 tahun, melepaskan tawanan Yahudi, dan membantu membangun kerusakan Bait Allah. Karena bahasa Aram dan Yunani makin menjadi bahasa percakapan umum yang meluas di sekitar laut tengah yang dikuasai wangsa Yunani, Aristeas dalam suratnya kepada Philocratus melaporkan bahwa Dimetrius, penasehat raja, meminta kepada raja Ptolomeus Philadelphus (283-247sM) agar kitab suci Yahudi diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, lebih-lebih karena banyak orang Yahudi tidak lagi bisa berbahasa Ibrani. Ptolomeus kemudian meminta kepada imam besar Eliezer di Yerusalem untuk mengirimkan kitab Torat dan 72 tua-tua Yahudi untuk menerjemahkannya di Aleksandria. Terjemahan Pentateuch selesai dalam 72 hari dan disebut Septuaginta (LXX), selanjutnya dalam satu abad berikutnya semua kitab Tenakh dan kitab Apokrifa diterjemahkan juga ke dalam bahasa Yunani dan nama Septuaginta dimaksudkan seluruhnya. Septuaginta dengan cepat meluas sampai ke Yudea karena proses helenisasi berjalan mulus di Yudea selama sekitar satu-setengah abad dan makin banyak penduduk menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa percakapan di samping bahasa Aram dan banyak yang juga menggunakan nama Yunani. "Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi. ... bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan di Palestina, dan Helenisme mendesak Yudaisme." (Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, h.23-24, 29). Helenisasi damai terganggu ketika Antiochus IV Epiphanes berkuasa (175sM). Waktu itu Yason ingin merebut kedudukan imam besar dari Onias saudaranya, dan ia meminta izin Anthiocus untuk membangun gymnasium di Yerusalem dan menjadikannya kota Yunani. Gymnasium ditujukan untuk dewa-dewi Yunani dan pemainnya bertelanjang dada. Para imam Yahudi pun banyak yang bertelanjang dada mengikuti perlomaan dan mengabaikan tugas mereka di Bait Allah. Anthiokus IV ketika pulang perang dengan wangsa di Mesir mampir di Yerusalem (171sM) dan menajiskan Bait Allah dan merampas banyak perkakas di Bait Allah (1Mak.1:21-25; 2Mak.5:11-16;6:1-9). Bukan bahasa-helenis, tetapi paganisme-helenis yang dipaksakan itulah yang mendorong keluarga Matathias memberontak (1Mak.2:1-14). Dibawah anaknya Yudas, pemberontakan mencapai puncaknya dan Bait Allah direbut kembali dan ditahbiskan (165sM) dan dirayakan sebagai Hanukkah. Anthiokus IV marah dan menyerang kembali tetapi ia keburu meninggal dan penggantinya memberi kebebasan beragama. Sekalipun Yudas ingin mengembalikan Yudaisme dan membenci pengaruh asing, ia sendiri meminta bantuan Romawi, tahun 161sM ia terbunuh dalam perang. Perayaan Hanukkah memang mengembalikan kesucian ibadat di bait Allah, namun itu tidak mengusir helenisasi dalam bahasa. Yudas sendiri memakai nama panggilan Makabeus dalam bahasa Yunani dan keturunan Simon saudaranya, yang kemudian memerintah Yudea, banyak yang menggunakan nama Yunani juga seperti John Hirkanus, Aristobulus, Alexander Yanneus, dan Antigonus Matathias. Helenisasi bahasa Yunani sudah penuh di Yudea ketika Yesus hidup. "Yesus berbicara juga bahasa Yunani ... tetapi bahasa ibu mereka saat itu adalah bahasa Aram." (ME Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, h.16). "Septuaginta ... Pada masa Kristus, kitab tersebut telah tersebar luas di antara para Perserakan di wilayah Timur Tengah dan menjadi Kitab Suci Jemaat Kristen yang mula-mula." (Tenny, h.32). "Septuaginta adalah Alkitab yang digunakan oleh Yesus dan para rasul. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru dikutip langsung dari Septuaginta, sekalipun itu berbeda dengan teks Masoret." (Norman Geisler, A General Introduction to the Bible, h.254). Di Sinagoga di Nazaret, Yesus membaca kitab Yesaya dari Septuaginta (Luk.4:18-19): "Bagian terbesar kutipan ini berasal dari teks Yes.61:1-2 dari LXX. Merawat orang-orang yang remuk hati, adalah bagian dari sumber peninggalan naskah Lukas yang terbaik, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas berasal dari teks LXX dari Yes.58:6." (The Interpreters Bible, Vol.8,90-91). Ada yang menyebut Josephus mengaku menderita belajar bahasa Yunani dan mendorong orang Yahudi agar tidak menyerah dan belajar bahasa asing. Nyatanya ini ucapan politis, karena faktanya ia membelot ke negara asing Romawi dan mengganti namanya dengan nama Romawi, Flavius Josephus, sehingga ia disebut penghianat oleh orang Yahudi. Kala itu Romawi berkuasa di Yudea mengalahkan wangsa Yunani namun dalam hal bahasa, bahasa Romawi tidak mampu menggantikan bahasa Yunani. Josephus menulis Jewish War dalam bahasa Aram yang disebut lidahnya orang Ibrani, tetapi kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan banyak karyanya di tulis dalam bahasa Yunani. "Karya pertamanya adalah Sejarah Perang Yahudi, ditulis pertama kalinya dalam bahasa Aram untuk kepentingan orang Yahudi di Mesopotamia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Yunani." (J.D. Douglas (ed), The New Bible Dictionary, h.660) Memang bahasa Aram secara umum dan di Perjanjian Baru disebut bahasa Ibrani (hebraisti = lidah Ibrani; hebraidi dialektos = dialek Ibrani), tetapi maksudnya adalah bahasa Aram. Bruce Metzger, profesor Perjanjian Baru dari Princeton, mengatakan: "Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat ini adalah bahasa mati. ... Barangkali karena rasa bangga yang salah, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa "Ibrani." ... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi Palestina pada waktu Yesus hidup adalah "Aram" (The Language of the New Testament, dalam The Interpreters Bible, Vol.7, 43). Septuaginta menerjemahkan Yahweh/Adonai menjadi Kur55 dan El/Elohim/Eloah dengan Theos, namun ada yang menyebut bahwa beberapa fragmen abad-1M menunjukkan LXX aslinya tidak menerjemahkan tetragramaton dan baru pada abad-2M diterjemahkan menjadi Kurios. Melihat fragmen itu kita dapat mengetahui bahwa itu salinan yang dimiliki pemuja nama Yahweh kala itu dimana kata Kurios diganti YHWH, indikasinya ada naskah LXX yang memuat nama YHWH Ibrani kuno yang lebih dari 5 abad lebih tua, malah ada naskah Tenakh Ibrani miznah yang nama YHWHnya ditulis dalam Ibrani kuno juga. Ada juga fragmen LXX abad-1M yang didalamnya memuat nama YHWH Ibrani miznah yang semasa. Banyak juga fragmen LXX yang menunjukkan nama Kurios & Theos, dan adalah tidak logis kalau itu baru ditulis pada abad-2M sebab pada tengah kedua abad-1M, kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine yang sama dan menggunakan gaya bahasa dan kosakata LXX termasuk nama Kurios & Theos.

Tiada Tuhan Selain Yesus

Penulis : Herlianto Dalam hubungan dengan nama Allah yang dipersoalkan akhir-akhir ini, kelompok Asal Bukan Allah, selain mereka yang menjadi Pemuja Nama Yahweh (kelompok Nehemia dpp. dr. Suradi ben Abraham), ada juga Pemuja Nama Yesus (kelompok Wisma Gembala dpp. Ir. Posma Situmorang). Apakah keyakinan kelompok terakhir ini?

[block:views=similarterms-block_1]

PEMUJA NAMA YESUS Sama dengan Pemuja Nama Yahweh, Pemuja Nama Yesus juga memegang asumsi dasar bahwa Nama Allah adalah nama dewa air/bulan Arab masa jahiliah yang kafir, dan berdasarkan asumsi dasar itulah dibangun teologia yang menyebutkan bahwa nama Tuhan kristen adalah Yesus dan sekalipun disebut juga dalam tiga nama, ketiganya juga disebut menunjuk pada Yesus, Yesus Bapa Anak Roh yaitu Yesus yang satu itu. Jadi, dalam pandangan Pemuja Nama Yesus, Tuhan hanya satu yaitu Yesus dan kalau disebut dengan tiga nama sekalipun, ketiganya bernama Yesus pula dan ketiganya ada dalam Nama Yesus yang satu itu. Berbeda dengan Pemuja Nama Yahweh yang menganggap bahwa Nama Yahweh adalah nama Tuhan satu-satunya, maka bagi Pemuja Nama Yesus, nama Yahweh hanyalah nama malaekat Tuhan (Kel.3:2;Kis.7:35) yang lebih rendah dari Yesus: Y-H-W-H adalah nama TUHAN; bukan, melainkan nama malaekat-TUHAN yang menjadi sponsor bangsa israel, bangsa yang terhimpit di tengah bangsa-bangsa penyembah berhala. (Wisma Gembala: Nama Mana Rajanamanama,18) Nama Yahweh dan El dianggap sama dengan berhala: Tidak ada nama yang setingkat apalagi bertingkat diatas tingkat nama Yesus. Nama-nama YHWH, El, Allah, .... dll, itu semua berada di bawah nama YESUS .... Allah, Yehovah, El Roi, El Shaday ... dan lain-lain, semuanya hanyalah nama-nama berhala yang menyelusup ke dalam Alkitab. (Scriptural Total Ministry: Nama Trinitas, #20,46) Berlandaskan konsep demikian maka disimpulkan bahwa Yesus Kristus adalah Nama Tuhan satu-satunya yang patut disembah karena Yesus adalah nama Yang Maha Kuasa. Nama ini tidak boleh diubah maupun diterjemahkan. Pengajaran Pemuja Nama Yesus juga didasarkan kenyataan bahwa para rasul membaptis dengan Nama Yesus, seperti yang dilakukan oleh Petrus (Kis.2:38;10:48), Paulus (Kis.19:5;Rm.6:3), dan Filipus (Kis.8:16). Karena itu, umat Kristen harus dibaptiskan dalam Nama Yesus, karena membaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu tidak sah karena membaptis bukan dalam nama Yesus, apalagi bila disebut dalam nama berhala Allah, namun disisi lain disebut Mat.28:19 menyebut Nama Trinitas adalah Yesus (Wisma Gembala: Gambar Tuhan Andakah Itu ??,31). Pemuja nama Jahweh berpusat pada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan berpusat pada Perjanjian Baru: Para Rasul tidak direpotkan oleh nama-nama ilah-asing! Yakni nama-nama ilah yang tidak tersebut dalam Kitab Perjanjian Baru. YHWH (Yahweh/Yehovah), nama baku dalam KPLama untuk menunjuk Yang Mahapencipta, mereka singkirkan saja. ... Apalagi nama-nama Adonay , El , Elohim , Elloah (dan perubahan lanjutannya: Allah ). Juga Debata , Lawolangi , Tetemanis , Tai Kamanua , dll., pasti kita akan disuruh singkirkan oleh para Rasul! Sebab semua nama-nama sesembahan lokal tidak sama dengan Mahapencipta. Mereka hanyalah Tokoh-tokoh alam-gaib yang tidak sama dengan Yesus Kristus! (Ir.Etsim: Pastikan Mitra Perjanjian Anda,16). Pemuja Nama Yesus menjadikan Nama Yesus semacam mantra yang berkhasiat bila diucapkan. ONENESS PENTECOSTAL Pemuja Nama Yesus mewarisi semangat modalisme dari Oneness Pentecostal yang menyempal dari gereja Assembly of God di Amerika Serikat. Oneness Pentecostal terpengaruh faham Yahudi bahwa nama Tuhan mengungkapkan sifat alamiahnya yang benar, dan kemudian melanjutkan bahwa Tuhan itu nama-Nya Yesus. Oneness Pentecostal menganggap bahwa Tuhan menyatakan diri melalui Nama Nya, dimulai dari PL, berlandaskan shema (Ul.6:4). Namun, berbeda dengan Sabelianisme yang beranggapan bahwa Tuhan itu satu tapi dalam PL menyatakan diri sebagai Bapa, dalam Injil menyatakan diri sebagai Anak , dan sejak hari Pentakosta menyatakan diri sebagai Roh Kudus secara suksesi, Oneness Pentecostal termasuk simultaneous modalism yaitu menganggap bahwa ketiga sifat itu hadir pada saat yang sama dalam diri Yesus. Oneness Pentecostal bersifat Yesus sentris, yang bukan inkarnasi Bapa, tetapi dari kekal sampai kekal menyatakan diri dalam Yesus dan mengidentifikasikan dalam Nama-Nya yaitu Yesus. Nama Yesus adalah sentral dan esensial untuk mengenal Allah ( Oneness Pentecostal dalam Burgess: Dictionary of Pentecostal & Charismatic Movements). Sekalipun mewarisi kesatuan (oneness) dalam nama Yesus, Pemuja Nama Yesus menganggap bahwa Yahweh itu malaekat lebih rendah dari Yesus dan Roh Kudus bukanlah nama, melainkan kata-petunjuk bagi fungsi-ilahi di dalam Pribadi Tuhan (Gambar Tuhan, Andakah Itu??,29), dan Nama Roh Kudus adalah Yesus (Nama Mana Rajanamanama,19). NAMA ALLAH Membaca brosur Pemuja Nama Yesus, sekalipun menyinggung istilah teologis, terkesan awam yang digali dari buku dan kamus teologi, dan bukan merupakan studi teologis yang komprehensif & sistematis, ini terlihat dari asumsi dasar yang menyebut nama Allah adalah berhala Arab jahiliah. Sayang, pandangan ini terpengaruh berat sikap anti Arab/Islam yang kental. Andaikan para Pemuja Nama Yesus mau keluar dari benteng pertahanan mereka, dan mempelajari sejarah bangsa dan sesembahan Semitik dengan benar, tentu mereka akan terbuka untuk melihat bahwa asumsi dasar mereka mengenai nama Allah itu perlu dikaji ulang. Seperti kita ketahui, nama Allah adalah perkembangan dalam dialek Arab untuk menyebut Il Semitik, sama halnya dengan nama El dalam dialek Ibrani, dan Alaha dalam dialek Aram-Siria. Nama-nama ini dalam bahasa Arab, Ibrani & Aram sudah ada jauh sebelum masa Kristen, masa Jahiliah, dan lebih-lebih masa Islam (abad-7). Bahwa pada masa jahiliah nama itu merosot ditujukan dewa air/bulan, itu bisa terjadi dalam sejarah agama. Di Israel, nama Yahweh/El pernah ditujukan pada Anak Lembu (Kel.32:1-6;1Raj.12:28). Kelihatannya fanatisme akan nama Yesus menjadikan para Pemuja Nama Yesus itu juga menolak semua nama sesembahan Yahudi yang ada dalam Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani seperti nama Yahweh, Adonai, El/Elohim/Eloah. NAMA YAHWEHNama Yahweh yang jelas disebutkan dalam Perjanjian Lama sebagai nama diri Tuhan disamping nama El dianggap sekedar nama berhala yang menyelusup ke dalam Alkitab. Petunjuk jelas bahwa kurang adanya pengkajian teologis yang sistematis bisa terlihat dari pandangannya bahwa nama Yahweh hanya sekedar nama malaekat Tuhan yang dianggap lebih rendah dari Yesus. Perlu dimengerti bahwa istilah Malaekat Tuhan dalam kitab-kitab awal Perjanjian Lama (a.l.Kej,16;18;28;32;Kel.3;Yos.5;Hak.6,13;Yes. 63:9,10), sekalipun menggunakan kata sama berbeda pengertiannya dengan malaekat dalam Perjanjian Baru seperti yang bernama Gabriel (Luk.1:19) dan Michael (Yud.1:9). Malaekat adalah utusan pembawa berita (messenger) dari Tuhan kepada manusia, namun perlu disadari bahwa dalam kitab-kitab awal Perjanjian Lama, Malaekat TUHAN (Malak Yahweh) menunjuk kepada pribadi Tuhan sendiri. Beberapa petunjuk bisa kita lihat sebagai berikut:

  • Malak Yahweh sering diidentikkan sebagai Yahweh (Kel.3:15) dan El sendiri (Kej.16:13);
  • Ia berfirman atas Nama-Nya sendiri (Kej.16:10), dan bukan sebagai utusan Tuhan (band. Luk.1:19 dan Yud.1:9);
  • Ia mau disembah (Yos.5; Hak.13). Ini berbeda dengan malaekat yang tidak mau disembah (Why.19:10;22:9);

Sekalipun demikian, malak Yahweh juga dibedakan dengan Yahweh sebab Ia dapat diminta oleh Bapa sebagai abdi Allah (Hak.13). Ini menunjuk pada Anak Allah sebagai Allah yang menyatakan Diri dan Kehendak-Nya dalam rupa Manusia (band. Yoh.1:18), oknum kedua dari Allah tritunggal, yang berbeda pribadi namun sehakekat dengan Bapa. Yahweh adalah El (Kej.33:20, band. Yos.8:30), dan Yesus membedakan dan menyamakan diri-Nya dengan Elohim (Yoh.1:1, band.Kej.1:1) dan Yahweh ( ego eimi dalam Yoh.8:58 dan band. Kel.3:14 LXX). BAPTISAN DALAM NAMA YESUS Pemuja Nama Yesus menganggap bahwa baptisan yang sah harus dilakukan dalam nama Yesus, ini lebih didasarkan catatan praktek baptisan dalam Kisah Rasul. Sekalipun memuja Nama Yesus, namun kenyataannya, perintah agung yang diucapkan Yesus sendiri agar membaptis dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.28:19) tidak ditaati dan dianggap adalah dalam nama Yesus sendiri. Kalau kita melihat rumusan Baptisan dalam nama Yesus secara kontekstual, kita jangan sampai terpukau pada susunan kata-kata saja, tetapi esensi baptisan itu. Baptisan, dimulai dari peristiwa baptisan yang dialami Yesus sendiri dimana hadir ke-3 oknum Allah yang berbeda secara bersama sama, menunjuk kehadiran tiga oknum pribadi yang berbeda dalam keesaan Allah (Mat.3:13-17). Jadi, Mat.28:19 harus dilihat dari terang Allah yang tritunggal namun esa. Baptisan yang dilakukan Petrus sekalipun diucapkan dalam nama Yesus konteksnya menunjukkan kehadiran Allah Tritunggal (Kis.2:38-39;10:44-48). Baptisan yang dilakukan oleh Paulus (Kis.19:1-8) konteksnya juga menunjuk pada Kerajaan Allah dan ke159iran Roh Kudus sebagai kesatuan ketritunggalan. Mengenai ayat Rm.6:3, kita dapat melihat konteks kotbah Paulus yang tetap berbicara dalam proses pembenaran oleh Allah Tritunggal karena iman yang menghasilkan keselamatan (Rm.5). Baptisan juga digambarkan sebagai proses kematian dan bangkit dengan Kristus (Rm.6:1-14), proses ini disebutkan oleh rasul Paulus sebagai pekerjaan Roh Kudus yang memperbaharui dimana akan disusul dengan kehadiran Roh Allah yang akan mendiami umat percaya (Rm.8:1-17). Baptisan yang dilakukan sekitar Filipus cukup menjelaskan kehadiran Allah tritunggal yang perlu hadir dalam pembaptisan seutuhnya. Orang-orang yang bertobat dibaptiskan dalam nama Yesus (Kis.8:16) oleh Filipus, tetapi ini oleh Petrus dan Yohanes dianggap tidak cukup, sebab mereka kemudian berdoa kepada Bapa dan memohon agar Roh Kudus turun ke atas orang-orang itu (Kis.8:14-24). Jadi dari kasus-kasus pembaptisan yang dilakukan sekitar rasul Petrus, Paulus, dan Filipus, kita dapat melihat bahwa sekalipun mereka hanya menggunakan rumus baptisan dalam nama Yesus saja, itu perlu dikaitkan dalam konteks kehadiran Allah Tritunggal seutuhnya. Perintah Yesus untuk membaptiskan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.28:19) bersifat perintah yang menyeluruh dimana ketiga pribadi Allah perlu dihadirkan dalam proses pertobatan dan pembaptisan untuk menjadi bagian dari persekutuan umat percaya. Kalau kedua lainnya adalah nama lain dari Yesus sendiri, tentu Yesus tidak akan memberikan rumus baptisan tritunggal itu. Namun, sekalipun demikian, dalam praktek para rasul kita melihat variasi dalam saat-saat kehadiran ketritunggalan itu. Dalam ajakan Petrus untuk bertobat dan dibaptis di hari Pentakosta, kehadiran Roh Kudus terjadi sebagai akibat pembaptisan dalam nama Yesus, dan ini disebabkan karena panggilan keselamatan Tuhan Allah (Kis.2:29-40). Namun, dalam pembaptisan Kornelius oleh Petrus, kita dapat melihat bahwa kehadiran Allah Bapa dan Roh Kudus sudah terjadi sebelum dibaptiskan dalam nama Yesus. Dalam kasus pertobatan Paulus, ia yang sudah percaya Allah Bapa, kemudian perlu diperkenalkan kepada Tuhan Yesus dan penuh dengan Roh Kudus sebelum dibaptiskan dengan air (Kis.9:17-18). Sebaliknya, pembaptisan Filipus dalam nama Yesus (Kis.8:16) dianggap belum cukup dan lengkap karena belum ada kehadiran Roh Kudus, itulah sebabnya kemudian mereka ditumpangi tangan supaya beroleh Roh Kudus. Kalau nama Yesus sudah mencakup juga nama Bapa dan Roh Kudus, tentu kehadiran yang lain (yang dianggap Yesus juga) pada saat berbeda tidak perlu. Pemuja Nama Yesus mewarisi keyakinan Yahudi yang beranggapan bahwa Tuhan itu Esa, dan mewarisi faham Oneness Pentecostal yang menyebut keesaan itu dalam nama Yesus , namun data-data Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa ke trinitas an itu menunjukkan adanya oknum/pribadi yang berbeda (yang ditunjukkan pada tiga oknum yang bisa hadir bersama-sama dalam peristiwa yang sama. Hk.13 dan Mat.3:13-17) namun sekaligus sehakekat (sering juga disamakan seperti: Roh Kudus = Roh Yesus = Roh Allah). Kematian Stefanus menunjuk pada peristiwa pada saat sama dimana Roh Kudus hadir dalam diri Stefanus dan ia melihat Yesus duduk di sebelah kanan Allah di surga (Kis.7:55-56) Pengertian tritunggal adalah Tiga oknum/pribadi Allah yang berbeda (Bapa, Anak dan Roh Kudus) namun Esa dan Sehakekat , ini dinyatakan dalam Alkitab sejak awal kitab Kejadian (Kej.1:1-2 band. Yoh.1:1) sampai akhir kitab Wahyu (Why.21;22). Ketiganya ada sejak Alpha dan Omega (Why. 1:8;21:6;22:13) dan Arche dan Telos (Yang Awal dan Akhir, Why.1:17;2:8;21:6;22:13), ketiganya dibedakan, namun ketiganya adalah Allah yang Esa yang sama-sama bekerja dalam penciptaan, penyelamatan, dan penghakiman di Akhir Zaman. Akhirnya, marilah kita mengucapkan: Amin, Haleluya (Why.19:1,3,4,6) yang artinya Terpujilah Yah (weh). Tuhan Allah Yang Mahakuasa (Why.19:6,15).

Tujuan Keselamatan: Kasih

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Dalam Kejadian 1 dan 2 setelah Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, manusia diciptakan pada hari ke 6 dan hubungan manusia pertama Adam dan Hawa sangat baik dan dekat serta dosa belum dimulai.

Namun dalam kejadian 3:6-7 manusia jatuh dalam dosa karena Hawa menurut bujukan ular untuk makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat dan memutarbalikkan ucapan Allah yaitu dalam Kej 2:17 Allah berkata," jangan kamu makan buah itu nanti mati, akan tetapi dalam Kejadian 3:3 Hawa menambahkan larangan Allah," jangan kamu makan atau raba nanti kamu mati." Setelah peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa, dosa makin berkembang:


a. Dosa iri hati, pembunuhan (Kej 4)
b. Dosa pikiran negatif dan seksual (Kej 6)
c. Dosa kesombongan, ingin menjadi seperti Allah.(Kej 11)
dan dosa lainnya termasuk dosa melawan Allah dan bersungut-sungut juga menyembah berhala.

Akibat dosa itu, Roma 3:10 mencatat" Tidak ada yang benar seorangpun tidak". Roma 3:23 " semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah." Roma 6:23 " Upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Maut menunjuk ada kematian kekal (putusnya hubungan manusia dengan Allah).

Dalam Yohanes 3:16 Allah memiliki visi besar untuk keselamatan manusia dan di dalamnya Allah memakai Yesus Kristus untuk lahir dan menjadi sama seperti manusia namun tidak berdosa. Misi Yesus dilahirkan ke dalam dunia adalah untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan kematianNya di kayu salib.

Bahkan dalam Yoh 3:17 dikatakan "Allah mengutus Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia berdosa. Namun sekali lagi Allah memberikan pilihan kepada setiap kita untuk menerima Yesus atau tidak. Jika pilihan kita percaya dan menerima Yesus, maka kita tidak dihukum akan tetapi jika tidak maka kita akan menerima hukuman kekal di neraka (kematian kekal).

Keselamatan yang diberikan Tuhan diberikan secara cuma-cuma akan tetapi keselamatan bukan gratisan. Kita tidak perlu membayar dengan banyak uang atau perbuatan baik untuk diselamatkan akan tetapi setelah kita diselamatkan kita wajib berbuat baik kepada setiap orang.

Salah satu tujuan Allah menyelamatkan manusia yang berdosa adalah supaya manusia bisa menunjukkan kasih kepada sesama termasuk kepada musuh kita sekalipun, atau orang yang sangat menjengkelkan kita.
Dalam kesempatan valentine ini, tunjukkan kasih kita kepada sesama kita, menerima keberadaan mereka dan mengampuni mereka jika mereka memiliki kesalahan pada kita, memberikan penghargaan berupa bunga, atau coklat atau ciuman kasih sayang kita pada sesama, namun bukan cuma pada saat valentine saja tetapi setiap waktu karena tujuan keselamatan adalah kasih, termasuk di dalamnya kita memperkenalkan Yesus kepada orang yang kita sayangi sehingga mereka juga beroleh keselamatan. Amin.

Yesus Kristus adalah Allah

Penulis : Josh McDowell & Bart Larson

JIKA kita bertanya kepada suatu panel yang terdiri atas pakar-pakar dari berbagai agama, seperti apakah Allah dan bagaimana Allah telah menyatakan diri-NYA, kita akan mendengar banyak pendapat yang berbeda-beda sebanyak jumlah anggota panel. Jawaban dari beberapa di antara mereka akan bertentangan dengan jawaban yang lain-lainnya. Jika kita berpendapat bahwa apa yang disebut kebenaran tidaklah bersifat relatif, maka tidak mungkin jawaban mereka semua benar. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah itu suatu Pribadi dan yang lain mengatakan bahwa Allah bukan suatu Pribadi, maka pastilah seorang dari mereka salah. Siapakah yang dapat mengatakan dengan pasti, seperti apakah Allah? Satu-satunya yang dapat mengatakan dengan pasti adalah Allah sendiri.

[block:views=similarterms-block_1]

 

Bagaimana kalau seorang anggota panel tiba-tiba berdiri dan berkata, "Untuk menjernihkan segala kebingungan tentang Allah, saya berkata kepada Anda bahwa SAYA ADALAH ALLAH! SAYA ADALAH JALAN, KEBENARAN, dan HIDUP!"?

Pengakuan seperti itu harus dibuktikan kebenarannya. Orang itu mungkin menderita penyakit jiwa, suka berkhayal tentang kebesaran, seorang penipu ulung, atau ia benar-benar Allah.

Justru pengakuan seperti itulah yang dicetuskan oleh Yesus Kristus tentang diri-NYA. Jadi, mengatakan bahwa Yesus Kristus sekedar orang yang bermoral tinggi atau guru yang baik, sama sekali tidak tepat. Bukankah orang yang bermoral tinggi tidak berbohong, sengaja ataupun tidak, apalagi mengenai hal mengaku sebagai Allah Yang Mahakuasa? Orang yang bermoral tinggi tidak akan mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka patut beriman kepadanya atau patut beribadah kepadanya. Ia juga tidak akan menyebabkan banyak orang mati karena beriman kepada namanya. Mengingat semuanya itu, marilah kita menjajaki yang berikut ini untuk mengenal kebenaran tentang Allah.

ALLAH MENYATAKAN DIRI

Para penulis masa kini percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-NYA dengan berbagai cara. Namun cara itu masing-masing perlu diuji secara obyektif dengan berpatokan pada Alkitab dan pribadi Yesus Kristus.

Pertama-tama, kita akan menyoroti Alkitab. Berbeda dengan banyak tulisan lainnya, Alkitab secara mutlak menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya adalah firman Allah. Kebanyakan orang yang menaruh perhatian yang besar tentang keilahian Kristus menerima Alkitab sebagai wahyu dari Allah. Jadi untuk tujuan ini, kita akan memandang Alkitab dapat diandalkan kebenarannya, baik secara historis maupun sebagai firman Allah kepada kita -- satu-satunya tolok ukur yang benar untuk menetapkan apakah Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, atau bukan.

Ada yang mengatakan bahwa dari abad ke abad Alkitab telah menjadi semakin tidak meyakinkan keasliannya. Jadi perlu adanya wahyu-wahyu baru. Pendapat tersebut tidak dapat dibenarnya. Ada lebih dari 24.600 naskah Perjanjian Baru yang lengkap atau sebagian-sebagian. Andaikata semua naskah Perjanjian Baru lenyap pun kita masih dapat menghimpun semua tulisan Perjanjian Baru, kecuali kira-kira sebelas ayat, dari tulisan bapa-bapa gereja yang mula-mula, yang semuanya ditulis sebelum tahun 325 Masehi. Para pakar sejarah yang bukan Kristen pun harus mengakui bahwa dengan segala patokan ilmiah dan sejarah yang dipakai untuk memeriksa kebenaran dokumen kuno mana pun. Perjanjian Baru terbukti lebih dari sembilan puluh sembilan persen akurat. Orang dapat saja memperdebatkan isinya, tetapi tidak dapat memperdebatkan keabsahan sejarahnya.

Alkitab menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya merupakan patokan mutlak untuk menetapkan hal-hal doktrin.

2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Bagi orang-orang Kristen, setiap buku, tulisan, atau pengajaran yang bertentangan dengan isi Alkitab haruslah ditolak. Alkitab sangat menekankan hal ini.

Yudas 3, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus."

Alkitab tidak menerima ajaran-ajaran lain yang akan mengubah atau menambah isi Alkitab.

Galatia 1:8, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia."

Jika ada sumber-sumber lain yang mengaku sebagai wahyu ilahi, sebagaimana halnya Alkitab, maka sumber-sumber itu harus diuji kebenarannya berdasarkan Alkitab. Allah tidak dapat bertentangan dengan diri-NYA sendiri. Oleh karena itu, apapun yang dinyatakan oleh seorang pembicara atau penulis yang mengaku mendapat wahyu ilahi, tidak dapat bertentangan dengan Alkitab yang kita tahu benar adanya. Jika pernyataan mereka bertentangan dengan Alkitab, maka jelaslah bahwa mereka tidak berbicara atas ilham dari Allah, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam mempertimbangkan keilahian Kristus, pokok persoalannya bukanlah apakah keilahian Kristus mudah dipercaya atau dimengerti, melainkan apakah keilahian Kristus dinyatakan di dalam firman Allah. Apabila pada mulanya gagasan tentang keilahian Kristus tampaknya tidak masuk akal atau tidak dapat dimengerti, hal itu tidak dengan sendirinya meniadakan kemungkinan bahwa keilahian Kristus itu benar adanya. Alam semesta ini penuh dengan berbagai perkara -- seperti gravitasi, sifat cahaya, gelombang cahaya -- yang berada di luar jangkauan akal manusia pada saat ini, tetapi sekalipun demikian, benar adanya. Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak dapat dimengerti oleh akal manusia.

Ayub 11:7, "Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?"

Ayub 42:2-6, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Mazmur 145:3, "Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga."

Yesaya 40:13, "Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?"

Yesaya 55:8-9, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."

Roma 11:33, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!"

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita percaya tentang apa yang dikatakan Allah mengenai diri-NYA sendiri, tidak menjadi persoalan, apakah kita dapat sepenuhnya memahaminya atau tidak.

Mengenai penyataan diri Allah di dalam Pribadi Yesus Kristus, Alkitab berkata:

Ibrani 1:1-3, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,"

Yesus Kristus adalah Firman Allah yang Hidup. Ia menyatakan Allah. Ketika seorang pengikutnya berkata, "Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami", Yesus menjawab, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." Rasul Paulus menyebut Yesus Kristus sebagai "gambar Allah yang tidak kelihatan". Dengan demikian, sebagaimana akan dibahas di dalam tulisan ini, memandang Yesus Kristus dan mendengarkan Dia sama saja dengan memandang dan mendengarkan Allah.

APA YANG DIPERSOALKAN?

Apabila Yesus Kristus adalah Allah dalam wujud manusia, maka Ia adalah satu-satunya yang patut didengarkan, dihormati, dan bahkan disembah. Ini berarti bahwa Allah yang menciptakan bulan dan bintang, yang menempatkan milyaran planet di angkasa, Allah itu jugalah yang menjelma menjadi manusia, yang hidup dan melangkahkan kaki-Nya di atas muka bumi ini, dan merelakan diri-NYA mati di tangan ciptaan-NYA sendiri. Kematian-NYA mempunyai arti yang jauh lebih besar daripada kematian seorang yang baik. Dari segala masa, kematian-NYA merupakan pengorbanan terbesar, suatu penyataan kasih yang tidak terukur dalamnya. Oleh karena itu, memperlakukan Yesus sekedar sebagai manusia dalam arti makhluk ciptaan merupakan suatu penghujatan. Gagal dalam menyelaraskan kehidupan kita dengan ajaran-ajaran-NYA akan berarti kehilangan kehidupan itu sendiri.

Sebaliknya, apabila Yesus Kristus bukan Allah, melainkan makhluk ciptaan yang lebih rendah derajatnya, kita hanya akan merasa berterima kasih atas kehidupan, kematian, dan pengajaran-NYA, tetapi kita tidak akan menyembah Dia sebagai Allah. Bila kita menganggap Dia makhluk ciptaan Allah, lalu kita menyembah Dia sebagai Allah, itu merupakan suatu kesalahan yang sangat besar. Mengapa? Karena dengan demikian kita menjadikan Dia berhala yang menempati kedudukan Allah. Alkitab dengan tegas menentang penyembahan berhala. Allah mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan kemuliaan-NYA kepada yang lain, dan bahwa tidak ada Allah lain selain Dia, dan bahwa kita harus menyembah Dia saja. Jadi persoalannya, Yesus betul-betul Allah atau Ia bukan Allah. Percaya kepada Dia sebagai yang lain-lainnya merupakan suatu bentuk penghujatan, suatu penyembahan berhala.

Pembahasan seperti ini dapat menjadi sangat rumit, bergantung pada ajaran apa yang telah diterima seseorang. Berbagai argumentasi dapat dikemukakan untuk mendukung ataupun menentang keilahian Kristus. Misalnya, jika seseorang telah diajari bahwa Allah adalah satu Pribadi dan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan, maka dalam membaca Alkitab untuk pertama kalinya, ia dapat menemukan ayat-ayat yang kelihatannya mendukung pandangan tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang telah diajari bahwa Allah adalah Yang Mahatinggi, sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan bahwa Anak melepaskan kesetaraan-NYA dengan Allah untuk menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus, maka ia dapat menemukan ayat-ayat yang mendukung pandangan tersebut. Jadi pertanyaannya bukanlah apakah setiap pandangan itu dapat memberi alasannya, melainkan pandangan mana yang mempunyai bukti yang terkuat. Pandangan mana yang sebenarnya dinyatakan di dalam keseluruhan Alkitab?

Dalam mempertimbangkan kedua pandangan itu kita yakin bahwa kita dapat memberikan sanggahan yang mantap terhadap semua ayat yang dimanfaatkan untuk mengatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah. Akan kita tunjukkan bahwa Alkitab menyebut Yesus Kristus dengan nama-nama dan sebutan-sebutan Allah. Akan kita tunjukkan dari Alkitab bahwa Yesus Kristus layak disembah dan manusia patut berdoa kepada-NYA. Kita akan memberi jawaban terhadap semua argumentasi yang menentang kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Akan kita buktikan dari sejarah gereja -- sebelum Dewan Nicene pada tahun 325 Masehi -- bahwa kepercayaan akan keilahian Yesus Kristus sejak semula merupakan pandangan yang ortodoks.

Jelaslah bahwa pandangan-pandangan itu tidak mungkin kedua-duanya benar. Akan jauh lebih mudah kalau masalahnya hanya menyangkut soal ketulisan, tetapi tidaklah demikian halnya. Yang dipersoalkan ialah: Pandangan mana yang benar?

Roma 10:2, "Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar."

DEFINISI PERISTILAHAN

Sebelum seseorang dapat memahami ayat-ayat Alkitab yang berkenaan dengan keilahian Yesus Kristus, ia perlu diberi definisi yang memadai tentang hakekat Allah, tentang pribadi serta hakekat Yesus Kristus.

ALLAH

Alkitab menyatakan bahwa Allah itu suatu pribadi; Ia cerdas, penuh kasih, adil, setia, kekal, kreatif, dan berada dalam interaksi yang dinamis dengan ciptaan-NYA. Ciri-ciri Allah dapat dirangkum ke dalam dua kelompok: ciri-ciri umum dan ciri-ciri moral. Allah -- menurut ciri-ciri-NYA yang umum -- bersifat unik, kekal, tidak berubah, mahakuasa, mahatahu, mahahadir, roh, dan suatu pribadi. Ciri-ciri moral Allah mencakup kekudusan, keadilan, kasih, dan kebesaran-NYA. Kekristenan mengajarkan bahwa Allah berdaulat; Ia menopang dan memerintah alam raya, dan sebagaimana yang akan kita tunjukkan. Ia menjelma menjadi manusia -- Yesus Kristus dari Nazaret.

YESUS KRISTUS

Yesus Kristus merupakan sebuah nama dan sebuah sebutan. Nama Yesus (bahasa Indonesia) dalam bahasa Yunani adalah sous; kata itu berasal dari bahasa Ibrani yeha" atau yeh"a dari YHVH dan yasya" yang artinya "YHVH Juruselamat" atau "TUHAN menyelamatkan". Sebutan Kristus (bahasa Indonesia) berasal dari kata Yunani khristos, bahasa Ibraninya masyiakh (Daniel 9:26), artinya "Yang Diurapi". Dua jabatan, yaitu raja dan imam, tercakup dalam pemakaian sebutan Kristus. Sebutan itu menyatakan bahwa Yesus adalah Imam dan Raja yang dijanjikan Allah dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

Selain itu, kita percaya bahwa waktu hidup di dunia ini Yesus Kristus mempunyai dua hakekat: Ia manusia dan Ia Allah. Dengan demikian, kita mempunyai pandangan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati (pada hakekatnya), namun juga manusia sejati. Ia adalah Allah yang menyatakan diri dalam wujud manusia. Alkitab menggambarkan Yesus Kristus sebagai Allah maupun manusia.

Filipi 2:5-11, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!"

Setelah menjajaki definisi tentang Allah dan Yesus Kristus, kita akan mencoba menjawab satu pertanyaan lagi.

MENGAPA ALLAH MAU MENJADI MANUSIA?

Bagaimana manusia yang serba terbatas seperti kita ini dapat memahami Allah yang tidak terbatas? Sangat sulit bagi kita untuk memahami hal-hal abstrak seperti kebenaran, kebaikan, atau keindahan kalau kita tidak memiliki contoh-contoh yang tampak oleh mata kita. Kita dapat mengenal keindahan karena kita dapat melihat keindahan itu pada suatu benda yang indah; kita dapat mengenal kebaikan karena kebaikan itu terlihat di dalam diri orang yang baik, dan sebagainya. Tetapi bagaimana dengan Allah? Bagaimana orang dapat mengerti seperti apa Allah itu?

Sampai tahap tertentu kita dapat mengenal Allah kalau Allah mewujudkan diri-NYAdalam suatu bentuk yang dapat dipahami oleh manusia, yaitu dengan menjadikan diri-NYA seorang manusia. Walaupun demikian, memang dalam wujud manusia Ia tidak akan dapat menyatakan sifat-NYA yang kekal dan yang mahahadir -- tidak akan ada waktu dan ruang untuk itu, tetapi IA dapat secara kelihatan menyatakan sifat-sifat-NYA.

Itu adalah berita yang disampaikan di dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an. Kristus menjadi manusia supaya manusia dalam batas-batas tertentu dapat memperoleh pengertian tentang Allah yang tidak terbatas.

Alasan kedua mengapa Allah mau menjadi manusia ialah untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah dan manusia. Seandainya Yesus Kristus "hanyalah" seorang manusia atau makhluk ciptaan, maka jurang pemisah antara Allah dan manusia -- antara yang tidak terbatas dan yang terbatas, antara Pencipta dan yang diciptakan, antara Yang Kudus dan yang tidak kudus -- akan tetap ada. Supaya kita dapat mengenal Allah, maka Allah harus turun kepada kita. Tidak ada "makhluk ciptaan" yang dapat menjembatani jurang antara Allah dan manusia, seperti halnya segumpal tanah liat tidak dapat mengerti atau mencapai taraf sang penjunan. Karena kasih, Allah telah turun ke dunia ini, kepada kita. Ia membuka jalan supaya semua orang dapat mengenal Dia.

Sumber: Jesus: A Biblical Defense for His Deity

Yesus Kristus adalah Allah; Berdasarkan Kaidah Bahasa Yunani

Penulis : Yohannes

"Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan"
Filipi 2:6

[block:views=similarterms-block_1]

ov en morfh yeou uparcwn ouc arpagmon hghsato to einai isa yew

ov en morfh yeou uparcwn ouc arpagmon hghsato to einai isa yew

Yang walaupun dalam rupa Allah, ov en morfh yeou, ov en morfh yeou.

Kata Yunani morfh-morfh adalah bentuk sebagaimana seseorang dilihat oleh mata jasmani, penampilan lahiriah. Sebelum mengkaji makna kata ini, ada baiknya kita tinjau beberapa kata yang mengandung makna yang hampir sama yaitu schma-schma, dan idea-idea.

Kata Yunani schma-schma adalah pola atau patron, pembentukan fisik yang digunakan untuk membanding sesuatu dengan seseorang.

1 Korintus 7:31, "pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang (schma-schma) akan berlalu."

kai oi crwmenoi ton kosmon wv mh katacrwmenoi paragei gar to schma tou kosmou toutou

kai oi crwmenoi ton kosmon wv mh katacrwmenoi paragei gar to schma tou kosmou toutou

Filipi 2:7b-8, "dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."

kai schmati eureyeiv wv anyrwpov etapeinwsen eauton genomenov uphkoov mecri yanatou yanatou de staurou

kai schmati eureyeiv wv anyrwpov etapeinwsen eauton genomenov uphkoov mecri yanatou yanatou de staurou

Kata Yunani idea-idea sering dihubungkan dengan raut wajah seseorang, bukan keseluruhan fisik, kata ini hanya muncul satu kali dalam Perjanjian Baru Yunani.

Matius 28:3, "Wajahnya (idea-idea) bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju."

hn de h eidea autou wv astraph kai to enduma autou leukon wv ciwn

schmahn de h eidea autou wv astraph kai to enduma autou leukon wv ciwn span>

Kata idea-idea semata-mata merujuk kepada penampilan luar. Baik morfh-morfh maupun schma-schma lebih luas. Kedua-duanya merujuk kepada penampilan luar, tetapi mencakup kebiasaan, aktivitas dan tindakan pada umumnya. Kata morfh-morfh juga melibatkan penampilan luar sekaligus hakekat sebelah dalam, hal ini tidak dijumpai pada kata schma-schma. morfh-morfh menyatakan bentuk alami sedangkan schma-schma merujuk kepada figur. Baik schma-schma maupun idea-idea berhubungan dengan bagian luar, schma-schma lebih luas ruang lingkupnya ketimbang idea-idea, sedangkan morfh-morfh berhubungan dengan bagian luar yang mencetuskan apa yang ada di dalam..

Kedua kata morfh-morfh dan schma-schma digunakan berganti-gantian dalam konteks Filipi 2:6-8. Ayat 6, 7b, dan 8 sudah dikutip, dan inilah ayat ke-7a.

Filipi 2:7a, "melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa (morfh-morfh) seorang hamba.

alla eauton ekenwsen morfhn doulou labwn en omoiwmati anyrwpwn genomenov

alla eauton ekenwsen morfhn doulou labwn en omoiwmati anyrwpwn genomenov

Kembali kepada konteks Filipi 2:6. Jelas sekali Paulus menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah secara hakekat.